Anda di halaman 1dari 112

RANGKUMAN GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI, RESPIRASI DAN KARDIOVASKULAR

Nama : MIFTAHUL KHAIRATI


NIM : 211211853
Lokal : 2B

Karakteristik HIPERTENSI GAGAL JANTUNG JANTUNG KORONER TB PARU


Pengertian Hipertensi arterial, Gagal jantung adalah suatu Penyakit jantung k Tb paru adalah suatu
disederhanakan kondisi fisiologi ketika oroner adalah suat penyakit menular yang
dengan sebutan, jantung tidak dapat u kelainan yang di paling sering mengenai
tekanan darah tinggi. memompa darah yang sebabkan oleh parenkim paru, biasanya
Didefenisikan sebagai penyempitan atau p
cukup untuk memenuhi disebabkan oleh
elevasi persisten dari enghambat pembuluh
kebutuhan metabolik Mycobacterium
tekanan darah sistolik arteri yang mengal
tubuh. tuberculosis.
pada level 140 mm irkan darah ke oto

Hg atau lebih dan t jantung

tekanan darah
diastolik pada level
90 mm Hg atau lebih.
Organ yang terganggu  Kerusakan Arteri Jantung Jantung 1. Usus
 Kerusakan 2. Ginjal
Jantung 3. Selaput otak
 Kerusakan Otak 4. Kulit
 Kerusakan Mata

Etiologi Faktor resiko yang Gagal jantung disebabkan Penyakit Tb paru biasanya berupa
tidak dapat di ubah: oleh kondisi yang arterosklerosis batuk, kehilangan nafsu
 Usia melemahkan atau merusak mungkin disebabkan makan, demam dan
 Jenis kelamin miokardium. Gagal jantung akibat kelainan keringat dingin di malam
 Genetik dapat disebabkan oleh metabolisme, lipid, hari, batuk darah,
Faktor resiko yang faktor yang berasal dari koagulasi darah dan kekurangan energi, nyeri
dapat diubah: jantung (misalnya penyakit keadaan biofisika dibelakang mata, dan
 Obesitas atau faktor patologi serta biokimia dinding batuk berdahak yang
 Merokok instrinsik) atau dari faktor arteri (Brunner & berkepanjangan yang
 Alkohol eksternal yang Suddarth, berlangsung sekitar 21
menyebabkan kebutuhan 2002). Etiologi PJK hari.
berlebihan dari jantung menurut Brunner &
etiologi gagal jantung. Sudarth (2001) adalah
multifaktor, yaitu
sebagai
berikut :
1. Kolesterol LDL yang
bertumpuk dan
menyumbat aliran
darah.
2. Kebiasaan merokok
atau kurang olahraga.
3. Kelainan
metabolisme lipid.
4. Koagulasi darah
dan keadaan biofisika
dan biokimia dinding
arteri.
5. Ketidakseimbangan
antara kebutuhan
oksigen miokardium
dengan suplainya
yang
terjadi karena :
a. Penyempitan arteri
coroner.
b. Penurunan aliran
darah.
c. Peningkatan
kebutuhan oksigen
miokardium.
d. Spasme pada arteri
koroner.

Jenis/Klasifikasi (jika ada) Hipertensi dapat Menurut derajat sakitnya: Menurut Nazmah  Klasifikasi
dikelompokkan dalam a. Derajat 1: Tanpa (2012) dalam berdasarkan
dua kategori besar, keluhan - Anda masih Muhammad Supri D lokasi anatomis
yaitu hipertensi bisa melakukan (2019) klasifikasi  Klasifikasi
primer dan hipertensi aktivitas fisik Sehari- penyakit berdasarkan
sekunder.
hari tanpa disertai jantung koroner ada 4 riwayat medis.
Pengelompokkan ini
kelelahan ataupun yaitu sebagai berikut:  Klasifikasi
ditinjau dari unsur
sesak nafas 1. Angina Pectoris berdasarkan uji
penyebabnya.
b. Derajat 2: Ringan - atau Stable Angina kepekaan obat
Adapun pembagian
aktivitas fisik sedang 2. Angina Tidak Stabil klasifikasi
hipertensi
menyebabkan atau Unstable Angina tuberkulosis.
berdasarkan
kelelahan atau sesak 3. Prinzmetal Angina  Klasifikasi
bentuknya dibagi
menjadi dua yaitu napas, tetapi jika 4. Infark Miokard berdasarkan

Hipertensi diastolic, aktivitas ini dihentikan Akut status HIV.


dan Hipertensi maka keluhan pun
sistolik. hilang
c. Derajat 3: Sedang -
aktivitas fisik ringan
menyebabkan
kelelahan sesak napas,
tetapi keluhan akan
hilang jika aktivitas
dihentikan
d. Derajat 4: Berat - tidak
dapat melakukan
aktivitas fisik sehari-
hari, bahkan pada saat
istirahat pun keluhan
tetap ada dan semakin
berat jika melakukan
aktivitas walaupun
aktivitas ringan.
Menurut lokasi terjadinya:
1. Gagal jantung kiri
Kongesti paru
menonjol pada gagal
ventrikel kiri, karena
ventrikel kiri tidak
mampu memompa
darah yang datang dari
paru.
2. Gagal jantung kanan
Bila ventrikel kanan
gagal, yang menonjol
adalah kongesti visera
dan jaringan verifer.

Tanda dan gejala Meningkat tekanan 1. Terjadi bengkak di telapa 1. Tidak ada gejala Bakteri yang tumbuh di
k kaki, kaki, pergelangan ka
darah seringkali Banyak dari mereka paru-paru dapat
ki, atau perut.
merupakan satu- 2. Ketidakmampuan untuk mengalami PJK, tetapi menimbulkan beberapa
melakukan kegiatan sehari-
satunya gejala pada tidak merasakan ada gejala penyakit:
hari.
hipertensi esensial. 3. Batuk di malam hari. sesuatu  Batuk terus-
4. Kebingungan atau gelisa
Gejala-gejala seperti yang tidak enak atau menerus yang
h.
sakit kepala, mimisan, 5. Dehidrasi. tanda – tanda suatu berlangsung
6. Sakit dada.
pusing, atau migren penyakit. lama (lebih dari
7. Denyut jantung cepat (le
sering ditemukan bih dari 120 per menit saat 2. Angina Formalnya 2- 3 minggu).
istirahat).
sebagai gejala klinis disebut angina  Batuk berdarah.
hipertensi. Kadang- pectoris. Angina  Nyeri dada saat
kadang hipertensi umumnya bernapas atau
esensial berjalan ditunjukkan dengan batuk.
tanpa gejala dan baru sakit dada  Sesak napas.
timbul gejala setelah pada saat melakukan Selain itu, gejala
terjadi komplikasi gerakan fisik atau penyakit Tb paru juga
pada organ sasaran latihan. berupa:
seperti pada ginjal, 3. Angina tak stabil  Penurunan berat
mata, otak, dan Sakit dada yang tiba – badan.
jantuang. tiba terasa pada saat  Lemas
keadaan istirahat atau  Demam dan
terjadi menggigil.
lebih berat secara  Berkeringat di
tiba- tiba. malam hari.
4. Serangan jantung Tidak nafsu makan.
Bila aliran darah ke
pembuluh arteri
koroner terhalang
sepenuhnya, maka
terjadilah serangan
jantung.
Nyeri dada dirasakan
di dada kiri disertai
penjalaran ke lengan
kiri, nyeri di ulu hati,
dada kanan,
nyeri dada yang
menembus hingga
punggung, bahkan ke
rahang dan leher.
1. Jantung berdebar
(denyut nadi cepat).
2. Keringat dingin
3. Tenaga dan pikiran
menjadi lemah,
ketakutan yang tidak
ada alasannya,
perasaan mau mati
saja.
4. Tekanan darah
rendah atau stroke
5. Dalam kondisi
sakit : Sakit nyeri
terutama di dada
sebelah kiri tulang
bagian atas dan
tengah
sampai ke telapak
tangan. Terjadinya
sewaktu dalam
keadaan tenang.

Komplikasi Penderita Hipertensi 1. Komplikasi gagal jantung Penyakit jantung Komplikasi yang terjadi:
beresiko terserang Ventrikel kiri. koroner yang tidak  Kerusakan pada
penyakit lain yang Edema paru akut suatu tertangani dapat otak.
timbul kemudian. darurat biasanya terjadi memicu sejumlah  Gangguan fungsi
Beberapa penyakit akibat LVF pada klien di komplikasi, penglihatan.
yang timbul sebagai dalam paru menjadi sangat seperti:  Kerusakan pada
akibat hipertensi meningkat karena cairan 1.Angina atau nyeri tulang dan sendi.
diantaranya, Penyakit didorong dari darah dada, akibat  Kerusakan fungsi
jantung koroner, sirkulasi ke interstitium dan menyempitnya arteri hati.
gagal jantung, kemudian ke alveoli, sehingga jantung  Kerusakan pada
kerusakan pembuluh bronkiolus dan bronkus. tidak mendapatkan ginjal.
dan otak, gagal ginjal. 2. Gagal jantung Ventrikel cukup darah Kerusakan pada jantung
kanan 2.Serangan jantung,
Jika terjadi penurunan akibat arteri yang
fungsi ventrikel kanan `tersumbat
edema perife dan kongesti sepenuhnya oleh
Vena pada organ akan tumpukan lemak atau
terjadi pembesaran hati gumpalan darah
(hepatomegali) dan nyeri 3.Gagal jantung,
abdomen dapat terjadi akibat kondisi jantung
ketika hati mengalami yang tidak cukup kuat
kongesti / terbendung untuk memompa
dengan darah vena jika hal darah
terjadi dengan cepat, 4.Gangguan irama
peregangan kapsul hati jantung (aritmia),
dapat menyebabkan akibat kurangnya
suplai darah ke
jantung atau
kerusakan di
jaringan jantung yang
memengaruhi impuls
listrik jantung.

Penatalaksanaan  Langkah pertama a. Tirah baring Kepada pasien yang Manajemen jalan nafas,
keperawatan adalah Tirah baring mengurangi ke menderita PJK penghisapan lendir,
penggunaan rja jantung, meningkatkan t maupun keluarga, terapi oksigen, dan
kombinasi ganda enaga cadangan jantung da perlu di terangkan terapi tambahan berupa
ACE-inhibator n menurunkan tekanan dar tentang batuk efektif dan latihan
atau Angiotensin ah dengan menurunkan vol perjalanan penyakit, pernapasan dengan
Receptor Blocker. ume intra vaskuler melalui plihan obat yang teknik memutar.
 Langkah kedua induksi diuresis berbaring. tersedia. Pasien perlu  Medikamentosa
adalah b. Oksigen di yakinkan bahwa tuberkulosis paru
penggunaan Pemenuhan oksigen akan kebnyakan kasus aktif.
kombinasi ganda mengurangi demand mioka angina dapat  Medikamentosa
ACE-Inhibator rd dan membantu memenu mengalami perbaikan tuberkulosis paru
atau ARB hi kebutuhan oksigen tubu dengan pengobtan yang resisten.
bersama DHP- h. dan modifikasi gaya  Evaluasi terapi
CCB dosis penuh. c. Diet hidup sehingga tuberkulosis paru
 Langkah Ketiga Pengaturan diet membuat kualitas hidup lebih aktif.
adalah kombinsi kerja dan ketegangan otot j baik. Kelainan Terapi profilaksis pada
tripel ACE- antung minimal. Selain itu penyerta seperti tuberkulosis laten.
Inhibator atau pembatasan natrium dituju hipertensi,diabetes,
ARB, DHP-CCB, kan untuk mencegah, men displipidemia dll.
dan diuretik gatur, atau mengurangi ed Cara pengobatan PJK
thiazidelike. ema. yaitu:
 Langkah keempat d. Revaskularisasi korone 1.pengobatan
adalah kombinasi r farmakologis
tripel ACE- e. Transplantasi jantung 2.revaskularisasi
Inhibator atau f. Kardoimioplasti miokard
ARB, DHP-CCB,
an diuretik
thiazidelike serta
spironolacton
atau obat lain.
Penatalaksanaan medis Penata laksanaan a. diuretik: untuk mengura Saat ini penggunaan Penatalaksanaan
medis yang ngi penimbunan cairan dan obat-obat antioksidan tuberkulosis paru
diterapkan pada pembengkakan menjadi babak baru dilakukan dengan
penderita hipertensi b. penghambat ace (ace inh dalam upaya pemberian obat anti
adalah, Terapi ibitors): untuk menurunkan pengendalian tuberkulosis atau OAT,
Oksigen, Pemantauan tekanan darah dan mengur faktor-faktor risiko misalnya isoniazid,
Hemodinamik, angi beban kerja jantung PJK, dimana obat- rifampisin, pirazinamid,
Pemantauan Jantung, c. penyekat beta (beta bloc obat tersebut relatif dan etambutol. Selama
Obat-obatan. kers): untuk mengurangi de lebih murah. Santoso masa pengobatan,
nyut jantung dan menurun (1998) pasien perlu menjalani
kan tekanan darah agar be mengemukakan pemeriksaan sputum
ban jantung berkurang bahwa perubahan berkala untuk melihat
d. digoksin: memperkuat d oksidatif LDL dapat keberhasilan terapi.
enyut dan daya pompa jant dihamba dengan
ung memberi antioksidan,
e. terapi nitrat dan vasodila misalnya vitamin yang
tor koroner: menyebabkan larut dalam lemak
vasodilatasi perifer dan pe (vitamin A vitamin E
nurunan konsumsi oksigen dan beta-karoten),
miokard. vitamin C dan
f. digitalis: memperlambat probukal Beberapa
frekuensi ventrikel dan me penelitian telah
ningkatkan kekuatan kontr membuktikan
aksi, peningkatan efisiensi j manfaat vitamin E
antung. saat curah jantung bila dipakai dengan
meningkat, volume cairan l tujuan
ebih besar dikirim ke ginjal pencegahan primer,
untuk filtrasi dan ekskresi d yaitu menghambat
an volume intravascular m terjadinya PJK pada
enurun. pria, wanita, dan
g. Inotropik positif: Dobuta orang tua.
min adalah obat simpatomi
metik dengan kerja beta 1
adrenergik. Efek beta 1 me
ningkatkan kekuatan kontr
aksi miokardium (efek inotr
opik positif) dan meningkat
kan denyut jantung (efek kr
onotropik positif).
h. Sedati: Pemberian sedati
ve untuk mengurangi kegel
isahan bertujuan mengistir
ahatkan dan memberi relak
sasi pada klien.

Terapi Diet Modifikasi diet Gambaran pola konsumsi 1. Batasi penggunaan nabati, sayur-sayuran
asupan lemak dengan menurut jenis makanan po garam bila ada tekana dan buah-buahan.
menurunkan fraksi kok nasi yaitu yang nasi de n darah tinggi (hipert Makanan yang tidak
lemak jenuh dan ngan jumlah ensi) dianjurkan seperti, gula
meningkatkan lemak terbanyak adalah 50 gram 2. Bagi yang terlalu ge dan olahan gula,
tak jenuh ganda (45%), selanjutnya 125 gra muk, jumlah makanan gorengan, makanan
berpengaruh sedikit m (25%), 150 gram (18%), pokok sebagai sumbe pedas, kopi dan teh
terhadap penurunan dan 100 gram (12%). r hidrat arang dikuran kental, serta minuman
tekanan darah tetapi Pola konsumsi nasi menuru gi, contoh sumber hid alkohol dan softdrink.
bila ada dapat t diet pasien gagal jantung rat arang : beras, roti,
berpengaruh dalam tipe I dan II dari Almaetser mie, kentang, bihun,
menurunkan kadar (2008) adalah 125 – biskuit, tepung-tepun
kolestrol secara 150 gram perhari. Pentingn gan, gula dan sebagai
signifikan. Makanan ya pengaturan konsumsi ba nya
sehari-hari yang kaya han makanan yang mengan 3. Bahan makanan ya
buah-buahan, dung karbohidrat ng berlemak sebaikny
sayuran, kacang- sebagaimana ditunjukkan d a dibatasi. Pilihlah dag
kacangan, dan rendah alam penelitian Hu et.al (20 ing tampak lemak ata
lemak dengan 16) yang meneliti kepatuha u ikan segar, ayam dll
mengurangi lemak n konsumsi low 4. Hindari sayuran yan
jenuh dan lemak karbohidrat terhadap penu g mengandung gas, ko
total, harus runan berat badan dan resi l, lobak, nangka muda
dianjurkan kepada ko kardiovaskuler. 5. Semua buah boleh
klien yang dimakan kecuali nang
memerlukan ka masak, durian, alp
interfensi diet lemak ukat diberikan dalam j
terbatas yang lebih umlah terbatas
terstruktur. 6. Makanan yang seba
iknya dipilihyang mud
ah dicerna dan tidak
merangsang
7. Dianjurkan untuk ti
dak minum kopi dan a
lkohol
8. Dalam memasak se
baiknya tidak menggu
nakan cabe dan bumb
u yang merangsang

Riwayat kesehatan Pengkajian yang Biasanya pasien memiliki Biasanya pasien Meliputi keluhan atau
sekarang mendukung keluhan riwayat penyakit seperti memiliki Riayat gangguan yang
utama dengan DM, Hipertertensi, penyakit seperti DM, sehubungan dengan
memberikan Hiperkolesterol,Obesitas. Hipertensi, penyakit
pertanyaan tentang Hiperkolesterol, yang di rasakan saat ini.
kronologi keluhan obesitas. Dengan adanya sesak
utama. Keluhan lain napas, batuk, nyeri
yang menyerta dada, keringat
biasanya: Sakit malam, nafsu makan
kepala, pusing, menurun dan suhu
penglihatan buram, badan meningkat
nyeri dada, mudah mendorong penderita
lelah, dan impotensi. untuk mencari
pengonbatan
Riwayat kesehatan dahulu Kaji adanya riwayat Biasanya pasien dengan pe Biasanya pasien Keadaan atau penyakit –
penyakit hipertensi, nyakit gagal jantung masuk dengan penyakit penyakit yang pernah
penyakit jantung, rumah sakit dengan keluh jantung koroner diderita oleh penderita
penyakit ginjal, an nyeri dada sebelah kiri, masuk rumah sakit yang mungkin
stroke. Penting untuk nafas terasa sesak,Biasanya dengan sehubungan dengan
mengkaji mengenai keluhan nyeri dada dan ses keluhan nyeri dada tuberkulosis paru antara
riwayat pemakaian ak nafas bertambah saat b sebelah kiri, nafas lain ISPA efusi
obat-obatan masa eraktifitas. terasa sesak, pleura serta tuberkulosis
lalu dan adanya Biasanya keluhan paru yang kembali aktif.
riwayat alergi nyeri dada dan sesak
terhadap jenis obat. nafas mulai dirasakan
sejak Biasanya
pasien merasa nyeri
dada dan sesak nafas
bertambah saat
beraktifitas

Riwayat kesehatan Kecendrungan Biasanya pasien mengataka Biasanya pasien Mencari diantara
keluarga genetis yang n ada Riwayat penyakit gag mengatakan ada anggota keluarga pada
membuat keluarga al jantung pada keluarga, Ri Riwayat penyakit tuberkulosis paru yang
tertentu lebih rentan wayat hipertensi. jantung koroner pada menderita penyakit
terhadap hipertensi keluarga, tersebut sehingga
mungkin Riwayat hipertensi sehingga diteruskan
berhubungan dengan penularannya
peningkatan kadar
natrium intraseluler
dan penurunan rasio
kalsium-natrium,
yang lebih sering
ditemukan oleh orang
yang berkulit hitam.
Klien dengan orang
tua yang memiliki
hipertensi berada
pada resiko
hipertensi yang lebih
tinggi pada usia
muda.
Hasil pengkajian pola pengkajian persepsi- 1. Pola nutrisi/Metabolis 1. Pola
kesehatan gordon yang manajemen kesehata me nutrisi/Metabolis
bermasalah/abnormal n diperoleh data klien BB : biasanya pada pasien g me
sebelumnya tidak per agal jantung berat badan n BB : biasanya pada
nah cek kesehatan se aik / lebih dari normal pasien pjk berat
cara rutin di pusat TB : biasanya tinggi badan badan naik / lebih
pelayanan kesehatan, pasien gagal jantung tidak dari normal
namun jika tidak enak mempengaruhi TB : biasanya tinngi
badan klien Penurunan BB dalam 6 bul badan pasien pjk
memeriksakan ke Pus an terakhir tidak mempengaruhi
kesmas. Klien mempu I. Pola Makan Penurunan BB dalam
nyai penyakit a. Sehat 6 bulan terakhir :
hipertensi kemungkin Biasanya makanan yang me biasanya tidak ada
an disebabkan oleh k ngandung tinggi gula, gara penurunan berat
ebiasaan merokok m, dan lemak. badan.
klien. Pengkajian pola b. Sakit 2. Pola Makan
metabolisme-nutrisi d Biasanya klien dengan gaga a) Sehat
iperoleh data klien l jantung akan kehilangan n Biasanya tidak ada
memiliki berat badan afsu makan, mual dan mun makanan yang dapat
52 kg, tinggi badan 16 tah. Sehingga nutrisi klien ti mempengaruhi
5 cm, sehingga IMT dak terpenuhi. penyakit pjk
19,11, mukosa bibir le b) Sakit
mbab, mual, muntah Biasanya klien dengan
setiap kali makan dan jantung koroner akan
minum sehari sudah 3 kehilangan nafsu
kali. Klien minum air makan, mual dan
putih hanya sedikit. muntah.
Pengkajian pola elimi Sehingga nutrisi klien
nasi didapatkan data tidak terpenuhi
klien tidak 3. Pola Minum
terpasang kateter uri a) Dirumah
ne, untuk BAK klien m Biasanya klien dengan
enggunakan pispot. jantung koroner tidak
BAK sudah 2 kali, juml mengalami
ah setiap kali BAK seki perubahan pola
tar dua gelas minum
belimbing (kurang leb b) Dirumah sakit
ih 400 cc), warna urin Biasanya klien dengan
e seperti teh, bau jantung koroner tidak
khas, tidak nyeri ketik boleh mengkonsumsi
a BAK. Klien mengata alcohol dan minuman
kan belum BAB, yang tinggi gula.
terakhir BAB kemarin e. Pola eliminasi
1 kali. Pengkajian pol biasanya perubahan
a aktivitas-latihan fisik yang akan
diperoleh data klien b dialami oleh
elum diperbolehkan b penderita penderita
erjalan ke kamar74 jantung koroner
mandi sehingga BAK d yaitu Kondisi ini
ilakukan menggunaka membuat otot
n pispot. Dulu ketika jantung menjadi
masih muda klien suk kekurangan darah
a berolahraga voli, tet karena
api sekarang penyumbatan atau
tidak lagi. penyempitan pada
Pengkajian pola istira pembuluh darah
hat-tidur diperoleh da koroner akibat
ta klien kerusakan lapisan
mengatakan susah tid dinding pembuluh
ur karena pusing. Bias darah
anya di rumah klien ti (Aterosklerosis).
dur selama kurang le Dalam suatu serangan
bih 6 jam. Pengkajian jantung, bagian dari
pola persepsi – kogni otot jantung akan
tif diperoleh data per mati ketika tidak
sepsi ketidak nyaman mendapatkan darah.
an nyeri : 4. BAB
penyebab (P) : hipert Biasanya klien dengan
ensi, kualitas (Q) : ngg jantung koroner
liyer, lokasi (R) : kepal mengalami diare atau
a bagian belakang, sk konstipasi.
ala 5. BAK
(S) : 6/sedang, wa Biasanya klien dengan
ktu (T) : terus-me jantung koroner
nerus. Klien men mengalami
gatakan nyeri kep penurunan volume
alanya menggang urin, urine yang
gu aktivitas sehar pekat dan nokturia.
6. Pola
i-hari. Ketika di ru
Aktivitas/Latihan
mah, klien meras Biasanya pola
a pusing aktivitas/latihan klien
biasanya kerokan terganggu karena
dan minum obat kelelahan, insomnia,
yang dibeli di war latergi, kurang
ung. istirahat, sakit dada,
Pengkajian pola k dispnea pada saat
beraktivitas ataupun
onsep diri – perse
saat istirahat.
psi diri diperoleh 7. Pola Istirahat
Tidur
data klien terlihat
Biasanya pola
agak murung kar istirahat dan tidur
pada klien dengan
ena tidak bisa me
jantung koroner
menuhi perekono mengalami gangguan,
karena biasanya klien
mian
akan mengalami nyeri
keluarga selama s dada dan dipsnea.
8. Pola Kognitif-
akit. Klien sebaga
Persepsi
i tulang punggun Biasanya pada klien
jantung koroner akan
g keluarga
mengalami gangguan
menjadi tidak bis pada kognitif-persepsi
seperti pasien
a bekerja seperti
merasakan nyeri.
yang dilakukan se
hari-hari.
Pengkajian pola h
ubungan - peran
didapatkan data
peran klien di kel
uarga adalah seb
agai pemimpin ru
mah tangga dan
sebagai tulang pu
nggung keluarga
untuk memenuhi
kebutuhan
sehari-hari. Oran
g terdekat klien a
dalah istri, namu
n tidak bisa
menemani klien
di rumah sakit ka
rena harus meng
urus ketiga anakn
ya. Klien selama
di rumah sakit dit
emani oleh adik
kandungnya. Pola
reproduksi – seks
ualitas diperoleh
data klien tidak m
emiliki gangguan
pada sistem repr
oduksi. Klien ana
k ke 4 dari 8 bers
audara. Klien me
mpunyai 3 orang
anak, yang perta
ma
berjenis kelamin l
aki-laki, anak ked
ua dan ketiga me
rupakan anak ke
mbar yang berjen
is kelamin perem
puan.
Pengkajian pola t
oleransi terhadap
stress – koping di
peroleh data klie
n mengatakan se
ring merasakan st
ress, banyak pikir
an
karena tidak bisa
mencukupi kebut
uhan ekonomi kel
uarga. Cara
klien untuk meng
elola stress yaitu
dengan cara berk
umpul dengan
istri dan anak-ana
knya karena terk
adang tingkah lak
u anaknya
yang lucu-lucu bis
a sedikit mengura
ngi stress.
Pola keyakinan
nilai didapatkan data
klien beragama Islam,
klien berkeyakinan
bahwa mendekatkan
diri kepada Allah SWT
dapat mengurangi
stress dan masalah pa
da kehidupannya.

Hasil pemeriksaan fisik Tanda-tanda vital saa 1. Tanda vital 1. Tanda Vital 1. Sistem pernapasan
yang abnormal t masuk rumah sakit :  Nadi : biasanya pasien Nadi : biasanya pasien Pada system pernapasan
tekanan darah : 180/ gagal jantung mengala PJK mengalami pada saat pemeriksaan
100 mmHg, mi takikardi (denyut na takikardi (denyut nadi fisik dijumpai :
denyut nadi : 80 kali/ di lebih dari normal) lebih dari normal)  Inspeksi : Adanya
menit, pandangan ag  TD : Biasanya pasien ga TD : Biasanya pasien tanda – tanda
ak gal jantung mengalami PJK mengalami penarikan paru,
kabur pada kedua ma hipertensi atau tekana hipertensi atau diafragma,
ta. n darah tinggi ( > 130/9 tekanan pergerakan napas
0 mmHg) darah tinggi ( > yang tertinggal,
 RR: biasanya pasien m 130/90 mmHg) suara napas
engalami takipnea ( na RR: biasanya pasien melemah.
fas cepat) mengalami takipnea  Palpasi : Fremitus
 Irama: biasanya irama j ( nafas cepat) suara meningkat.
antung tidak teratur Irama: biasanya irama  Perkusi : Suara ketok
2. Integument jantung tidak teratur redup.
a. Inspeksi : Biasanya ada 2. Integument  Auskultasi : Suara
gangguan pada kulit se a. Inspeksi : Biasnaya napas brokial
perti merah kebiru-bir ada gangguan pada dengan atau tanpa
uan kulit seperti ronki basah, kasar
b. Palpasi : Biasanya kulit dermatitis dan yang nyaring
teraba hangat b. Palpasi : Biasanya
3. Mata Hidung kulit teraba hangat 2. Sistem
a. Biasanya konjungtiva k Kardiovalkuler
lien anemis Perkusi untuk
b. Biasanya adanya cupin menentukan batas
g hidung. jantung dimana daerah
jantung terdengar
pekak.
Hasil pemeriksaan  Albuminuria pada Pemeriksaan Darah Koleste besarnya risiko  Darah
laboratorium/diagnostik hiprtensi karena rol darah seseorang, dan bukan Adanya kurang
yang abnormal kelainan Kolesterol total dilakukan untuk darah, ada sel –
perenkim ginjal LDL mendiagnosis adanya sel darah putih
 Kreatinin serum HDL PENYAKIT yang
dan BUN Trigliserida Enzyme jantung JANTUNG KORONER. meningkatkan
meningkat pada Troponin I serta laju endap
hipertensi karena Troponit T darah meningkat
perenkim ginjal terjadi pada
dengan gagal proses aktif.
ginjal akut  Sputum
 Darah perifer Ditemukan
lengkap adanya Basil
 Kimia darah tahan Asam
(Kalium, natrium, (BTA) pada
keratin, gula sputum yang
darah puasa) terdapat pada
penderita
tuberkulosis paru
yang biasanya
diambil pada
pagi
hari.
 Test tuberkulosis
Test tuberkulosis
memberikan
bukti apakah
orang yang dites
telah
mengalami
infeksi atau
belum. Tes
menggunakan
dua jenis bahan
yang
diberikan yaitu :
Old tuberkulosis
(OT) dan Purifled
Protein
Derivative
(PPD) yang
diberikan dengan
sebuah jarum
pendek (1/2 inci)
no 24 – 26,
dengan cara mecubit
daerah lengan atas
dalam 0,1 yang
mempunyai kekuatan
dosis 0,0001 mg/dosis
atau 5 tuberkulosis unit
(5 TU).
Diagnosa keperawatan  Resiko  Penurunan curah jantu Kepada pasien yang  Pola napas tidak
penurunan curah ng berhubungan denga menderita PJK efektif b.d
jantung n perubahan kontraktil maupun keluarga, hambatan upaya
berhubungan itas perlu di terangkan napas.
dengan  Intoleran aktvitas berh tentang  Ketidakefektifan
peningkatan ubungn dengan ketida perjalanan penyakit, bersihan jalan
afterlood, k seimbangan suplai ok plihan obat yang nafas b.d sekresi
vasokonstriksi, sigen tersedia. Pasien perlu yang tertahan.
hipertrofi  Gangguan pertukaran di yakinkan bahwa  Gangguan
ventrikel gas berhubungan deng kebnyakan kasus pertukaran gas.
 Intoleransi an meningkatnya caira angina dapat
aktivitas n antara kapiler. mengalami perbaikan
berhubungan dengan pengobtan
dengan dan modifikasi gaya
kelemahan, hidup sehingga
ketidakseimbang kualitas hidup lebih
an, dan baik. Kelainan
kebutuhan penyerta seperti
oksigen hipertensi,diabetes,
 Nyeri akut displipidemia dll.
berhubungan
dengan agen
pencedera fisik

Karakteristik PPOK ASMA BRONKIAL Kanker paru Pneomia


Pengertian Ppok Penyakit paru Asma bronkial adal Kanker paru-paru adal Pneumonia
obstruktif kronik ah suatu kelainan ah pertumbuhan sel ka (Pneumonitis)
(PPOK) adalah suatu berupa inflamasi nker yang tidak terke merupakan proses
penyakit yang bisa (peradangan) kroni ndali dalam jaringan inflamasi pada parenkim
k saluran napas ya paru-paru dapat diseb
dicegah dan di atasi paru yang biasanya
ng menyebabkan hip akan oleh sejumlah ka
yang di tandai dengan berhubungan dengan
eraktivitas bronku rsinogen, lingkungan,
keterbatasan aliran peningkatan cairan
s terhadap berbaga terutama asap rokok .
udara yang menetap, alveolar dan
i rangsangan yang
biasanya bersifat ditandai dengan ge interstisial.
progresif dan terkait jala episodik beru Perkembangan pada
dengan adanya lang berupa mengi, terapi antibiotik telah
proses inflamasi batuk, sesak napas
kronik saluran nafas dan rasa berat di menyebabkan persepsi
dan paru-paru dada terutama pada bahwa pneumonia
terhadap gas atau malam dan atau din bukan lagi permasalahan
pertikel berbahaya i hari yang umumny kesehatan utama di
a bersifat reversi
(Ikawati 2016) Amerika
bel baik dengan at
Serikat
au tanpa pengobata
n
Organ yang terganggu Paru-paru Saluran Pernafasan Paru-paru Streptococcus
pneumoniae, penyebab
utama pneumonía
bakterial,
biasanya berdiam diri
pada nasofaring dan
muncul tanpa gejala
pada 20-50%
orang sehat. Merupakan
kasus yang paling sering
terjadi. Infeksi virus
meningkatkan
pengikatan S.
pneumoniae pada
reseptor di epitelium
pernapasan. Sekali
terhirup ke dalam
alveolus, pneumokokus
menginfeksi sel
aleveolus tipe II. Mereka
berkembang biak dalam
alveolus dan menginvasi
epitel alveolus.
Pneumokokus menyebar
dari alveolus ke alveolus
lainnya melalui pori-pori
Kohn, sehingga
menyebabkan inflamasi
dan konsolidasi
lobus. Kantong alveolus
yang mengalami
inflamasi dan terisi-
cairan tidak
dapat menukar oksigen
dengan karbon dioksida
dengan efektif. Eksudasi
alveolus cenderung
kental, sehingga sangat
sulit dikeluarkan dengan
cara batuk. Pneumonia
bakterial dapat
berhubungan gangguan
ventilasi perfusi
signifikan infeksi makin
parah.

Etiologi Asma, emfisema 1. Faktor predisposisi 1. Merokok  Faktor risiko utama


paru-paru dan 2. Faktor predisposisi Rokok merupakan untuk pneumonia adalah
bronchitis a. Alergen faktor yang sebagai berikut.
b. Perubahan cuaca berperan paling a) Usia lanjut
penting yaitu 85%
c. Stress b) Riwayat merokok
dari seluruh
d. Lingkungan kerja c) Infeksi saluran napas
kasus. Kejadian
e. Olah raga/ aktifitas bagian atas
kanker paru pada
jasmani yang berat d) Intubasi trakea
perokok
e) Imobilitas jangka
dipengaruhi oleh
panjang
usia mulai
merokok, jumlah f) Terapi imunosupresif
batang rokok g) Penurunan sistem
yang diisap setiap imunh) Malnutrisi
hari, lamanya i) Dehidrasi
kebiasaan j) Tuna wisma
merokok, dan
lamanya berhenti
merokok.
2. Iradiasi
3. Zat-zat yang terhi
rup ditempat kerja
4. Polusi udara
Kematian
akibat kanker
paru juga
berkaitan dengan
polusi udara,
tetapi
pengaruhnya kecil
bila dibandingkan
dengan merokok.
Kematian akibat
kanker paru
jumlahnya dua
kali lebih banyak
di daerah
perkotaan
5. Genetik
Terdapat
bukti bahwa
anggota keluarga
pasien kanker
paru berisiko
lebih besar
terkena penyakit
ini. Penelitian
sitogenik dan
genetik molekuler
memperlihatkan
bahwa mutasi
pada
protoonkogen dan
gen- gen penekan
tumor memiliki
arti penting dalam
timbul dan
berkembangnya
kanker paru.

Jenis/Klasifikasi (jika ada) Berdasarkan Global A. Asma alergik/ 1. Karsinoma Bronkoge 1) Pneumonia
Initiative for Chr ekstrinsik nik  Pneumokokus
onic Obstructive L B. Idiopatik atau - Karsinoma epidermoi ( Disebabkan
ung Disease nonallergic d (Skuamosa) Streptococus
(GOLD) 2014, PPOK - Karsinoma sel kecil
asthma/intrinsic Pneumoniae)
diklasifikasikan b (Termasuk sel oat)
C. Asama campuran 2) Pneumonia
erdasarkan derajat - Adenokarsinoma (Te
(mixed asthma) Stafilokokus (Disebabkan
berikut :a. Derajat rmasuk karsinoma sel
Stapylococcus Aureus)
0 (berisiko) Gejal alveolar)
a klinis : Memilik - Karsinoma sel besa 3) Pneumonia Influenza
i satu atau lebih r  (Disebabkan
gejala batuk 2. Tumor karsinoid (A Haemophilus Influenzae)
kronis, produksi s denoma Bronkus) 4) Pneumonia Bakteri
putum, dan dispne 3. Tumor kelenjar bro Garam Negatif
a. Ada paparan ter nchial ( Disebabkan Klabsiella
hadap faktor 4. Sarkoma
Pneumoniae)
resiko. Spirometri 5. Mesotelioma
5) Pneumonia Bakterial
: Normal 6. Melanoma
Anaerob, Pneumonia
b. Derajat I (PPOK
ringan) Gejala kli Hipostatik ( Disebabkan
nis : Dengan atau oleh
tanpa batuk, denga flora Normal)
n 6) Penyakit Legionnaires
atau tanpa produks
( Disebabkan Legionella
i sputum. Sesak na
Pneumophila )
pas derajat sesak
7) Pneumonia
0 (tidak terganggu
Mikroplasma
oleh sesak saat be
rjalan cepat atau ( Disebabkan

sedikit mendaki) s Mikroorganisme


ampai derajat sesa Mycoplasma )
k 8) Pneumonia Viral
1 (terganggu oleh ( Disebabkan Virus
sesak saat berjala Influenza A )
n cepat atau sedik
9) Pneumonia Fungal
it mendaki) .
( Disebabkan oleh
Spirometri : FEV1/
Histoplasmosis,
FVC < 70%, FEV1 ≥
Blastomikosis,
80%.
c. Derajat II (PPO Kokidioidomikosis,
K sedang) Gejala k Aspergilosis,
linis : Dengan ata Kandidiasis )
u tanpa batuk, 10) Pneumonia Parasitik
dengan atau tanpa ( Disebabkan Protozoa,
produksi sputum, s Nematoda,
esak napas derajat Platihelmintes )
sesak 2 (jalan) leb
11) Pneumonia Aspirasi (
ih lambat di bandi
Disebabkan Aspirasi Isi
ng orang seumuran
Lambung, Makanan,
karna sesak saat b
atau
erjalan biasa).
Spirometri : FEV1/ Sekret Orofaring)

FVC < 70%; 50% < F


EV1 < 80%.
d. Derajat III (PP
OK berat) Gejala k
linis : Sesak napa
s derajat sesak 3
(berhenti untuk be
rnafas setelah ber
jalan 100 meter/se
telah berjalan
beberapa menit pad
a ketinggian teta
p) dan 4 (sesak sa
at aktifitas ringa
n
seperti berjalan k
eluar rumah dan be
rpakaian) Eksaserb
asi lebih sering
terjadi. Spirometr
i : FEV1/FVC < 70
%; 30% < FEV1 < 50
%.
e. Derajat IV (PPO
K sangat berat) Ge
jala klinis : Pasi
en derajat III den
gan
gagal napas kronik
disertai komplikas
i kor pulmonale at
au gagal jantung
kanan. Spirometri
FEV1/FVC < 70%; FE
V1 < 30% atau < 50
% (GOLD
2014).

Tanda dan gejala a. “Smoker Coug 1. Batuk yang terus m Streptococcus


h” biasanya hanya enerus pneumoniae, penyebab
diawali sepanjang 2. Sakit dada yang ny utama pneumonía
pagi yang dingin eri dan dalam ketika bakterial,
kemudian berkemban batuk atau tertawa
biasanya berdiam diri
g menjadi sepanjan 3. Nafas pendek dan b
pada nasofaring dan
g tahun. engek seperti orang a
muncul tanpa gejala
b. Sputum, biasany sma
pada 20-50%
a banyak dan lengk 4. Dahak berdarah, be
et berwarna kunin rubah warna dan makin orang sehat. Merupakan
g, hijau atau banyak  kasus yang paling sering
kekuningan bila te 5. Sering mengalami a terjadi. Infeksi virus
rjadi infeksi. lami infeksi yang ber meningkatkan
c. Dyspnea, terjad ulang, seperti radang pengikatan S.
i kesulitan ekspir paru dan  bronkitis pneumoniae pada
asi pada saluran p 6. Suara serak/parau
reseptor di epitelium
ernafasan Gejala i 7. Ujung jari membesa
pernapasan. Sekali
ni r dan terasa sakit
terhirup ke dalam
mungkin terjadi be 8. Berat badan menuru
berapa tahun sebel n dan kehilangan nafs alveolus, pneumokokus
um kemudian sesak u makan menginfeksi sel
nafas 9. Pertumbuhan dada y aleveolus tipe II. Mereka
menjadi semakin ny ang tidak normal pada berkembang biak dalam
ata yang membuat p laki-laki alveolus dan menginvasi
asien mencari bant 10. Emosi yang tidak epitel alveolus.
uan medik. stabil, mood beruba
Pneumokokus menyebar
h-ubah, lesu dan depr
dari alveolus ke alveolus
esi
lainnya
melalui pori-pori Kohn,
sehingga menyebabkan
inflamasi dan konsolidasi
lobus. Kantong alveolus
yang mengalami
inflamasi dan terisi-
cairan tidak
dapat menukar oksigen
dengan karbon dioksida
dengan efektif. Eksudasi
alveolus cenderung
kental, sehingga sangat
sulit dikeluarkandengan
cara
batuk. Pneumonia
bakterial dapat
berhubungan gangguan
ventilasi perfusi
signifikan infeksi makin
parah.

Komplikasi 1. Gejala nafas 1. Status asmatik Kanker paru-paru juga 1. Empiema


A. gejala nafas kronik 2. Atelektasis dapat menyebabkan sin 2. Otitis Media Akut
B. Gajala nafas akut 3. Hipoksemia drom superior vena ca 3. Atelektasis
pada gagal nafas 4. Pneumothorak va. Komplikasi ini te 4. Empisema
5. Emfisema rjadi jika tumor munc
kronik 5. Meningitis
6. Defornitas thora ul di bagian atas par
2. Infeksi berulang
ks u-paru dan menekan ve
3. Kor pulmonal
7. Gagal napas na besar yang bertuga
4. Hipoksia
s mengembalikan darah
5. Kanker paru-paru dari tubuh bagian ata
6. Edema (retasi s ke jantung
cairan)
7. Osteoporosis
8. Demensia
9. Depresi
Penatalaksanaan 1. Mencapai bersihan a. Anjuran berhent 1. Menjaga kelancaran
keperawatan jalan nafas i merokok pernafasan Pada anak
2. Meningkatkan pola b. Lakukan aktivit agak besar berikan sikap
nafas as fisik rutin unt baring setengah duduk,
uk membantu mening
3. Memantau dan longgarkan
katkan fungsi kard
menagani komplikasi pakaian.Ajarkan bila
iorespirasi
batuk
c.Hindari paparan
lendirnya dikeluarkan
bahan iritan atau
karena jika tidak
alergen pada tempa
t kerja dikeluarkan nafas tetap

d. Hindari konsumsi sesak.Pada bayi,


obat–obatan yang baringkan dengan letak
berpotensi memperb kepala ekstensi dengan
erat gejala asma, memberikan ganjal pada
seperti aspirin bahu.
e. Anjurkan kepada
2. Untuk memenuhi
pasien untuk konsu
kebutuhan oksigen perlu
msi buah dan sayur
dibantu dengan
an secara rutin f.
memberikan oksigen 2
Hindari paparan al
liter/menit.
ergen dalam rumah,
3. Usahakan keadaan
seperti tungau deb
u rumah tenang dan nyaman agar
g. Penurunan berat pasien dapat intirahat
badan pada pasien sebaik-baiknya.
asma disertai obes 4. Pemenuhan
itas
kebutuhan nutrisi
Apabila sesak sudah
berkurang pasien
diberikan makanan lunak
dan susu. Bujuklah agar
anak mau makan,
dan waktu menyuapi
harus sabar karena
keadaan sesak anak
mudah
lelah waktu mengunyah.
Pada bayi yang masih
minum ASI, bila tidak
terlalu sesak ia boleh
menetek. Pada waktu
menetek beritahu ibu
puting susu harus sering-
sering dilepas untuk
memberikan
kesempatan bayi
bernafas.
5. Kontrol suhu tubuh
tiap 1 jam.
6. Lakukan fisioterapi
dada (potural drainage)

Penatalaksanaan medis 1. Berhenti merokok a. Oksigen 4-6 lit 1. Penisilin 50.000 U/kg
2. Mengatasi bronko er / menit BB/hari, ditambah
spasme dengan oba b. Pemenuhan hidra dengan kloramfenikol
t-obat bronkodilat si via infus 50-70 mg/kgBB/hari atau
or (Aminophilin c. Terbutalin 0,25
diberikan antibiotik yang
dan adrenalin) mg / 6 jam secara
mempunyai spektrum
3. Pengobatan simt subkutan (SC)
luas seperti ampisilin.2.
omatik (lihat tand d. Bronkodilator /
Pemberian oksigen dan
a dan gejala yang antibronkospasme d
engan cara : cairan IV D5% dan NaCl
muncul)
0,9% dengan
4. Penanganan terh 1. Nebulizer (via
inhalsi) dengan go perbandingan 3:1
adap komplikasi –
komplikasi yang ti longan terbutaline ditambah larutan KCl 10
mbul 0,25 mg (Bricasm MEq/500ml/botol infus.
5. Pengobatan oksi a), fenoterol HB 3. Diberikan mukolitik
gen bagi yang meme 0,1 % solution (be untuk mengencerkan
rlukan O2 harus di rotec), orciprenal lendir, ekspektoran
berikan dengan ine sulfur 0,75 mg
(memudahkan
aliran lambat : 1- (Allupent).
pengeluaran dahak).
3 liter / menit 2. Intravena denga
4. Antipiretik diberikan
6. Mengatur posisi n golongan theophy
bila demam.
dan pola pernafasan line ethilenediami
untuk mengurangi ne (Aminophillin)

jumlah udara yang bolus IV 5-6 mg/ k


g
terperangkap
3. Peroral dengan
7. Memberi
aminofillin 3x150
pengajaran tentang
mg tablet, agonis
teknik-teknik relaksasi
B2 (salbutamol 5 m
dan cara-cara untuk g atau feneterol
menyimpan energy 2,5 mg atau terbut
8. Tidak rehabilitasi aline 10 mg)
a. Fisioterapi 4. Antiedema mukos
b. Latihan pernafasan a dan dinding bron
c. Latihan dengan kus dengan golonga

olah raga n kortikosteroid,


d. Vocation suidance deksamethasone 4 m
Pengolahaan g IV setiap 8 jam
psikososial 4. Mukolitik dan e
kspektoran :
1. Bronhexime HCL
8 mg per oral 3x1
2. Nebulizer (via
inhalsi) dengan go
longan bronhexime
HCL 8 mg dicampur
dengan aquades ste
ril. (Nugroho, T.
2016).

Terapi Diet  Konsumsi pembedahan, radiotera Pemberian nutrisi pada k


sayuran dan pi, kemoterapi, terap asus pneumonia
buah i target, imunoterap dengan gastropati dapat
i, dan terapi gen. diberikan makan makana
 Cukup
kebutuhan n
protein yang kaya protein (seper
 Minum juga ti telur, ikan, daging tanp
perlu a lemak, produk susu) se
diperhatikan rta kebutuhan mikronutr
 Perhatikan ien
porsi makan seperti vitamin E, vitami
Posisi makan yang n C, dan diet yang menga
benar ndung karbohidrat.
Makanan dengan kandu
ngan rendah lemak di be
rikan pada pasien gastro
pati serta menghindari
minuman berkarbonasi k
arena dapat memperbur
uk
distensi lambung. Alkoho
l dan merokok tembakau
harus dihindari karena k
eduanya dapat menguba
h
pengosongan lambung.
Asupan energi ideal yang
diberikan adalah
25–30 kkal / (kg/hari), m
assa proteinnya adalah
1,5 g
/ (kg/hari).
Riwayat kesehatan Biasanya pasien PP a. Sesak napas Batuk produktif, daha Pengkajian riwayat
sekarang OK mengeluhkan ses b. Batuk k bersifat mukoid ata kesehatan sekarang
ak napas, kelemaha c. Mengi u purulen, atau batuh pada sistem pernapasan
n fisik, d. Nyeri dada darah; malaise; anore seperti menanyakan
batuk yang diserta e. Gangguan kesadar ksia; sesak nafas; ny
riwayat penyakit sejak
i dengan adanya sp an eri dada dapat bersif
timbulnya keluhan
utum. f. Kelelahan at lokal atau pleurit
hingga klien meminta
ik
pertolongan.Misalnya
sejak kapan keluhan
bersihan jalan napas
tidak efektif dirasakan,
berapa lama dan berapa
kali keluhan tersebut
terjadi. Setiap keluhan
utama harus ditanyakan
kepada klien dengan
sedetail-detailnya dan
semua diterangkan pada
riwayat kesehatan
sekarang.

Riwayat kesehatan dahulu Biasanya ada riway Biasanya klien mem Biasanya klien memiliki Perawat menanyakan
at paparan gas ber iliki riwayat pen riwayat penyakit seperti t tentang penyakit yang
bahaya seperti mer yakit asma sejak b uberkulosis dan penya pernah dialami klien
okok, polusi eberapa tahun yang kit paru obstruktif k sebelumnya, yang dapat
udara, gas hasil p lalu dan tidak rut ronik juga dapat menj
mendukung dengan
embakaran dan memp in kontrol adi risiko kanker par
masalah sistem
unyai riwayat peny u.
pernapasan. Misalnya
akit seperti
apakah klien pernah
asma
dirawat sebelumnya,
dengan sakit apa, apakah
pernah mengalami sakit
yang berat, pengobatan
yang pernah dijalanidan
riwayat alergi.

Riwayat kesehatan Riwayat kesehatan Biasanya kaji kelu Mengkaji apakah terda Pengkajian riwayat
keluarga keluarga Biasanya arga apakah ada ya pat riwayat keluarga kesehatan keluarga pada
ditemukan ada angg ng menderita penya sebelumnya yang mengi sistem pernapasan
ota kit ini sebelumny dap Ca paru, penyakit adalah hal yang
keluarga yang memp a. menular, atau menurun mendukung keluhan
unyai riwayat aler lainnya penderita, perlu dicari
gi (asma) karna as riwayat keluarga yang
ma
dapat 11 memberikan
merupakan salah sa
presdiposisi keluhan
tu penyebab dari P
seperti adanya riwayat
POK
sesak napas, batuk
dalam jangka waktu
lama, sputum berlebih
dari generasi terdahulu

Hasil pengkajian pola 1) Pola persepsi d 1. Pola nutrisi 1. Pola nutrisi Komposisi 1). Kebiasaan
kesehatan gordon yang an tata laksana hi Biasanya pada seba makanan yang dikonsumsi Pasien memiliki
bermasalah/abnormal dup sehat gian klien Sebelum biasanya : nasi, lauk, sayu kebiasaan yang memiliki
Biasanya pada pend dirawat di RS pasi r. Dan pasien tidak menge Riwayat
erita PPOK terjadi en biasa makan 2-3
tahui makanan yang meny merokok,minum alkohol,
perubahan persepsi kali sehari dengan
ebabkan sesak nafas dan Konsumsi obat-obatan
dan tata waktu menurut sele
berhubungan dengan kan tertentu dan pola
laksana hidup seha ra pasien. Dan Kom
ker paru. hidup stress.
t karena kurangnya posisi makanan yan
pengetahuan tentan g dikonsumsi biasa 2. Pola eliminasi 2. Pola persepsi dan
g PPOK. nya : nasi, lauk, penanganan kesehatan
Biasanya klien dengan
Biasanya terdapat sayur. Dan Pasien Keluarga sering
kanker paru tidak
riwayat merokok ka diberitahu makanan menganggap seperti
mengalami gangguan
rena merokok menin apa saja yang tida batuk biasa, dan
masalah terhadap pola
gkatkan k boleh seorang pe
eliminasi namun, menganggap
risiko terjadinya nderita asma bronk
benar-benar sakit
PPOK 30 kali lebih ial makan, seperti pengeluaran BAK atau
BAB yang keluar harus apabila sudah
besar ( Ikawati, 2 udang dan telur
diperhatikan banyaknya mengalami sesak napas.
016). 2. Pola eliminasi
2) Pola nutrisi da Biasanya kli dan warnacairannya. 3. Pola

n metabolisme en dengan asma bro nutrisi/metabolism


3. Pola aktivitas latihan
Biasanya pada pasi nkial tidak mengal Sering muncul anoreksia
en PPOK terjadi pe ami gangguan masal Biasanya klien
(akibat respon sistematik
nurunan nafsu maka ah terhadap pola e dengan kanker paru melalui control saraf
n. liminasi namun, pe mengalami keterbatasan pusat), mual muntah
3) Pola eliminasi ngeluaran BAK atau dalam beraktivitas
karena terjadi
Pada pola eliminas BAB yang keluar ha pasien biasanya juga
peningkatan rangsangan
i biasanya tidak a rus diperhatikan b bisa tidak mengerjakan
gaster dari
da keluhan atau ga anyaknya dan warna pekerjaan rumah tangga
dampak peningkatan
ngguan cairannya. berat .
4) Pola istirahat 3. Pola aktivitas toksik mikroorganisme.
4. Pola istirahat dan
dan tidur latihan 4. Pola eliminasi
tidur
Pola tidur dan ist Biasanya kli Penderita mengalami
irahat biasanya te en dengan asma bro penurunan produksi urin
Biasanya klien
rganggu karena kar nkial harus menjag akibat perpindahan
merasa istirahat dan
ena sesak. a dalam beraktivit cairan karena demam.
tidurnya terganggu
5) Pola aktifitas as, karena seseora 5. Pola aktivitas/latihan
akibat nyeri dada,
dan latihan ng yang mengalami
sesak nafas secara tiba- Aktivitas menurun dan
Pasien dengan PPOK asma bronkial tida
tiba. terjadi kelemahan fisik
biasanya mengalami k boleh banyak ber
6. Pola istirahat
penurunan tolerans gerak/lelah.
tidurpasien kesulitan
i 4. Pola istirahat
terhadap aktifita dan tidur tidur karena sesak napas.

s. Aktifitas yang Biasanya kli Penampilan lemah,


membutuhkan mengan en merasa istiraha sering
gkat t dan tidurnya ter menguap, dan tidak bisa
lengan keatas seti ganggu akibat ling tidur di malam hari
nggi toraks dapat kungan yang tidak karena tidak
menyebabkan keleti tenang.
kenyamanan
han atau 5. Pola kognitif
tersebut
distress pernafasa – persepektif
7. Pola
n (Suzanne, 2001). Kelainan pad
kognitif/resproduksi
6) Pola persepsi d a pola persepsi da
an konsep diri n kognitif akan me Penurunan kognitif
Biasa nya pasien m mpengaruhi konsep untuk mengingat apa
erasa cemas dan ke diri klien dan akh yang pernah
takutan dengan kon irnya mempengaruhi disampaikan
disinya. jumlah stressor ya biasanya sesaat akibat
7) Pola sensori ko ng dialami klien s penurunan asupan
gnitif ehingga kemungkina nutrisi dan oksigenasi
Biasa nya tidak di n terjadi serangan
pada
temukan gangguan p asma berulang pun
otak.
ada sensori kognit akan semakin tingg
10. Pola peran hubungan
if i.
Pasien terlihat malas jika
8) Pola hubungan p 6. Pola persepsi -
eran konsep diri diajak bicara dengan

Biasanya terjadi p Terhambatnya keluarga, pasien lebih


erubahan dalam hub respons kooperatif banyak diam
ungan intrapersona pasien juga dapat 10. Pola
l maupun dipengaruhi oleh p seksualitas/reproduksi
interpersonal. ersepsinya. Cara m Masalah atau perhatian
9) Pola reproduksi emandang diri yang
seksual Menstruasi,
seksual salah juga akan me
jumlah anak, jumlah
Biasanya pola repr njadi stresor dala
suami/istri Gambaran
oduksi dan seksual m kehidupan klien.
prilaku seksual
pada pasien yang s Kemungkinan terser
udah ang asma pun akan Pengetahuan yang
menikah akan menga semakin meningkat berhubungan
lami perubahan. seiring dengan ber dengan seksualitas dan
10) Pola tata nila tambahnya stress d reproduksi
i dan kepercayaan alam kehidupan. Efek terhadap
Biasanya adanya pe 7. Pola hubungan d kesehatan.
rubahan status kes an peran 11. Pola persepsi
ehatan dan penurun Klien perlu
diri/konsep diri
an fungsi menyesuaikan kondi
Tampak gambaran
tubuh mempengaruhi sinya dengan hubun
keluarga terhadap
pola ibadah pasie gan dan peran klie
pasien, karena pasien
n. n, baik di lingkun
gn rumah tangga, m diam.

asyarakat, maupun 12. Pola koping-toleransi


lingkungan kerja s stress
erta perubahan per Biasanya pasien akan
an yang terjadi se cemas terhadap keadaan
telah klien mengal dirinya dan fungsi
ami serangan asma.
jantungnya serta koping
8. Pola seksul - r
mekanisme yang
eproduksi
ditempuh klien bisa tidak
Biasanya kli
efektif.
en mengalami gangg
uan dalam pola sek 13. Pola keyakinan nilai
sual karena rendah Keyakinan mengenai
diri terhadap latar belakang budaya,
penyakitnya. status ekonomi, perilaku
9. Pola penanggula kesehatan yang
ngan stress berkaitan dengan
Salah satu faktor budaya/etnik,
intrinsik serangan
pentingnya
asma ialah stres d
agama/spiritualitas dan
an keteganggangan
keyakinan dalaam
emosional, sehingg
budaya.
a pengkajian terha
dap stres sangat d
iperlukan meliputi
penyebab, frekuens
i dan pengaruh str
ess terhadap kehid
upan klien serta c
ara klien mengatas
inya.
10. Pola tata nila
i dan kepercayaan
Kedekatan kl
ien pada sesuatu y
ang diyakini di du
nia dipecaya dapat
meningkatkan kekua
tan jiwa klien. Me
ndekatkan diri dan
keyakinan kepada-N
ya merupakan metod
e stres yang konst
ruktif.

Hasil pemeriksaan fisik 1) Gambaran umum Pemeriksaan Kepala 1. Kepala 1. Tanda Vital
yang abnormal Biasanya kesadaran dan Muka - Inspeksi: kepal Nadi : Biasanya pasien
pasien composmenti i.Inspeksi: bentuk a simetris, ram mengalami Takikardia
s wajah simetris ant but tersebar me (denyut
2) Secara sistemik ara kanan dan kiri rata berwarna h
nadi lebih dari bats
dari kepala sampai rambut lurus berwa itam kaji uba
normal )
ujung kaki rna hitam, kulit k n), distribusi
RR : Biasanya pasien
a. Kepala epala bersih. ii. normal, kaji ke
mengalami
Biasanya rambut ti Tidak ada nyeri te rontokan rambut
dak bersih karena kan dan tidak dite jika sudah dila Takipnea,dysnea, dan
pasien dengan PPOK mukan benjolan ata kukan kemoterap nafas dangkal
mengalami penuruna u kelainan pada tu i Suhu :Biasanya suhu
n toleransi terhad lang kepala - Palpasi: tidak tubuh pasien tidak
ap aktifitas terma 4. Pemeriksaan Tel ada nyeri teka dalam batas
suk inga n, tidak terdap
perawatan diri. i. Inspeksi : Te at lesi, tidak normal
b. Mata linga normal, bers ada perdarahan,
Biasanya mata sime ih warna seperti w tidak ada lesi.
tris, sklera tidak arna kulit tidak a 2. Mata
ikterik da lesi - Inspeksi: konju
c.Telinga ii. Palpasi : Ti ngtiva anemis
Biasanya telinga c dak ada nyeri teka (-), sklera ikt
ukup bersih,bentuk n dan tidak ada be erik (-), pupil
simetris dan fungs njolan isokor, refleks
i 5. Pemeriksaan Mat pipil terhadap
pendengaran normal a cahaya (+/+), k
d. Hidung i. Inspeksi : Mata ondisi bersih,
Biasanya hidung si simetris, lensa je bulu mata rata
metris, hidung ber rnih, reflek cahay dan hitam
sih a langsung +\+ - Palpasi: tidak
e. Leher 6. Pemeriksaan Mul ditemukan nyeri
Biasanya tidak dit ut dan Faring tekan, tidak te
emukan benjolan. i. Inspeksi : Wa raba benjolan a
f. Paru rna pucat, mukosa bnormal
1) Inspeksi juga kering 3. Telinga
biasanya terlihat ii. Palpasi : T - Inspeksi: telin
klien mempunya ben idak ada lesi, tid ga simetris, lu
tuk dada barrel ch ak ada nyeri tekan bang telinga be
est dan tidak ada pemb rsih tidak ada
penggunaan otot ba engkakan. serumen, tidak
ntu pernafasan 7. Pemeriksaan Leh ada kelainan be
2) Palpasi er ntuk.
biasanya premitus i. Inspeksi : Sime - Palpasi: tidak
kanan dan kiri mel tris, gerakan flex ada nyeri teka
emah si warna kulit sam n, tidak teraba
3) Perkusi a dengan sekitarny benjolan abnorm
bisanya hipersonor a ii. Palpasi : T al
4) Auskultasi idak ada benjolan 4. Hidung
biasanya terdapat dan nyeri tekan - Inspeksi: hidun
ronkhi dan wheezin 8. Pemeriksaan Pay g simetris, hid
g sesuai tingkat udara dan Ketiak ung terlihat be
keparahan obstrukt i. Inspeksi : Ben rsih, terpasang
if tuk normal dan war alat bantu pern
g. jantung na juga seperti ku afasan
1) inspeksi lit disekitar 5. Mulut
bisanya ictus cord ii. Palpasi : Ti - Inspeksi: mukos
is tidak terlihat dak ada nyeri teka a bibir lembab,
2) palpasi n dan tidak ada be mulut bersih, l
biasanya ictus cor njolan idah berwarna m
dis teraba 9. Pemeriksaan Tho erah, gigi bers
3) auskultasi rax ih tidak ada ka
biasanya irama jan  Pemeriksaan ries gigi
tung teratur Paru-Paru - Palpasi: tidak
h. abdomen i. Inspeksi : ada pembesaran
1) inspeksi Serasi dengan kuli tonsil
biasanya tidak ada t sekitar, hiperin
asites flamasi (peningkat
2) palpasi an diamete 6. Dada
biasanya hepar tid anteroposterior) a. Paru
ak teraba ii. Ii. Palpasi - Inspeksi : bentuk
3) perkusi : Tidak ada benjol dada kadang tidak s
biasanya timphany an dan nyeri teka imestris kaji adany
4) auskultasi n, penurunan takti a rentraksi dada
biasanya bising us l fremitus (adany -Palapasi:
us normal a pengembangan paru t
i. ekstremitas dara atau cairan p idak simetris kaji
biasanya didapatka ada ruang pleura a adanya kemungkinan
n adanya jari tabu tau penurunan dens flail shest
h (clubbing finge itas jaringan -Perkusi: suara par
r) sebagai paru) u sonor
dampak dari hipoks iii. Perku: Terden -Auskultasi : ada s
emia yang berkepan gar suara redup, s uara nafas tambahan
jangan unor, hipersunor, wheezing
suara pekak b. Jantung
iv. Auskultasi : C -Inspeksi : tidak a
enderung wheezing, da pembesaran jantu
ronchi, stridor, c ng
rackles, pleural r -Palpasi : tidak ad
ub a edema dan nyeri t
 Pemeriksaan ekan
Jantung -Perkusi : suara j
i.Inspeksi : Tid antung pekak
ak ada lesi -Auskultasi : tidak
ii. Palpasi ada bunyi jantung t
: Tidak ada nyeri ambahan
tekan pada costa 7. Abdomen
4,5 sinistra - Inspeksi: bentu
iii. Perkusi k abdomen datar
: Terdengar bunyi Palpasi: tidak
redup terdapat nyeri
iv. Auskultasi : T tekan Perkusi:
erdengar normal Kaji adanya ket
 Pemeriksaan egangan abdomen
Abdomen - Auskultasi: Kaj
i. Inspeks i adanya penuru
i : Warna k nan bising usus
ulit sama d karena penuruna
engan selur n nafsu makan
uh tubuh, t 8. Urogenital
idak ada le - Inspeksi: Tidak
si terpasanga alat
ii. Palpasi bantu nafas
: Tidak ada 9. Ekstremitas
nyeri tekan - Inspeksi: ekstr
 Pemeriksaan emitas biasanya
Integumen sulit digerakka
i. Inspeksi n karena takut
: Tidak ada sesak nafas
perubahan p - Palpasi: akral
ada warna k dingin, tidak a
ulit, bibir da edema, tugor
pucat kuit baik.
 Pemeriksaan 10. Kulit dan kuku
Anggota Ger - Inspeksi : T
ak (Ekstrem urgor kulit tid
itas) ak baik, tidak
Mudah lelah ada lesi, kuku
karena pern berwarna pink
apasan tida - Palpasi : k
k teratur ondisi kulit le
10. Pemeriksaan Pe mbab, CRT <2 de
nunjang tik, dan akral
1. Pemeriksaa dingin.
n Laboratorium 11. Keadaan local
a. Darah rutin did Pasien tampak lemah b
apat peningkatan e erbaring di tempat ti
osinophil dan IgE dur, terpasang alat b
b. Sputum didapat antu pernafasan, kesa
adanya eosinophil, daran compos mentis
spiral crushman, K (sadar penuh).
ristal charcotvley
den
2. Terapi Awal
a. Pasang oksigen
2-4 liter/menit da
n pasang infuse RL
atau D5
b. Anti inflamasi
(kortikosteroid) m
enghambat inflamas
i jalan napas dan
mempunyai efek sup
resi profilaksis
Hasil pemeriksaan pemeriksaan darah a. Pemeriksaan spu  itology (sputm, Terjadi peningkatan
laboratorium/diagnostik rutin atau darah l tum Pemeriksaan sp plura, nodus li leukosit dan
yang abnormal engkap untuk menge utum pada penderit mfe) peningkatan LED. LED
valuasi status a asma akan di dap  Pemeriksaan fun meningkat terjadi karena
hemoglobin, leukos ati : gsi plura dan G hipoksia,volume
it, dan trombosit. 1. Kristal-kristal DA
menurun,tekanan jalan
Hemoglobin pada PP charcot leyden yan  Tes kulit, juml
nafas meningkat.
OK dapat rendah g merupakan degran ah absolute lim
atau tinggi. Leuko ulasi dari kristal fosit
sit dapat menunjuk eosinopil  pemeriksaan dar
kan ada atau tidak 2. Spiral curshman ah lengkap, fun
nya infeksi akut, n, yakni yang meru gsi hepar, fung
yang pakan cast cell ( si ginjal, peme
akan mempengaruhi sel cetakan) dari riksaan elektro
terapi. cabang bronkus lit, serta bloo
3. Creole yang mer d urea nitroge
upakan fragmen dar n untuk mengeva
i epitel bronkus luasi gejala pa
4. Netrofil dan eo raneoplastik.
sinopil yang terda  Pemeriksaan ele
pat pada sputum, u ktrokardiografi 
munya bersifat muk
oid dengan viskosi
tas yang tinggi da
n kadang terdapat
mucus plug.
b. Pemeriksaan dar
ah
1. Analisa gas dar
ah pada umunya nor
mal akan tetapi da
pat pula terjadi h
ipoksemia,
hiperkapnia, atau
asidosis
2. Kadang pada dar
ah terdapat pening
katan dari SGOT da
n LDH
3. Hiponaptremia d
an kadar leukosit
kadang-kadang di a
tas 15.000/mm3 dim
an menandakan terd
apatnya suatu infe
ksi
4.Pada pemeriksaan
faktor-faktor aler
gi terjadi peningk
atan dari Ig E pad
a waktu serangan d
an menurun pada wa
ktu bebas dari ser
angan.

Diagnosa keperawatan 1. Intoleransi Aktivit 1. Bersihan jalan 1. Pola Nafas Tidak Efekti 1. Bersihan jalan nafas
as Berhubungan Den napas tidak efekti f Berhubungan denga tidak efektif
gan Ketidakseimban f b.d Respon Alerg n posisi Tubuh yang berhubungan dengan
gan Antara i menghambat ekspansi sekresi yang tertahan.
Suplai dan Kebutuh 2. Gangguan Pertuk
paru 2. Gangguan pertukaran
an Oksigen. aran Gas b.d Ketid
2. Nyeri akut berhubung gas berhubungan
2. Gangguan Pertuk akseimbangan Venti
an dengan agen pecen dengan
aran Gas Berhubung lasi-Perfus
deraan fisiologis ketidakseimbangan
an Dengan Ketidaks 3. angguan Ventila
eimbangan si Spontan b.d Kel 3. Intoleransi aktivitas ya vantilasi perfusi.
Ventilasi-perfusi. elahan Otot Pernap ng berhubungan deng 3. Intoleransi aktivitas
3. Gangguan Pola T asan an ketidak seimbanga behubungan dengan
idur Berhubungan D 4. Pola Napas Tid n suplai dan kebutuha ketidakseimbangan
engan Ketidaknyama ak Efektif b.d Dep n oksigen antara suplai dan
nan Fisik resi Pusat Pernapa 4. Defisit nutrisi berhubu kebutuhan oksigen.
san ngan dengan faktor ps
ikologis
5. Ganguan pertukaran g
as berhubungan deng
an perubahan membr
an alveolus-kapiler

Karakteristik COVID-19 ANEMIA LEUKEMIA LIMPOMA


Pengertian Penyakit Coronavirus Anemia merupakan k Leukimia adalah pro Limfoma maligna (malign
(COVID ondisi klinis akibat ku liferasi sel darah ant lymphomas) ialah pen
-19) adalah penyakit rangnya suplai sel dar putih yang masih im yakit keganasan
menular yang disebab ah merah sehat ,volu atur dalam jaringan primer dari jaringan limfo
kan oleh virus SARS pembentuk
me sel darah merah , id yang bersifat padat (sol
– CoV – 2. darah.
dan/atau jumlah hem id), meskipun kadang-
Menurut Kemenkes RI
oglobin. kadang dapat menyebar s
(2020) Coronavirus m
erupakan keluarga be Hipoksia terjadi karen ecara sistemik
sar virus yang a tubuh kekurangan Penyakit Hodgkin (Hodgki
menyebabkan penyakit oksigen.Terlepas dari n disease) atau limfoma H
pada manusia dan hew penyakit itu sendiri , odgkin ialah limfoma mali
an. Pada manusia bia
anemia mencerminka gna yang khas ditandai ol
sanya
n eh adanya sel Reed Stern
menyebabkan penyakit
beberapa kondisi pan berg dengan latar sel rad
infeksi saluran pern
togenik yang mengar ang pleomorf (Bakta, 201
apasan, mulai flu bi
asa hingga ah pada abnormalitas 3)

penyakit yang serius jumlah,struktur,dan


seperti Middle East fungsi sel darah mera
Respiratory Syndrome h( joyce M.Black jane
(MERS) dan hokanson hawks, edis
Sindrom Pernafasan A i 3, buku 3, hal : 817)
kut Berat/ Severe Ac
ute Respiratory Synd
rome (SARS)
Organ yang terganggu Jantung, pembuluh Sel darah merah, Sel darah Sel darah putih yaitu
darah, otak, mata, ginjal putih,sumsum tulang limfosit
hidung, liver, ginjal, belakang
saluran percernaan dan
kuliat
Etiologi Penyebaran Covid-19 Penyebab tersering Faktor genetik : vi Penyebab sebenarnya LH
atau Corona virus di dari anemia adalah rus tertentu menyeb tidak diketahui, meskipun
sease bisa melalui d kekurangan zat gizi abkan terjadinya pe bukti tidak langsung
ua cara yang diperlukan rubahan struktur ge mengindikasikan
yaitu melalui kontak n (Tcell
untuk sintesis penyebab virus.
dan droplet serta me Leukemia – Lhympho
eritrosit yaitu besi, Epstein-Barr virus (EBV) d
lalui transmisi form ma Virus/ HLTV).
vitamin B12 dan ipercaya menjadi agen ka
it atau  Radiasi
asam folat.Anemia usatif. Limfoma terkait EB
permukaanbendayang t  Obat-obat imunosu
erkontaminasi virus. juga dapat presif, obat-obat k V terdokumentsi baik pad
(WHO, 2020) diakibatkan dari ardiogenik seperti a klien yang telah meneri
beragam kondisi diethylstilbestrol. ma transplantasi organ at
seperti perdarahan,  Faktor herediter, au yang mengalami peny
kelainan genetik, misalnya pada kemba akit defisiensi imun. Peni

penyakit kronik, r monozigot. ngkatan dua sampai tiga k


 Kelainan kromoso
keracunan obat, dan ali lipat dijumpai pada kli
m, misalnya pada do
sebagainya. en yang memiliki
wn sindrom. (Suriad
1. Perdarahan hebat Riwayat mononukleosis,
i & Rita Yuliani, 2
2. Akut (mendadak) penyakit yang disebabkan
001 : hal.
3. Kecelakaan 177) EBV.
4. Pembedahan  Leukemia biasanya Peneliti telah menunjukk
mengenai sel-sel da an bahwa 30%-50% speci
rah putih. men LH mengandung frag
 Penyebab dari seb men genom EBV di dalam
agian besar jenis l sel Reed-Sternberg diagn
eukemia tidak diket
ostik.
ahui.
 Pemaparan terhada
p penyinaran (radia
si) dan bahan kimia
tertentu (misalnya
benzena)
dan pemakaian obat
antikanker, meningk
atkan resiko terjad
inya leukemia. Oran
g yang
memiliki kelainan g
enetik tertentu (mi
salnya sindroma Dow
n dan sindroma Fanc
oni),
juga lebih peka ter
hadap leukemia.
Jenis/Klasifikasi (jika ada)  Anemia defisi 1. Leukemia Mielos  Tipe Lymphocyte
ensi besi (IDA) itik Akut (LMA) Predominance
 Talasemia LMA disebut jug  Tipe Mixed Cellula
 Anemia sidero a leukemia miel rity
ogenus akut ata
blastic  Tipe Lymphocyte
u
Depleted
leukemia granul
 Tipe Nodular Scler
ositik akut (LG
A) yang dikarak osis

teristikkan ole
h produksi berl
ebihan dari
mieloblast.
2. Leukemia Limfos
itik Akut (LLA)
LLA sering meny
erang pada masa
anak-anak denga
n
persentase 75%
- 80%.
3. Leukemia Limfos
itik Kronis (LL
K) LLK terjadi
pada manula den
gan limfadenopa
ti
generalisata da
n peningkatan j
umlah leukosit
disertai limfos
itosis, Perjala
nan penyakit
biasanya jinak
dan indikasi
4. Leukemia Mielos
itik Kronis (LM
K) LMK sering j
uga disebut leu
kemia granulosi
tik
kronik (LGK)
Tanda dan gejala Gejala umum : Manifestasi yang me Berdasarkan Bakta, 2013
1. Demam nyertai munculnya an gejala klinik limfoma non
2. Batuk emia adalah sebagai hodgkin dapat berupa ber
akibat tubuh yang ikut:
3. Kelelahan bereaksi terhadap hip a. Pembesaran kelenjar g
4. Kehilangana rasa atau oksia, Gejala bervaria etah bening merupakan g
bau si bergantung tingkat ejala yang paling sering di
5. Sakit tengorokan keparahan dan jumpai. Pembesaran kele
6. Sakit kepala kecepatan hilangnya njar getah asimetrik lokas
7. Nyeri otot darah, sudah berapa l i dan tanda fisik kelenjar
8. Diare ama anemia terjadi, u getah bening persis sama
9. Mual dan muntah sia klien, dan adanya seperti pada penyakit Ho
10. Ruam pada kulit atau kelainan lain. Kadar h dgkin.
perubahan warna pada emoglobin (Hb) biasa b. Gejala konstitusional d
jari tangan atau kaki nya digunakan untuk apat berupa demam, keri
11. Mata memerah atau menegakkan tingkat ngat malam dan
iritasi keparahan anemia. penurunan berat badan.
Gejala serius Gejala konstitusional ini l
1. Kesulitan bernafas ebih jarang dijumpai diba
atau sesak napas ndingkan pada penyakit H
2. Kehilangan bicara atau odgkin.
mobilitas atau c. Jangkitan orofaringeal
kebingungan dijumpai pada 5-10% kas
3. Sakit dada us yang dapat menimbulk
an keluhan sakit menelan
(sore throat).
d. Anemia, infeksi, dan pe
rdarahan dapat dijumpai
pada kasus yang mengen
ai sumsum tulang secara
difus.
e. Dapat dijumpai hepato
/splenomegali.
f. Gejala pada organ lain s
eperti kulit,otak, testis da
n tiroid dapat
dijumpai. Kelainan kulit s
ering dijumpai pada myco
sis funguides dan
Sezary syndrome. (Bakta,
2013)
Komplikasi 1. Pneuomonia adalah 1. Kelelahan yang Par a) Sepsis  Akibat langsung penyaki
bisa berkembanag pada ah b) Trombositopenia tnya :
saluran pernafasan dan 2. Kelainan Jantung (pendarahan) a. Penekanan terhadap or
juga bisa menyebar 3. Kematian5) Gagal c) Gagal organ gan khususnya jalan nafa
keparu-paru Sehingga nafas d) Iron deficiency s, usus dan saraf
menimbulkan gejala (IDA) b. Mudah terjadi infeksi,
batuk dan sesak napas e) Kematian bisa fatal
pada pengidap covid-19  Akibat efek samping pe
2. Acute respiratory ngobatan :
distress syndrom (ARDS) a. Aplasia sumsum tulang
Jika pengidap covid-19 b. Gagal jantung oleh oba
mengidap penyakit ini t golongan antrasiklin
dia sangan c. Gagal ginjal oleh obat si
membutuhkan ventilator splatinum
atau alat bantu bernapas d. Neuritis oleh obat vinkr
untuk proses pernapasan istin.(Hermawan, 2013)
3. Gejala ginjal akut
Jika pengidap covid-19
terkena penyakit ini
tentunya cukup
berbahaya dan membuat
pengidap covid-19
membutuhkan
penagangan yang lebih
serius
Penatalaksanaan  Pasien tampa gejala: Anemia pada defiensi 1. Mendemon strasika 1. Radioterapi
keperawatan 1. Gejala: frekuensi besi: n batuk efektif dan a. untuk penyakit yang te
napas 12-120 kali 1) Penyebab dari defi suara nafas yang be rlokalisir (derajat 1)
permenit siensi besi rsih, tidak ada sia b. untuk ajuvan pada "bul

2. Tempat perawatan: 2) Menggunakan pre nosis dan dispneu ky disease"


(mampu mengeluarkan
isolasi mandiri di rumah, parat besi ora c. untuk tujuan paliatif pa
sputum, mampu berna
asilitas isolasipeme Anemia megaloblasti da stadium lanjut
pas dengan mudah, t
rintah c: 2. Kemoterapi
idak ada pursed lip
3. Terapi: Vitamin C, 1) Difisiensi vitamin B a. kemoterapi tunggal (si
s).
vitamin D, dan zinc 12 dengan pemberia 2. Memberikan O2 ke ngle agent) Chlorambucil
4. Lama perawatan: 10
n vitamin B12 yang d pada pasien agar pa atau
hari sejak
apat sien menunjukkan ja siklofosfamid untuk LNH
pengambilan spesimen
diberikan dengan inje lan nafas yang pate derajat keganasan rendah
diagnosis
ksi B12. n (klien tidak b. kemoterapi kombinasi
konfirmasi
2) Terapi Vitamin B12 merasa tercekik, ir
 Pasien dengan gejala
ama nafas, frekuens
ringan: diberikan pada pasie
i pernapasan dalam
1. Gejala: Demam, bat n selama hidup untuk
rentang normal, tid
uk (umumnya batuk mencegah kekambuh
ak ada suara nafas
kering ringan), kele an anemia. abnormal).
lahan ringan, anorek Anemia defisiensi asa 3. Selalu memonitor
si, m folat: tanda-tanda vital t
sakit kepala, kehila penangananya denga etap dalam rentang
ngan indra
penciuman, kehilanga n diet dan normal (tekanan dar
n indra penambahan asam fo ah, nadi,
pengecapan, mialgia lat 1 mg/hari, secara I pernafasan).
dan nyeri tulang, M pada pasien denga 4. Mencukupi pemenu
nyeri tenggorokan. K han nutrisi Klien a
n gangguan
emudian pilek dan gar terpenuhi, berk
absorsi
bersin, mual, munta olaborasi dengan ah
h, nyeri perut, diar li gizi dalam
e, pemberian diet pasi
konjungtivitis, keme en.
rahan pada kulit ata 5. Meningkatkan BB
u Klien agar kembali
perubahan warna pada ke BB sewaktu seha
jari-jari kaki, t.
frekuensi napas 12-2 6. Usahakan tidak t
0 kali per menit, erjadi mual dan mun
saturasi oksigen leb tah pada pasien.
ih dari atau sama 7. Membuat nafsu ma
dengan 95 persen kan klien kembali m
2. empat perawatan: F eningkat.
asilitas isolasi 8. Pantau selalu in
pemerintah, isolasi take dan out put pa
mandiri di rumah bag sien.
i 9. Melakukan tindak
yang memenuhi syarat kan Defisit Perawat
3. Terapi: Oseltamiv an Diri kepada pasi
ir atau favipiravir, en, agar pasien mer
azitromisin, vitamin asa nyaman
C, vitamin D, dan
zinc
4. Lama perawatan: 10
hari isolasi sejak
timbul gejala dan mi
nimal 3 hari bebas
gejala
 Pasien dengan gejlan
sedanga:
1. Gejala: Demam, bat
uk (umumnya batuk
kering ringan), kele
lahan ringan, anorek
si,
sakit kepala, kehila
ngan indra
penciuman, kehilanga
n indra
pengecapan, mialgia
dan nyeri tulang,
nyeri tenggorokan. K
emudian pilek dan
bersin, mual, munta
h, nyeri perut, diar
e,
konjungtivitis, keme
rahan pada kulit ata
u
perubahan warna pada
jari-jari kaki,
frekuensi napas 20-3
0 kali per menit,
saturasi oksigen kur
ang dari atau sama
dengan 95 persen, se
sak napas tanpa
distress pernapasan
2. Tempat perawatan:
RS lapangan, RS
darurat Covid-19, RS
non rujukan, dan
RS rujukan
3. Terapi: Favipiravi
r, remdesivir 200mg
IV, azitromisin, kor
tikosteroid, vitamin
C, vitamin D, zinc,
berdasarkan evaluasi
Dokter Penanggung Ja
wab (DPJP)
4. Lama perawatan: 10
hari sejak timbul
gejala dan minimal 3
hari bebas gejala
 Pasen dengan gejala
berat atau kritis:
1. Gejala: Demam, bat
uk (umumnya batuk
kering ringan), kele
lahan ringan, anorek
si,
sakit kepala, kehila
ngan indra
penciuman, kehilanga
n indra
pengecapan, mialgia
dan nyeri tulang,
nyeri tenggorokan. K
emudian pilek dan
bersin, mual, munta
h, nyeri perut, diar
e,
konjungtivitis, keme
rahan pada kulit ata
u
perubahan warna pada
jari-jari kaki,
frekuensi napas di a
tas
30 kali per menit, s
aturasi oksigen kura
ng
dari atau sama denga
n 95 persen, sesak
napas dengan distres
s pernapasan.
2. Kondisi kritis: AR
DS/gagal napas,
sepsis, syok sepsis
dan multiorgan failu
re
3. Tempat perawatan:
HCU/ICU RS rujukan
4. Terapi: Favipiravi
r, remdesivir,
azitromisin, kortiko
steroid, vitamin C,
vitamin D, zinc, ber
dasarkan evaluasi
dokter penanggung ja
wab (DPJP),
pengobatan komorbid
bila ada,
HFNC/ventilator, ter
api tambahan.
5. Lama perawatan: Sa
mpai dinyatakan
sembuh oleh DPJP den
gan hasil PCR negatif
atau klinis membaik.
Penatalaksanaan medis Anemia aplastic: 1. Transfusi darah D 1. Transplantasi sumsum
1) Tranplantasi sums iberikan jika kadar tulang dan transplantasi s
um tulang Hb kurang dari 6 gr el induk merupakan terap

2) Peberian terapi im %. Pada trombositop i baru dengan memberika


enia yang berat
unosupresif dengan g n harapan kesembuhan ja
dan perdarahan yang
lobulin antitimosit (A ngka panjang.
massif dapat diberi
TG ) 2. Kemoterapi dosis tinggi
kan transfuse tromb
Anemia pada penyaki dengan stem cell transpla
osit.
t ginjal: 2. Kortikostiroid se ntation.
1) Pada pasien dialysi perti prednisone, k 3. Terapi dengan imunom
s harus ditanganiden ortison, deksametas odulator
gan pemberian besi d on dan sebagainya. Terapi dengan interferon
an asam folat Setelah dicapai diberikan untuk indolent l
2) Ketersediaan eritro remis ymphoma, dikombinasika
peotin rekombinan 3. Sitostatika bentu n dengan kemoterapi ata
k terapi utama adal
Anemia pada penyaki u diberikan setelah kemo
ah kemoterapi denga
t kronis: terapi.
n kombinasi vinkris
Pada anemia tidak m 4. Targeted therapy
tine,
enunjukan gejala dan
asparaginase, predn
memerlukan penang isone untuk terapi
anan khusus. Besi su awal dan dilanjutka
msum tulang dipergu n dengan kombinasi
nakan untuk membu mercaptopurine,

at darah, sehingga Hb metotrexate, vincri


stine, dan predniso
meningkat.
ne untuk pemelihara
an
4. munoterapi merupa
kan cara pengobatan
yang baru. Setelah
tercapai remisi dan
jumlah sel
leukemia yang cukup
rendah (105-106), i
muno terapi diberik
an
Terapi Diet Protein hewani: Terapi diet zat besi 1. Meningkatkan 1. Pasien diberikan diet
telur(protein lengkap), Yang mencakup asupan protein energi tinggi, protein
susu dan hasil makanan kaya zat 2. Memperbayak tinggi dan karbohidrat
olahananya: keju,daging besi yang seimbang, mensumsi makanan sedikit lebih rendah
sapi,daging ayam, hati, seperti sayuran yang 3. Batasi konsumsi melalui oral sebanyak
ikan, uadang, berdaun, daging sumber asam folat 80% dari total kebutuhan
Protein nabati: kacang- tanpa lemak, kacang- 4. Buah-buahan wajib sehari.
kacagan kering: kacang kacangan, dan biji- setiap hari 2. Makanan diberikan
hijau, kacang kedelai, bijian. 5. Stop alkohol , rokok, selama tiga hari
dan hasi olahananya dan minuman bersoda. perawatan dalam
seperti tempe atau tahu. konsistensi lunak.
3. Pasien juga diberikan
edukasi dan konseling
gizi.
Riwayat kesehatan Klien biasanya menge Biasanya pasien yang -Adanya perdarahan Pada umumnya pasien de
sekarang luh memiliki Riwayat pen seperti; ptekie, pu ngan limfoma didapatkan
mengalami demam ting yakit Anemia akan ta rpura, epistaksis keluhan
gi dan menggigl sert mpak keletihan kele -Nyeri sendi dan tu utama karena ketidaknya
a sesak napas, pening lang
mahan pada tubuh, p manan karena adanya be
katan frekuensi pern -Peningkatan suhu t
using, gemetaran ke njolan yang terasa nyeri b
apasan, dan lemas. ubuh, sakit kepala,
mampuan beraktivita ila menelan, kadang-kada
anoreksia, mual, mu
s menurun dan nyeri ng disertai dengan kesulit
ntah
pada luka. an bernafas, gangguan pe
-Mengeluh tidak ena
nelanan ,berkeringat di m
k pada perut dan BA
B tidak teratur. alam hari. Pasien biasany
a mengalami demam dan
disertai dengan penuruna
n berat badan
Riwayat kesehatan dahulu Biasanya pasien yang -Kemungkinan klien Pada pasien limfoma bias
memiliki Riwayat pen pernah terpajan zat anya diperoleh riwayat p
yakit Anemia dapat di kimiawi atau mendap enyakit
lihat darikonjungtiva atkan pengobatan se seperti pembesaran pada
perti benzol, arse
nya. area seperti : leher, ketia
n, preparat sulfat
k, dll. Pasien dengan tran
-Kemungkinan klien
splantasi ginjal atau jantu
pernah kontak atau
ng.
terpajan radiasi de
ngan kadar ionisasi
yang lebih besar
-Kemungkinan klien
pernah menderita de
mam tinggi yang tid
ak diketahui penyeb
abnya.

Riwayat kesehatan Adanya keluarga penyakit akut ) dan d Penyakit leukemia t Meliputi susunan anggota
keluarga menderita penyakit apat menyebabkan s idak diwariskan, ta keluarga yang mempunya
hipertensi, infeksi alah satu keturunann pi sejumlah individ i

saluran kemih, dan ya mengalami Biasan u memiliki faktor p penyakit yang sama deng
redisposisi, misaln
penyakit menular seperti ya pasien akan meng ya pada kembar satu an pasien, ada atau tidak
asma, diabetes militus, atakan adanya salah s telur. nya riwayat
dan penyakit lainnya. atu keluarga pesien y penyakit menular, penyak
ang it turunan seperti DM, Hi
mederita anemia, ma pertensi, dsb.
upun penyakit lain se
perti ( penyakit kroni
s, maupun penyakit y
ang sama.
Hasil pengkajian pola a) Pola nutrisi 1. Pola nutrisi
kesehatan gordon yang Mual, muntah, karena a) Pola makan
bermasalah/abnormal terjadinya peningkatan b) Pola minum
rangsangan 2. Pola eliminasi
mitroorganisme a) Bab
b) Pola eliminasi b) Bak
Penderita mengalami 3. Pola aktivitas
penurunana produksi /latihan
urin akibat perpindahan Biasanya pola aktiv
cairan itas/latihan klien
c) Pola tidur dan terganggu karena ke

istirahat lelahan, kurang ist


irahat, pada saat b
Persien kesulitan tidur eraktivitas ataupun
karena sesak saat istirahat.
napas,lelah, sering 4. Pola istirahat

menguap dan tidak bisa tidur


Biasanya pola istir
tidur pada malam hari
ahat dan tidur pada
d) Pola aktivitas latihna
klien dengan leukim
Biasanyan pasien
ia mengalami ganggu
mengalan aktivitar
an, karena biasanya
menurun, terganggu dan klien akan mengalam
terjadi kelemahan fisik. i nyeri

Hasil pemeriksaan fisik Tanda-tanda vital me Inspeksi : Pergerakka A. Keadaan Umum Mel Penderita yang
yang abnormal liputi tekanan dara n dinding iputi : Baik, jele didiagnosa Limfoma
h, nadi, dada,takipnea, k, sedang. Hodgkin sebesar 80%
kedalaman dan pola n orthopnea, B. Tanda-tanda vita mengeluhkan benjolan
afas, suhu tubuh, sa l - TD : Tekanan Da
dispnea (kesulitan be yang asimtomatis.
turasi rah - N : Nadi - P
rnafas ), nafas
oksigen, serta tingk : Pernapasan - S :
pendek ,cepat lelah k
at kesadaran Suhu
etika beraktivitas yan
 inspeksi C. Antropometri - T
g merupakan B : Tinggi Badan -
Wajah terlihat pu
cat, meringis, le manifestasi berkuran BB : Berat Badan
mas, banyak gnya pengiriman oksi D. Sistem pernafasa
keringat, sesak, gen n Frekuensi pernapa
adanya PCH, Adany Palpasi : taktil premit san, bersihan jalan
a takipnea us napas, gangguan pol
sangat jelas (25- a napas, bunyi
Perkusi : biasanya bu
45 kali/menit), p tambahan ronchi dan
nyi sonor
ernafasan wheezing
Auskultasi : biasanya
cuping hidung, pe E. Sistem cardiovas
suara napas vesikule
nggunaan otot-oto kular Anemis atau t
t aksesori r,dan bunyi nafas tam idak, bibir pucat a

pernafasan, dyspn bahan lainnya. tau tidak, denyut n


ea, sianosis sirk adi, bunyi jantung,
umoral, distensi tekanan darah dan c
abdomen, sputum p apylary reffiling t
urulen, berbusa, ime.
bersemu F. Sitem Pencernaan
darah, batuk : No Mukosa bibir dan mu
n produktif – pr lut kering atau tid
oduktif, demam ak, anoreksia atau
menggigil, faring tidak, palpasi
itis. abdomen apakah meng
 Palpasi alami distensi dan
Denyut nadi menin auskultasi peristal
gkat dan bersambu tik usus adakah men
ngan (bounding), ingkat atau
nadi tidak.
biasanya meningka G. Sistem Muskulosk
t sekitar 10 kali eletal Bentuk kepal
/menit untuk seti a, extermitas atas
ap kenaikan satu dan ekstermitas baw
derajat celcius, ah.
turgor kulit menu H. Sistem Integumen
run, peningkatan Rambut : Warna ramb
taktil fremitus d ut, kebersihan, mud
i ah tercabut atau ti
sisi yang sakit, dak
hati mungkin memb
esar.
 Perkusi
Perkusi pekak bag
ian dada dan suar
a redup pada paru
yang sakit.
 Auslkutasi
Terdengar strido
r, bunyi nafas br
onkovesikuler ata
u bronkial,
egofoni (bunyi me
ngembik yang tera
uskultasi), bisik
an pektoriloquy
(bunyi bisikan ya
ng terauskultasi
melalui dinding d
ada), ronchii
pada lapang paru
Hasil pemeriksaan Hasil pemeriksaan la Bentuk sel darah pemeriksaan yang dapat
laboratorium/diagnostik boratorium: Rapid Te merah dan adanya dilakukan adalah
yang abnormal st, PCR, darah ruti sel abnormal pemeriksaan antibodi
n, CD3, CD20, CD79a, CD15,
analisisgas darah (j
CD30, CD45, dan Ki67.
ika dilakukan)
Limfoma Hodgkin dapat
didiagnosis dengan
pemeriksaan
imunohistokimia CD15,
CD30, dan CD45. Pada
diagnosis HRS, biasanya
CD15 positif, CD30
positif, dan CD45 negatif.
Diagnosa keperawatan 1. Pola napas tidak e 1. Perfusi perifer tida Nyeri Kronik berhub 1.Pola Nafas Tidak Efektif
fektif berhubungan d k efektif berhubunga ungan dengan Agen I berhubungan dengan ha
engan hambatan upaya n dengan penurunan njury Biologi. . mbatan upaya napas
napas (SDKI D.0005) konsentrasi 2. Intolenransi Akt 2. Hipertermi berhubung
2. Gangguan pertukur ivitas berhubungan
hemoglobin an dengan proses penyaki
an gas berhubungan d dengan Kelemahan.
2. Intolerasi aktivitas t (kanker)
engan perubahan 3. Resiko Infeksi b
berhubungan dengan 3. Nyeri Akut berhubunga
membrane alveolus-ka erhubungan dengan P
kelemahan
piler (SDKI D.0003) ertahanan Sekunder n dengan agen pencedera
3. Gangguan ventilas 3. Keletihan berhubu Inadekuat (penuruna fisiologis
i spontan berhubunga ngan dengan kondisi n Hb). 4. Defisit Nutrisi berhubu
n dengan kelemahan fisiologis ( mis. Penya ngan dengan faktor psikol
otot pernapasan (SDK kit kronis, ogis (keenganan untuk
I D.0004) penyakit terminal, an makan)
4. Bersihan jalan na emia, malnutrisi, keh 5. Intoleransi Aktivitas ya
pas tidak efektif be
amilan) ng berhubungan dengan
rhubungan dengan sec
kelemahan
ret
6. Ansietas berhubungan
yang tertahan (SDKI
dengan kurang terpapar i
D.0001)
5. Hipertermia berhu nformasi
bungan dengan proses
penyakit (infeksi vi
rus
covid-19) (SDKI D.01
30)
6. Deficit nutrisi b
erhubungan dengan ku
rangnya asupan
makanan (SDKI D.001
9)

Karakteristik DHF
Pengertian Emam dengue (DD) dan
Demam Berdarah Dengu
e (DBD) adalah penyakit
demam akut yang dapat
menyebabkan kematian
dan disebabkan oleh em
pat serotipe virus dari ge
nus Flavivirus, virus RNA
dari keluarga Flavivirida
e. Infeksi oleh satu seroti
pe virus dengue menyeb
abkan terjadinya kekeba
lan yang lama terhadap s
erotipe virus tersebut, d
an kekebalan sementara
dalaam waktu pendek te
rhadap serotipe virus de
ngue lainnnya.
Organ yang terganggu Tanda perdarahan, sepe
rti mimisan, gusi berdara
h, perdarahan di bawah
kulit, muntah hitam, bat
uk darah, maupun buan
g air besar dengan feses
kehitaman. Tekanan dar
ah menurun. Kulit basah
dan terasa dingin. Denyu
t nadi melemah.
Etiologi Penyebab penyakit adal
ah virus dengue kelomp
ok Arbovirus B, yaitu art
hropod. bornevirus atau
virus yang disebarkan ol
e artropoda. Virus ini ter
masuk genus Flavivirus d
an famili Flaviviridae. Sa
mpai saat ini dikenal ada
4 serotype virus yaitu:
1. Dengue 1 disolasi oleh
Sabin pada tahun1944.
2. Dengue 2 disolasi oleh
Sabin pada tahun 1944.
3. Dengue 3 disolasi oleh
Sather
4. Dengue 4 disolasi oleh
Sather.

Jenis/Klasifikasi (jika ada) Virus DEN memiliki geno


m dengan 11000 base ya
ng mengkode tiga strukt
ur protein, protein C, pr
otein M dan protein E, s
erta tujuh nonstruktur p
rotein (NS protein) Terd
apat empat serotipe viru
s DEN yang antigenik ber
beda, yaitu DEN-1, DEN-
2, DEN-3 dan DEN-4. Stu
di genetik menunjukkan
bahwa keempat serotipe
virus dengue berasal dar
i satu nenek moyang pad
a populasi primata sekit
ar 1000 tahun yang lalu,
yang kemudian secara te
rpisah memasuki siklus p
enularan urban pada ma
nusia di Asia dan Afrika s
ejak 500 tahun yang lalu.
Tanda dan gejala
Komplikasi Penyakit dengue dapat b
erkembang menjadi ber
at jika terjadi komplikas
i-komplikasi berupa ense
falopati, kerusakan hati,
kerusakan otak, kejang-k
ejang dan syok. Untuk m
enentukan diagnose den
gue dengan cepat, terut
ama jika berasa di daera
h rural, digunakan Rapid
Diagnosatic Test kits yan
g dapat menentukan jug
a apakah penderita men
galami infeksi dengue pri
mer atau sekunder. Pem
eriksaan serologi atau P
CR dilakukan untuk mem
astikan diagnose dengue
jika terdapat indikasi klin
is.
Penatalaksanaan 1) Derajat I dan II
keperawatan a) Obat oral
b) Infus cairan Ringer La
ktat dengan dosis 50,l/k
gBB/hari disertai minum
air putih.
2) Derajat III
a) Berikan infus Ringer L
aktat 20ml/kgBB/jam
Apabila menunjukan per
baikan (tensi terukur >8
0mmHg dan nadi teraba
dengan frekuensi <120x/
menit dan akral hangat l
anjutkan dengan ringet l
aktat 10ml/kgBB/jam, jik
a nadi dan tensi stabil la
njutkan infus tersebut d
engan jumlah cairan dihi
tung berdasarkan kebut
uhan cairan dalam kuru
m waktu 24jam dikurang
i cairan yang sudah mas
uk dibagi dengan sisa wa
ktu (24jam dikurangi sisa
waktu yang dipakai untu
k mengatasai renjatan).
3) Derajat IV
a) Cairan
infus NaCl 0.9% / Dextro
se 5% atau Ringer laktat.
Plasma expender, apabil
a shock sulit diatasi. Pem
berian cairan ini diperta
hankan minimal 12-24 ja
m maksimal 48 jam setel
ah shock teratasi.
Penatalaksanaan medis 1) Obat
(a) Antibiotika: diberikan
pada penderita shock m
embangkang dan atau g
ejala sepsis.
(b) Kortikosteroid: pemb
eriannya controversial h
ati-hati pada penderita d
engan gastritis.
(c) Heparin: diberikan pa
da penderita DIC dosis 1
00mg/kgBB setiap 6 jam
i.v (Desmawati, 2013)

Terapi Diet Tidak ada pantangan ata


u diet khusus untuk pasi
en DBD, hanya memerlu
kan makanan yang memi
liki nilai gizi tinggi agar d
aya tahan tubuh lebih k
uat.
Riwayat kesehatan sekarang Merupakan pengemban
gan dari keluhan utama
yang dirasakan klien mel
alui metode PQRST yaitu
Paliatif (penyebab keluh
an utama), Qualitatif (sa
mpai dimana), Region (d
aerah mana saja yang di
keluhkan), Skala (yang d
apat memperberat dari
meringankan keluhan ut
ama) dan Time (kapan te
rjadinya keluhan utama)
dalam bentuk narasi. Did
apatkan adanya keluhan
demam dan saat demam
kesadaran komposmenti
s, adanya keluhan mual,
muntah, anoreksia, diare
/konstipasi, sakit kepala,
nyeri otot dan persendia
n, nyeri uluhati, serta ad
anya manifestasi perdar
ahan pada kulit, gusi, me
lena atau hematemesis
(Desmawati 2013)
Riwayat kesehatan dahulu Penyakit apa saja yang p
ernah diderita. Pada pasi
en DHF, biasanya menga
lami serangan ulang DHF
dengan tipe virus yang la
in (Desmawati 2013)

Riwayat kesehatan keluarga Riwayat adanya penyakit


DHF didalam keluarga ya
ng lain (yang tinggal di d
alam suatu rumah atau
beda rumah dengan jara
k rumah yang berdkata
n) sangat menentukan k
arena ditularkan melalui
gigitan nyamuk Aedes ae
gypti.

Hasil pengkajian pola a) Pola Nutrisi


kesehatan gordon yang Pada klien DHF biasanya
bermasalah/abnormal akan ditemukan peruba
han pola makan atau nut
risi kurang dari kebutuha
n.
b) Pola Eliminasi
Biasanya akan ditemuka
n pola eliminasi BAB, yai
tu diare atau konstipasi.
c) Pola Istirahat / Tidur A
kan ditemukan pola tidu
r akibat dari manifestasi
DHF seperti nyeri otot, d
emam dan lain-lain.
d) Pola Personal hygien
e
Pada klien DHF akan dia
njurkan untuk tirah bari
ng sehingga memerluka
n bantuan oranglain dala
m membersikan diri.

Hasil pemeriksaan fisik yang 1. Sistem Pernafasan


abnormal Respon imobilisasi / tira
h baring dapat terjadi pe
numpukan lendir pada b
ronkhi dan bronkhiolus,
perhatikan bila asien tid
ak bisa batuk dan menge
luarkan lendir lakukan a
uskultasi untuk mengeta
hui kelembaban dalam p
aru-paru. Dapat juga dit
emukan sesak, epistaksi
s, pergerakan dada sime
tris, perkusi sonor, pada
auskultasi terdengan ron
chi.
2. Sistem Kardiovaskuler
Akan ditemukan nadi le
mah, cepat disertai penu
runan tekanan nadi (me
njadi 20 mmHg atau kur
ang), tekanan darah me
nurun (sistolik sampai 80
mmHg atau kurang), dis
ertai teraba dingin di kuli
t dan sianosis merupaka
n respon terjadi syok, CR
T mungkin lambat karen
a adanya syok hipovole
mik akibat perdarahan h
ebat.
3. Sistem Pencernaan
Akan ditemukan rasa mu
al, muntah dapat terjadi
sebagai respon dari infek
si dengue sehingga dapa
t menyebabkan penurun
an nafsu makan. Selain it
u diarre atau konstipasi j
uga dapat terjadi akibat
nya pasien akan mengal
ami asupan tidak adekua
t dan perubahan elimina
si BAB.
4. Sistem Persyarafan
Akan ditemukan nyeri ya
ng terjadi pada otot atau
persendian, perubahan k
esadaran sampai timbul
nya kejang spastisitas da
n ensefalopati perlu pula
dikaji fungsi Nervus Cran
ial lainnya.
5. Sistem Integumen
Kebocoran plasma dari r
uang intravaskuler ke ru
ang ekstravaskuler salah
satunya akan berdampa
k pada perdarahan di ba
wah kulit berupa, ptekie,
purpura serta akan terja
di peningkatan suhu tub
uh (hipertermi).
6. Sistem Muskuloskelet
al Biasanya ditemukan a
danya keluhan nyeri otot
atau persedian terutama
bila sendi dan otot perut
ditekan, kepala dan pega
l-pegal seluruh tubuh. A
kibatnya akan ditemuka
n gangguan rasa nyama
n.
7. Sistem Perkemihan
Dipalpasi bagaimanana k
eadaan blas serta apaka
h terdapat pembesaran
ginjal dan perkusi apaka
h pasien merasa sakit se
rta tanyakan apakah ada
gangguan saat BAK.

Hasil pemeriksaan Pemeriksaan laboratoriu


laboratorium/diagnostik m meliputi kadar hemog
yang abnormal lobin, kadar hemotakrit,
jumlah trombosit, dan h
apusan darah tepi untuk
melihat adanya limfosito
sis relatif disertai gamba
ran limfosit plasma biru
(sejak hari ke-3). Tromb
ositopenia umumnya dij
umpa pada hari ke 3-8 s
ejak timbulnya demam.
Hemo konsentrasi dapat
dijumpai mulai demam p
ada hari ke-3
Diagnosa keperawatan 1) Hipertermia berhubu
ngan dengan proses pen
yakit.
2) Defitsit Nutrisi berhub
ungan dengan faktor psi
kologis
3) Resiko perdarahan be
rhubungan dengan gang
guan Koagulasi (Penurun
an Trombosit)
4) Pola Nafas Tidak Efek
tif berhubungan dengan
Hambatan upaya napas
5)Hipovolemia berhubun
gan dengan Kekurangan
intake cairan
6) Nyeri Akut berhubun
gan dengan agen penced
eraan fisiologis
7) Intoleransi Aktivitas b
erhubungan dengan Kel
emahan

DAFTAR PUSTAKA
Albertus, Audric. (2020). COVID-19 (CORONAVIRUS DISEASE 2019).
ALOMEDIKA: https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-
infeksi/coronavirus-disease-2019-covid-19 (Diakses pada pukul 08.13 WIB)
WHO, Hypertension Fact Sheet, Depertement of Sustainble Development and
HealthyEnvironment, September 2011
https://id.scribd.com/document/439455481/ASKEP-LIMFOMA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, ( 2016), Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Defnisi dan Indikator Diagnosa Edisi 1. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat PPNI.
Aaronson, Phillip I., and Ward, Jeremy PT., 2010, At a Glance Sistem Kardiovaskular 3th ed, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI.
https://www.inews.id/lifestyle/health/3-saran-who-agar-tidak-cemas-hadapi-pandemi-covid-19https://bebas.kompas.id/baca/riset/
2020/04/18/rangkaian-peristiwa-pertama-covid-19/https://www.who.int/indonesia/news/novel-
https://doi.org/10.1016/j.glohj.2019.06.002
http://repository.unair.ac.id/98026/3/4.%20BAB%201%20PENDAHULUAN.pdf
Black, Joyce M. 2009. KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH EDISI 8. Singapura: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai