Anda di halaman 1dari 44

CORONARY ARTERI

DISEASE
Disusun Oleh:
Indriyani Lestari 1211022
Mila Jamila 1211025
Risa Rosalina 1211033
 
Pengertian
01 02 03
Coronary Artery Disease (CAD)
CAD merupakan kondisi Coronary Artery Disease (CAD)
atau penyakit jantung koroner
patologis Arteri Koroner yang adalah merupakan suatu
penyempitan atau
ditandai dengan penimbunan gangguan fungsi jantung yang
penyumbatan arteri koroner ,
abnormal lipid atau bahkan di sebabkan karena otot
arteri yang menyalurkan darah
lemak dan jaringan fibrosa di miokard kekurangan suplai
ke otot jantung. Bila aliran
dinding pembuluh darah yang akibat adanya penyempitan
darah melambat, jantung tidak
mengakibatkan perubahan dan tersumbatnya pembuluh
mendapat cukup oksigen dan
struktur dan fungsi arteri dan darah jantung. Kondisi dapat
nutrisi . hal ini biasanya
penurunan aliran darah ke mengakibatkan perubahan
mengakibatkan nyeri dada
jantung. (Glassman & pada sebagai aspek, baik fisik,
yang disebut angina. Bila satu
Shapiro,2014) psikologis, maupun sosial yang
atau lebih dari arteri koroner
berakibat pada penurunan
tersumbat sama sekali,
kapasitas fungsional dan
akibatnya adalah serangan
kenyamanan. ( Glassman &
jantung dan kerusakan pada
Shapiro, 2014)
otot jantung . ( Glassman &
Shapiro, 2014)
Penyebab utama dari CAD adalah
terjadinya Aterosklerosis (pengerasan
pada dinding arteri) . Aterosklerosis
ditandai dengan penimbunan lemak ,
kolesterol di lapisan intima arteri .
timbunan ini dinamakan ateroma atau
plak .
ANATOMI PEMBULUH DARAH
KORONER
PATOFISIOLOGI
ATHEROSKLEROSIS
Klasifikasi
Faktor resiko terjadinya penyakit jantung antara lain : Hiperlipidemi, hipertensi
merokok, diabetes militus, kurang aktivitas fisik , stress, jenis kelamin , obesitas dan genetik.

Menurut, (Putra, S dkk, 2013 , hal : 4) klasifikasi CAD antara lain :

1. Angina Pektoris stabil


2. Angina pektoris tidak stabil
3. Infark Miokard akut
(NSTEMI, STEMI)
Klasifikasi Killip
● Killip I : Tanpa S3/Ronchi basah
● Killip II: Ronci< ½ lapang
paru,dengan/tanpa S3
● Killip III: Ronci> ½ lapang
paru,S3 jelas dengan
odema paru
● Killip IIV: Dengan kardiogenic
syok
Faktor Resiko Terjadinya CAD
Faktor yang tidak dapat di
modifikasi
Yaitu faktor risiko biologis yang tidak dapat diubah.
Meliputi :

Usia
Jenis Kelamin
Riwayat keluarga CAD
Faktor Resiko Terjadinya CAD
Faktor Yang Di Modifikasi
Yaitu faktor risiko yang dapat dikontrol dengan
mengubah gaya hidup atau kebiasaan pribadi.
1. Usia meliputi :
2
1. Rokok
2. Hiperlipidemia
3. Hipertensi
4. Diabetes Militus
5. Obesitas
6. Inaktifitas Fisik
7. Trombosit
8. Pola Makan Tidak Sehat
9. Stress dan Pola Tingkah Laku
Tanda dan Gejala

Nyeri dada
Mual dan Muntah
Diaporesis
Demam
Sesak
Serangan Jantung
Gagal Jantung
Aritmia
Perubahan EKG
Perubahan Enzim
Jantung
PATOFISIOLOGI
Lesi – lesi arteriosclerosis biasanya berkembang pada segmen epikardial progsimal dari arteri koronaria
yaitu pada tempat lengkungan yang tajam, percabangan atau perlengketan. Pada tahap lebih lanjut lesi –
lesi yang tersebar difus menjadi menonjol. (Price & Wilson ,2010)
Komplikasi
Menurut Institute for Quality and Efficiency in Health (2017), komplikasi CZD meliputi :

Aritmia Vesikuler Aneurisma

Gagal Jantung Disfungsi Otot Perikardiktis Infrak


kongensif Papillaris Transmural

Syok Kardiogenik Emboli Paru


Pemeriksaan Penunjang

Echo Cardiogram Analisa Gas Darah

Pemeriksaan darah Elektrokardiogram


Lengkap (EKG)

Kateterisasi Jantung Cardiac Stress


(Angiografi Koroner) Testing
ELEMEN PADA
EKG
ANATOMI ARTERI KORONER
Yang dapat ditangkap oleh EKG ialah kelainan
miokard yang disebabkan oleh terganggunya
aliran coroner
Terdapat 2 tingkatan kerusakan miokard :
1.Iskemia, kelainan yang paling ringan dan
masih reversible
2.Nekrosis, Kelainan yang sudah irreversible,
karena kerusakan sel miokard sudah
permanen
ISKEMIA
A. Ketidakseimbangan antara
kebutuhan metabolism miokardium
(demand) dan suplai oksigen
(supply)
B. Berpengaruh terhadap
pembentukan dan penghantaran
impuls pada fase depolarisasi dan
repolarisasi ST dan T change (on
ECG)
C. ST depresi bermakna, apabila
ST depresi dan perubahan gelombang T
ST depresi dianggap bermakna, apabila
● ST segment depresi ≥ 0.05 mVol (0.5mm)
● Terdapat di dua atau lebih lead pada area anatomi yang sama
● ST segmen depresi > 1 mm di bawah garis dasar PT di titik J
● Titik J didefinisikan sebagai akhir kompleks QRS dan permulaan segmen ST

Bentuk segmen ST :
● Up-sloping (tidak spesifik)
● Horizontal (lebih spesifik untuk iskemia)
● Down-sloping (paling terpercaya untuk iskemia)

Perubahan gelombang T
Pada iskemia kurang begitu spesifik
Gelombang T hiperakut
Kadang-kadang merupakan satu-satunya perubahan EKG yang terlihat
BENTU
K ST
DEPRE
SI
INFARK
● Kematian jaringan miokard yang sifatnya
irreversible akibat dari iskemia yang tidak
tertangani dengan benar
● Terbentuknya gelombang Q (Q patologis)
● Pada gambaran EKG akan terlihat sebagai ST
segment elevasi
● Akan bermakna bila elevasi ≥ 1 mm pada dua atau
lebih sadapan (lead) yang berhubungan/
berdekatan.
● Kriteria voltase :
Pada sadapan precordial ST elevasi >2mm
(0.2mV)
Pada sadapan ekstremitas ST elevasi > 1mm (0.1
mV)
● Kriteria teritority :
Terdapat dua sadapan di area anatomi yang sama
(contigious leads) atau berdekatan
PERUBAHAN EKG
DINDING
JANTUNG
LOKASI EKG BERDASARKAN
ANATOMI
Hubungan lokasi infark, lead
dan arteri koroner yg terkena
Anterior ( V2 ), V3, V4 → LAD
Septal V1, V2 → LAD
Anteroseptal V1, V2, V3, ( V4 ) → LAD
Lateral I, aVL ( high lateral ) → LCX
V5, V6 ( low lateral ) → LCX
Anterolateral V3, V4, V5, V6, ( I, aVL ) → LCA
Inferior II, III, aVF → RCA
Posterior V7, V8, V9, atau resiprokal V1, V2, V3 →
RCA dan LCX
Ventrikel kanan ( RV ) V3R, V4R → RCA
LEAD TAMBAHAN
Pengkajian Sekunder
1. Aktivitas
2. Sirkulasi
Pengkajian
3. Integritas Ego
4. Eliminasi
5. Makanan atau Cairan
6. Hygine
Pengkajian Primer
7. Neurosensori
1. Airways 8. Nyeri atau Ketidaknyamanan
2. Breathing 9. Pernafasan

3. Circulation 10. Interaksi Sosial


11. Riwayat atau adanya faktor resiko
12. Pemeriksaan Diagnostik
13. Tes tambahan(elektrolit serum,dll)
Diagnosa Keperawatan (SDKI)
Berdasarkan manifestasi klinis, riwayat penyakit dan pengkajian data diagnostik,
maka diagnosa keperawatan yang bisa timbul adalah:
● Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ( mis.
Inflamasi, iskemia, neoplasma )
● Aktual atau risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
irama jantung, perubahan frekuensi jantung, perubahan kontraktilitas, perubahan
preload, perubahan afterload.
● Ansietas berhubungan dengan kebutuhan tidak terpenuhi, kekhawatiran
mengalami kegagalan, ancaman terhadap kematian.
● Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, kelemahan.
● Defisit pengetahuan tentang penyakit jantung berhubungan dengan kurang
terpapar informasi
Tujuan dan kriteria hasil (SLKI)
1. Diagnosa keperawatan: Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ( mis. Inflamasi,
iskemia, neoplasma )
Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yg berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau
fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yg berlangsung kurang dari
3 bulan
Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan 1x24 jam, maka tingkat nyeri menurun
Kriteria Hasil:
a. Terjadi penurunan keluhan nyeri
b. Klien tampak nyaman dan bebas dari nyeri: membaik respiratory rate, denyut jantung dan tekanan darah.
c. Tidak tampak meringis pada klien
d. Sikap berfokus pada diri sendiri menurun
2. Diagnosa keperawatan: Aktual atau risiko penurunan curah
jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung,
perubahan frekuensi jantung, perubahan kontraktilitas,
perubahan preload, perubahan afterload.

Definisi : Berisiko mengalami pemompaan jantung yang tidak


adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolism tubuh
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan 1x24 jam, maka
curah jantung meningkat
Kriteria Hasil:
1)Gambaran EKG sinus rythme
2)Tidak ada keluhan cepat Lelah saat klien beraktivitas
3)Tekanan darah dan nadi membaik
4)Tidak ada keluhan nyeri dada
3. Diagnosa keperawatan : Ansietas berhubungan dengan
kebutuhan tidak terpenuhi, kekhawatiran mengalami
kegagalan, ancaman terhadap kematian.

Definisi : Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu


terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi
bahaya yang memungkinkan individu melakukan Tindakan untuk
menghadapi ancaman
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan 1x24 jam, maka
terjadi penurunan tingkat kecemasan
Kriteria hasil :
1)Mengenal perasaannya
2)Mengidentifikasi penyebab, faktor yang mempengaruhi
3)Dukungan dari keluarga meningkat
4)Harga diri klien meningkat
4. Diagnosa keperawatan : Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen, kelemahan.

Definisi : Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-


hari
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan 1x24 jam, maka
toleransi terhadap aktivitas meningkat
Kriteria hasil :
1)Keluhan Lelah menurun
2)Tekanan darah, nadi dan respirasi rate sebelum dan sesudah
aktivitas tidak ada peningkatan >10 %
3)Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat
(mandiri)
4)Tidak tampak lemah
5. Diagnosa keperawatan : Defisit pengetahuan tentang penyakit
jantung berhubungan dengan kurang terpapar informasi

Definisi : Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang


berkaitan dengan topik tertentu (penyakit jantung)
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan 1x24 jam tingkat
pengetahuan meningkat
Kriteria hasil :
1)Kemampuan menjelaskan pengatahuan tentang penyakit jantung
2)Perilaku sesuai dengan pengetahuan
3)Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun
4)Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun
Intervensi (SIKI)
1. Diagnosa keperawatan: Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ( mis. Inflamasi,
iskemia, neoplasma )
Intervensi Utama : Manajemen nyeri
Observasi :
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi respon nyeri non verbal
4) Identifikasi faktor yg memperberat dan memperingan nyeri
Terapeutik :
5) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (distraksi dan relaksasi)
6) Kontrol lingkungan yg memperberat rasa nyeri (suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan)
7) Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi :
8) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
9) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Kolaborasi :
10)Kolaborasi pemberian therapy antiangina, jika perlu
2. Diagnosa keperawatan: Aktual atau risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
irama jantung, perubahan frekuensi jantung, perubahan kontraktilitas, perubahan preload, perubahan
afterload.

Intervensi Utama : Perawatan Jantung akut


Observasi :
1) Identifikasi karakteristik nyeri dada
2) Monitor EKG
3) Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)
4) Monitor tekanan darah
5) Monitor intake dan output cairan
6) Monitor nilai laboratorium jantung (misal elektrolit, enzim jantung)
7) Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan sesudah aktivitas
Terapeutik :
8) Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi nyeri
9) Posisikan klien posisi nyaman semifowler
10) Siapkan klien untuk menjalani intervensi coroner perkutan, jika perlu
Edukasi :
11) Anjurkan segera melaporkan nyeri dada
12) Anjurkan menghindari manuver valsava (misal mengedan saat BAB atau batuk)
Kolaborasi :
13) Kolaborasi pemberian therapy antiangina
14) Kolaborasi pemberian therapy antiplatelet, jika perlu
15) Kolaborasi pemberian therapy untuk mencegah manuver valsava (misal pelunak tinja. Antiemetik)
16) Kolaborasi pemeriksaan x-ray dada, jika perlu
3. Diagnosa keperawatan : Ansietas berhubungan dengan kebutuhan tidak
terpenuhi, kekhawatiran mengalami kegagalan, ancaman terhadap kematian.

Intervensi Utama : Reduksi ansietas


Observasi :
1) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (missal kondisi, waktu, stressor)
2) Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
3) Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan non verbal)
Terapeutik :
4) Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
5) Temani klien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
6) Pahami situasi yg membuat ansietas
7) Dengarkan dengan penuh perhatian
8) Gunakan pendekatan yg tenang dan meyakinkan
Edukasi :
9) Anjurkan keluarga untuk tetap Bersama klien, jika perlu
10) Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
11) Latih Teknik relaksasi
Kolaborasi :
12) Kolaborasi pemberian therapy antiansietas jika perlu
4. Diagnosa keperawatan : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, kelemahan.

Intervensi Utama : Manajemen energi


Observasi :
1) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang menyebabkan kelelahan
2) Monitor kelelahan fisik dan emosional
3) Monitor pola dan jam tidur
4) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik :
5) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (missal cahaya, suara, kunjungan)
6) Lakukan Latihan gerak pasif dan/ atau aktif
7) Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
8) Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
Edukasi :
9) Anjurkan tirah baring
10)Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
11)Ajarkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
12)Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi :
13) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
5. Diagnosa keperawatan : Defisit pengetahuan tentang penyakit jantung
berhubungan dengan kurang terpapar informasi

Intervensi Utama : Edukasi kesehatan


Observasi :
1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan memerima informasi
2) Identifikasi factor-factor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dan sehat
Terapeutik :
3) Sediakan materi dan media Pendidikan Kesehatan
4) Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan
5) Beri kesempatan untuk bertanya
Edukasi :
6) Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi Kesehatan
7) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
8) Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih
dan sehat

Anda mungkin juga menyukai