PICO Lapsus Osteoma Sinus Paranasal
PICO Lapsus Osteoma Sinus Paranasal
ONKOLOGI
Oleh :
Lydia Christina Johansyah
C035211003
Pembimbing :
Dr. dr. Nova A. L. Pieter, Sp. THTBKL Subsp. Onko (K), FICS
Etiologi dari osteoma belum jelas sampai saat ini. Hipotesa pertumbuhan
tumor osteoma disebabkan oleh aktivitas periosteum maupun endosteum.
Pertumbuhan tersebut juga bisa disebut sebagai pertumbuhan sentral, periferal,
atau ekstraskeletal. Osteoma perifer ditentukan oleh pertumbuhan sentrifugal dari
periosteum, sedangkan osteoma sentral muncul secara sentripetal dari endosteum.
6
Osteoma sinus paranalis merupakan tumor jinak yang paling umum pada
sinus paranasal, umumnya berlokasi pada frontalis dan etmoidalis dan jarang pada
sinus maksilaris dan sfenoidalis. Predileksi osteoma sinus paranasalis pada laki-
laki paruh baya dan berukuran dari 0,2 sampai 3 cm. Osteoma dikatakan giant
atau raksasa ketika berukuran diameter lebih dari 3 cm dan berat lebih dari 110
gram. Osteoma raksasa dapat menimbulkan gejala. Osteoma sinus paranasalis
raksasa jarang terjadi tetapi mudah meluas ke rongga intraorbital atau intrakranial,
dan menyebabkan komplikasi serius. Osteoma raksasa pada sinus biasanya
membutuhkan reseksi bedah. Mengingat kelangkaannya, karakteristik klinis dan
pengibatan penyakit ini masih kontroversial. 1,9
(4b)
(4b)
Gambar 4. Foto massa tumor. Massa tumor dari sinus maksilaris dextra (4a) dan massa
tumor dari sinus ethmoidalis dextra (4b)
Kontrol rawat jalan pada hari ke 7, dengan keluhan nyeri pada luka post
operasi minimal, rasa mengganjal pada tenggorok karena adanya NGT dan nyeri
pada daerah epigastrium. Pasien diberikan terapi Cefixime 2x200 mg,
Methylprednisolon 3x4 mg, Paracetamol 3x500 mg, dan Omeprazole 2x20 mg.
METODE
HASIL
Lima artikel yang diperoleh memiliki relevansi untuk tinjauan kritis terkait
dengan pertanyaan klinis. Penilaian kritis dijelaskan dalam Tabel 1.
g
Rekaman dilakukan skrining
(n = 77)
Eksklusi (n = 70)
- Fulltext tidak tersedia (n=2)
- Kurang memiliki relevansi
(n=68)
Kelayakan
El Artikel lengkap dinilai
igi kelayakannya
bil (n = 7)
ity
Eksklusi (n = 2 )
- Review article (n = 2)
cl
ud (n = 5)
ed
Intervensi/
Penulis Tipe Populasi/ Pasien/ Komparato
NO Indeks/ Hasil
Jurnal Publikasi Masalah r
Indikator
2. Alkhaldi Laporan Pasien laki-laki, Hasil CT scan Tidak ada Teknik pembedahan
Abdullah,et kasus 44 tahun datang menunjukkan yang dipilih adalah
al. ke klinik sebuah lesi endoskopik.
otolaringologi hiperdens endonasal, tanpa
2021
dengan keluhan besar berlobus, pendekatan
rhinosinusitis berukuran 4,7 eksternal.
berulang. x 3,5 cm, yang
terdapat di
dalam sinus
etmoid kiri.
Lesi tersebut
meluas ke
cavum orbita
kiri, melintasi
lamina
papirasea yang
telah berubah
bentuk dan
mengalami
erosi, dan
menyebabkan
gangguan ke
dalam ostium
dari sinus
maksilaris.
5. Torun Laporan Seorang wanita Pada CT scan Tidak ada Dilakukan tindakan
Mumtaz. kasus 65 tahun, dirujuk sinus paranasal eksisi endoskopik
ke klinik dengan ditemukan lesi dengan anestesi
et al.
keluhan rasa densitas tulang umum. Setelah
2014 tersumbat dan dengan ukuran unsinektomi dan
sakit kepala. 4x3 cm yang etmoidektomi
Gejala ini telah muncul dari anterior, dilakukan
dialami selama 3 lamina evaluasi pada tepi
tahun dan papiracea osteoma. Tepi
bertambah parah kanan dan medial orbita
dalam 3 bulan memanjang dipotong dengan
terakhir terutama sampai ke bor tanpa eksisi dari
pada wajah sisi koana, sel lamina papirasea
kanan. udara etmoid dan massa
posterior dan dikeluarkan.
resesus
Bagian posterior
frontalis.
dari nasal septum
direseksi untuk
eksisi dari osteoma.
Osteoma kemudian
didorong ke koana
dan dikeluarkan
melalui mulut.
Tidak ada
komplikasi setelah
pembedahan dan
lamina papirasea
intak.
DISKUSI
Osteoma merupakan sebuah tumor jinak yang berkembang dari proliferasi
substansi tulang matur, komposisi utama dari osteoma adalah tulang kompak
matur atau trabecular. Predileksi tumor paling sering ditemukan pada mandibula
diikuti sinus paranasalis. Lokasi pada sinus paranasalis sebanyak 96% kasus pada
sinus frontalis, sinus etmoidalis 2% kasus, dan sinus maksilaris 2% kasus. 12
Pada pasien yang kami laporkan, gejala yang dirasakan berupa obstruksi
nasi yang dialami sejak 9 bulan terakhir terutama pada hidung kanan, gejala lain
seperti rinore, pembengkakan dan epistaksis tidak ditemukan. Osteoma pada sinus
paranasalis pasien ditemukan secara tidak sengaja saat pasien melakukan
perawatan di dokter gigi. Hal ini sama dengan kasus yang dilaporkan oleh
Taketomi et al, dimana kasus osteoma ditemukan secara insidentil pada
pemeriksaan foto panoramik saat melakukan pemeriksaan gigi tanpa adanya
gejala subjektif.12 Pada kasus lainnya, seperti yang dilaporkan oleh Alkhaldi et al,
kasus osteoma ditemukan karena ada gejala lain seperti riwayat rhinosinusitis
kronik berulang. 13
KESIMPULAN
Kasus giant osteoma pada sinus maksila dan etmoid merupakan kasus
yang sangat jarang ditemukan. Pada kasus ini, penanganan osteoma dilakukan
secara bedah eksisi dengan pendekatan rinotomi lateral. Walaupun tingkat
kekambuhan sangat jarang terjadi, tetapi pemantauan berkala pada pasien perlu
dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kalfarentzoz E, Arapi I, Triantafyllou V, Tosios KI, Christopoulus P. An
Unusual Giant Osteoma of the Maxillary Sinus: Case Report. SN
Comprehensive Clinical Medicine. 2020;1-4.
2. Kara I, Vural A, Unlu M, Kokoglu K. Paranasal Sinus Osteomas:
Evaluation Management with 13 Cases. Erciyes Med J. 2022; 44(6): 608-
11.
3. Flora B, Girolamo S Di, Passali FM, Mauro R Di, Martino F, Giacomini
PG. Paranasal Sinus Osteoma : Case Series and a Review of the Literature.
Global Journal of Otolaryngology. 2019;19(4):78–82.
4. Viswanatha B. Maxillary sinus osteoma: two cases and reviewof the
literature. Acta Otorhinolaryngol Ital [Internet]. 2012;32(3):202.
5. Magboul NA, Al-Ahmari MS, Alzahrani MA, Dlboh SS. Fibro-Osseus
Lesion of the Nose and Paranasal Sinus: A Retrospective Study With
Literature Review. Cereus. 2022, 14(7): e27229.
6. Nah KS. Osteomas of the craniofacial region. Imaging Sci Dent.
2011;41(3):107–13.
7. Georgalas C, Goudakos J, Fokkens WJ. Osteoma of the Skull Base and
Sinuses. Otolaryngol Clin North Am [Internet]. 2011;44(4):875–90.
8. Aksakal C, Beyhan M, Gokce E. Evaluation of the Asssociation between
Paranasal Sinus Osteomas and Anatomic Variations Using Computed
Tomography. Turkish Archives of Otorhinolaryngology. 2021; 59(1): 54-
64.
9. Cheng KJ, Wang SQ, Lin L. Giant osteomas of the ethmoid and frontal
sinuses: Clinical characteristics and review of the literature. Oncol Lett.
2013;5(5):1724–30.
10. Sofokleous V, Maragoudakis P, Kyrodimos E, Giotakis E. Management of
paranasal sinus osteomas: A comprehensive narrative review of the
literature and an up-to-date grading system. Am J Otolaryngol - Head Neck
Med Surg [Internet]. 2021;42(5):102644.
11. Cho A, Jung Y, Park JH, Jeong Y, Cho H-J. Clinical Manifestations and
Surgical Treatment Outcomes of Paranasal Sinus Osteoma. J Rhinol.
2022;29(1):19–25.
12. Taketomi T, Imayama K, Nakamura K, Kusukawa J. An Isolated Laminar
Osteoma Arising in the Maxillary Sinus. Am J Case Rep. 2023; 24:
e938904.
13. Alkhaldi AS, Alsalamah S, Tatwani T. A Case of Giant Ethmoid Sinus
Osteoma. Cereus. 2021;13(9): e18011.
14. Saratziotis A, Emanuelli E. Osteoma of the Medial Wall of The Maxillary
Sinus: A Primary Cause of Nasolacrimal Duct Obstruction and Review of
the Literature. Hindawi Publishing Corporation. 2014: 1-4.
15. Burgos RS, Martin-Moro JG, Gallo JA, Benito FC, Garcia MB. Giant
Osteoma of the Ethmoid Sinus with Orbital Extension: Craniofacial
Approach and Orbital Reconstruction. Acta Otorhinolaryngol Ital.
2013;33:431-434.
16. Torun MT, Turan F, Tuncel U. Giant Ethmoid Osteoma Originatedfrom the
Lamina Papyracea. Med Arh. 2014;68(3):209-211.