Anda di halaman 1dari 11

Laporan Pendahuluan

1.1 Konsep Medis

Pengertian
Kardiomiopati adalah penyakit yang berhubungan dengan miokardium
atau otot jantung di mana terdapat kelainan pada otot jantung secara struktur dan
fungsi tanpa adanya penyakit jantung koroner, hipertensi, atau kelainan katup
jantung. Bila penyakit ini terbatas hanya pada kelainan atau kerusakan otot
jantung, maka keadaan ini disebut kardiomiopati primer. Bila kardiomiopati
disebabkan oleh penyakit lain yang mengakibatkan kelainan pada otot jantung,
keadaan ini disebut kardiomiopati sekunder.( Marianti, 2018)

Kardiomiopati adalah suatu penyakit miokardium yang menyerang otot


jantung (miokard) dan penyebabnya tidak diketahui. Akan tetapi, hampir pada
setiap penyakit, miokardium jantung dapat turut berubah secara berangsur-angsur.
Begitu juga pada penyakit jantung bawaan atau yang didapat, bisa menyebabkan
terjadinya hipertrofi otot jantung. Berbagai keadaan ekstrakardial, misalnya:
anemia, tirotoksikosis, beri-beri, infeksi, dan berbagai penyakit sistemik seperti
lupus eritematosus diseminata, dan periarteritis nodosa dapat mempengaruhi
miokard. (Muttaqin, 2009).

1.2 Etiologi
Sebagian besar penyebab kardiomiopati tidak diketahui ada beberapa
sebab yang diketahui antara lain: infeksi berbagai mikroorganisme toksik seperti
etanol: metabolic misalnya pada buruknya gizi dan dapat pula
diturunkan.(Muttaqin, 2009).
Marianti, (2018) membagi etiologi berdasarkan klasifikasi kardiomiopati
yaitu sebagai berikut:

1. Dilated cardiomyopathy:

Merupakan tipe kardiomiopati yang paling sering. Gangguan


timbul karena ventrikel kiri jantung membesar dan melebar sehingga
menjadi tidak kuat untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Namun
kelainan ini tidak disebabkan oleh penyakit jantung koroner.

2. Hypertrophic cardiomyopathy

Kondisi ini sebagian besar diakibatkan oleh kondisi genetik yang


menurun di dalam keluarga dan dapat terjadi pada segala usia. Gangguan
timbul akibat menebalnya otot jantung secara abnormal, khususnya pada
ventrikel kiri jantung, yaitu ruang jantung yang memompa darah ke
seluruh tubuh. Penebalan ini mengakibatkan jantung menjadi sulit untuk
memompa darah.

3. Restrictive cardiomyopathy :

Gangguan ini timbul sebagai akibat dari tidak elastis dan


kakunya otot jantung, sehingga jantung tidak dapat mengembang dengan
baik dan berujung pada terhambatnya aliran darah ke dalam jantung.
Kondisi yang jarang ini, tidak diketahui penyebabnya, namun dapat
merupakan bagian dari penyakit amiloidosis, sarkoidosis, dan
hemokromatosis (penumpukkan zat besi pada otot jantung). Penyakit ini
umumnya terjadi pada orang lanjut usia walau dapat juga terjadi pada
segala usia..
1.3 Manifestasi Klinis

Kardiomiopati dapat muncul pada usia muda, serta dapat


menyebabkan henti jantung mendadak. Waspadai munculnya gejala
kardiomiopati, khususnya pada mereka yang memiliki sejarah gagal
jantung dalam keluarga. Berikut ini adalah gejala kardiomiopati yang patut
dikenali dan diperhatikan:

 Pembengkakan pada kaki, pergelangan kaki, dan tungkai.


 Batuk saat berbaring.
 Perut kembung yang diakibatkan oleh adanya cairan.
 Rasa lelah.
 Sesak, bahkan saat beristirahat.
 Irama jantung tidak beraturan.
 Pusing, rasa melayang, dan pingsan.
 Nyeri dada.

1.4 Patofisiologi

Miopati merupakan penyakit otot. Kardiomiopati merupakan sekelompok


penyakit yang mempengaruhi struktur dan fungsi miokardium, kardiomiopati
digolongkan berdasar patologi, fisiologi dan tanda klinisnya. Penyakit ini
dikelompokkan menjadi tiga yaitu ( Marianti, 2018):

Kardiomiopati dilasi atau kongistif adalah bentuk kardiomiopati yang


paling sering terjadi. Ditandai dengan adanya dilasi atau pembesaran rongga
ventrikel bersama dengan penipisan dinding otot, pembesaran ventrikel kiri, dan
stasis darah dalam ventrikel. Pada pemeriksaan mikroskopis otot memperlihatkan
berkurangnya jumlah elemen kontraktil serat otot. Komsumsi alkohol yang
berlebihan sering berakibat berakibat kardiomiopati jenis ini.
Kardiomiopati hipertrofi jarang terjadi. Pada kardiomiopati hipertrofi,
massa otot jantung bertambah berat, terutama sepanjang septum. Terjadi
peningkatan ukuran septum yang dapat menghambat aliran darah dari atrium ke
ventrikel; selanjutnya, kategori ini dibagi menjadi obstruktif dan nonobstruktif.

Kardiomiopati restritif adalah jenis terakhir dan kategori paling sering


terjadi. Bentuk ini ditandai dengan gangguan regangan ventrikel dan tentu saja
volumenya. Kardiomiopati restriktif dapat dihubungkan dengan amiloidosis
(dimana amiloid, suatu protein, tertimbun dalam sel) dan penyakit infiltrasi lain.

Tanpa memperhatikan perbedaannya masing-masing, fisiologi


kardiomiopati merupakan urutan kejadian yang progresif yang diakhiri dengan
terjadinya gangguan pemompaan ventrikel kiri. Karena volume sekuncup makin
lama makin berkurang, maka terjadi stimulasi saraf simpatis, mengakibatkan
peningkatan tahanan vaskuler sistemik. Seperti patofisiologi pada gagal jantung
dengan berbagai penyebab, ventrikel kiri akan membesar untuk mengakomodasi
kebutuhan yang kemudian juga akan mengalami kegagalan. Kegagalan ventrikel
kanan biasanya juga menyertai proses ini (Smeltzer, 2001).
1.5 Pathway
1.6 Pemeriksaan Penunjang ( Marianti, 2018)

1. Rotgen dada, menunjukkan adanya pembesaran jantung, kongesti pulmonal


2. Akokardiogravi, menunjukkan hipertrofi ventrikel kiri dan disfungsi
pelebaran dan hipertofi kardiomiopati; ukuran ventikular kecil dan
pembatan fungsi kardiomiopati
3. EKG, Perubahan ST, konduksi yang abnormalitas, LVH
Hipertrofi ventrikel kanan menunjukkan gelombang QRSyang lebar,
biasanya ditunjukkan ditunjukkan 4,5,6 karena tegangan yang tinggi\
4. Katerisasi jantung untuk mengukur tekanan katup, cardiak output dan
fungsi ventrike, tetapi sering tidak mampu menambah informasi yang telah
didapat dari EKG.
5. Uji latihan, dapat menunjukkan kelemahan fungsi dari kardiak yang tidak
jelas pada saat istirahat.

1.7 Komplikasi

Kardiomiopati dapat menyebabkan komplikasi serius jika tidak segera


terdiagnosis dan ditangani dengan baik. Beberapa komplikasi yang dapat timbul
adalah( Marianti, 2018):

Gagal jantung.

Gagal jantung adalah suatu kondisi di mana jantung tidak dapat memompa
darah sesuai dengan kebutuhan jaringan tubuh. Otot jantung yang rusak akibat
kardiomiopati bisa mengakibakan kondisi tersebut dan dapat membahayakan
nyawa.

Penggumpalan darah.

Dikarenakan jantung tidak bisa memompa darah dengan baik, sel darah
penderita kardiomiopati cenderung mudah menggumpal. Gumpalan darah ini
dapat lepas dan menyumbat aliran darah ke organ tertentu, seperti otak.
Henti jantung

Kardiomiopati dapat memicu gangguan irama jantung. Irama jantung


dapat berubah menjadi lebih lambat atau lebih cepat. Apabila kondisi ini berlajut
menjadi henti jantung mendadak, penderita kardiomiopati dapat pingsan atau
bahkan meninggal dunia.

Gangguan katup jantung.

Pembesaran jantung yang dialami oleh pasien kardiomiopati menyebabkan


katup jantung tidak dapat menutup sempurna. Keadaan ini menyebabkan adanya
aliran balik darah di dalam jantung.

1.8 Penatalaksanaan

Jika penyebabnya genetik, kardiomiopati tidak dapat dicegah. Namun secara


umum, kemungkinan terjadinya kardiomiopati dan penyakit jantung lainnya dapat
dicegah dengan penerapan pola hidup sehat, seperti( Marianti, 2018):

a) Mengurangi berat badan jika terdapat obesitas.


b) Melakukan olahraga teratur.
c) Menghentikan kebiasaan merokok.
d) Mengurangi konsumsi minuman beralkohol.
e) Mengatur waktu dengan baik untuk mendapatkan waktu tidur yang cukup.
f) Memerhatikan asupan makanan dengan menerapkan diet sehat setiap hari.
g) Mengelola stres dengan baik.
h) Memantau dan mengendalikan kondisi kesehatan yang dapat menjadi
penyebab kardiomiopati, seperti diabetes.
1.10 Konsep Keperawatan

1.10.1 Pengkajian

Kardiomiopati kongestif pada fase lanjut terjadi gagal jantung akibat


kegagalan ventrikel kiri dengan manifestasi penurunan curah jantung, penurunan
perfusi jaringan, dan pada kompensasi akhir bisa mengganggu ventrikel kanan
dengan manifestasi emboli sistemik dan paru. Sering didapat adanya keluhan
dispnea, nyeri dada, cepat lelah, palpitasi dan sinkop.

1.10.2 Diagnosa Keperawatan

1. Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi jantung


2. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
3. Gangguan Pertukaran Gas
1.10.3 Perencanaan

DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TGL/ NOC DAN INDIKATOR SERTA SKOR URAIAN AKTIFITAS RENCANA
NO DITEGAKKAN/ TTD
JAM AWAL DAN SKOR TARGET TINDAKAN (NIC)
KODE DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Penurunan curah jantung Tujuan: Pengaturan hemodinamik
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Lakukan penilaian komprehensif
selama 2x24 jam penurunan curah jantung terhadap status hemodinamik
teratasi. (memeriksa tekanan darah, nadi,
tekanan vena jugularis, tekanan
Kriteria Hasil :
vena sentral) dengan tepat
1. Status Sirkulasi
Kode indikator S.A S.T 2. Kurangi kecemasan dengan
040107 Hipotensi 3 5 memberikan informasi yang
ortostatik akurat dan perbaiki setiap
040154 Wajah pucat 3 5 kesalahpahaman
040137 Saturasi 3 5 3. Lakukan auskultasi pada jantung
oksigen 4. Tinggikan kepala tempat tidur
Keterangan : 5. Jaga keseimbangan cairan dengan
1 = Deviasi berat dari kisaran normal pemberian caira IV
2 = Deviasi cukup besar dari kisaran normal 6. Monitor asupan dan pengeluaran
3 = Deviasi sedang dari kisaran normal output urin
2 = Deviasi ringan dari kisaran normal 7. Minimalkan stres lingkungan
1 = Tidak ada deviasi dari kisaran normal 8. Berkolaborasi dengan dokter
sesuai indikasi
DAFTAR PUSTAKA

Said Alfin Khalilullah (2011). Review Article Hidrosefalus. RSUD dr.Zainoel

Abidin Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

Herdman T. Heather Dan Kamitsuru Shigemi. 2016. NANDA International

Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017. Jakarta :


Buku Kedoteran EGC.

Mc Closky & Bulechek. (2005). Nursing Intervention Classification (NIC).

United States of America:Mosby.

Meidian, JM. (2006). “Nursing Outcomes Classification (NOC).United States of

America:Mosby.

Marianti. 2018. Kardiomiopati. Diakses pada tanggal 3 November 2018


https://www.alodokter.com/lemah-jantung
Muttaqin, Arif. (2099). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai