Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FARMAKOLOGI

ANTIMIKROBA PENGHAMBAT SINTESIS ASAM NUKLEAT


(RNA)

Dosen Pengampuh
Apt. Nur Ihsan Kamilah M,Bmd

DISUSUN OLEH :

Aisyah Madani 482012108106

Reynaldi Agustiawan 482012108111

Siska Delvia 482012108089

Yeling 482012108101

Zahwa Ginatul Ummah 482012108107

PRODI S1 FARMASI
STIK SITI KHADIJAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Secara khusus,
makalah ini membahas tentang “ Antimikroba Beta Laktam ”. Makalah ini dibuat untuk membantu
proses pembelajaran .

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata
kuliah Farmakologi III. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

Demikian makalah ini kami buat. Semoga bermanfaat bagi kita serta para pembaca. penulis
juga berharap kritik dan saran atas ketidaksempurnaanya makalah ini, agar penulis lebih baik lagi
untuk proses kedepannya. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak yang
membutuhkan dan bermanfaat bagi semua pembaca.

Palembang, 21 Juli 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 1
1.3 Tujuan.................................................................................................................................... 2
BAB II............................................................................................................................................. 3
ISI DAN PEMBAHASAN ............................................................................................................. 3
2.1 Pengertian Tuberkulosis ........................................................................................................ 3
2.2 Cara Penularan TB ................................................................................................................ 4
2.3 Tanda dan Gejala ................................................................................................................... 4
2.4 Pengobatan Tuberkulosis ...................................................................................................... 5
2.5 Penegakan Diagnosa Tuberkulosis........................................................................................ 7
2.6 Terapi Pengobatan Tuberkulosis ........................................................................................... 7
BAB III ........................................................................................................................................... 9
PENUTUP....................................................................................................................................... 9
A. Kesimpulan............................................................................................................................. 9
B. Saran ....................................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang merupakan salah satu penyebab kematian
tertinggi di dunia karena infeksi. Tuberkulosis disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis
yang penularannya terjadi melalui bakteri yang diserbarkan oleh penderita TB ke udara misalnya
saat penderita batuk. Penyakit ini paling sering mengenai paru (TB paru) namun dapat juga
mengenai diluar paru (TB ekstraparu).

Tuberkulosis (TBC) paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman
Mycrobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru dan bronkus. TBC paru tergolong
penyakit air borne infection, yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara pernapasan ke
dalam paru-paru. Kemudian kuman menyebar dari paru-paru ke bagian tubuh lainnya melalui
sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, melalui bronkus atau penyebaran langsung ke bagian
tubuh lainnya (Widyanto & Triwibowo, 2013)

Tuberkulosis (TBC) paru adalah suatu penyakit infeksi kronis yang sudah sangat lama
dikenal pada manusia, misalnya dia dihubungkan dengan tempat tinggal di daerah urban,
lingkungan yang padat, dibuktikan dengan adanya penemuan kerusakan tulang vertebra otak yang
khas TBC dari kerangka yang digali di Heidelberg dari kuburan zaman neolitikum, begitu juga
penemuan yang berasal dari mumi dan ukuriran dinding piramid di Mesir kuno pada tahun 2000 –
4000 SM. Hipokrates telah memperkenalkan sebuah terminologi yang diangkat dari bahasa
Yunani yang menggambarkan tampilan penyakit TBC paru ini (Sudoyo dkk, 2010).

1.2 Rumusan Masalah

1. Jelaskan apa yg dimaksud dengan tuberkulosis?

2. Bagaimana Cara penularan Tuberkulosis?

3. Apa saja tanda dan gejala dari tuberkulosis?

1
4. Bagaimana pengobatan Tuberkulosis?

5. Jelaskan apa saja penegakan diagnosa tuberkulosis

6. Jelaskan bagaimana Terapi pengobatan Tuberkulosis

1.3 Tujuan

1. Memahami pengertian dari Tuberkulosis

2. Mengetahui bagaimana Cara penularan Tuberkulosis

3. Mengetahui Apa saja tanda dan gejala dari tuberkulosis

4. Mengetahui Bagaimana pengobatan Tuberkulosis

5. Memahami penegakan apa saja yg didiagnosa pada tuberkulosis

6. Mengetahui bagaimana Terapi pengobatan Tuberkulosis

2
BAB II

ISI DAN PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis,


dimana diketahui bahwa tuberkulosis ini adalah salah satu penyakit yang sudah lama dan
merupakan penyebab kematian tertinggi karena infeksi di dunia. Tuberkulosis dapat
mempengaruhi seluruh organ tubuh manusia namun yang paling sering adalah paru-paru.
Tuberkulosis dapat ditularkan melalui droplet yang keluar dari saluran napas penderita
tuberkulosis saat batuk atau bersin.

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman dari
kelompok Mycobacterium yaitu Mycobacterium tuberculosis. Sumber penularan adalah pasien TB
BTA positif melalui percik renik dahak yang dikeluarkannya. Pasien TB dengan BTA negatif juga
masih memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB. Infeksi akan terjadi apabila orang lain
menghirup udara yang mengandung percik renik dahak yang infeksius tersebut. Pada waktu batuk
atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei /
percik renik). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak (Kemenkes RI, 2014).

Penyebab infeksi adalah kompleks M.tuberculosis. Kompleks ini termasuk M.tuberculosis dan
M.africanum terutama berasal dari manusia dan M.bovis yang berasal dari sapi. Mycobacteria lain
biasanya menimbulkan gejala klinis yang sulit dibedakatan dengan tuberculosis. Etimologi
penyakit dapat di identifikasi dengan kultur. Analisis genetic sequence dengan menggunakan
teknik PCR sangat membantu identifikasi non kultur (Kunoli, 2013).

Secara umum sifat kuman TB (Mycobacterium tuberculosis) antara lain adalah sebagai berikut :
a. Berbentuk batang dengan panjang 1- 10 mikron, lebar 0,2 – 0,6 mikron, berwarna merah pada
pemeriksaan mikroskopis dengan pewarnaan ZN.

b. Bersifat tahan asam dalam pewarnaan dengan metode Ziehl Neelsen.

c. Memerlukan media khusus untuk biakan, antara lain Lowenstein Jensen, Ogawa.

3
d. Tahan terhadap suhu rendah sehingga dapat bertahan hidup dalam jangka waktu lama pada suhu
antara 4ºC sampai -70 ºC.

e. Sangat peka terhadap panas, sinar matahari dan sinar ultraviolet akan mati dalam beberapa
menit.

f. Dalam dahak pada suhu 30 - 37 ºC akan mati lebih kurang 1 minggu.

g. Dapat bersifat dormant (’’tidur’’ / tidak berkembang). (KemkesRI, revisi 2015)

2.2 Cara Penularan TB

Tuberkulosis dapat ditularkan dari individu ke individu lainnya Melalui droplet nuclei yang
menyebar di udara saat seorang penderita TB bersin atau batuk,berbicara dan bernyanyi, dengan
diameter partikel berukuran 1-5 µm yang mengandung Mycobacterium tuberculosis. Pertumbuhan
bakteri terjadi selama 2 sampai 10 minggu, pada saat itu terjadi maka akan muncul respon imun
seluler yang dapat terdeteksi pada pemeriksaan tes kulit tuberkulin.

Adapun Cara penularan Tuberkulosis (TB) sebagai berikut :

a. Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif melalui percikan dahak yang dikeluarkan.
Namun, bukan berarti bahwa pasien TB dengan hasil pemeriksaan BTA negatif tidak dapat
menularkan, karena sensitivitas dengan pemeriksaan mikroskopis hanya 60%.

b. Infeksi akan terjadi bila seseorang menghirup udara yang mengandung percikan dahak pasien
TB.

c. Pada waktu pasien batuk, bersin dan bicara dapat mengeluarkan sampai satu juta percikan dahak
(droplet nuclei) (KemkesRI, revisi 2015).

2.3 Tanda dan Gejala

Menurut Naga (2012), ada beberapa tanda saat seseorang terkena tuberkulosis paru, diantaranya :
1. Batuk – batuk berdahak lebih dari dua minggu

4
2. Batuk – batuk dengan mengeluarkan darah atau pernah mengeluarkan darah

3. Dada terasa sakit atau nyeri, dan

4. Dada terasa sesak pada waktu bernafas

Menurut Laban (2012), tanda dan gejala Tuberkulosis dibedakan antara dewasa dan anak – anak,
antara lain:

• Dewasa :

a. Batuk terus menerus hingga tiga minggu atau lebih dan kadang mengeluarkan darah

b. Sesak napas dan nyeri di dada

c. Badan lemah, nafsu makan menurun, dan berat badan menurun

d. Berkeringat pada malam hari

e. Demam ringan (meriang) lebih dari sebulan

• Anak – anak :

a. Berat badan turun selama tiga bulan berturut turut tanpa sebab yang jelas

b. Berat badan anak tidak bertambah (kurus)

c. Tidak ada nafsu makan

d. Demam lama dan berulang

e. Muncul benjolan di daerah leher, ketiak dan lipat paha

2.4 Pengobatan Tuberkulosis

Menurut Laban (2012), pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan beberapa tujuan, yaitu sebagai
berikut :

1) Menyembuhkan penderita

5
2) Mencegah kematian

3) Mencegah kekambuhan

4) Menurunkan risiko penularan

Bagi penderita tuberkulosis, ada satu hal penting yang harus diperhatikan dan dilakukan,
yaitu keteraturan dalam meminum Obat Anti Tuberkulosis (OAT) sampai dinyatakan sembuh.
Biasanya penderita mengonsumsi OAT tersebut antara 6 – 8 bulan. Apabila tidak ada keteraturan
dalam meminum obat, maka akan terjadi beberapa hal yaitu kuma penyakit tuberkulosis akan kebal
terhadap obat sehingga sulit untuk diobati, dan yang paling parah adalah kuman dapat berkembang
lebih banyak dan menyerang organ lain. Sehingga, ketika kuman tersebut kebal obat akan
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk penderita bisa sembuh (Laban 2012).

Obat Anti Tuberkulosis (OAT) adalah komponen terpenting dalam pengobatan TB.
Pengobatan TB adalah merupakan salah satu upaya paling efisien untuk mencegah penyebaran
lebih lanjut dari kuman TB (KemenKes RI, 2014).

Pengobatan yang adekuat harus memenuhi prinsip, diantaranya adalah :

1) Pengobatan diberikan dalam bentuk panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang tepat
mengandung minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi.

2) Diberikan dalam dosis yang tepat

3) Ditelan secara teratur dan diawasi langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO)

4) Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalam tahap awal serta tahap
lanjutan untuk mencegah kekambuhan..

Obat Anti Tuberkulosis (OAT) bukanlah obat tunggal, melainkan kombinasi antara beberapa jenis,
yaitu isoniazid, rimfampisin, pirasinamid, dan etambutol pada tahap intensif; dan isoniazid,
rifampisin pada tahap lanjutan. Pada kasus tertentu, ditambahkan suntikan streptomisin (Laban
2012).

6
2.5 Penegakan Diagnosa Tuberkulosis

Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan dengan beberapa pemeriksaan antara lain sebagai berikut:

1) Radiografi toraks Posisi radiografi toraks rutin pada umumnya adalah Posteroanterior dan

lateral, dimana pemeriksaan ini paling sering digunakan pada TB pulmonal, pleural dan milier.

2) Pemeriksaan mikroskopis basil tahan asam (BTA) Pada dasarnya diagnosis sementara dilakukan

dengan ditemukannya basil tahan asam (BTA) pada pemeriksaan mikroskopis dari dahak atau

jaringan (contohnya, biopsi kelenjar getah bening). Pemeriksaan mikroskopis BTA sangat cepat

dan murah namun sensitivitas relatif rendah (40-60%) pada kasus tuberkulosis paru yang baru

dikonfirmasi.

3) Amplifikasi Asam Nukleat Pada tahun 1983 telah dikembangkan tes amplifikasi asam nukleat

seperti Polymerase Chain Reaction (PCR) yang saat ini sangat umum digunakan untuk

menegakkan diagnosa dengan cepat untuk beberapa penyakit menular, salah satunya adalah

tuberkulosis. 24 Perubahan hasil nilai antar penelitian tidak bergantung oleh jenis PCR

(konvensional, nested dan real time) saja, tetapi juga dipengaruhi target Polymerase Chain

Reaction (PCR) salinan tunggal atau ganda, reagen, jenis dan jumlah sampel fipada penelitian dan

metode isolasi DNA

2.6 Terapi Pengobatan Tuberkulosis

Pengobatan TB hingga sembuh membutuhkan waktu sekitar 6 bulan hingga 2 tahun dengan
melakukan beberapa terapi. Yakni :

• Pengobatan Kombinasi Ini merupakan penggunaan berbagai macam obat untuk memastikan
bakteri tidak menjadi kebal terhadap antibiotik yang sedang dikonsumsi. Terapi ini biasanya
melibatkan empat macam obat antibakteri yang dikonsumsi selama dua bulan. Jika diperlukan bisa

7
diperpanjang hingga diperoleh hasil tes. Jika terbuki terdapat kekebalan obat, kombinasi
pengobatan harus diubah.

• Pengobatan Pengawasan Langsung atau DOT (Direct Observed Therapy) Perawatan ini
dilakukan dengan mengawasi pasien secara ketat oleh dokter yang datang setiap kali mereka
mengkonsumsi obat. Kunjungan khusus ini membantu memastikan bahwa semua dosis antibiotik
yang diresepkan telah dikonsumsi.

• Terapi Tuberkulosis Laten Pada kasus tuberkulosis laten, terapi TB dilakukan dengan :

• Antibiotik Orang dengan TB laten hanya memerlukan satu tipe antibiotik pada satu waktu.
Antibiotik yang biasanya diresepkan termasuk isoniazid (6-9 bulan) dan rifampin (4 bulan).-

• Terapi gabungan Untuk TB Laten, paling banyak dua tipe obat dapat dikonsumsi bersamaan.
Pengobatan Pengawasan Langsung juga dapat dilakukan. Jika kamu mengalami gejala
tuberkulosis atau memiliki kontak dekat dengan seorang pengidap tuberkulosis aktif, kamu perlu
segera melakukan pemeriksaan ke dokter ahli paru.

Dokter ahli akan membantu para pengidap TB menjalani perawatan dan menghadapi efek samping
dari pengobatan yang dikonsumsi. Jika mengalami perubahan pengelihatan seperti menjadi kabur
atau nyeri perut, kamu juga harus segera menghubungi dokter.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tuberkulosis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis,


dimana diketahui bahwa tuberkulosis ini adalah salah satu penyakit yang sudah lama dan
merupakan penyebab kematian tertinggi karena infeksi di dunia. Tuberkulosis dapat
mempengaruhi seluruh organ tubuh manusia namun yang paling sering adalah paru-paru.
Tuberkulosis dapat ditularkan melalui droplet yang keluar dari saluran napas penderita
tuberkulosis saat batuk atau bersin.

Obat Anti Tuberkulosis (OAT) adalah komponen terpenting dalam pengobatan TB.
Pengobatan TB adalah merupakan salah satu upaya paling efisien untuk mencegah penyebaran
lebih lanjut dari kuman TB (KemenKes RI, 2014).

Pengobatan yang adekuat harus memenuhi prinsip, diantaranya adalah :

1) Pengobatan diberikan dalam bentuk panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang tepat
mengandung minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi.

2) Diberikan dalam dosis yang tepat

3) Ditelan secara teratur dan diawasi langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO)

4) Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalam tahap awal serta tahap
lanjutan untuk mencegah kekambuhan..

B. Saran

Tentunya dalam pembuatan makalah ini penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan
makalah di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk ke
depannya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J.2009.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta:Buku Kedokteran EGC

Doenges, Marilynn E.Mary Frances Moorhouse,Alice C. Geissler.2000.Rencana Asuhan


Keperawatan.Jakarta:Buku Kedokteran EGC

Asih, Niluh Gede Yasmin, S.Kep dan Christantie Effendy, S.Kep.2004.Keperawatan Medikal
Bedah.Jakarta:Buku Kedokteran EGC

Muttaqin, Arif.2008.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Pernapasan.Jakarta:Salemba Medika

Wijaya, Andra Saferi, Skep dan Yessie Mariza Putri, Skep.2013.Keperawatan Medikal Bedah Jilid
I.Yogyakarta:Nuha Medika

http://nerssaputra.blogspot.com/2011/01/konsep-dasar-asuhan-keperawatan-pada.html

10

Anda mungkin juga menyukai