Anda di halaman 1dari 9

KHALIFAH MUSA AL-HADI (785-786 M)

OLEH:

KELOMPOK 2

YENI AMELIA

CHELSEA ALIKA RAISA

ANNISA RAMADHANI

ARIPAL ANDRI SIPAYUNG

MAN 1 MANDAILING NATAL


T.A 2023/2024
KHALIFAH MUSA AL-HADI (785-786 M)

A. Biografi Musa Al-Hadi

Musa Al-Hadi, dengan nama asli Musa bin Muhammad (Al-Mahdi) bin Abdullah (Al-
Manshur) bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas, dilahirkan di daerah Ray, Iran
pada Tahun 147 H atau bertepatan Tahun 763 Masehi. Ibunya bernama Khaizuran, mantan
budak wanita asal suku Barbar, Afrika Utara yang dinikahi oleh Khalifah Al-Mahdi.

Menurut Imam Suyuthi, ibunya ini, Khaizuran punya pengaruh yang besar sekali di
Istana. Ia juga suka ikut campur tangan dalam mengurusi perkara-perkara politik dan
kenegaraan, sampai-sampai Khalifah Musa Al-Hadi merasa jengkel dengannya.

Dalam Kitab Tarikh Khulafa' menyebutkan, Khalifah Musa Al-Hadi punya kebiasaan
mabuk, bermain-main, menunggangi keledai dengan cekatan, dan tidak piawai menunaikan
tugas-tugas khalifah dengan baik. Dikenal sebagai sosok zhalim, dia selalu diiringi oleh para
pengawal bersenjata yang mengerikan dan tiang-tiang terpancang.

Tidak heran, para pejabat bawahannya juga ikut mengikutinya hingga senjata-senjata
banyak sekali dijumpai di masa pemerintahannya. Walau seperti itu, dia dikenal sebagai
khalifah yang luas pengetahuannya, fasih lidahnya, pandai berorasi, penuh kharismatik,
berpengaruh, keberanian, dan berjiwa ksatria.

Al-Khatib menceritakan, tidak ada seorang pun yang diangkat khalifah seusia dengannya
(sebab dia diangkat saat berusia 23 tahun). Sebagai khalifah, dia sekedar menjalankan wasiat
perintah dari ayahnya, yakni membasmi orang-orang Zindiq.

Khalifah Musa Al-Hadi ternyata mengalami sumbing di bibir atasnya. Konon sewaktu
kecil, Khalifah Al-Mahdi mengirimkan seorang pelayan untuk menemani dan merawatnya.
Setiap kali, pelayan istana melihatnya dalam keadaan mulut terbuka, dia berkata, "Athbiq !"
Setelah itu, dia langsung menutup mulutnya. Semenjak itu, orang-orang memanggilnya Musa
Athbiq.

1
B. Naik Tahta Sebagai Khalifah

Pada Tahun 169 H, Khalifah Al-Mahdi merasa dilema, sebab menurutnya Harun Ar-
Rasyid lebih layak sebagai penerusnya dibandingkan Musa Al-Hadi. Pendapat ini
disampaikan pada para pejabat istana dan pemuka Bani Abbas, alhasil mereka pun setuju.

Tatkala Musa Al-Hadi berada di Jurjan, dia tengah menyelesaikan suatu urusan di sana
pasca pemberontakan Tabaristan.

Lalu, utusan istana datang dan mengirimi surat atas perihal keputusan ini (pengunduran
diri dari Putra Mahkota dan menyerahkan ke Harun Ar-Rasyid). Musa menolaknya mentah-
mentah dan memukuli utusan tersebut.

Mendengar hal itu, Al-Mahdi ingin menemuinya di Jurjan, namun sayangnya ia tidak
sempat karena terlanjur ajalnya sudah tiba.

Menurut Imam Thabari, setelah mengurusi pemakaman ayahanda, Harun Ar-


Rasyid segera menyampaikan kabar kematian ke saudaranya. Selepas mengetahui kabar ini,
Musa Al-Hadi mendeklarasikan dirinya sebagai khalifah di hadapan masyarakat setempat dan
bala tentaranya.

Setelah 20 hari kemudian, ia tiba di Baghdad. Kala itu, Harun Ar-Rasyid sempat
memegang kendali pemerintahan sambil menunggu kepulangan Musa Al-Hadi. Proses
penobatan khalifah berjalan dengan mulus tanpa ada gejolak.

Sebelumnya, sempat beredar isu upaya pengalihan kedudukan ke Harun Ar-Rasyid,


karena mayoritas pejabat istana mendukungnya. Mereka beranggapan, Musa Al-Hadi sosok
yang kurang layak menduduki khilafah sebagaimana sangkaan ayahnya. Tetapi, rencana itu
dapat dihentikan oleh penasehat Harun Ar-Rasyid, Yahya bin Khalid Al-Barmaki.

Ucapannya diiyakan oleh para pemuka Bani Abbas, termasuk di antaranya Al-Rabi, wazir
Al-Mahdi. Seketika itu, tiba-tiba Musa Al-Hadi datang beserta bala tentaranya yang besar dan
semua jajaran istana bersumpah setia kepadanya tanpa ada rasa keberatan sedikitpun.

Setelah itu, Khalifah Musa Al-Hadi berinisiatif mengirimkan surat-surat ke berbagai


wilayah tentang berita ini sekaligus minta pembai'atan dari mereka semua. Pada saat itu juga,

2
Khalifah Musa Al-Hadi mengangkat Al-Rabi sebagai wazirnya dan diminta untuk
membantunya seperti dulu dia membantu ayahnya.

C. Kebijakan Pemerintahan Khalifah Musa Al-Hadi

Sebelum jadi khalifah, masa mudanya banyak dihabiskan dalam peperangan di negeri
Masyriq (daerah timur). Tidak heran, banyak pengalaman yang didapat dari sana, sehingga
mempengaruhi besar atas sikap, pandangan, akhlak, dan budi pekertinya. Musa Al-Hadi
dinobatkan sebagai khalifah pada tanggal 30 Muharram 169 H. Setelah dilantik khalifah,
sebagian besar ia meneruskan kebijakan ayahnya, seperti memberantas orang-orang sesat
(Zindiq), menumpas pemberontakan Alawiyyin. Lalu sisanya, kebanyakan waktunya
dihabiskan untuk berusaha menjatuhkan posisi Harun Ar-Rasyid dari putra mahkota.

1. Membasmi Orang-Orang Zindiq

Sebagaimana kebijakan Al-Mahdi, Khalifah Musa Al-Hadi bertugas meneruskan


kebijakan ayahnya, yaitu membasmi orang-orang Zindiq. Sayangnya, sikap yang
ditempuhnya sangat jauh berkebalikan dari sikap Al-Mahdi yang dipandang bijaksana.

Khalifah Musa Al-Hadi menanggapinya secara brutal. Tidak tanggung-tanggung,


orang-orang yang dianggap sesat langsung diburu, dan segera dieksekusi mati tanpa ampun.
Bahkan, orang yang didakwa menyimpang dari ajaran agama pun juga kena imbas hukuman
mati.

2. Menghadapi Golongan Alawiyyin

Tidak seperti sebelumnya, sikap Al-Mahdi yang selalu merangkul oposisi kaum
Alawiyin dan menjaga keharmonisan antar kedua belah pihak. Namun kali ini, sikap itu tidak
diteruskan oleh Musa Al-Hadi. Kaum Alawiyin meneruskan pemberontakan dan menganggap
diri mereka-lah yang berhak menduduki singgasana khalifah.

Pemberontakan yang terjadi di Hijaz dipimpin oleh Husein bin Ali bin Hasan bin Ali
bin Abi Thalib. Di Madinah, gerakan mereka memperoleh kemenangan. Mereka berhasil
menduduki kantor gubernur, para tahanan penjara dibubarkan, dan dibai'at langsung dari
penduduk Madinah.

3
Ia juga mendeklarasikan dirinya sebagai khalifah dan berdirinya Daulah Alawi di
Tanah Hijaz. Gubernur setempat tidak bisa membendung mereka, akhirnya para pasukan
Husein bergerak menuju ke Mekkah.

Sebelum tibanya di sana, laskar Alawi bertemu dengan laskar Abbasiyah yang
dipimpin Panglima Muhammad bin Sulaiman di Wadi Fakh. Pertempuran hebat pun terjadi,
Husein bin Ali dan sanak keluarganya tewas terbunuh dan dipatahkan oleh pasukan
Abbasiyah. Pertempuran kali ini tidak kalah hebat dengan terjadinya peperangan Karbala.

Akhirnya, kepala Husein dipenggal dan dibawa ke hadapan Khalifah dan


dimakamkan di sana. Sedangkan, sisa pasukan Husein lari kocar-kacir dan sebagian dari
mereka keluar dari Tanah Hijaz. Menurut catatan sejarah, peperangan ini berpengaruh sekali
atas perjalanan sejarah Dinasti Bani Abbas.

3. Berdirinya Daulah Bani Idris di Maroko

Usai peperangan Wadi Fakh, pasukan Abbasiyah segera membantai besar-besaran


terhadap para pendukung dan keluarga Ali bin Thalib, baik di Mekkah maupun di Madinah.
Para tentara tanpa pandang bulu menghancurkan tempat tinggal mereka, merampas tanahnya,
sampai membakar kebun-kebun kurma mereka.

Menyaksikan peristiwa mengerikan itu, sebagian besar keturunan Ali bin Abi Thalib
memilih untuk melarikan diri, sedangkan di antara mereka yang berhasil adalah Idris bin
Abdullah bin Hasan bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Dia adalah adik tiri Muhammad bin
Abdullah bin Hasan, yang pernah memimpin pemberontakan di era Al-Manshur. Menurut
Imam Thabari, Idris bin Abdullah berhasil kabur dari kejaran pasukan Abbasiyah, dan
menuju ke Mesir.

Ketika di sana, ia mendapat bantuan oleh para tokoh setempat. Lalu, ia melarikan diri
ke tempat yang lebih jauh lagi ke Maghribil Aqsa, lebih tepatnya ke daerah Maroko. Di sana,
ia mendeklarasikan dirinya sebagai Khalifah dan menyatakan Daulah Bani Idrisiyyah yang
resmi berdiri pada Tahun 172 H atau 788 Masehi.

Dinasti Bani Idris, merupakan Kerajaan Islam beraliran Syiah pertama di


Dunia sekaligus pemangku khalifah pertama dari golongan Alawiyyin, sedangkan Bani
Abbasiyah sendiri berpegang pada ajaran Sunni. Sejarah mencatatkan, Khalifah Idris I

4
sukses melepaskan diri dari kekuasaan Abbasiyah, sedangkan putranya, Idris II berhasil
menyulap Maroko sebagai pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam di belahan Afrika
Utara.

D. Penyebab Kematian Khalifah Musa Al-Hadi

Seperti diceritakan sebelumnya, kedengkian Musa Al-Hadi sudah terbenam cukup


lama kepada adiknya itu, semenjak ayahnya berusaha memindahkan posisi putra mahkota ke
Harun Ar-Rasyid. Keadaan ini sangat membuat Musa terluka batinnya. Bahkan, sebagian
besar pejabat istana, termasuk ibu kandungnya sendiri, Khaizuran, juga ikut berpihak pada
Harun. Keadaan itu membuat hubungan Musa dan Harun semakin memanas dan berusaha
untuk menyingkirkan adiknya dengan berbagai cara, jikalau perlu bisa membunuhnya.

Tetapi, rencana busuk itu berhasil dihentikan oleh bujukan Yahya bin Khalid Al-
Barmaki. Dia adalah wazir dan orang kepercayaan Harun Ar-Rasyid, sekaligus tokoh Bani
Abbas yang paling dipercaya oleh Al-Mahdi.

Awalnya, Musa Al-Hadi menaruh curiga terhadapnya, sampai akhirnya Yahya


berhasil membujuknya dengan alasan yang tepat dan logis untuk tidak melanjutkan rencana
jahatnya itu, dengan perkataan sebagai berikut :
”Putramu (Ja’far bin Musa Al-Hadi) saat ini masih berusia sangat muda. Bila kau
meninggal sekarang, kekhalifahannya tidak akan memperoleh legitimasi penuh dari para
pendukung kita. Alih-alih, hal tersebut akan melahirkan banyak gejolak politik. Ayahmu, Al-
Mahdi sudah menominasikan Harun sebagai khalifah setelahmu.
Bila kau melantik putramu, sebagai putra mahkota menggantikan Harun, itu lebih aman
baginya. Dan apabila ternyata kau berumur panjang, sehingga Ja’far bisa mencapai usia
yang ideal untuk menggantikanmu, aku berjanji akan meminta pada Harun agar rela
mengundurkan diri dari posisinya sekarang, dan memberikannya pada Ja’far.”

Mendengar pendapat Yahya itu, Khalifah Musa Al-Hadi sangat puas dan kembali
tenang, sehingga ia bisa membuang jauh-jauh rencana busuknya itu. Beberapa lama
kemudian, keinginan itu tiba-tiba muncul kembali. Kali ini, rencana itu mendapat dukungan
dari para pengikutnya. Mereka tidak segan-segan ikut mengganggu, meneror, dan
mempersekusi Harun Ar-Rasyid dengan berbagai cara. Mengetahui hal ini, Yahya bin Khalid
segera menyarankan untuk Harun agar pergi jauh ke tempat yang lebih aman sampai batas
waktu yang tidak ditentukan.
Akhirnya, Harun memohon izin pada Khalifah Musa Al-Hadi dengan dalih berburu
dan permintaan itu dikabulkan olehnya. Ia segera kabur ke Suriah, ke tempat yang tidak

5
diketahui kecuali hanya beberapa orang saja yang sangat dipercaya seperti ibunya, Khaizuran
dan Yahya. Di sisi lain, Khaizuran, ibu kedua khalifah itu yang mengetahui perlakuan Musa
pada adiknya, Harun. Sontak, ia sangat marah sekali. Semenjak itu, hubungan antara ibu-anak
itu putus dan tak pernah baik lagi.
Suatu hari, Khalifah Musa Al-Hadi mengetahui bahwa ibunya suka turut ikut campur
dalam urusan kenegaraan. Memang, semenjak masuk ke dunia istana ia dikenal sebagai
budak wanita yang sangat cerdas. Dikenal sebagai sosok Hafizh Qur'an, haus akan ilmu,
rajin mendatangi majlis-majlis ilmu di Perpustakaan Baitul Hikmah, dan juga ikut menghadiri
rapat-rapat kenegaraan. Kecerdasan inilah yang membuat Al-Mahdi tertarik, ia juga sempat
ditunjuk sebagai penasehat pribadi Khalifah.
Perlahan-lahan, istri pertama Al-Mahdi cemburu akan hal ini, hingga akhirnya
Khaizuran dipersunting oleh Khalifah Al-Mahdi dan melahirkan calon-calon khalifah
penerusnya seperti Musa Al-Hadi dan Harun Ar-Rasyid. Semenjak itulah, dia menjadi orang
paling berpengaruh dalam mengambil keputusan di Istana Abbasiyah, sedangkan Musa
dipandang sebelah mata oleh para pejabat pemerintahan karena dianggap tidak piawai dalam
menjalankan tugasnya.
Melanjutkan cerita sebelumnya, Musa Al-Hadi segera mendatangi ibunya seraya
membentak dan berkata :
“Kalau kulihat ada Amir yang keluar dari pintu rumah ibu, akan ku penggal kepalanya !
Tidak punyakah ibu alat pemintal untuk menyibukkan diri atau Kitabullah yang bisa memberi
ibu pengetahuan ? Atau tidakkah ibu disibukkan dengan tasbih-tasbih ?"
Mendengar perkataan kasar putranya, Khaizuran sampai berdiri saking tidak tahan
membendung amarahnya. Tidak cukup sampai di situ saja, Khalifah Musa Al-Hadi juga tega
mengirimkan makanan yang sudah diberi racun untuk ibunya. Khaizuran yang sudah
terlanjur curiga atas sikap anaknya, memilih untuk tidak memakan makanan itu. Ia segera
memberikan kepada anjingnya tersebut, dan tiba-tiba anjingnya mati keracunan. Setelah
menyaksikan kejadian itu, ibunya sudah tidak tahan atas perlakuan anaknya yang sudah
melampaui batas.
Khaizuran muncul keinginan untuk segera membunuhnya. Suatu ketika, Khalifah
Musa Al-Hadi ternyata berniat juga untuk membunuh Harun Ar-Rasyid, ia memerintahkan
utusan khusus untuk mencari dan membunuhnya. Mendengar hal ini, keinginan ibunya tak
kian terbendung lagi. Suatu hari, Musa Al-Hadi sedang sakit tidak berdaya. Khairuzan
melihat ini sebuah kesempatan untuk membunuhnya. Atas perintahnya, dia mengirimkan

6
beberapa budak perempuan untuk mengurusi Musa Al-Hadi dan di saat yang tepat, para
budak itu mencekik leher Al-Hadi dengan selendang.
Musa tidak bisa berkutik apa-apa, dan mati terkulai lemas di tangan budak perempuan
itu. Setelah kematiannya, Khaizuran mengirimkan surat kepada Yahya bin Khalid Al-
Barmaki, yang berisi :
”Pria itu (Al-Hadi) sudah mati, jadi segeralah bertindak tegas. Jangan sampai gagal.
Lakukan dengan tepat dan teliti !”

Mendengar kabar mengejutkan ini, Yahya bin Khalid segera menuju ke istana dan
mengamankan proses transisi khalifah ke Harun Ar-Rasyid. Pada malam itu juga, berita
kematian Musa Al-Hadi langsung diumumkan ke khalayak umum dan menyiarkan
pengangkatan Harun Ar-Rasyid sebagai khalifah selanjutnya. Khaizuran, sang ibunda segera
memerintahkan beberapa utusan untuk menjemput Harun ke Baghdad. Menariknya, di saat
malam yang sama, putra Harun Ar-Rasyid bernama Abdullah Al-Ma'mun telah lahir ke dunia
dan kelak akan menggantikan posisi ayahnya sebagai khalifah. Sebagaimana Ash-Shuli
pernah mengatakan :
"Tidak ada satu malam pun dalam sejarah umat manusia ketika seorang khalifah mangkat,
seorang khalifah baru dinobatkan dan seorang calon khalifah dilahirkan, kecuali malam
itu.”

E. Kewafatan Khalifah Musa Al-Hadi

Pada tanggal 14 Rabi'ul Awwal 170 H atau bertepatan pada tanggal 13 September 786
Masehi, Khalifah Musa Al-Hadi wafat di usia 26 tahun. Ia memerintah hampir selama 1
tahun 3 bulan, kemudian digantikan oleh saudaranya, Harun Ar-Rasyid. Untuk penyebab
kematiannya, sebagian besar ahli sejarah meyakini karena dibunuh atas perintah ibunya
sendiri, sebagaimana diceritakan di atas.

Namun, ada yang mengatakan, suatu ketika dia sedang mendorong temannya ke tepi
jurang yang di bawahnya ada batang-batang bambu yang dipotong runcing. Saat temannya
terjatuh dia sempat menarik tangan Musa hingga keduanya ikut terjatuh dan tertusuk bambu,
sehingga mereka meninggal bersamaan. Sebagian lain juga ada yang mengatakan, penyebab
kematiannya adalah radang usus sampai perutnya bernanah.

7
Kesimpuan

Abu Muhammad, Musa bin al-Mahdi al-Hadi (dilahirkan di Rayy, pada 147
H atau 764 – meninggal pada 14 September 786) adalah Khalifah Bani Abbasiyah yang
menggantikan ayahnya Al-Mahdi dan memerintah antara tahun 785 sampai kematiannya
pada 786.

Al-Hadi merupakan putra sulung Al-Mahdi, seperti ayahnya ia sangat terbuka kepada
semua orang di negerinya dan mengizinkan orang awam untuk mengunjunginya di istana
Baghdad untuk berbicara dengannya. Sebagai, ia dianggap sebagai penguasa yang selalu
mendapat penerangan, dan melanjutkan gerakan progresif dari para pendahulunya.

Pemerintahannya yang pendek ditimbulkan dengan sejumlah konflik militer lebih dulu.
Pemberontakan Husain bin Ali bin Hasan pecah saat Husain menyatakan dirinya sebagai
kholifah di Madinah. Al-Hadi memadamkan pemberontakan dan membunuh Husain dan
kebanyakan pendukungnya, tetapi saudara Husain melarikan diri ke Maroko di mana ia kelak
mendirikan negara Idrisi. al-Hadi juga harus memadamkan pemberontakan Kharijite
sebagaimana berhadapan dengan serbuan Bizantium. Bagaimanapun, Bizantium kembali lagi,
dan pasukan Abbasiyah betul-brtul mendapatkan beberapa daerah Bizantium.

Al-Hadi meninggal pada 786 secara alamiah. Al-Hadi digantikan adiknya Harun al-
Rashid.

Anda mungkin juga menyukai