Anda di halaman 1dari 24

Departemen Ilmu Kesehatan

T.H.T.B.K.L
Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin

Catherine Shinta Tandigala


C035201003

A SYSTEMATIC REVIEW : Supervisor :

BONE FILLER PADA KASUS Prof. Dr. dr. Abdul Qadar Punagi,
Sp.TH.T.B.K.L, Subsp.Rino.(K)

FRAKTUR MAKSILOFASIAL
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

 Fraktur maksilofasial  Terputusnya kontinuitas dari struktur


tulang dan jaringan lunak yang terkait, dimana paling sering
diakibatkan oleh trauma.

 Tatalaksana fraktur maksilofasial  Reduksi tertutup, reduksi Fraktur Mandibula


terbuka dengan fiksasi internal, protesa maksilofasial.

 Bone filler  Bahan yang digunakan untuk mengisi defek pada


tulang, bertujuan untuk regenerasi dan penyembuhan tulang.

3 Bone Filler
BAB II
METODE DAN
HASIL
METODE

Metode pencarian literatur dengan kata kunci :


bone filler, maxillofacial fracture, bone graft,
dan reconstruction, diperoleh dari PubMed.

Kriteria inklusi :
- Bone filler pada fraktur maksilofasial
- Diterbitkan dalam 10 tahun terakhir
- Teks lengkap tersedia

Kriteria ekslusi :
- Review article
5
PRISMA Flow diagram

6
HASIL
Populasi /
Desain Intervensi / Indeks /
No. Artikel Pasien / Komparasi Hasil
Penelitian Indikator
Masalah

1. Galanteko et Retrospective 76 pasien Manajemen rekontruksi - Pengunaan bahan EPU-


al., (2023) menggunakan plat HAP-LEV efektif dalam
Study dengan polimer dan screw, yang perawatan bedah fraktur
fraktur fasial terbuat dari komposisi maksilofasial di area
EPU-HAP-LEV yang tidak menanggung
(biodegraded epoxy beban pengunyahan
polyurethane (EPU) yang signifikan, serta
composite material with dalam kondisi fraktur
bioactive action). yang stabil secara
biomekanik.
Penggunaan HAP dan
LEV fillers pada
komposit EPU.

7
HASIL
Populasi /
Desain Intervensi / Indeks /
No. Artikel Pasien / Komparasi Hasil
Penelitian Indikator
Masalah

2. Alasady et al., Prospective Total 15 Penggunaan iliac bone - Komplikasi pasca operasi
(2022) study pasien, grafts untuk rekonstruksi pada lokasi resipien
dengan orbital fraktur orbital floor termasuk diplopia (13,3%),
floor fracture, enoftalmus (6,7%), dan
diantaranya ekstrusi (6,7%). Di lokasi
12 pasien donor, satu pasien
mengalami mengalami nyeri dan yang
fraktur pure lainnya mengalami gait,
blow-out dan namun keduanya sembuh
3 pasien dalam waktu 1 bulan
fraktur impure setelah pengobatan.
blow-out.
Lebih sedikit komplikasi
pasca operasi dengan
penggunaan
nonvascularized
autogenous iliac bone graft.
8
HASIL
Populasi /
Desain
No. Artikel Pasien / Intervensi / Indeks / Indikator Komparasi Hasil
Penelitian
Masalah
3. Diachkov Case report Perempuan Pemeriksaan CT Scan Mandibula : lesi tulang - Follow up 5
a et al., 39 tahun, berbentuk oval pada tingkat akar gigi 3.7 dan bulan,
(2022) dengan 3.8, dengan dimensi 20 × 16 × 16 mm. tervisualisasi
keluhan Pembengkakan tulang setinggi gigi 3.6 – 3.8, rongga tulang,
nyeri pada reaksi periosteal, kontur rahang membesar, dan plat, dan
sisi kiri pelat kortikal menipis. Fraktur patologis sekrup titanium
mandibula, mandibula, dengan perpindahan fragmen, garis terdapat di
pembengka fraktur melewati soket gigi 3.7 dan 3.8. posisi yang
kan pada   tepat. Fragmen
pipi kiri, Manajemen : tulang
keterbatasa Ekstraksi gigi 3.6, 3.7, dan 3.8, kistektomi, dan direlokasikan
n membuka osteosintesis. Reduksi fraktur angular mandibula ke posisi yang
mulut, dan dan distabilkan dengan dua plat mini tulang benar.
maloklusi. titanium 6 lubang dan sekrup mini 10 mm.
Defek tulang diisi dengan xenograft "Collost" dari
kulit sapi.
9
HASIL
Populasi /
Desain
No. Artikel Pasien / Intervensi / Indeks / Indikator Komparasi Hasil
Penelitian
Masalah

4. Singh et Case series 11 pasien Pembentukan fragment - 8 pasien tidak


al., dengan comminution kecil dari fraktur mengalami komplikasi
(2021) fraktur fasial dengan titanium mesh. hingga 3 tahun follow
kominutif up, 2 pasien terdapat
pada semua komplikasi kronik
jenis tulang sinusitis maksilaris, 1
fasialis pasien mengalami
dehisensi jaringan lunak
dan paparan implant.
Semua pasien yang
mengalami komplikasi
dilakukan pengangkatan
implant.

10
HASIL
Populasi / Intervensi /
Desain
No. Artikel Pasien / Indeks / Komparasi Hasil
Penelitian
Masalah Indikator
5. Saha et Prospective Total 30 Rekonstruksi Group A -autologous 71,42% pasien di Grup A memiliki koreksi dini
al., (2019) Study pasien orbital floor bone graft dari iliac diplopia dan enophthalmos.
dengan menggunakan crest pada 7 pasien Tingkat komplikasi pasca operasi adalah
fraktur orbital autologous Group B - bone graft 20%pada Group B dan 12,5% pada Group C.
floor bone graft dari outer table of Tidak ada perbedaan yang signifikan secara
atau synthetic mandible pada 5 statistik mengenai kemungkinan terjadinya
implants pasien komplikasi yang dapat ditemukan di antara
Group C - implant kelompok.
menggunakan silastic Autologous bone graft tidak memiliki reaksi
block pada 8 pasien imunologi tetapi terdapat morbiditas pada situs
Group D - titanium donor.
mesh pada 10 pasien Blok silastic dapat menyebabkan reaksi
imunologis, infeksi, drainase orbital floor yang
buruk.
Tapi titanium mesh untuk rekonstruksi orbital
floor memiliki hasil yang sangat baik dan lebih
unggul dari modalitas perawatan lainnya.

11
HASIL
Populasi /
Desain Intervensi / Indeks /
No. Artikel Pasien / Komparasi Hasil
Penelitian Indikator
Masalah

6. Ryu et Case Report Laki-laki 72 CT Scan: fraktur - Post operasi 7 bulan: status
al., tahun mandibula kominutif fungsional normal dan
(2018) dengan 3 bilateral + fraktur sinus pembukaan mulut dan
luka maksilaris kominutif tanpa rasa sakit atau tanda-
tembak bilateral + fraktur alveolar tanda infeksi.
pada maksila + fraktur dasar
wajah. orbita bilateral.
Manajemen fraktur
mandibula menggunakan
pelat rekonstruksi crib
cage yang mengandung
bone graft. Allograft tulang
seluler dipilih sebagai
bahan bone graft.

12
HASIL
Populasi /
Desain Intervensi / Indeks /
No. Artikel Pasien / Komparasi Hasil
Penelitian Indikator
Masalah

7. Miceli et Retrospective Total 31 Menggunakan tibia - Hanya 5 pasien (16%) yang


al., Study pasien proksimal sebagai bone mengalami komplikasi
(2017) dengan graft donor untuk ringan, termasuk infeksi
fraktur rekonstruksi maksilofasial superfisial, nyeri, suture
maxillofacial dehiscence, dan bekas
luka. Namun, semua
komplikasi berhasil sembuh.
Kesimpulan : Metafisis tibia
proksimal untuk harvesting
cancellous bone graft
memberikan volume yang
cukup untuk prosedur
bedah mulut dan
maksilofasial dengan
morbiditas pasca operasi
minimal.
13
HASIL
Populasi /
Desain Intervensi / Indeks /
No. Artikel Pasien / Komparasi Hasil
Penelitian Indikator
Masalah

8. Bande Retrospective Total 10 pasien Menggunakan maxillary - Operasi berhasil pada


et al., Study yang menjalani sinus bone grafts untuk semua pasien dengan
(2015) rekontruksi rekonstruksi fraktur orbital pemulihan penuh fungsi
fraktur orbital floor. oftalmologi kecuali satu
floor dengan kasus epifora pasca operasi
maxillary sinus yang sembuh dalam waktu
bone grafts singkat.

14
HASIL
Populasi /
Desain Intervensi / Indeks /
No. Artikel Pasien / Komparasi Hasil
Penelitian Indikator
Masalah

9. Kim et Retrospective 51 pasien Operasi reduksi melalui - Komplikasi pasca operasi


al., Study dengan fraktur pendekatan transantral terjadi pada tiga pasien,
(2015) pure orbital floor dan menggunakan folded yaitu koreksi berlebihan,
silastic tube untuk infeksi pada sinus
menopang dasar orbita maksilaris, dan ekstrusi
yang retak di sinus implan, yang semuanya
maksilaris. diatasi dengan operasi
revisi.

15
HASIL
Populasi /
Desain Intervensi / Indeks /
No. Artikel Pasien / Komparasi Hasil
Penelitian Indikator
Masalah

10. Almaima Retrospective 372 pasien Menggunakan anterior - Terdapat dua komplikasi
n et al., Study dengan fraktur iliac bone graft untuk mayor (fraktur dan seroma)
(2013) maksilofasial rekonstruksi maksilofasial (0,538%) ; Komplikasi minor
terjadi pada tiga pasien
(0,806%).
Morbiditas setelah
pencangkokan anterior iliac
bone graft ditemukan
rendah karena teknik,
penggunaan instrumen
yang tepat, mobilisasi
cangkok yang minimal.

16
BAB III
DISKUSI
DISKUSI

Bone Filler
 Fraktur os mandibula  Membantu dalam rekonstruksi
 Fraktur maksilofasial  Terputusnya lengkung mandibula, menstabilkan segmen yang retak.
kontinuitas dari struktur tulang dan jaringan
lunak yang terkait, dimana paling sering  Fraktur os orbita  Membantu mengembalikan kontur
diakibatkan oleh trauma. orbita, menstabilkan segmen yang retak, mencegah
komplikasi seperti enophthalmus atau diplopia.
 Tatalaksana fraktur maksilofasial 
Reduksi tertutup, reduksi terbuka dengan  Fraktur os zygoma  Membantu dalam rekonstruksi
fiksasi internal, protesa maksilofasial. lengkung zygoma, menstabilkan segmen yang retak,
mengembalikan kontur wajah.
 Bone filler  Bahan yang digunakan untuk
mengisi defek pada tulang, bertujuan untuk  Fraktur os nasal  Membantu mengembalikan kontur
regenerasi dan penyembuhan tulang. hidung, menstabilkan segmen yang retak.

 Fraktur maksilofasial  Sebagai scaffold untuk


regenerasi tulang, mengembalikan kontur wajah.
18
DISKUSI
Penggunaan tulang pasien sendiri sebagai bahan
Autograft filler. Didapatkan dari area tubuh lainnya, seperti
krista iliaka atau mandibula itu sendiri.

Penggunaan jaringan tulang dari


Allograft donor, biasanya diperoleh dari bank
tulang.

Penggunaan jaringan tulang dari


Jenis Bone Filler Xenograft spesies yang berbeda, seperti sapi
atau babi.

Bahan buatan yang dirancang untuk meniru sifat tulang alami.


Sintetis Filler ini dapat dibuat dari berbagai bahan seperti calcium
phosphate ceramics, bioactive glasses, atau polimer.

Bahan biokompatibel,
Biokompatibel seperti hidrogel atau
scaffold.
19
DISKUSI
Osteokonduktivita Menstimulasi pertumbuhan
s tulang ke dalam daerah defek.

Menstimulasi diferensiasi sel punca


Osteoinduktivitas mesenkimal menjadi osteoblas dan
mendorong pembentukan tulang.

Karakteristik Meningkatkan penyembuhan tulang


Biokompatibilitas dan bereaksi dengan baik dengan
Bone Filler jaringan tulang di sekitarnya

Memungkinkan bahan filler membentuk jaringan tulang


Resorbabilitas yang baru, regenerasi sempurna pada daerah defek.

Menstabilkan segmen yang retak sehingga dapat menahan


Mekanik beban dan mencegah kegagalan fiksasi.
20
DISKUSI

Komplikasi penggunaan bone filler :


 Autograft  memerlukan pengambilan tulang dari bagian
tubuh lain pasien, seperti krista iliaka, yang dapat
menyebabkan nyeri, infeksi, hematoma, dan jaringan parut
di tempat donor.

 Allograft dan Xenograft  memiliki resiko penularan


penyakit.

21
BAB IV
KESIMPULAN
KESIMPULAN

 Bone filler  Memiliki berbagai aplikasi penggunaannya dalam


tatalaksana fraktur maksilofasial, dimana digunakan untuk mengisi defek
pada tulang, dan bertujuan untuk regenerasi dan penyembuhan tulang.

 Terdapat 5 jenis bone filler  Autograft, Allograft, Xenograft, Bone filler


sintetis, bahan biokompatibel.

 Bone filler dapat digunakan bersamaan dengan tatalaksana fraktur


maksilofasial (teknik fiksasi) untuk menstabilkan tulang dan
meningkatkan proses penyembuhan tulang.

23
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai