Anda di halaman 1dari 4

Mag dan Asam Lambung

Oleh : Dinda Asa Ayukhaliza

Mag dan asam lambung sering sekali diperbincangkan oleh banyak orang dikarenakan
kedua penyakit ini kerap menyerang mereka. Kedua ‘pengganggu’ ini menyerang tanpa
memperhatikan status dari korban. Siapa saja bisa terserang penyakit ini dengan mudah
apabila tidak bisa mengorganisir pola makan dengan baik.
Hingga saat ini mag dan asam lambung seringkali masih membingungkan bagi
banyak orang karena memiliki efek yang sama, yaitu jaringan perut terasa nyeri. Namun
ternyata mag dan asam lambung adalah dua masalah yang berbeda. Penderita mag dan asam
lambung akan memiliki keluhan sama yang terjadi di jaringan perut namun memiliki reaksi,
lokasi dan akibat yang berbeda.

Mag

Mag adalah keluhan penyakit akibat telah terjadi luka dan peradangan pada lambung
sehingga menimbulkan sensasi rasa nyeri yang sewaktu-waktu bisa datang kembali. Tak
heran jika sakit mag merupakan penyakit luka lambung yang jika diobati tidak akan bisa
sembuh secara permanen karena luka dan peradangan yang tejadi telah menyebabkan kondisi
dinding lambung mengalami perubahan reaksi ketika makanan masuk. Sebutan lain sakit mag
adalah dispepsia.

Penyakit ini berupa peradangan selaput lendir (mukosa) lambung (gastritis) atau luka
mukosa lambung (gastric ulcer) yang dikenal dengan istilah tukak lambung (ulcus pepticum).
Lambung dalam keadaan sakit terdapat borok-borok pada mukosa lambung. Borok terjadi
akibat tidak seimbangnya sekresi asam lambung-pepsin dan mukus yaitu produk kelenjar
pada mukosa lambung yang berfungsi sebagai benteng bagi lapisan mukosa lambung. Karena
lambung terletak di rongga perut bagian atas agak ke kiri (ulu hati), maka penderita biasanya
mengeluh sakit di bagian itu.

Sakit mag bisa disebabkan oleh banyak hal, di antaranya akibat luka terbuka yang
muncul di lapisan dalam lambung (tukak lambung), infeksi bakteri Helicobacter pylori, efek
samping penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), dan stres.

Penyakit mag juga bisa muncul karena seseorang memiliki pola makan yang buruk
seperti kebiasaan menunda-nunda makan sehingga selalu terlambat untuk makan, terus saja
menyantap makanan walaupun perut sudah terasa kenyang, selalu mengonsumsi makanan
yang memiliki citarasa asam dan terlalu pedas, mengonsumsi obat tanpa makan terlebih
dahulu dan terlalu banyak merokok serta kurang meminum air mineral.

Gejala mag yang kerap kali terjadi adalah nyeri pada perut bagian atas (area antara
pusar dan bawah tulang dada). Selain nyeri pada perut bagian atas gejala sakit mag bisa
berupa rasa panas pada perut bagian atas, cepat merasa kenyang ketika makan dan rasa
kenyang berkepanjangan setelah makan, mual, kembung pada perut bagian atas, refluks
(kembalinya makanan atau cairan dari lambung ke kerongkongan), sering bersendawa,
muntah, nyeri ulu hati atau rasa panas dan nyeri di tengah dada (kadang-kadang terasa sampai
punggung dan leher) yang muncul ketika atau setelah makan.

Bagi penderita sakit mag, gejala biasanya akan menjadi lebih buruk jika dirinya juga
mengalami stres. Selain stres, masuknya udara lewat mulut ketika mengonsumsi makanan
juga bisa menyebabkan perut semakin kembung dan frekuensi sendawa meningkat.

Mengatasi Mag

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meredakan sakit mag, di antaranya
mengurangi atau menghentikan konsumsi zat kafein atau alkohol apabila sakit mag
disebabkan oleh kedua zat tersebut, menghindari makanan-makanan yang bisa memicu sakit
mag atau membagi porsi makan ke dalam jadwal makan yang baru (misalnya sebelumnya
makan tiga kali sehari, namun masing-masing dalam porsi besar, hal tersebut dapat diubah
menjadi empat atau lima kali sehari dengan porsi masing-masing yang lebih sedikit), tidak
membiarkan diri dikuasai oleh rasa cemas dan mengendalikan stres. Apabila tidak mampu
melakukannya, mintalah bantuan psikiater. Teknik relaksasi atau terapi perilaku kognitif
merupakan contoh pengobatan yang mungkin disarankan. Serta menghentikan konsumsi
ibuprofen atau aspirin jika sakit mag disebabkan oleh obat-obat tersebut. Selanjutnya,
konsultasikan kepada dokter untuk menentukan obat pengganti.

Pengobatan mag dapat dilakukan dengan cara alami maupun dengan menggunakan
resep dokter. Pengobatan secara alami dapat dilakukan dengan cara mengonsumsi rebusan air
daun jambu biji. Daun jambu biji mampu meredakan rasa nyeri pada lambung. Selain itu
dapat juga mengonsumsi air perasan kunyit. Kunyit memiliki zat antibiotik dan mampu
menyembuhkan peradangan yang terjadi pada dinding lambung sehingga rasa nyeri bisa
cepat dihilangkan. Kunyit terbukti mampu menjadi obat mag alami paling ampuh.

Asam Lambung

Penyakit asam lambung atau Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) adalah


masalah yang cukup umum terjadi di masyarakat. Kondisi ini disebabkan oleh naiknya asam
lambung menuju esofagus (refluks) dan menimbulkan nyeri pada ulu hati sehingga dapat
membuat penderitanya merasa mual bahkan muntah dan juga dada terasa panas seperti
terbakar (heartburn). Alur balik isi lambung menuju esofagus ini juga dilaporkan bisa
menyebabkan atypical syndrome (seperti asthma reflux) yang dapat mengganggu aktivitas
sehari-hari dan sulit diobati. Esofagus yang juga dikenal sebagai kerongkongan adalah bagian
dari saluran pencernaan yang menghubungkan mulut dan lambung.

Jika asam lambung terus menerus refluks, maka akan mengiritasi lapisan esofagus,
membuatnya menjadi meradang (esofagitis). Seiring waktu, peradangan dapat merusak
lapisan esofagus, menyebabkan komplikasi seperti pendarahan, dan penyempitan esofagus
atau Barrett’s esophagus (kondisi prakanker).

Penyakit asam lambung umumnya disebabkan oleh Lower Esophageal Sphinchter


(LES) yang tidak berfungsi dengan baik. LES adalah lingkaran otot pada bagian bawah
esofagus yang berfungsi sebagai ‘penjaga gerbang’. Ketika sedang makan, otot LES akan
rileks dan membiarkan makanan masuk ke dalam lambung. Setelah makanan lewat, otot LES
akan menjadi tegang dan menutup agar asam lambung dan makanan tidak naik kembali dari
lambung ke esofagus atau kerongkongan.

Meskipun belum diketahui pasti mengapa LES melemah, ada beberapa faktor risiko
yang diduga terkait dengan kondisi ini, seperti obesitas atau kegemukan, hernia hiatus,
pengosongan lambung yang tertunda, kehamilan, merokok, mulut kering, asma, diabetes
mellitus, dan gangguan jaringan ikat seperti skleroderma.

Mengatasi Asam Lambung

Ada berbagai macam cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi penyakit asam
lambung (GERD) ini. Dimulai dari penanganan sendiri oleh penderita, penggunaan obat-
obatan khusus, hingga melalui prosedur operasi sebagai langkah terakhir.
Beberapa hal yang penderita bisa lakukan untuk meredakan gejala GERD adalah
menurunkan berat badan jika diperlukan, makan dalam porsi kecil tapi lebih sering, jangan
langsung berbaring setelah makan, hindari cokelat, tomat, makanan berlemak, dan pedas,
hindari minum alkohol dan kopi, berhenti merokok, tidur dengan bantal yang agak tinggi
untuk mencegah naiknya asam lambung ketika sedang berbaring, hindari stres, dan hindari
memakai pakaian yang terlalu ketat. Selain itu, obat-obatan yang dapat dikonsumsi untuk
mengatasi asam lambung adalah antasida, alginat, penghambat reseptor H2 atau H2-receptor
antagonist (H2RA), penghambat pompa proton atau proton-pump inhibitors (PPI), dan
prokinetik dengan anjuran dan dosis yang tepat dari dokter.

Operasi menjadi langkah penanganan terakhir untuk penyakit asam lambung atau
GERD jika penanganan sendiri dan obat-obatan tidak memberikan hasil yang signifikan.
Kondisi lain ketika operasi menjadi pilihan untuk dilakukan adalah terjadinya peradangan
yang parah pada esofagus, terjadinya penyempitan esofagus sehingga makanan susah turun
ke perut, dan terjadinya perubahan pada sel esofagus yang disebabkan oleh iritasi asam
lambung.

Penyakit mag dan asam lambung adalah penyakit yang tidak boleh dibiarkan begitu
saja. Sebab siapa saja bisa terserang penyakit ini dengan mudah. Apabila mengalami gejala-
gejala seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, jangan pernah malas untuk segera
memeriksakan diri ke medis. Tidak hanya pola makan yang harus dijaga, namun pola hidup
secara keseluruhan agar fisiologis tubuh dapat bekerja dengan baik sebagaimana mestinya.

(Penulis adalah mahasiswi Universitas Islam Negeri Sumatera Utara,

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Program Studi Ilmu Kesehatan

Masyarakat, Angkatan II Tahun 2016)

Anda mungkin juga menyukai