Anda di halaman 1dari 4

Mencegah Bayi Lahir Cacat

Oleh : D. Asa

Kelahiran seorang bayi akan selalu menjadi momen yang sangat ditunggu-tunggu oleh
para ibu yang tengah mengandung. Semua ibu pasti menginginkan bayinya lahir sehat dan
sempurna. Namun apa yang terjadi jika buah hati yang selalu ditunggu-tunggu ini mengalami
kecacatan lahir?

Banyak faktor risiko yang menyebabkan kecacatan lahir mulai dari genetik, usia ibu,
obat, kekurangan nutrisi tertentu, bahan kimia, radiasi dan masih banyak lagi. Pencegahan
adalah jalan keluar yang terbaik. Sebab lebih dari 170 jenis kecacatan lahir, hanya 1/7 bagian
yang dapat diperbaiki. Selain sulit untuk disembuhkan, hal ini tentunya akan menjadi beban
biaya dan mental yang cukup besar untuk keluarga dan bayi itu sendiri.

Kecacatan ada yang dialami sejak lahir (cacat lahir), ada pula kecacatan yang diperoleh
setelah lahir, yakni karena kecelakaan atau penyakit. Saat ini, cacat lahir menjadi penyebab
utama kematian bayi pada tahun pertama kehidupan mereka.

Jenis-jenis cacat lahir

Jenis-jenis cacat lahir ada banyak, namun secara umum, kecacatan lahir dapat
diklasifikasikan menjadi dua jenis utama yakni struktural dan fungsional/perkembangan.

Cacat lahir struktural berkaitan dengan masalah dengan bagian tubuh misalnya bibir
sumbing atau langit-langit sumbing, hidrosefalus, mikrosefalia, kembar siam, cacat jantung,
tungkai abnormal, dan cacat tabung saraf seperti spina bifida. Sedangkan cacat lahir
fungsional berkaitan dengan bagaimana bagian tubuh dan sistem tubuh bekerja. Beberapa
cacat lahir fungsional yang kerap terjadi antara lain gangguan sistem saraf atau otak
contohnya autisme, sindrom Down, sindron Prader-Willi dan sindrom Fragile X; gangguan
sensorik contohnya kebutaan, katarak, tuli; gangguan metabolisme contohnya fenilketonuria
dan hipotiroidisme; gangguan degeneratif contohnya adrenoleukodistrofi dan sindrom Rett.

Dua jenis cacat lahir ini kadang tidak berdiri sendiri. Cacat lahir yang disebabkan
kombinasi beberapa faktor dapat menyebabkan masalah pada struktur maupun fungsi tubuh.

Penyebab kecacatan lahir ternyata sangat beragam. Faktor yang paling sering menjadi
penyebab cacat lahir adalah genetika, usia lanjut, kurang gizi, rokok dan alkohol, faktor
lingkungan (polusi, radiasi, zat kimia berbahaya), kegemukan dan diabetes mellitus,
hipertiroidisme dan hipotiroidisme, obat dan jamu yang tidak tepat, dan infeksi saat
kehamilan.

Mencegah Kelahiran Bayi Cacat

Banyak sekali hal yang dapat diupayakan untuk mencegah terjadinya kelahiran bayi
cacat. Hal-hal tersebut antara lain adalah sebagai berikut :

Hamil dan Melahirkan di usia ideal. Usia muda sangat mendukung kehamilan. Usia
muda yang dimaksud adalah usia 20an. Pada usia ini tingkat kesuburan wanita sangat tinggi
dan sel telur yang diproduksi pun sangat melimpah. Risiko bayi lahir cacat juga lebih sedikit
karena kualitas sel telur yang diproduksi pada usia ini masih sangat baik.

Kontrol pertambahan berat badan ibu hamil. Semakin bertambah usia kehamilan,
berat badan ibu harus mengalami kenaikan. Ibu hamil dilarang keras untuk melakukan
program penurunan berat badan. Namun perlu diketahui bahwa pertambahan berat badan ini
juga harus ideal. Tidak boleh terlalu sedikit atau terlalu berlebihan. Tidak perlu khawatir
dengan kenaikan berat badan yang melonjak karena hal tersebut penting untuk kesehatan
bayi. Jika selama kehamilan pertambahan berat badan ibu kurang, kemungkinan melahirkan
bayi dengan berat badan yang rendah dan lahir prematur dapat terjadi. Namun, ibu hamil juga
tidak boleh mengalami kenaikan berat badan berlebihan. Kondisi ini dapat meningkatkan
risiko bayi mengalami gangguan kesehatan dan mengalami obesitas di usia kanak-kanak.

Nutrisi seimbang. Ada beberapa pesan gizi seimbang untuk ibu hamil yakni
mengonsumsi aneka ragam pangan lebih banyak dengan memperhatikan keseimbangan porsi
zat gizinya, hal ini berguna untuk memenuhi kebutuhan energi, protein serta mineral sebagai
pemeliharaan, pertumbuhan dan perkembangan janin serta cadangan selama masa menyusui.
Kemudian, membatasi konsumsi makanan yang mengandung garam tinggi, untuk mencegah
risiko kematian janin, terlepasnya plasenta dan gangguan pertumbuhan. Minum air putih
lebih banyak juga sangat diperlukan, hal ini mendukung sirkulasi janin, produksi cairan
amnion dan meningkatkan volume darah, mengatur keseimbangan asam basa tubuh, dan
mengatur suhu tubuh. Selain itu, ibu hamil juga harus membatasi minum kopi, karena kafein
dalam kopi akan meningkatkan intensitas buang air kecil yang dapat berakibat dehidrasi,
tekanan darah serta detak jantung meningkat.

Mengonsumsi suplemen yang tepat. Suplemen yang paling tepat untuk ibu hamil
adalah yang mengandung banyak vitamin dan mineral, tetapi beberapa kandungan terpenting
yang paling diperlukan oleh ibu hamil dari suplemen kehamilan adalah asam folat (asam folat
yang cukup diperlukan untuk mencegah cacat tabung saraf), vitamin D dan kalsium (untuk
kesehatan tulang dan gigi), vitamin B6 (mencegah bibir sumbing), serta zat besi. Namun
perlu diketahui bahwa suplemen ibu hamil merupakan pelengkap bukan pengganti makanan.
Oleh sebab itu, disarankan untuk tidak mengonsumsi suplemen melebihi anjuran, karena hal
itu malah dapat berdampak buruk bagi ibu dan bayi.

Menghindari rokok dan alkohol. Nikotin pada rokok yang dikonsumsi ibu hamil
dapat menyebabkan bayi terlahir dalam kondisi cacat, terutama apabila dikonsumsi pada
trimester pertama. Jenis cacat yang paling sering terjadi karena hal ini adalah bibir atau
langit-langit sumbing.

Begitu juga dengan alkohol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minum alkohol
dalam jumlah tertentu akan menyebabkan kelainan bawaan (cacat lahir). Efek alkohol pada
janin salah satunya adalah gangguan fungsi hati janin. Mengingat hati adalah organ tubuh
manusia yang membutuhkan waktu paling lama untuk berkembang, ketika janin berada
dalam kandungan, hatinya belum dapat memproses alkohol seperti orang dewasa. Minum
alkohol saat hamil secara berlebihan memiliki risiko merusak sistem saraf bayi. Kondisi ini
menyebabkan bayi rentan mengalami sindrom alkohol pada janin (Fetal Alcohol
Syndrome/FAS). FAS mengakibatkan cacat lahir, kesulitan belajar dan masalah sosialisai
anak saat dewasa.

Mengontrol gula darah. Kadar gula darah yang tinggi pada ibu hamil kemungkinan
akan menimbulkan bahaya terhadap kesehatan bayi saat dalam kandungan hingga saat ia
lahir. Kadar gula darah ibu hamil yang tidak terkontrol dapat menyebabkan komplikasi pada
bayi dan ibu hamil itu sendiri. Komplikasi-komplikasi tersebut antara lain adalah
Macrosomia yakni ukuran tubuh bayi lebih besar daripada bayi pada umumnya, hal ini dapat
meningkatkan risiko sulit melahirkan secara normal. Selain itu kadar kalsium dan magnesium
bayi kemungkinan tidak seimbang. Gula darah yang tak terkontrol juga memengaruhi
pembentukan organ-organ bayi sehingga menyebabkan cacat otak, tulang belakang, jantung
dan sistem saraf.

Imunisasi. Kata imunisasi mungkin sangat identik dengan bayi maupun anak-anak.
Namun, ternyata ibu hamil juga memerlukan imunisasi. Tujuannya sama seperti imunisasi
pada umumnya, untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh agar tidak terjadi infeksi
maupun kelainan pada ibu dan bayi. Setidaknya ada 4 jenis imunisasi yang diperlukan selama
kehamilan yaitu imunisasi influenza yang bertujuan untuk meningkatkan kekebalan tubuh ibu
hamil dan janin terhadap infeksi virus yang menyebabkan flu. Selain itu ada pula imunisasi
Tetanus Toxoid (TT) yang telah diteliti dapat mencegah terjadinya infeksi tetanus neonatal
pada bayi yang baru lahir serta mencegah risiko tetanus pada ibu serta janin dalam
kandungan. Ada pula imunisasi hepatitis B yang bertujuan untuk mencegah penyakit kuning
pada bayi dan imunisasi meningococcal yang bertujuan untuk mencegah meningitis atau
radang selaput otak pada bayi.

Memerhatikan jadwal pemeriksaan kehamilan. Minimalnya ibu hamil


memeriksakan kehamilan sebanyak empat kali. Namun idealnya semakin tua usia kehamilan,
maka pemeriksaan harus semakin sering dilakukan. Apalagi pada masa menjelang kelahiran,
karena bayi bisa lahir tiba-tiba. Jadwal pemeriksan kehamilan sesuai dengan usia
kehamilannya adalah sebagai berikut :

Trimester I cukup sekali saja.

Trimester II sebanyak 1 kali setiap empat minggu.

Trimester III tergantung usia kehamilannya, yakni setelah 28 minggu pemeriksaan


dilakukan setiap 3 minggu, setelah 32 minggu pemeriksaan dilakukan 1 kali setian 2 minggu,
dan setelah 38 minggu pemeriksaan dilakukan 1 kali setiap minggu.

Cacat lahir bukanlah sebuah kutukan. Siapapun tak ingin terlahir cacat, juga tak
menginginkan anaknya terlahir cacat. Namun terkadang kenyataan yang bisa dikatakan
‘pahit’ ini tak mampu dielakkan. Bagi sebagian masyarakat awam, cacat lahir akan dianggap
sebagai sebuah kutukan. Di mana anggapan ini sama sekali tidak benar. Cacat lahir
merupakan sebuah fenomena yang dapat dijelaskan secara ilmiah dan diterima akal sehat
serta dapat dihindari dengan melakukan langkah-langkah pencegahan yang tepat.

(Penulis adalah mahasiswa FKM UIN Sumatera Utara)

Anda mungkin juga menyukai