Laporan Kasus Miranda Jamaiyah (Vesikolithiasis)
Laporan Kasus Miranda Jamaiyah (Vesikolithiasis)
Oleh :
Miranda Jamaiyah, S.Ked
NIM: 71 2021 022
Pembimbing
dr. H. Gunawan Tohir, Sp.B., MM.
Laporan Kasus
Judul:
ABDOMINAL PAIN REGIO SUPRAPUBIK EC VESIKOLITIASIS
Oleh:
Miranda Jamaiyah, S.Ked
71 2021 022
Telah dilaksanakan pada bulan Juli 2023 sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di SMF Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang Bari Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan kasih sayang-
Nya, Alhamdulillah berkat kekuatan dan pertolongan-Nya, penulis dapat
menyelesaikan referat yang berjudul “Abdominal Pain Regio Suprapubik ec
Vesikolitiasis” sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior di SMF Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Palembang Bari
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. beserta
para keluarga, sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada:
1. dr. H. Gunawan Tohir, Sp.B., MM. selaku pembimbing yang telah
memberikan masukan, arahan, serta bimbingan dalam penyelesaian
Laporan Kasus ini.
2. Rekan-rekan co-assistensi dan perawat atas bantuan dan kerjasamanya.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, karena
kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan
di masa mendatang. Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala
amal yang diberikan dan semoga referat ini dapat bermanfaat bagi semua dan
perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga selalu dalam lindungan
Allah SWT.Aamiin.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................
KATA PENGANTAR.....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I. Laporan Kasus................................................................................
1.1 Identitas Pasien .......................................................................
1.2 Anamnesis ..............................................................................
1.3 Pemeriksaan Fisik ..................................................................
1.4 Pemeriksaan penunjang .........................................................
1.5 Diagnosa Banding ..................................................................
1.6 Diagnosa Kerja .......................................................................
1.7 Penatalaksanaan ....................................................................
1.8 Prognosis ..............................................................................10
BAB II. Tinjauan Pustaka.........................................................................11
2.1. Abdominal Pain ......................................................................11
2.2. Vesikolitiasis...........................................................................13
BAB III. Kesimpulan.....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
iv
BAB I
LAPORAN KASUS
1
BAK, sehingga ada waktu antara proses mengedan dengan keluarnya air
kencing. Pada saat BAK awalnya lancar kemudian pancaran menjadi lemah
dan terputus-putus. Pada akhir BAK pasien merasa tidak puas, masih ada
yang tersisa. Selain itu juga terdapat keluhan nyeri saat BAK dan terkadang
BAK berdarah. Keluhan BAK berbusa, nyeri pinggang dan demam
disangkal. Siklus menstruasi teratur dan tidak ada keluhan pada saat
menstruasi. Keluhan keputihan tidak ada. Pasien merupakan pegawai
kantoran yang memiliki kebiasaan duduk didepan komputer selama ±8
jam/hari dan jarang minum air putih.
2
1.3. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
KU : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis (GCS: E4, V5, M6)
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 110 x/menit, isi dan tegangan cukup
RR : 24 x/menit
Suhu : 36,70C
Berat badan : 58 kg
Tinggi badan : 160 cm
IMT : 22,65 (Normoweight)
Skala nyeri : 7
3
keparahan)
Keadaan Spesifik
Kepala
• Normocephali.
• Perubahan bentuk kepala (-).
Mata
• Konjungtiva: pucat (-/-), perdarahan (-/-).
• Sklera : kuning (-/-).
• Palpebra : bengkak (-/-).
• Pupil : Refleks cahaya (+/+), isokor (3mm/3mm), bulat.
Hidung
• Bagian luar : normal, perubahan bentuk hidung (-).
• Septum : terletak ditengah dan simetris.
• Mukosa hidung : kemerahan (-).
• Rongga hidung : nafas cuping hidung (-), sekret (-), perdarahan (-), nyeri (-),
konsistensi kenyal, terfiksasi, batas tegas.
Telinga
• Daun telinga : Normal.
• Liang telinga : Lapang, sekret (-), darah (-).
• Pendengaran : Normal.
Leher
• Benjolan (-), trakea di tengah, pembesaran KGB (-).
4
Toraks
Paru-Paru
• Inspeksi : simetris, tarikan otot dinding dada (-).
• Palpasi : getaran suara sama pada kedua paru.
• Perkusi : sonor pada seluruh lapangan paru.
• Auskultasi : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), whezing (-/-).
Jantung
• Inspeksi : ictus cordis (denyut jantung yang berasal dari apex jantung atau
bagian terluar jantung) tidak terlihat.
• Palpasi : ictus cordis (denyut jantung yang berasal dari apex jantung atau
bagian terluar jantung) tidak teraba.
• Perkusi : - Batas atas : ICS 2 linea parasternalis sinistra et sinistra.
- Batas kanan : ICS 4 linea parasternalis dextra.
- Batas kiri : ICS 5 linea midclavicularis sinistra.
• Auskultasi : BJ I & BJ II normal, teratur, murmur (-), gallop (-).
Abdomen
• Inspeksi : Cembung, simetris, scar (-), pasien tampak kesakitan, spider nevi
(-), jaringan parut (-), sikatrik (-), caput medusa (-), distensi abdomen (-), jejas
(-), venektasi (-)
• Auskultasi : Bising usus (+) 10x/menit, metalic sound (-)
• Palpasi : Nyeri tekan (+) di regio suprapubik, defans muskular (-), massa (-),
Culen’s sign (-), ballottement (-), Mc Burney sign (-), nyeri tekan CVA (-),
hepar dan lien tidak teraba
• Perkusi : Timpani di keempat kuadran abdomen, nyeri ketok CVA (-), shifting
dullness (-), undulasi (-)
Ekstremitas
• Akral hangat, tremor (-), deformitas (-), perdarahan (-), CRT < 2 detik,
eritema (-), nyeri otot dan sendi (-), gerakan ke segala arah, atrofi (-), edema
5
pada kedua lengan dan tangan (-), hiperpigmentasi (-), pitting edema pretibia
(-)
Genitalia Eksterna
Perempuan (dalam batas normal)
Status Lokalis
Regio Suprapubik
• Inspeksi : Cembung, simetris,warna kulit sama dengan sekitar, bulging (+), scar
(-), jaringan parut (-), eritema (-), hematoma (-), jejas (-), hiperpigmentasi (-),
benjolan (-)
• Palpasi : Hangat (-), nyeri tekan (+), distensi (+), massa (-),ballottement (-),
defans muscular (-), Fluktuasi (-)
• Perkusi : Timpani, nyeri ketok (+)
• Auskultasi : Tidak di lakukan
6
Monosit 1 % 2-8
Golongan Darah O / (+)
HEMOSTASIS
Clotting time 11 Menit 10-15
Bleeding time 4 Menit 1-6
KIMIA KLINIK
Albumin 4,3 g/dl 3,8-5,1
SGOT 26 U/L <31
SGPT 17 U/L <31
Ureum 23 mg/dl 20-40
Kreatinin 0,7 Mg/dl 0,6-1,1
Glukosa Darah Sewaktu 112 mg/dl < 180
Serologi
CRP kualitatif Negatif
Elektrolit
Natrium 140 Mmol/L 135-155
Kalium 3,8 Mmol/L 3,5-5,5
Clorida 103 Mmol/L 95-108
Urin Rutin
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Keruh
Ph 6,5 5–8,5
Berat Jenis 1.030 1- 1.030
Glukosa Negatif Negatif
Protein Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Urobilinogen Negatif Negatif
Darah Hb + Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
7
Sedimen
Eritrosit 8-10 <3
Leukosit 4-5 <5
12-13
Epitel (sel epitel 1 - 15
transisional)
Silinder Negatif
Kristal (+) Kristal Oksalat
Bakteri Negatif Negatif
Lain-lain Negatif Negatif
Plano test Negatif
Hasil:
Psoas line smooth dan simetris
Kontur kedua ginjal baik
Tampak gambaran radiopaque pada proyeksi vesica urinaria
Distribusi udara usus sampai ke distal
Tulang-tulang intact
Kesimpulan : Vesicolithiasis (batu opaque)
8
USG Vesika Urinaria (20 Juni 2023)
Kesan:
Tampak batu di vesika urinaria ukuran 4,34 x 3,63 cm
Tak tampak massa pada VU
1.7. Penatalaksanaan
A. Non-Farmakologi
1. Kateter urin
2. Observasi tanda vital
9
3. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang penyakit yang
diderita, pengobatan yang akan diberikan, tindakan operatif yang
akan dilakukan serta komplikasi dari tindakan operatif tersebut.
B. Farmakologi
1. IVFD Rl gtt 20x/m
2. Inj. Ketorolac 3 x 30 mg IV
3. Inj. Ceftriaxone 1x 1gr IV
C. Operatif
1. Konsultasikan ke dokter spesialis bedah urologi untuk dilakukan
tindakan sistolitotomi ataupun bedah terbuka
3.9. Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
11
penyakit yang mengenai struktur foregut, seperti lambung, pankreas, hepar, dan
duodenum proksimal. Nyeri pada periumbilikus spesifik untuk penyakit yang
mengenai struktur midgut, seperti duodenum distal, jejunum, ileum, apendiks,
kolon asenden, dan 2/3 proksimal kolon transversum. Nyeri yang terlokalisir pada
suprapubik spesifik untuk penyakit yang mengenai struktur hindgut, seperti 1/3
distal kolon transversum, kolon desenden, kolon sigmoid, dan rektum.2
13
Dalam keadaan kosong vesika urinaria berbentuk tetrahedral. Serta
mempunyai tiga permukaan (superior dan inferolateral dextra dan sinistra) serta
empat tepi (anterior, posterior, dan lateral dextra dan sinistra). Dinding vesika
urinaria terdiri dari otot m.detrusor (otot spiral, longitudinal, sirkular). Terdapat
trigonum vesikae pada bagian posteroinferior dan collum vesikae. Trigonum
vesikae merupakan suatu bagian berbentuk mirip segitiga yang terdiri dari
orifisium kedua ureter dan collum vesikae. Vesikae urinaria disuplai oleh
a.vesikalis superior dan inferior. Namun pada perempuan juga disuplai oleh
a.vaginalis.4,5
Sedangkan persarafan pada vesika urinaria terdiri atas persarafan simpatis
dan parasimpatis. Persarafan simpatis melalui n.splanchnicus minor, dan
n.splanchnicus lumbalis L1-L2. Adapun persarafan parasimpatis melalui
n.splanchnicus pelvicus S2-S4, yang berperan sebagai sensorik dan motorik.2,5
15
2.2.2 Definisi
Urolithiasis adalah terbentuknya batu atau material kalsifikasi didalam
traktus urinarius.Vesikolitiasis adalah suatukondisi dimana terdapat batu atau
material kalsifikasi didalam vesika urinaria.3
2.2.3 Epidemiologi
Jenis batu yang paling sering ditemukan adalah kalsium oksalat, kalsium
fosfat, asam urat, struvit (magnesium ammonium fosfat), dan sistin. Batu struvit
berkaitan dengan infeksi saluran kemih olehProteusdanKlebsiella.Batu asam urat
berkaitan dengan hiperurikosuria pada pasien gout, dehidrasi dan tingginya intak
purin. Batu sistin berkaitan dengan gangguan metabolism asam amino pada usus
dan tubulus renalis proksimal. Pada pasien yang menjalani terapi Indavir pada
pasien HIV dapat ditemukan adanya batu indavir.6,8
Pada studi oleh Curhanet al., menunjukkan insiden 300 per 100.000
populasi pria, dan 100 per 100.000 populasi wanita. Di negara yang sedang
berkembang, insidensi batu saluran kemih relatif rendah, baik dari batu saluran
kemih bagian bawah maupun batu salurankemih bagian atas. Di negara yang
telah berkembang, terdapat banyak batu saluran kemih bagian atas, terutama di
kalangan orang dewasa. Pada suku bangsa tertentu, penyakit batu saluran kemih
sangat jarang, misalnya suku bangsa di Afrika Selatan.2,6
Satu dari 20 orang menderita batu ginjal. Pria:wanita 3:1. Puncak kejadian
di usia 30-60 tahun atau 20-49 tahun. Prevalensi di USA sekitar 12%untuk pria
dan 7% untuk wanita.8
2.2.4 Etiologi
Vesikolitiasis sering terjadi pada pasien yang menderita gangguan miksi
atau terdapat benda asing di vesika urinari yang aktivitasnya sebagai inti batu.
Gangguan miksi terjadi pada pasien-pasien hiperplasia prostat, striktura uretra,
divertikel, dan gangguan neurogenik. Benda asing tersebut dibedakan menjadi
iatrogenic dan non iatrogenik. Benda iatrogenic terdiri dari bekas jahitan, balon
16
folley kateter yang pecah, kalsifikasi yang disebabkan karena iritasi balon kateter,
peralatan kontrasepsi, prostetik uretral stents. Non-iatrogenik disebabkan adanya
benda yang terkandung pada buli-buli. Selain itu batu vesika dapat berasal dari
batu ginjal atau batu ureter yang turun ke vesika yang banyak dijumpai pada
anak-anak yang menderita kurang gizi atau yang sering menderita dehidrasi atau
diare. Infeksi pada saluran kemih akan mempercepat timbulnya batu. Inflamasi
pada vesika disebabkan karena hal sekunder misalnya sinar radiasi atau infeksi.
Gangguan metabolik juga merupakan faktor predisposisi terjadi pembentukan
batu. Pada pasien ini batu umumnya terbentuk dari bahan kalsium dan struvit.1,6,8
2.2.5 Patofisiologi
Batu pada vesika dapat berasal dari vesika urinaria sendiri (batu primer)
atau berasal dari ginjal, traktus urinarius bagian atas (batu sekunder). Pada
umumnya batu vesika terbentuk dalam vesika urinari, tetapi pada beberapa kasus
batu terbentuk di ginjal lalu turun menuju buli-buli, kemudian terjadi
penambahan deposisi batu untuk berkembang menjadi besar. Batu vesika yang
turun dari ginjal pada umumnya berukuran kecil sehingga dapat melalui ureter
dan dapat dikeluarkan spontan melalui uretra.6
Secara teoritis batu dapat terbentuk diseluruh saluran kemih terutama
pada tampat- tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (statis urine),
yaitu pada sistem kalises ginjal atau vesika. Adanya kelainan bawaan pada
pelvikalises (stenosis uretro-pelvis), divertikel, obstruksi infravesika kronis
seperti pada hyperplasia prostate benigna, dan striktur merupakan keadaan-
keadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan batu. Batu terdiri atas
kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik maupun anorganik yang
terlarut di dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam
keadaanmetastable(tetap terlarut) dalam urine jika tidak ada keadaan-keadaan
tertentu yang menyebabkan terjadinya presipitasi kristal. Kristal-kristal yang
saling mengadakan presipitasi membentuk inti batu (nukleasi) yang kemudian
akan mengadakan agregasi, dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi
kristal yang lebih besar. Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal masih
rapuh dan belum cukup mampu membuntu saluran kemih. Untuk itu agregat
17
kristal menempel pada epitel saluran kemih (membentuk retensi kristal), dan dari
sini bahan-bahan lain diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk batu
yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih.
Kondisimetastabledipengaruhi oleh pH larutan,adanya koloid di dalam urine,
konsentrasi solute di dalam urine, laju aliran urine di dalam saluran kemih, atau
adanya korpus alienum di dalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti
batu.2,3,8
Lebih dari 80% batu saluran kemih terdiri atas batu kalsium, baik yang
berikatan dengan oksalat maupan dengan fosfat, membentuk batu kalsium oksalat
dan kalsium fosfat; sedangkan sisanya berasal dari batu asam urat, batu
magnesium ammonium fosfat (batu infeksi), batu xanthyn, batu sistein, dan batu
jenis lainnya. Meskipun patogenesis pembentukan batu-batu diatas hampir sama,
18
tetapi suasana didalam saluran kemih yang memungkinkan terbentuknya jenis
batu itu tidak sama. Dalam hal ini misalkan batu asam urat mudah terbentuk
dalam asam, sedangkan batu magnesium ammonium fosfat terbentuk karena
urine bersifat basa. Pada penderita yang berusia tua atau dewasa biasanya
komposisi batu merupakan batu asam urat yaitu lebih dari 50% dan batu paling
banyak berlokasi di vesika. Batu yang terdiri dari kalsium oksalat biasanya
berasal dari ginjal. Gambaran fisik batu dapat halus maupun keras. Batu pada
vesika umumnya mobile, tetapi ada batu yang melekat pada dinding vesika yaitu
batu yang berasal dari adanya infeksi dari luka jahitan dan tumor intra vesika.6,8
19
daerahstone belt (sabuk batu), sedangkan daerah Bantu di Afrika Selatan
hampir tidak dijumpai penyakit batu saluran kemih.8
2. Iklim dan temperature
Individu yang menetap di daerah beriklim panas dengan paparan
sinar ultraviolet tinggi akan cenderung mengalami dehidrasi serta
peningkatan produksi vitamin D3 (memicu peningkatan ekskresi kalsium
dan oksalat) sehingga insiden batu saluran kemih akan meningkat.6,8
3. Asupan air
Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada
air yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.6,8
4. Diet
Diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya
penyakit batu saluran kemih. Obat sitostatik untuk penderita kanker juga
memudahkan terbentuknya batu saluran kemih, karena obat sitostatik
bersifat meningkatkan asam urat dalam tubuh,8
5. Pekerjaan
Sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk dan
kurang aktifitas atausedentary life8
20
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur kalsium oksalat atau
kalsium fosfat (75%), asam urat (7%), magnesium ammonium fosfat (15%,),
sistein (2%), xanthin, silikat dan senyawa lainnya (1%). Data mengenai
kandungan atau komposisi batu sangat penting untuk pencegahan timbulnya batu
yang residif.8
a. Batu Kalsium, merupakan batu yang paling banyak ditemukan yaitu
sekitar 70- 80% dari seluruh batu saluran kemih. Adapun kandungannya
adalah kalsium oksalat, kalsium fosfat atau campuran keduanya. Faktor
terjadinya batu oksalat adalah sebagai berikut:
Hiperkalsiuri merupakan kenaikan kadar kalsium dalam urin yang
melebihi 250-300mg/24jam, disebabkan oleh peningkatan absorbsi
kalsium melalui usus, gangguan reabsorbsi kalsium oleh ginjal, dan
peningkatan reabsorbsi tulang karena hiperparatiroid atau tumor
paratiroid.
Hiperoksaluri merupakan peningkatan ekskresi oksalat melebihi 45
gram/hari, keadaan ini banyak diderita oleh penderita yang mengalami
kelainan usus karena post operasi dan diet kaya oksalat, misalnya teh,
kopi instant, minuman soft drinks, kokoa, jeruk, sitrun, dan sayuran
yang berwarna hijau terutama bayam.
Hiperurikosuri merupakan kadar asam urat di dalam urin melebihi
850mg/24 jam. Asam urat yang berlebihan dalam urin bertindak
sebagai inti batu terhadap pembentukan batu kalsium oksalat. Sumber
asam urat dalam urin berasal dari makanan yang mengandung banyak
purin maupun berasal dari metabolisme endogen.
Hipositraturia merupakan sitrat berikatan dengan kalsium di dalam
urin sehingga kalsium tidak lagi terikat dengan oksalat maupun fosfat,
karenanya merupakan penghambat terjadinya batu tersebut. Kalsium
sitrat mudah larut sehingga hancur dan dikeluarkan melalui urin.
Hipomagnesia, magnesium juga merupakan penghambat seperti
halnya sitrat. Penyebab tersering dari hipomagnesia adalah inflamasi
usus yang diikuti gangguan absorbsi. Penyebab tersering
21
hipomagnesuria ialah penyakit inflamasi usus (inflammatory bowel
disease) yang diikuti dengan gangguan malabsorbsi.
b. Batu struvit, disebut juga sebagai batu infeksi karena terbentuknya batu
ini karena proses infeksi pada saluran kemih. Hal ini disebabkan karena
infeksi yang sebagian besar karena kuman pemecah urea, sehingga urea
yang menghasilkan suasana basa yang mempermudah mengendapnya
magnesium fosfat, ammonium, karbonat. Kuman tersebut diantaranya
adalahProteus spp, Klebsiella, Enterobacter, Pseudomonas, dan
Staphyilococcus.7,8
c. Batu asam urat, merupakan batu yang terjadi pada 5-10% kasus batu. 75-
80% adalah batu asam urat murni dan sisanya merupakan campuran
dengan asam oksalat. Batu ini banyak diderita oleh pasien dengan gout,
penyakit mieloproliferatif, pasien yang mendapat terapi antikanker, dan
banyak menggunakan obat urikosurik diantaranya tiazid, salisilat,
kegemukan, peminum alkohol, diet tinggi protein. Adapun faktor
predisposisi terjadinya batu asam urat adalah urin yang terlalu asam,
dehidrasi atau konsumsi air minum yang kurang dan tingginya asam urat
dalam darah.8
d. Batu jenis lain diantaranya batu sistin, batu santin, batu silikat dan batu
indavir sangat jarang dijumpai. Batu sistin didapatkan karena kelainan
metabolisme yaitu kelainan absorbsi sistin di mukosa usus. Pemakaian
antasida yang mengandung silikat berlebihan dalam jangka waktu yang
lama dapat memungkinkan terbentuknya batu silikat. Pada pasien yang
menjalani terapi Indavir pada pasien HIV dapat ditemukan adanya batu
indavir.2,8
22
Gambar 4. Macam-macam batu saluran kemih
2.2.8 Diagnosis
a. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Pasien dengan batu vesika kadang asimptomatik, tetapi gejala khas
batu buli adalah kencing lancar tiba-tiba terhenti dan menetes dengan disertai
rasa sakit yang menjalar ke ujung penis, skrotum, perineum, pinggang,
sampai kaki, kemudian urine dapat keluar lagi pada perubahan posisi;
perasaan tidak enak sewaktu berkemih; gross hematuri terminal. Rasa sakit
diperberat saat sedang beraktivitas, karena akan timbul nyeri yang
tersensitisasi akibat batu memasuki leher vesika. Pada anak nyeri miksi
ditandai oleh kesakitan, menangis, menarik-narik penis atau menggosok-
gosok vulva, miksi mengedan sering diikuti defekasi atau prolapsus ani. Jika
terjadi infeksi ditemukan tanda cyistitis, kadang-kadang terjadi hematuria.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan vesika urinaria tampak penuh pada
inspeksi, adanya nyeri tekan suprasimpisis karena infeksi atau teraba adanya
urin yang banyak (bulging), hanya pada batu yang besar dapat diraba secara
bimanual.2,3
b. Pemeriksaan Penunjang
23
BNO Melihat adanya batu radio-opak di saluran kemih. Yang bersifat
radiopak yaitu: kalkuli kalsium oksalat dihidrat, kalsium oksalat
monohidrat, dan kalsium phospat. Yang gambaran radiologisnya
radiopak lemah: magnesium ammonium phospat, apatite, dan sistin.
Dan yang tergolong radiolusen: kalkuli asam urat, amonium urat,
xanthin, 2,8-didroksiadenin, batu karena obat-obatan.6,8
IVP
Mendeteksi adanya batu semi opak ataupun batu non opak yang
tidak terlihat di BNO, menilai anatomi dan fungsi ginjal, mendeteksi
divertikel, indentasi prostat.6,8
24
Menilai adanya batu di ginjal atau buli-buli (echoic shadow),
hidronefrosis, pembesaran prostat.9
2.2.9 Penatalaksanaan
a. Konservatif
Terapi ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm,
karena diharapkan batu dapat keluar spontan. Memberikan minum yang
berlebihan disertai diuretik. Dengan produksi air kemih yang lebih banyak
diharapkan dapat mendorong batu keluar dari saluran kemih. Pengobatan
simptomatik mengusahakan agar nyeri, khususnya kolik, yang terjadi
menghilang dengan pemberian simpatolitik. Dan berolahraga secara
teratur. Adanya batu struvit menunjukkan terjadinya infeksi saluran
kemih, karena itu diberikan antibiotik. Batu strufit tidak dapat dilarutkan
tetapi dapat dicegah pembesarannya bila diberikan pengobatan dengan
pengasaman urin dan pemberian antiurease, seperti Acetohidroxamic acid.
Ini untuk menghambat bakteri urease dan menurunkan kadar ammonium
urin. Pengobatan yang efektif untuk pasien yang mempunyai batu asam
urat pada saluran kemih adalah dengan alkalinisasi supaya batu asam yang
terbentuk akan dilarutkan. Pelarutan batu akan terjadi apabila pH urin
menjadi lebih tinggi atau berjumlah 6,2. Sehingga dengan pemberian
bikarbonas natrikus disertai dengan makanan alkalis, batu asam urat
diharapkan larut. Potasium Sitrat (polycitra K, Urocit K) pada dosis 60
mEQ dalam 3-4 dosis perhari pemberian digunakan untuk terapi pilihan.
Tetapi terapi yang berlebihan menggunakan sediaan ini akan
memicuterbentuknya deposit calsium pospat pada permukaan batu
sehingga membuat terapi tidak efektif lagi. Atau dengan usaha
menurunkan produksi kadar asam urat air kemih dan darah dengan
bantuan alopurinol, usaha ini cukup memberi hasil yang baik. Dengan
dosis awal 300 mg perhari, baik diberikan setelah makan.6,8
b. Litotripsi
26
Pemecahan batu telah mulai dilakukan sejak lama dengan cara
buta, tetapi dengan kemajuan tehnik endoskopi dapat dilakukan dengan
cara lihat langsung. Untuk batu kandung kemih, batu dipecahkan dengan
litotriptor secara mekanis melalui sistoskop atau dengan memakai
gelombang ultrasonic atau elektrohidrolik. Makin sering dipakainya
gelombang kejut luar tubuh (ESWL = Extracorporeal Shock Wave
Lithotripsy) yang dapat memecahkan batu tanpa perlukaan ditubuh sama
sekali. Gelombang kejut dialirkan melalui air ke tubuh dan dipusatkan di
batu yang akan dipecahkan. Batu akan hancur berkeping-keping dan
keluar bersama kemih.6,8
c. Terapi pembedahan
Terapi bedah digunakan jika tidak tersedia alat litotriptor, alat
gelombang kejut atau bila cara non bedah tidak berhasil. Walaupun
demikian kita harus memerlukan suatu indikasi. Misalnya apabila batu
kandung kemih selalu menyebabkan gangguan miksi yang hebat sehingga
perlu diadakan tindakan pengeluarannya. Litotriptor hanya mampu
memecahkan batu dalam batas kuran 3 cm kebawah. Batu diatas ukuran
ini dapat ditangani dengan batu kejut atau sistolitotomi.
Transurethral Cystolitholapaxy: tehnik ini dilakukan setelah
adanya batu ditunjukkan dengan sistoskopi, kemudian diberikan
energi untuk membuatnya menjadi fragmen yang akan
dipindahkan dari dalam buli dengan alat sistoskopi. Energi yang
27
digunakan dapat berupa energi mekanik (pneumatic jack
hummer), ultrasonic dan elektrohidraulik dan laser.
Percutaneus Suprapubic cystolithopaxy: tehnik ini selain
digunakan untuk dewasa juga digunakan untuk anak- anak,
tehnik percutaneus menggunakan endoskopi untuk membuat
fragmen batu lebih cepat hancur lalu dievakuasi.sering tehnik ini
digunalan bersama tehnik yang pertama dengan tujuan stabilisasi
batu dan mencegah irigasi yang ditimbulkan oleh debris pada
batu.
Suprapubic Cystostomy: tehnik ini digunakan untuk memindah
batu dengan ukuran besar, juga di indikasikan untuk membuang
prostate, dan diverculotomy. Pengambilkan prostate secara
terbuka diindikasikan jika beratnya kira- kira 80-100gr.
Keuntungan tehnik ini adalah cepat, lebih mudah untuk
memindahkan batu dalam jumlah banyak, memindah batu yang
melekat pada mukosa buli dan kemampuannya untuk memindah
batu yang besar dengan sisi kasar. Tetapi kerugian penggunaan
tehnik ini adalah pasien merasa nyeri post operasi, lebih lama
dirawat di rumah sakit, lebih lama menggunakan kateter.6,8
2.2.10 Pencegahan
Pencegahan yang dilakukan adalah berdasarkan atas kandungan
unsur yang menyusun batu saluran kemih yang diperoleh dari analisis
batu. Pada umumnya pencegahan itu berupa: (1) menghindari dehidrasi
dengan minum cukup dan diusahakan produksi urine sebanyak 2-3 liter
per hari, (2) diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk
batu, (3) aktivitas harian yang cukup, dan (4) pemberian
medikamentosa.8
Beberapa diet yang dianjurkan untuk mengurangi kekambuhan
adalah:(1) rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium
urine dan menyebabkan suasana urine menjadi lebih asam; (2) rendah
28
oksalat; (3) rendah garam karena natriuresis akan memacu timbulnya
hiperkalsiuri; dan (4) rendah purin. Diet rendah kalsium tidak dianjurkan
kecuali pada pasien yang menderita hiperkalsiuri absorbtif tipe II.8
BAB III
KESIMPULAN
29
DAFTAR PUSTAKA
30
6. Schwartz BF. Stone of the Urethra, Prostate, Seminal Vesicle, Bladder,
and Encrusted Foreign Bodies dalam Stoller, ML : Urinary Stone Disease
The Practical Guide to Medical and Surgical Management. New Jersey:
Humana Press 2007.
7. Pearle, S, Margaret. Urolithiasis Medical and Surgical Management. USA
: Informa healthcare, 2009. 1-6
8. Stoller ML. Urinary Stone Disease dalam Tanagho EA: Smith’s General
Urology edisi 17. New York: McGraw-Hill Companies 2008.
9. Yang JM, Yang SH, Huang WC. Imaging Study in Female Voiding
Dysfunction (III): Giant Bladder Stone Caused Voiding Difficultiesincont
Pelvic Floor Dysfunct 2010; 4(1):26-27
31