Anda di halaman 1dari 17

ABSTRAK

Strategi nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan acuan dalam
penyusunan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan verifikasi yang terkait dengan
sanitasi total berbasis masyarakat untuk mencapai kelurahan STBM menuju sanitasi aman.
Hal ini mengawali terbentuknya inovasi Gema Santosa di UPT Puskesmas Simpur Kota
Bandar Lampung.

Sanitasi Total Sanitasi Aman adalah pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan
sanitasi melalui pemberdayaan dan penggerakan masyarakat dengan metode pendekatan
dan pemicuan GEMA SANTOSA, yaitu Gerakan Masyarakat Sanitasi Total Sanitasi Aman.
Perbaikan terhadap sanitasi, lingkungan dan air bersih, secara substansial akan mengurangi
tingkat kesakitan dan tingkat keparahan berbagai penyakit sehingga dapat meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.

Pelaksanaaan inovasi Gema Santosa yang berkaitan dengan sanitasi yang melibatkan
masyarakat, terdapat banyak faktor yang mempengaruhi pelaksanaannya mulai dari
pemerintah lokal, agen pelaksana, ketersediaan sumber daya, partisipasi masyarakat, hingga
faktor lingkungan, ekonomi dan sosial-politik. STBM sebagai dasar pelaksanaan inovasi
Gema Santosa memiliki strategi yang meliputi tiga komponen yang saling mendukung
antara satu dengan yang lain. Strategi tersebut meliputi penciptaan lingkungan yang
kondusif, peningkatan kebutuhan sanitasi, dan peningkatan penyediaan akses sanitasi.

Kata – kata kunci : Sanitasi, masyarakat, higiene, strategi

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang senantiasa mencurahkan
segala nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas analisa literatur dengan
judul “Gerakan Masyarakat Sanitasi Total Sanitasi Aman (Gema Santosa) di UPT Puskesmas
Simpur Kota Bandar Lampung” . Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah
Kesehatan Lingkungan di Pasca Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis ucapkan terimakasih kepada Drs. Tugiyono, M.Si, Ph.D selaku
dosen pengampu mata kuliah Kesehatan Lingkungan yang telah memberikan arahan agar
tugas makalah ini dapat diselesaikan. Rasa terima kasih juga penulis ucapkan teman – teman
Pasca Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Lampung Angkatan 2022 atas bantuan dan
dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan tepat waktu.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat dan
pengetahuan bagi dunia pendidikan.Terimakasih.

Bandar Lampung, Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Masalah .............................................................................................................. 3
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sanitasi Lingkungan ........................................................................................... 4
2.2 Promosi Kesehatan dan Sanitasi Lingkungan .................................................... 5
2.3 Program Inovasi Puskesmas Gema Santosa ...................................................... 6
BAB III PEMBAHASAN ............................................................................................... 7
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 11
4.2 Saran ................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Program lingkungan sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih
sehat melalui pengembangan sistem kesehatan kewilayahan untuk menggerakkan
pembangunan lintas sektor berwawasan kesehatan (Kementerian Kesehatan, 2018: 241).
Komitmen di SDGs (Sustainable Development Goals) maupun di RPJMN (Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional) membuktikan bahwa sanitasi dan kesehatan
lingkungan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang perlu segera diselesaikan.

Sanitasi merupakan kunci untuk menciptakan masyarakat sehat. Sanitasi yang baik akan
menciptakan sebuah keteraturan lingkungan, meningkatkan produktifitas manusia dan
mengurangi pencemaran lingkungan yang akan bermanfaat bagi kelangsungan hidup bagi
masyarakat (Bernynda, 2018). Pemberdayaan masyarakat menuju sanitasi yang baik
merupakan langkah untuk mewujudkan mutu lingkungan yang sehat. Demikian halnya jika
terjadi sanitasi yang buruk, maka akan mempengaruhi kesehatan penduduk dan memicu
berbagai macam penyakit. Kondisi kurangnya akses sanitasi yang layak pada masyarakat
memicu timbulnya berbagai macam penyakit di pedesaan dibandingkan didaerah yang lebih
maju. Dikarenakan pola kehidupan yang akan mempengaruhinya, yaitu dengan hidup sehat
ataupun dari beberapa aspek yang menjadi pemicunya (Lahudin, 2018).

Menurut Centers for Disease Control (CDC), di seluruh dunia, 780 juta orang masih tidak
memiliki akses ke sumber air yang lebih baik dan diperkirakan 2,5 miliar orang (setengahnya
dari negara berkembang) tidak memiliki akses ke sanitasi yang memadai. Berdasarkan studi
Basic Human Service (BHS) di Indonesia tahun 2006, menunjukkan bahwa perilaku
masyarakat dalam mencuci tangan adalah setelah buang air besar 12%, setelah
1
membersihkan tinja bayi dan balita 9%, sebelum makan 14%, sebelum memberi makan bayi
7% dan sebelum menyiapkan makanan 6%. Sementara hasil studi BHS lainnya perilaku
pengolahan air minum rumah tangga menunjukkan 99,22% merebus air untuk mendapatkan
minuman, namun 47,50% dari air tersebut masih mengandung Eshcerichia Coli.

Menurut data yang dilansir pada (stbm.kemkes.go.id) bahwa Provinsi Lampung berada di
ranking tujuh terkait pemicuan ODF (Open Defecation Free) , yang sudah dilakukan di 15
kabupaten / kota di Provinsi Lampung. Dan dari 2.270 desa / kelurahan, 1.470 desa /
kelurahan di Provinsi Lampung sudah terverifikasi ODF. Sedangkan untuk perihal akses
sanitasi, keberadaan Provinsi Lampung ialah di ranking sepuluh yang ditunjukkan pada nilai
90,68%. Akses sanitasi tersebut dinilai sudah berada di kategori yang tepat, dengan jamban
sehat permanen (JSP) sejumlah 1.395.997 jamban.

Menurut Sutiyono, dikutip dalam (Bintari,2017) menyebut bahwa tujuan STBM (Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat) adalah melakukan pendekatan sosial terhadap warga dalam
rangka menumbuhkan kepribadian yang lebih higienis juga sanitasi melalui penyuluhan
untuk masyarakat. Selain itu, pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan fasilitas
umum demi penyehatan lingkungan seperti pemasokan air bersih untuk minum, keperluan
sanitasi, hingga pembiasaan perilaku higienis oleh masyarakat menurut Permenkes No. 3
Tahun 2014 menyebutkan bahwa tujuan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yakni wujud
manifestasi perilaku higienis yang dilakukan oleh masyarakat dan kebiasaan saniter mandiri
yang bertujuan untuk menaikkan level kesehatan masyarakat. Usaha yang dilaksanakan
yaitu dengan menyediakan jamban sehat yang menjadi aksesnya, akan tetapi pada
kenyataannya belum terjadi keefektifan dengan penyesuaian pada keadaan yang menjadi
karakter tiap daerah dari penggambaran yang telah dipaparkan.

Puskesmas merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama, sebagai instansi Pemerintah


yang bertanggung jawab memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu kepada
masyarakat dan menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan masyarakat di tingkat
daerah (Pratiwi, 2020). Puskesmas merupakan elemen penting yang menunjang Sistem

2
Kesehatan Nasional. Salah satu upaya untuk mengoptimalkan Sistem Kesehatan Nasional
adalah dengan melakukan revitalisasi Puskesmas dalam skala nasional.

Gema Santosa adalah Gerakan Sanitasi Total Sanitasi Aman, merupakan upaya revitalisasi
Puskesmas Simpur Kota Bandar Lampung dalam rangka menekan masalah sanitasi dan
PHBS, yang melibatkan masyarakat dalam pelaksanaannya. Diharapkan dalam jangka
panjang, program Gema Santosa dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian yang
diakibatkan oleh sanitasi yang kurang baik, khususnya di wilayah kerja Puskesmas Simpur.
Selain itu, program ini dapat mendorong terwujudnya masyarakat sehat yang mandiri dan
berkeadilan. Perubahan perilaku dalam STBM, yang merupakan dasar dari program inovasi
Gema Santosa, dilakukan melalui metode pemicuan yang mendorong perubahan perilaku
masyarakat sasaran secara kolektif dan mampu membangun sarana sanitasi secara mandiri
sesuai kemampuan (Kemenkes RI, 2014).

1.2 Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Apakah faktor-faktor yang menyebabkan masalah sanitasi lingkungan ?
2. Bagaimana program inovasi Gema Santosa dapat meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui faktor-faktor penyebab masalah sanitasi lingkungan
2. Mengetahui hal-hal terkait program inovasi Gema Santosa untuk dapat meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Sanitasi Lingkungan

Sanitasi bersamaan dengan kondisi lingkungan dan ketersediaan air bersih merupakan salah
satu hal penting dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang berdampak pada
pembangunan sosial dan ekonomi. Perbaikan terhadap sanitasi, lingkungan dan air bersih,
secara substansial akan mengurangi tingkat kesakitan (morbiditas) dan tingkat keparahan
(severity) berbagai penyakit sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat
terutama anak-anak di negara berkembang (Mara, 2010). Perbaikan pada tiga komponen
tersebut berdampak pada penurunan tingkat kematian (mortalitas) akibat penyakit
terutama penyakit menular yang disebabkan oleh faktor lingkungan.

Menurut Blum, lingkungan merupakan faktor lingkungan yang paling berpengaruh terhadap
derajat kesehatan masyarakat. Faktor perilaku, akses terhadap pelayanan kesehatan dan
genetik merupakan faktor lain yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat
(Notoatmodjo, 2007: 107). Faktor - faktor tersebut tidak dapat berdiri sendiri dalam
menciptakan kondisi yang sehat melainkan saling berkaitan satu sama lain.

Bahkan dalam Sustainable Development Goal (SDGs), masalah lingkungan juga menjadi
target dalam kesepakatan tersebut. Beberapa target SDGs yang terkait dengan masalah
lingkungan di antaranya tujuan 6 yaitu menjamin ketersediaan dan manajemen air dan
sanitasi secara berkelanjutan serta tujuan 13 yaitu mengambil tindakan segera untuk
memerangi perubahan iklim dan dampaknya. Selain itu, di dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ditekankan strategi peningkatan mutu kesehatan
lingkungan serta akses terhadap air minum dan sanitasi yang layak serta perilaku hidup
bersih dan sehat untuk mewujudkan kebijakan peningkatan pengendalian penyakit dan

4
penyehatan lingkungan. Program lingkungan sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu
lingkungan hidup yang lebih sehat melalui pengembangan sistem kesehatan kewilayahan.

Lingkungan fisik dan biologi yang memenuhi persyaratan kesehatan diukur dari ketersediaan
air bersih, ketersediaan jamban, ketersediaan saluran pembuangan air limbah, kondisi
rumah
dan perilaku penghuni rumah (Abeng, 2014: 161). Dalam hal ini Kementerian Kesehatan
telah mempunyai program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) sebanyak lima pilar,
yaitu Stop Buang Air Besar Sembarangan, Cuci Tangan Pakai Sabun, Pengelolaan Air Minum
Rumah Tangga, Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Pengelolaan Limbah Cair Rumah
Tangga. Perbaikan terhadap sanitasi, lingkungan dan air bersih, secara substansial akan
mengurangi tingkat kesakitan dan tingkat keparahan berbagai penyakit sehingga dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tantangan pembangunan sanitasi di Indonesia
adalah masalah sosial budaya dan perilaku penduduk yang terbiasa buang air besar (BAB) di
sembarang tempat, khususnya ke badan air yang juga digunakan untuk mencuci, mandi dan
kebutuhan higienis lainnya.

2.2 Promosi Kesehatan dan Sanitasi Lingkungan

Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan masyarakat agar mampu memelihara


dan meningkatkan kesehatannya. Proses pemberdayaan dapat dilakukan dengan
pembelajaran yakni upaya untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
dalam bidang kesehatan (Agustini, 2014: 1). Penerapan promosi kesehatan dalam program
kesehatan pada dasarnya merupakan bentuk penerapan strategi global yang dijabarkan
dalam berbagai kegiatan. Karena sanitasi lebih cenderung ke arah perubahan perilaku
sehingga upaya yang dilakukan melalui pendekatan strategi promosi kesehatan. Menurut
WHO, strategi global tersebut yaitu advokasi, dukungan sosial dan pemberdayaan
masyarakat.

Dalam tatanan rumah tangga, sasaran primer promosi kesehatan adalah anggota rumah
tangga yang memiliki masalah kesehatan seperti ibu, bayi dan balita. Sasaran sekunder
adalah kepala keluarga, orang tua, kader masyarakat, tokoh agama, tokoh masyarakat, LSM,

5
petugas kesehatan. Sementara, sasaran tersier adalah ketua RT, RW, kepala desa dan
lainnya (Maulana, 2007: 22). Kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas
sektor. Masalah kesehatan seringkali kalah prioritas dibandingkan masalah ekonomi dan
kebutuhan fisik lainnya. Oleh karena itu, upaya mengenalkan kesehatan kepada berbagai
pihak perlu dipacu agar memperoleh dukungan dan kepedulian semua pihak. Untuk
mencapai hal ini, perlu dilakukan pendekatan persuasif, cara-cara yang komunikatif dan
inovatif yang memperhatikan setiap segmen sasaran untuk meningkatkan kesadaran
terhadap kesehatan (Maulana, 2007: 74).

Sanitasi adalah intervensi yang dilakukan untuk mengurangi keterpaparan masyarakat


terhadap penyakit dengan mengusahakan lingkungan yang bersih, guna memutuskan mata
rantai penularan penyakit. Termasuk juga tindakan manajemen pembuangan kotoran
hewan, kotoran manusia dan air limbah rumah tangga. Sanitasi terdiri dari perilaku dan
fasilitas yang secara bersama-sama menciptakan lingkungan yang bersih (Simpson-Hebert,
1998: 5). Sanitasi merupakan salah satu komponen dari kesehatan lingkungan, yaitu perilaku
yang disengaja untuk membudayakan hidup bersih untuk mencegah manusia bersentuhan
langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya, dengan harapan
masyarakat dapat menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia. Kesehatan lingkungan
sangatb berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat. Oleh karenanya, untuk dapat
mengelola kualitas lingkungan maupun kesehatan masyarakat perlu dihayati hubungan
dengan manusia, yaitu ekologi manusia (Soemirat, 2011).

2.3. Program Inovasi Puskesmas Gema Santosa

Pemerintah Indonesia melakukan upaya peningkatan akses sanitasi sejak tahun 2006. Salah
satu upaya melalui Kementerian Kesehatan adalah melakukan perubahan arah kebijakan
dari yang sebelumnya memberikan subsidi perangkat keras menjadi pemberdayaan
masyarakat dengan fokus pada perubahan perilaku Stop BABS menggunakan metode
Community Led Total Sanitation (CLTS). Pendekatan CLTS dikembangkan dengan
menambahkan empat pilar perubahan perilaku lainnya yang dinamakan STBM. Sehingga
pada tahun 2008, Pemerintah menetapkan STBM menjadi kebijakan nasional melalui
Keputusan Menteri Kesehatan No 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional

6
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Saat ini Kepmenkes tersebut sudah diganti dengan
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat. Pendekatan STBM terbukti telah mampu mempercepat akses sanitasi di
Indonesia.

UPT Puskesmas Simpur sebagai salah satu puskesmas perkotaan di Kota Bandar Lampung,
memiliki 3 (tiga) wilayah kerja dengan penduduk dan pemukiman yang cukup padat.
Data Jumlah penduduk, Jumlah KK, Jumlah rumah dan Luas wilayah kerja
Puskesmas Rawat Inap Simpur Tahun 2022

Jumlah Jumlah Luas


No Kelurahan Jumlah KK
Penduduk Rumah Wilayah

1 Kelapa Tiga 9.460 3.008 6.306 17 Ha


2 Pasir Gintung 7.675 1.891 1.300 30 Ha
3 Kaliawi Persada 5.539 1.706 2.255 16 Ha
Jumlah 22.674 6.605 9.861 63 Ha

Dari data diatas, UPT Puskesmas Simpur memandang perlu diadakan kegiatan
pemberdayaan masyarakat terkait upaya meningkatkan kesehatan lingkungan. Berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat, STBM merupakan pendekatan untuk mengubah perilaku higienis dan saniter
melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan, maka terbentuklah program
inovasi Gema Santosa yaitu Gerakan Masyarakat Sanitasi Total Sanitasi Aman. Gema
Santosa adalah pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui
pemberdayaan dan penggerakan masyarakat dengan metode pendekatan dan pemicuan.

Pemicuan adalah cara untuk mendorong perubahan perilaku higiene dan sanitasi individu
atau masyarakat atas kesadaran sendiri dengan menyentuh perasaan, pola pikir, perilaku,
dan kebiasaan individu atau masyarakat. Perubahan perilaku dalam program Gema Santosa
dilakukan melalui metode pemicuan yang mendorong perubahan perilaku masyarakat
sasaran secara kolektif dan mampu membangun sarana sanitasi secara mandiri sesuai
kemampuan.
7
BAB III
PEMBAHASAN

STBM merupakan pendekatan dan paradigma pembangunan sanitasi di Indonesia yang


mengedepankan pemberdayaan masyarakat dan perubahan perilaku, dengan
pendekatan pemicuan. Untuk mengetahui efektivitas program Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat dengan melihat karena keberhasilan program STBM tergantung pada
perubahan perilaku masyarakat. Faktor lingkungan merupakan faktor terbesar dalam
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat disamping perilaku, pelayanan kesehatan
dan keturunan.

Dalam kebijakan publik indikator kesuksesan program diukur dari output dan outcome.
Hasil dari program STBM dari segi outcome yaitu harapan turunnya angka persebaran
penyakit yang berhubungan dengan sanitasi, serta memperbaiki perilaku masyarakat
mengenai BABS. Kemudian dari segi output penekanan kepada masyarakat sudah
memiliki sanitasi yang dasar layak dan memadai sesuai kaidah STBM serta dikelola
dengan tepat . Upaya Pemerintah dalam menangani permasalahan sanitasi yaitu
melalui pelaksanaan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang diselenggarakan
oleh Dinas Kesehatan tiap kota dan kabupaten hingga tingkat kelurahan/desa sebagai
pelaksana kegiatan. Dalam studi (Syam, 2020) pelaksanakan program ini dengan
melakukan perencanaan, pemantauan dan melakukan evaluasi. Kemudian, setelah itu
yang menjadi peran sepenuhnya ialah setelah sanitasi selesai dan kemudian
penyerahan dilakukan pada swadaya masyarakat.

Gema Santosa sebagai program inovasi dengan berinduk pada Kesehatan Lingkungan,
dilakukan dengan pendekatan penggerakan dan pemberdayaan seluruh masyarakat

8
untuk merencanakan, memutuskan, melaksanakan, dan memelihara sarana yang telah
dibangun dengan cara berkesinambungan serta kegiatan peningkatan perilaku hygiene
masyarakat dengan tujuan untuk mencapai kelurahan STBM menuju sanitasi aman.

Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan program Gema Santosa ada tiga kerangka


acuan yang sering dipakai untuk menjelaskan efektivitas. Pertama, paham optimasi
tujuan, yaitu penilaian efektivitas berdasarkan kriteria tingkat ketercapaian misi akhir
program dengan menganalisis faktor-faktor yang menghambat dan mengoptimasikan
faktor- faktor pendukung. Kedua, perspektif sistem, yaitu penilaian efektivitas
berdasarkan kriteria berfungsinya semua unsur dalam program yang menjadi syarat
bagi pencapai tujuan. Ketiga, penilaian efektivitas program berdasarkan kriteria perilaku
manusia secara individual maupun kelompok, apakah menyokong atau menghambat
pencapaian tujuan program. Tingkat efektivitas program inovasi kesehatan lingkungan
dapat diukur dengan membandingkan antara rencana yang telah ditentukan dengan
dengan hasil nyata yang telah diwujudkan.

Program Gema Santosa berfokus pada pemberdayaan masyarakat untuk melakukan


perbaikan perilaku sesuai harapan yaitu sebagai berikut :
1. Peningkatan akses jamban sehat dan efektifitas penggunaan sarana
sanitasi
2. Penilaian perubahan perilaku higienis masyarakat
3. Mencapai kelurahan STBM

Berikut adalah kegiatan pokok dan rincian kegiatan untuk pelaksanaan program inovasi
Gema Santosa di Puskesmas Simpur :

No Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan


1. Pendataan STBM -Kerjasama lintas program dan lintas sektor
-Penyusunan rencana kegiatan

2. Pembentukan tim STBM -Melibatkan lintas sektor dan aparat


kelurahan kelurahan
3.
Memantau
perkembangan jumlah - Peningkatan kerjasama lintas sektor
penduduk yang memiliki - Pengumpulan data
akses terhadap fasilitas - Pengolahan data

9
sanitasi

Memantau dan memicu - Pemicuan


4. perilaku masyarakat
untuk stop BABS dan
memantau pemanfaatan
jamban serta kelurahan
STBM

Pengajuan Verifikasi - Mengajukan surat pengajuan verifikasi ke


5. kelurahan STBM 5 pilar Provinsi melalui Dinas Kesehatan Kota
Bandar Lampung

Verifikasi STBM kelurahan - Dinas Kesehatan Provinsi melakukan


6.
verifikasi langsung ke lapangan
- Dinas Kesehatan Provinsi membuat
kesimpulan dan melaporkan hasil verifikasi
kelurahan STBM

Deklarasi kelurahan STBM - Seluruh masyarakat dan aparat kelurahan


7. melakukan deklarasi dan membuat ke-
sepakatan bahwa kelurahan tersebut telah
bebas buang air besar sembarangan

STBM sebagai pondasi pelaksanaan program inovasi Gema Santosa, mepunyai strategi
pelaksanaan program yang meliputi tiga komponen yang saling mendukung antara satu
dengan yang lain. Strategi tersebut meliputi penciptaan lingkungan yang kondusif,
peningkatan kebutuhan sanitasi, dan peningkatan penyediaan akses sanitasi. Apabila
salah satu dari komponen STBM tersebut tidak ada, maka proses pencapaian 5 pilar
STBM tidak akan berhasil secara maksimal. Komponen penciptaan lingkungan yang
kondusif mencakup advokasi kepada Pemerintah, dan pemangku kepentingan untuk
mengembangkan komitmen untuk melembagakan program pembangunan sanitasi
pedesaan. Komponen peningkatan kebutuhan sanitasi merupakan sanitasi untuk
mendapatkan perubahan perilaku higienis dan saniter. Komponen peningkatan
penyediaan akses sanitasi secara khusus diprioritaskan untuk meningkatan dan
mengembangkan percepatan penyediaan akses sanitasi yang layak.

10
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Makalah ini memberikan kesimpulan sebagai berikut :
1. Perilaku yang tidak mendukung hidup bersih dan sehat dapat mencemari lingkungan.
Untuk mengubah perilaku masyarakat yang mendukung hidup bersih dan sehat
membutuhkan komitmen dari para pembuat dan pelaksana kebijakan. Lingkungan
merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat
di samping faktor perilaku, genetik dan akses pelayanan kesehatan. Perubahan perilaku
harus diakui memerlukan waktu yang cukup panjang.
2. Program inovasi Gema Santosa di UPT Puskesmas Simpur Kota Bandar Lampung adalah
pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan dan
penggerakan masyarakat dengan metode pendekatan dan pemicuan. STBM merupakan
acuan dalam penyusunan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan serta verifikasi yang
terkait dengan sanitasi total berbasis masyarakat untuk mencapai kelurahan STBM
menuju sanitasi aman.

4.2. Saran
Adapun saran dari makalah ini adalah :
1. Dibutuhkan regulasi ataupun aturan yang tegas dibuat oleh instansi setempat. Dengan
melaksanakan kegiatan membuang air limbah, atau kegiatan yang berhubungan dengan
sanitasi secara sembarangan. Sanksinya dapat berupa pemberian efek untuk tidak mau
mengulangnya.
2. Perlunya penyusunan rencana kegiatan lebih rinci untuk program inovasi Gema Santosa,
antara lain dengan berkoordinasi dengan lintas program dan lintas sektor dan
melibatkan kader kesling dalam pelaksanaan. Hal ini dapat menjadi katalisator
pencapaian kelurahan STBM di wilayah kerja UPT Puskesmas Simpur Kota Bandar
Lampung.

11
12
DAFTAR PUSTAKA

Azzarrah Ilmi & Kurniawan B (2021). Implementasi Program Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM). Publika. Volume 9 Nomor 4, Tahun 2021, 573-586

Herniwanti dkk (2021). Penyuluhan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) sebagai
Support Program Kesehatan Lingkungan Pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Abdidas Vol 2
No 2 Tahun 2021, 435-441

Muaja Maria, Pinontoan Odi & Sumampouw Jufri (2020). Peran Pemerintah Dalam
Implementasi Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Stop Buang Air Besar
Sembarangan. Indonesian Journal of Public Health and Community Medicine Vol. 1, No. 3
Juli 2020, 28-33

Purnama Fenita dkk (2021). Penerapan Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
dengan Kejadian Diare pada Balita. Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol 20 N0 1 Tahun 2021.
DOI:10.33221/jikes.v20i1.596

Syarifuddin, Bachri A & Arifin S (2017). Kajian Efektivitas Program Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat Berdasarkan Karakteristik Lingkungan Dan Evaluasi Program Di Kabupaten
Banjar. Jurnal Berkala Kesehatan, Vol. 3, No. 1, Mei 2017: 1-4

Yuningsih Rahmi (2019). Strategi Promosi Kesehatan dalam Meningkatkan Kualitas Sanitasi
Lingkungan. Aspirasi: Jurnal Masalah-Masalah Sosial | Volume 10, No. 2 Desember 2019.
DOI: https://doi.org/10.22212/aspirasi.v10i2.1391

13

Anda mungkin juga menyukai