Anda di halaman 1dari 4

MENGHIDUPI IMAN YANG DILEMATIS

BACAAN ALKITAB: ROMA 9: 1-5

TUJUAN:

1. Umat memahami dilema iman Paulus terkait de- ngan keselamatan hanya di dalam Kristus,
dan cintanya terhadap saudara sebangsanya.

2. Umat bersedia meneladani Paulus yang mempertaruhkan hak keselamatannya demi


keselamatan orang lain, agar kasih karunia Allah direngkuh oleh semua orang.

PENGANTAR

Roma 9-11 adalah salah satu bagian yang paling sulit dan kontro versial di seluruh
Alkitab. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, tidak sedikit di antaranya adalah bahwa banyak
ahli sekarang menganggap pasal-pasal ini sebagai klimaks teologis dari kitab Roma dan bahwa
beberapa isu teologis dipertaruhkan dalam pembacaan seseorang terhadap bagian ini, seperti
hubungan antara Yudaisme dan Kekristenan, kontinuitas/diskontinuitas perjanjian keselamatan
Allah dengan umat- Nya, sifat dan hubungan antara Israel dan Gereja, rencana keselamatan
Allah, kedaulatan Allah dan kehendak manusia, pandangan Paulus tentang Hukum, dsb.

Namun di antara banyak topik yang menantang tersebut, penulis tersentak ketika
membaca ulang Roma 9:1-5 yang mengungkap doa Paulus yang sedang dilanda dilema terkait
dengan ketegaran orang-orang Yahudi yang menolak Kristus. Di satu pihak ia sangat gemas
dengan kebebalan saudara sebangsanya, namun di pihak lain ia begitu prihatin dan bersedia
membuat doa yang sangat kontroversial, yakni mempertaruhkan keselamatannya agar Allah
memberi kesematan bagi Israel yang sejak semula telah dipilih untuk menjadi tonggak perjanjian
Allah dengan seluruh manusia dan semesta itu.

Melalui Pemahaman Alkitab kali ini, peserta diajak untuk menyelami teologi Paulus yang
beroperasi dalam alam pikir kenabian perjanjian lama sekaligus menggunakan pendekatan yang
rasuli terhadap keselamatan.
PENJELASAN

Roma 9:1-5 punya keterkaitan erat dengan pergulatan Israel dalam Keluaran 32-34.
Kebanyakan komentator mengidentifikasi gema Keluaran 32:32 dalam Roma 9:3 sebagaimana
Musa pernah berkata, "Tetapi sekarang, kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu dan jika
tidak, hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis."

Oleh karena itu, sebelum memahami apa yang sebenarnya dimaksudkan Paulus dengan
pernyataannya dalam Roma 9:3, "Bahkan, aku mau terkutuk, dan terpisah dari Kristus demi
saudara-saudaraku, kaum sebangsaku secara jasmani; "kita perlu terlebih dahulu memahami
konteks di seputar pernyataan Musa dalam Ulangan 32, dan korelasinya dengan kisah di
Keluaran 32-34.

Ulangan 32 dilatarbelakangi kisah Israel ngun patung lembu emas (32:1-6), karenanya Tuhan
murka dan ingin menghancurkan Israel, dan Musa mencoba menengahi dan melunakkan hati
Allah (32:7-14). Namun ketika Musa melihat sendiri ritual jaan Israel terhadap patung lembu
emas itu, ia sangat marah, kedua loh batu yang merupakan simbol perjanjian Allah dengan umat-
Nya dilemparkannya dan dipecahkan pada kaki gunung (32:15-29). Selanjutnya, untuk kedua
kalinya Musa memohonkan belas kasihan Tuhan memulih. kan perjanjian membawa umat ke
tanah perjanjian, dan umat Allah ber kabung menyesali dosa mereka (32:30-33:6). Musa
menikmati kehadiran Tuhan secara intim, sementara orang-orang yang dipisahkan dari keha-
diran-Nya hanya bisa menyembah Allah dari jauh (33:7-11). Kemudian Musa menengahi untuk
ketiga kalinya, menerima janji pemulihan kehadiran Tuhan kepada umat (33:12-23). Selanjutnya
Allah menyatakan kemuliaannya, terdapat persiapan pembaharuan perjanjian, Musa mem-
erankan diri kembali sebagai pengantara rekonsiliasi (menengahi untuk keempat-kalinya: 34:1-
9). Dilanjutkan dengan pembaruan perjanjian yang dimediasi oleh Musa (34:10-35).

Dari uraian di atas kita bisa memahami mengapa dalam Roma 9:1-5 Paulus
mengungkapkan kesedihannya yang mendalam tentang orang-orang Israel yang tidak bersedia
menerima Kristus, dalam perspektif tipologis pelanggaran Israel sebagaimana yang pernah
terjadi dalam Ulangan 32- 34. Dalam waktu yang sama, sesungguhnya Paulus ingin
memposisikan diri sebagai "Musa" yang merekonsiliasikan orang-orang Yahudi dengan jemaat
Kristus pada saat itu. Ekspresi dukacita Paulus dalam ayat-ayat serupa dengan ratapan atas Israel
yang ditemukan dalam kitab ini dan literatur Yahudi lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa Paulus
berteologi dalam terang tradisi kenabian dan apokaliptik Yahudi.

Ungkapan Paulus tersebut membawanya pada dilema yang sulit terpecahkan. Di satu sisi
Paulus sangat yakin bahwa perjanjian keselamatan Allah kepada umat-Nya tak bergantung pada
pemilihan atas bangsa tertentu- termasuk Israel, melainkan "hanya" dengan iman di dalam
Namun, di sisi lain, Paulus meminta agar nasib Israel ditanggungkan atasnya jika Tuhan tak
mengampuni mereka. Dengan menempatkan dirinya sebagai perantara, sesungguhnya Paulus
mengungkap doa, dan upaya kenabian" untuk membujuk Allah agar memulihkan umat-Nya.
Bahkan Paulus rela membayar dengan apa pun, termasuk "kehilangan haknya agar Allah
melepaskan murka-Nya atas Israel. Mengapa hal itu disebut dilematis? Meski Paulus
memposisikan mereka yang kepada Kristus akan dilaknat Allah, namun ia sangat mencintai
mereka, tak percaya sehingga menyatakan diri siap berkorban bagi mereka.

Tentu saja kegalauan Paulus ini bisa menjadi model keberimanan kita kepada Kristus di
tengah keberagaman. Kita harus yakin bahwa kesela- matan adalah anugerah Allah melalui iman
kepada Tuhan Yesus Kristus. Akan tetapi, keyakinan tersebut tidak boleh berhenti pada perayaan
ke- selamatan yang sangat individualis dan eksklusif. Sebab dalam kenyataan banyak orang
Kristen merayakan keselamatannya sambil terus menge- cam mereka yang menolak Kristus
sebagai pihak yang dilaknat oleh Allah. Respon paling mentok yang berkembang dalam sejarah
gereja ke- mudian menunjukkan bahwa penginjilan dihayati sebagai jalan untuk membagikan
keselamatan kepada dunia. Namun pernahkah kita berdoa, mempertaruhkan diri dan keselamatan
kita agar orang lain yang "tidak tahu" atau "tidak mau tahu" tentang apa yang mereka perbuat itu
beroleh pendamaian dengan Allah? Jika kita bersedia menempuh jalur itu, maka iman kepada
Kristus akan berbuah karya kenabian dan kerasulan di te- ngah keberagaman, yang sekaligus
menjadi berkat bagi seluruh semesta

PERTANYAAN PANDUAN DISKUSI

1. Mengapa Paulus bersedia mengorbankan haknya demi keselamata Israel yang menolak
Kristus?
2. Menurut Saudara, jika Allah berkenan membarui perjanjian-Ny dengan Israel, apakah la akan
berkenan membarui perjanjian kesela matan-Nya sehingga seluruh sesama dan semesta
diselamatkan?

VARIASI METODE

Pemahaman Alkitab bisa didahului dengan kisah/pengalaman pemimpin "pasang badan terhadap
mereka yang divonis bersalah dan dianggap tak berkenan di hadapan Allah. Setelah itu
pemimpin bisa memberi kesem- patan kepada satu atau dua orang untuk berbagi pengalaman
yang se- rupa. Setelah itu pemimpin membuat pertanyaan reflektif, "Bagaimana seharusnya sikap
kita, dan mengapa kita perlu bersikap demikian?" Barulah selanjutnya pemimpin mengajak
peserta membaca Roma 9:1-5 dan bersama mendalaminya melalui penjelasan berdasar
penjelasan dan bahan diskusi yang tersedia.

Anda mungkin juga menyukai