Anda di halaman 1dari 5

RINGKASAN MANAJEMEN PASIEN SAFETY

KEBIJAKAN/DASAR HUKUM PELAKSANAAN KESELAMATAN PASIEN


Dosen Pengampu : Susi Tentrem M.Kes

Disusun Oleh :
Rahma Karunia Abdillah Annur
(P1337420722009)

PRODI KEPERAWATAN MAGELANG


PROGRAM SARJANA TERAPAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG 2022/2023
1. Dasar Hukum Yang Mengatur Tentang Keselamatan Pasien
Dalam memberikan pelayanannya Rumah sakit sebagai sebuah institusi diatur dalam
UndangUndang Rumah Sakit, dimana terdapat empat pasal dalam undang-undang
tersebut yang mengamanahkan keselamatan pasien. Amanah keselamatan pasien
dalam UndangUndang Rumah Sakit telah dijabarkan lebih lanjut dalam Peraturan
Menteri Kesehatan No 1691 Tahun 2011 Tentang Keselamatan pasien. (Basabih, 2017
:150-157).
a) Keselamatan Pasien dalam Undang-Undang Rumah Sakit.Dalam undangundang
ini jelas diamanahkan mengenai keselamatan pasien, berikut dibawah ini adalah
rinciannya dalam pasal:
b) Pada pasal 2 disebutkan bahwa penyelenggaraan Rumah Sakit didasarkan pada
nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak
dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta
mempunyai fungsi sosial.
c) Pasal 3 ayat dua yang menyebebutkan bahwa pengaturan penyelenggaran Rumah
Sakit bertujuan untuk memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasi-en.
d) Pasal 13 yang mengatakan bahwa setiap tenaga yang bekerja dirumah sakit harus
mengutamakan keselamatan pasien.
e) Pasal 43 secara khusus menjelaskan mengenai kewajiban penerapan keselamatan
pasien di Rumah Sakit (Kemkes, 2009).
2. Pengaturan Keselamatan Pasien
Pengaturan keselamatan pasien pada tataran teknis operasional merujuk pada
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien.
Peraturan Menteri Kesehatan ini diterbitkan untuk menggantikan Peraturan Menteri
Kesehatan No. 1691/MENKES/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah
Sakit. Perubahan frasa dari “Keselamatan Pasien Rumah Sakit” menjadi
“Keselamatan Pasien” telah menunjukkan bahwa Peraturan Menteri Kesehatan yang
baru memiliki cakupan lebih luas. Meskipun terdapat pergantian kebijakan berkaitan
dengan keselamatan pasien, namun patut dipahami bahwa kedua peraturan menteri
tersebut sejatinya merupakan perintah Pasal 43 Undang-Undang Nomor Nomor 44
Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Asas perlindungan di bidang hukum merupakan
upaya yang diberikan kepada subyek hukum dalam bentuk norma hukum, baik
bersifat represif maupun restitutif, tertulis maupun tidak tertulis. Berdasarkan
gambaran tersebut, asas perlindungan di bidang hukum dapat dimengerti sebagai
suatu pemikiran yang mendasari dibuatnya perundangundangan yang didukung oleh
asas kepastian hukum, kemudian didukung pula oleh asas pengayoman terhadap
harkat dan martabat manusia secara aman, selamat, dan terjamin yang selain
mengutamakan asas kepastian hukum juga memperhatikan asas asas keadilan hukum.
Penelitian Hukum Normatif terhadap Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan, UndangUndang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit Dan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien.
(Nugraha, 2018).
1. Undang-Undang nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit:
a) Pasal 2: RS diselenggarakan berasaskan pancasila dan didasarkan kepada nilai
kemanusiaan, etika, & profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak & annti
diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai
fungsi sosial.
b) Pasal 3 ayat b: memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien,
masyarakat, lingkungan RS dan SDM di RS.
c) Pasal 29 ayat b: memberikan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti
diskriminasi & efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai standar
pelayanan RS.
d) Pasal 43 :
I. Ayat 1 ; RS wajib menerapkan Standar Keselamatan Pasien
II. Ayat 2 ; Standar Keselamatan Pasien dilaksanakan melalui pelaporan insiden,
menganalisa & menetapkan pemecahan masalah dalam rangka menurunkan
angka KTD
III. Ayat 3 ; RS melaporkan kegiatan ayat 2 kepada komite yang membidangi
keselamatan pasien yang ditetapkan Menteri
IV. Ayat 4 ; Pelaporan IKP pada ayat 2 dibuat secara anonim & ditujukan untuk
mengkoreksi sistem dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien
2. Permenkes 1691 / VIII / 2011 Tentang KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT
a) Pasal 5 : Rumah sakit dan tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit wajib
melaksanakan program dgn mengacu pada kebijakan nasional Komite KPRS.
b) Pasal 6
I. Ayat 1 : Setiap rumah sakit wajib membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah
Sakit (TKPRS) yang ditetapkan oleh kepala rumah sakit sebagai pelaksana
kegiatan keselamatan pasien.
II. Ayat 4 : TKPRS melaksanakan tugas:
 mengembangkan program keselamatan pasien di rumah sakit sesuai dengan
kekhususan rumah sakit tersebut.
 menyusun kebijakan dan prosedur terkait dengan program KPRS.
 menjalankan peran untuk melakukan motivasi, edukasi, konsultasi,
pemantauan (monitoring) dan penilaian(evaluasi)tentan
III. terapan (Implementasi) program KPRS.
 bekerjasama dengan bagian Diklat RS untuk melakukan pelatihan internal
KPRS.
 melakukan pencatatan, pelaporan insiden, analisa insiden serta
mengembangkan solusi untuk pembelajaran.
 memberikan masukan dan pertimbangan kepada kepala rumah sakit dalam
rangka pengambilan kebijakan KPRS.
 membuat laporan kegiatan kepada kepala RS.
c) Pasal 7 Standar Keselamatan Pasien.
d) Pasal 8 Sasaran Keselamatan Pasien.
e) Pasal 9 Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Demi, K., & Keselamatan Pasien, T. (n.d.). LANDASAN HUKUM DALAM PELAKSANAAN
PRAKTIK.
 

Anda mungkin juga menyukai