Anda di halaman 1dari 19

Health Education

KETUBAN PECAH DINI

Oleh:

Dheana Claudia Kalembiroh

210141010138

Masa KKM 12 Desember 2022 – 19 Februari 2023

Supervisor Pembimbing
Dr. dr. Erna Suparman, Sp.OG(K)

Residen Pembimbing

dr. Fransisca Stephanie Wibisono

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI
RSUP PROF. R. D. KANDOU
MANADO
2022

i
LEMBAR PENGESAHAN

Health Education yang berjudul:


KETUBAN PECAH DINI

Telah dikoreksi, dan disetujui dan dibacakan pada Januari 2023

Oleh:

Dheana Claudia Kalembiroh

210141010138

Masa KKM 12 Desember 2022 – 19 Februari 2023

Mengetahui,
Residen Pembimbing

dr. Fransisca Stephanie Wibisono

Supervisor Pembimbing

Dr. dr. Erna Suparman, Sp.OG(K)

ii
DAFTAR ISI

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN..................................................................................................................1

BAB II........................................................................................................................................3

TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................................3
A. DEFINISI.................................................................................................................3
B. EPIDEMIOLOGI.....................................................................................................3
C. DETEKSI DINI KETUBAN PECAH DINI............................................................4
D. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO.....................................................................5
E. DIAGNOSIS............................................................................................................5
F. PATOFISIOLOGI....................................................................................................6
G. TATALAKSANA....................................................................................................7
H. PENCEGAHAN.......................................................................................................9
I. PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI......................................................................12

BAB III.....................................................................................................................................13

PENUTUP............................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Ketuban pecah dini (KPD) adalah suatu keadaan dimana selaput ketuban yang
pecah sebelum terjadinya persalinan. Milad dkk (2015) mengemukakan bahwa ketuban
pecah dini yaitu kebocoran spontan cairan ketuban dari kantung amnion tempat bayi
berada.1 Ketuban pecah dini merupakan salah satu komplikasi yang sering ditemui.
Berdasarkan waktu terjadinya, apabila terjadi pada atau setelah usia gestasi 37 minggu
disebut sebagai KPD aterm atau premature rupture of membranes (PROM) dan sebelum
usia gestasi 37 minggu disebut KPD preterm atau preterm premature rupture of
membranes (PPROM).2,,3,4

Menurut data WHO, kejadian ketuban pecah dini (KPD) atau Premature Rupture
of Membrane (PROM) berkisar antara 5-10% dari semua kelahiran. KPD preterm terjadi
1% dari semua kehamilan dan 70% kasus KPD terjadi pada kehamilan aterm. Kasus KPD
mencapai 30% sebagai penyebab kelahiran prematur. 5 Di wilayah Asia Tenggara, angka
kematian ibu di Indonesia masih tergolong tinggi yaitu 359/100.000 kelahiran hidup
dengan KPD di Indonesia sekitar 114 kasus dari semua kematian ibu karena KPD dini
sekitar 15 kasus dari semua persalinan normal.6

Pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan perubahan proses biokimia yang


terjadi dalam kolagen matriks ekstra selular amnion, korion dan apoptosis membrane
janin. Hal ini menyebabkan selaput ketuban inferior menjadi rapuh. Perubahan struktur ,
jumlah sel, dam katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan
menyebabkan selaput ketuban pecah.7,8

Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetrik berkaitan dengan
penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi sampai sepsis sehingga meningkatkan
morbiditas dan mortalitas perinatal dan kematian ibu. 7 Faktor risiko terjadinya KPD
meliputi inkompetensi serviks, polihidramnion, riwayat KPD sebelumnya, gemelli,
trauma, dan infeksi pada kehamilan seperti bacterial vaginosis. 9 Komplikasi yang dapat
terjadi pada KPD adalah persalinan prematur dimana kelahiran prematur merupakan
masalah yang cukup besar mengingat besarnya angka morbiditas dan mortalitas perinatal.

1
Komplikasi lainnya yaitu infeksi intrauteri (korioamnionitis), kompresi tali pusat akibat
prolapse tali pusat atau oligihodramnion.4,10 KPD dikaitkan pula dengan beberapa
komplikasi lainnya yang mengancam jiwa seperti prolapse hipoksia tali pusat, asfiksia
janin, dan solusio plasenta.1

Dalam penerapan manajemen mengenai KPD memang sangat bervariasi.


Manajemen KPD bergantung pada pengetahuan mengenai usia kehamilan dan penilaian
risiko relative persalinan preterm dengan manajemen ekspektatif. Seiringan dengan
bertambahnya pengalaman dan pengetahuan tentang risiko-risiko serta faktor-faktor yang
berkaitan maka diharapkan ada suatu pedoman dalam praktik penatalaksanaan KPD
aterm dan KPD preterm, seperti waktu persalinan, penggunaan medikamentosa praktik
pemilihan atau pengawawan terhadap manajemen ekspektatif, karena masih banyaknya
variasi mengenai manajemen KPD, apalagi untuk KPD preterm. Dengan adanya
pendekatan penatalaksanaan yang sistematis dan berbasis bukti maka diharapkkan terjadi
persalinan yang lebih baik.2

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Dalam keadaan normal, selaput ketuban akan pecah saat proses persalinan

berlangsung. Ketuban pecah dini (KPD) adalah keadaan pecahnya selaput

ketuban sebelum persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia

kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah dini pada kehamilan prematur.

Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban

pecah dini.7 Berdasarkan waktu terjadinya, apabila terjadi pada atau setelah usia

gestasi 37 minggu disebut sebagai KPD aterm atau prematur rupture of

membranes (PROM) dan sebelum usia gestasi 37 minggu disebut KPD preterm

atau preterm premature rupture of membranes (PPROM).2 KPD prematur dan

KPD aterm dibagi lagi atas

: KPD atau PROM dini (kurang dari 12 jam setelah ketuban pecah) dan KPD /

PROM berkepanjangan (terjadi 12 jam atau lebih setelah ketuban pecah).1

B. EPIDEMIOLOGI

Berdasarkan data WHO, ketuban pecah dini (KPD) atau insiden

premature rupture of membrane (PROM) berkisar antara 5-10% dari semua

kelahiran. KPD preterm terjadi 1% dari semua kehamilan dan 70% kasus KPD

terjadi pada kehamilan aterm. Pada 30% kasus KPD merupakan penyebab

kelahiran prematur. Di wilayah ASEAN angka kematian ibu di Indonesia masih

yang tertinggi yaitu 359/100.000 kelahiran hidup dengan KPD di Indonesia

sekitar 114 kasus dari semua pekerja dan kematian ibu karena KPD sekitar 15

kasus dari semua persalinan

3
normal.6 Penelitian di RSUP Prof R. D. Kandou Manado melaporkan bahwa dari

3.810 persalinan di RS terdapat 1,54% atau 59 kasus kejadian ketuban pecah dini,

diaman 72% kasus KPD terjadi pada usia kehamialn 37 minggu dengan sebagian

besar rentang usia ibu 20-24 tahun.3

C. DETEKSI DINI KETUBAN PECAH DINI

Deteksi dini KPD didapatkan dari pengumpulan data secara subjektif dan

objektif, yaitu10 :

1. Data Subjektif

a. Memiliki risiko terjadinya KPD : riwayat KPD atau persalinan


prematur, serviks tidak kompeten, riwayat tindakan pada serviks /
robekan serviks, infeksi serviks / vagina, peningkatan pH vagina,
perdarahan selama persalinan, gemelli, polyhidramnion, kelainan
plasenta, prosedur saat prenatal (amniosentesis, chronic villus
sampling), kebiasaan merokok, penggunaan narkoba, hipertensi,
diabetes, malnutrisi, social ekonomi rendah.
b. Waktu terjadi ketuban pecah
c. Tanda dan gejala infeksi
d. Jumlah cairan yang keluar (menyembur, sedikit atau terus
menerus, perasaan basah pada celana dalam)
e. Ketidakmampuan mengendalikan kebocoran dengan latihan kegel
(untuk membedakan inkontinensia uteri dan KPD)
f. Warna cairan (jernih atau keruh, bercampur mekoneum atau
lainnya)
g. Bau cairan (khas, membedakan dengan urine)
h. Hubungan seksual terakhir

2. Data Objektif

a. Pemeriksaan abdomen untuk menentukan volume cairan amnion


b. Pemeriksaan spekulum (inspekulo) : pengeluaran cairan dari
orifisum, dilatasi serviks, prolaps tali pusat

4
c. Pemeriksaan laboratorium: Uji kertas nitrazin positif bila warna
kertas menjadi biru gelap (basa, pH amnion 7,0 -7,5) dan USG
untuk mendeteksi oligohidramnion.

D. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO

Penyebab terjadinya ketuban pecah dini belum diketahui atau tidak dapat

ditemukan secara pasti. Namun, kemungkinan yang menjadi faktor predisposisi

antara lain adalah paritas, kelainan selaput ketuban, usia ibu, serviks yang pendek,

indeksi, serviks inkompeten, trauma, gemelli, hidramnion, kelainan letak,

konsumsi alkohol, penggunaan narkoba, dan anemia.1,10,11 Penelitian lain

mengemukakan bahwa KPD biasanya disebabkan oleh infeksi intrauterin yang

mengakibatkan kekuatan dari membran selaput ketuban berkurang dan

menyebabkan pecahnya selaput ketuban.8 Menurut Brian dkk (2021) sejumlah

faktor risiko dari KPD juga dikaitkan dengan status sosial ekonomi yang rendah,

indeks masa tubuh yang rendah, overdistensi uterus, defisiensi tembaga dan asam

askorbat, penyakit paru pada kehamilan, gangguan jaringan (misalnya sindrom

Ehlers-Danlos).12

E. DIAGNOSIS

Untuk mendiagnosis kejadian ketuban pecah dini, maka terlebih dahulu

tentukan pecahnya selaput dengan adanya cairan ketuban di vagina. Biasanya ibu

akan melihat adanya kebocoran cairan yang berlebih dan berair yang tiba-tiba

tetapi tidak terasa sakit dari vaginanya. Jika tidak ada, dapat dicoba dengan

menggerakkan sedikit bagian terbawah janin atau meminta ibu untuk batuk atau

mengedan. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus (nitrazin

test) merah menjadi biru. Lalu tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan

pemeriksaan USG. Tentukan ada tidaknya infeksi. Bila suhu ibu lebih dari 380C,

5
air ketuban keruh dan berbau, leukosit darah > 15.000/mm 3, bisa menjadi tanda-

tanda infeksi. Janin yang mengalami takikardia, mungkin mengalami infeksi

intrauterin. Tentukan juga tanda-tanda persalinan dengan skoring pelvik.

Menentukan adanya kontraksi yang teratur. Periksa dalam dilakukan bila akan

dilakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan).1,7,13

Brian dkk (2021) melaporkan bahwa pada pemeriksaan mikroskop akan

nampak percabangan arborized (“ferning”) oleh karena interaksi protein dan

garam cairan ketuban dari sekresi vagina kering yang diperoleh dengan menyeka

forniks posterior dengan swab steril.12

F. PATOFISIOLOGI

Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dalam persalinan secara umum

disebabkan oleh kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah

karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan

selaput ketuban inferior rapuh, bukan kerena seluruh selaput ketuban rapuh.

Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraselular matriks.

Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen yang menyebabkan

aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah. Terdapat

faktor risiko terjadinya KPD yaitu : berkurangnya asam askorbik sebagai

komponen kolagen; kekurangan tembahan dan asam askorbik yang berakibat

pertumbuhan struktur abnormal oleh karena faktor risiko seperti merokok.7

Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metalloproteinase (MMP) yang

dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease. Mendekati waktu

persalinan, keseimbangan antara MMP dan TIMP-1 mengarah pada degradasi

6
proteolitik dari matriks ekstraselular dan membran janin. Pada penyakit

periodontitis dimana terdapat peningkatan MMP, cenderung terjadi KPD. Selaput

ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga selaput ketuban

mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan

pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin. Pada trimester terakhir

terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban. Pecahnya ketuban pada

kehamilan aterm merupakan hal fisiologis. Ketuban pecah dini pada kehamilan

prematur disebabkan oleh adanya faktor-faktor eksternal, misalnya infeksi yang

menjalar dari vagina. Ketuban pecah dini prematur sering terjadi pada

polihidramnion, inkompeten serviks dan solusio plasenta.7

G. TATALAKSANA

Untuk penanganan ketuban pecah dini hal yang harus kita lakukan adalah

pastikan diagnosis, tentukan umur kehamilan, evaluasi ada tidaknya infeksi

maternal ataupun infeksi janin, tentukan apakah dalam keadaan inpartu, terdapat

kegawatan janin atau tidak.7

Riwayat keluarnya air ketuban berupa cairan jernih yang keluar dari

vagina kadang-kadang disertai tanda-tanda lain dari persalinan. Diagnosis KPD

prematur dengan inspekulo dilihat adanya cairan ketuban dari kavum uteri.

Pemeriksaan pH vagina perempuan hamil sekitar 4,5; bila ada cairan ketuban

pHnya sekitar 7,1-7,3. Antiseptik alkalin akan menaikan pH vagina. Dengan

pemeriksaan ultrasound KPD dapat dikonfirmasikan dengan adanya

oligohidramnion. Penderita dengan KPD harus dirawat di rumah sakit untuk

pemeriksaan lebih lanjut. Jika pada perawatan air ketuban berhenti keluar, pasien

dapat pulang untuk rawat jalan. bila KPD pada kehamilan prematur, diperlukan

penatalaksanaan yang komprehensif. Secara

7
umum, penatalaksanaan pasien KPD yang tidak dalam persalinan serta tidak ada

infeksi dan gawat janin, penatalaksanaannya bergantung pada usia kehamilan.7

Terdapat dua manajemen dalam penatalaksanaan KPD, yaitu manajemen

aktif dan ekspektatif. Manajemen ekspektatif adalah penanganan dengan

pendekatan tanpa intervensi, sementara manajemen aktif melibatkan klinisi untuk

lebih aktif mengintervensi persalinan. Berikut ini adalah tatalaksana yang

dilakukan pada KPD berdasarkan masing-masing kelompok usia kehamilan2 :

A. Ketuban Pecah Dini usia kehamilan <24 minggu


Pada usia kehamilan kurang dari 24 minggu dengan KPD preterm
didapatkan bahwa morbiditas minor neonatus seperti
hiperbilirubinemia dan takipnea transien lebih besar apabila ibu
melahirkan pada usia tersebut dibanding pada kelompok usia lahir 36
minggu. Morbiditas mayor seperti sindroma distress pernapasan dan
perdarahan intraventrikular tidak secara signifikan berbeda. Ketuban
Pecah Dini usia kehamilan 24 - 34 minggu. Pada usia kehamilan
antara 30-34 minggu, persalinan lebih baik daripada mempertahankan
kehamilan dalam menurunkan insiden korioamnionitis secara
signifikan.

B. Ketuban pecah Dini usia kehamilan 24-33 minggu


Bila terdapat amnionitis, abrupsio plasenta, dan kematian janin,

lakukan persalinan segera. Berikan deksametason 6 mg IM tiap 12 jam

selama 48 jam atau betametason 12 mg IM tiap 24 jam selama 48 jam.

Lakukan pemeriksaan serial untuk menilai kondisi ibu dan janin. Bayi

dilahirkan di usia kehamilan 34 minggu, atau di usia kehamilan 32-33

minggu, bila dapat dilakukan pemeriksaan kematangan paru dan hasil

menunjukkan bahwa paru sudah matang (komunikasikan dan

sesuaikan dengan fasilitas perawatan bayi preterm).

8
C. Ketuban pecah Dini usia kehamilan ≥34 minggu

Lakukan induksi persalinan dengan oksitosin bila tidak

ada kontraindikasi.

Ketika pasien dirawat di Rumah Sakit, berikan antibiotika

(ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin) dan metronidazol 2 x 500 mg

selama 7 hari. Jika umur kehamilan < 32-34 minggu, rawat selama air

ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi. Dalam

penanganan aktif, pada usia kehamilan >37 minggu, induksi dengan

oksitosin, jika gagal seksio sesaria. Dapat pula diberikan misoprostol

50 µg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali. Bila ada tanda-tanda

infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan persalinan diakhiri : a) Bila

skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian insuksi. Jika

tidak berhasil, akhiri persalinan dengan SC. b) Bila skor pelvik >5,

induksi persalinan, partus pervaginam.7,10

H. PENCEGAHAN

Oleh karena persalinan sering terjadi segera setelah ketuban pecah, hal

yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi KPD adalah

pencegahan itu sendiri. Perhatian yang besar yang berfokus pada terjadinya KPD

prematur karena bayi yang dilahirkan dari kehamilan ini beresiko tinggi terjadi

komplikasi berkaitan dengan kelahiran prematur dank arena KPD cukup bulan

biasanya bagian dari proses persalinan normal. Contoh faktor risiko yang

berpotensi untuk dimodifikasi untuk menghindari KPD adalah merokok, gizi

buruk, infeksi saluran kemih dan infeksi menular seksual, penyakit paru akut, dan

polihodramnion berat. Disamping pengobatan infeksi akut dan pemantauan

9
belum diketahui pasti koreksi

10
faktor risiko diatas dapat mencegah komplikasi. Bahkan apabila faktor risiko

tertentu tidak dapat dihilangkan atau diperbaiki dalam kondisi tertentu, maka

konseling pengetahuan tentang risiko dapat membantu mengurangi gejala yang

mencurigakan. Pentingnya evaluasi tepat waktu jika terjadi KPD.12

Pemberian vitamin C, dilaporkan berkontribusi pada remodeling jaringan

ikat sehingga diusulkan sebagai intervensi terapeutik yang potensial. Studi

menunjukkan bahwa suplementasi vitamin memiliki nilai 7,6% vs 24,5%; P= 0,02

dalam mencegah KPD.12 Pada tahun 2018 di Surabaya Lina meneliti bahwa

suplemen vitamin C sangat penting pada wanita hamil karena terbukti

mempengaruhi struktur plasenta dan memfasilitasi infeksi korioamnion yang

dapat menghasilkan peningkatan risiko KPD dan kelahiran prematur. Vitamin C

juga dapat membantu cegah pengembangan komplikasi yang terkait dengan

tingginya stress oksidatif seperti kehamilan dengan hipertensi dan pertumbuhan

janin lambat (IUGR), dan gestasional diabetes. Direkomendasikan ibu hamil

untuk diberikan vitamin C 100 mg selama masa kehamilan sebagai bentuk

pencegahan KPD.14

11
ALGORTIMA PENANGANAN KETUBAN PECAH DINI.2

v
Pasien dicurigai KPD

Penilaian KPD:
Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan menunjang

Konfirmasi KPD

Transfer pasien:
Berikan tokolitik jika diperlukan selama transportasi

Cari adanyan infeksi intra uteri, solusia plasenta. Gangguan kesejahteraan


janin: Ya/Tidak Lahirkan dengan cepat dan tepat

Manajemen berdasarkan usia gestasi

Konseling kepada pasien - Manajemen - Jika maturitas


Usia <24 minggu Usia 24-34 minggu Usia 34-37 minggu Usia <24 minggu
& keluarga tentang ekspektatif / fetus
survival, rawat inap. terdokumentasi,
Berikan antibiotik
direkomendasikan - Berikan pertimbangkan
untuk profilaksis
diskusi dengan magnesium jika induksi / lakukan
Streptokokus grup B
neonatolog persalinan < 24 jam manajemen
jika diperlukan
- Berikan ekspektatif
kortikosteroid - Pertimbangka
. n pemberian Lakukan induksi
Berdasarkan pilihan : kortikosteroid persalinan
- Induksi persalinan
- Manajemen
ekspektatif / resusitasi
(dirawat)
- Manajemen Berikan antibiotik
ekspektatif / tidak
resusidtasi Konsul ahli feto-maternal jika HSV, HIV, atau
- Evalusai px selama 24- Hep. C
48 jam berikan
antibiotik
Pengawasan dengan NST, USG periodic
- Lakukan USG fetal
untuk nilai cairan amnion
tiap minggu
- Pemberian
Nilai maturitas fetus dgn penghitungan badan lamellar dari cairan
kortikosteroid tidak
amnion, usahakan mendapat specimen pada gestasi 32 minggu dan
disaranakan.
proses persalinan jika maturasi + atau pada 34 minggu
- Jika fetal viable & tim
neonatology
12
I. PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI

Komplikasi ketuban pecah dini pada janin tergantung usia kehamilan dan

kejadian selama proses persalinan. Komplikasi ketuban pecah dini dapat

mengakibatkan infeksi maternal ataupun neonatal, hipoksia karena kompresi tali

pusat, solusio plasenta, serta adanya sindrom distress pada jalan napas bayi baru

lahir. Akibat lain yang dapat terjadi yaitu enterocolitis necrotizing, perdarahan

intraventikular, sepsis neonatorum terjadi pada 2-20% dari kasus KPD serta dapat

terjadi kematian sekitar 5% kasus. Sedangkan untuk komplikasi jangka panjang

dapat memberikan kecacatan.15 Persalinan prematur dan meningkatnya insiden

seksio sesarea atau gagalnya persalinan normal, deformitas janin juga merupakan

komplikasi dari ketuban pecah dini.7

13
BAB III

PENUTUP

Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah suatu keadaan dimana selaput ketuban yang

pecah sebelum adanya tanda persalinan, dan ditunggu satu jam belum terjadinya inpartu.

Pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan perubahan proses biokimia yang terjadi

dalam kolagen matriks ekstra selular amnion, korion dan apoptosis membran janin. Hal

ini menyebabkan selaput ketuban inferior menjadi rapuh. Perubahan struktur, jumlah sel,

dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan

selaput ketuban pecah

Penanganan ketuban pecah dini adalah pastikan diagnosis, tentukan umur

kehamilan, evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi janin, tentukan apakah

dalam keadaan inpartu, terdapat kegawatan janin atau tidak.

Pencegahan ketuban pecah dini yaitu dengan menghindari faktor risiko yang ada,

serta pemberian suplemen vitamin C pada ibu hamil.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Gahwagi MMM, Busarira MO, Atia M. Premature Rupture of Membranes

Characteristics, Determinants, and Outcomes of in Benghazi, Libya. Open Journal

Obstetry Gynecology. 2015;5(9):494–504.

2. POGI HKFM. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Ketuban Pecah Dini.

Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia, Himpunan Kedokteran Feto

Maternal. 2016;

5. Syarwani TI, Tendean HMM, Wantania JJE. Gambaran Kejadian Ketuban Pecah

Dini (KPD) di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado Tahun 2018. Medical Scope

Journal. 2020;1(2):24–9.

6. Aprilia G, Wicuk K. Kehamilan Preterm dengan Ketuban Pecah Dini. Journal

Holist Traditional Medical. 2019;3(3):312–5.

5. Rohmawati N, Fibriana AI. Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Daerah

Ungaran. Higeia Journal Public Heal Res Dev [Internet]. 2018;2(1):23–32.

Diakses pada: https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia/article/view/17937

8. Meihartati T, Hairiyah. Hubungan antara Pola Seksualitas Gravida dengan

Ketuban Pecah Dini. Journal Medeical Karya Ilmu Kesehatan. 2018;3(1):1–8.

9. Soewarto S. Ketuban Pecah Dini. Dalam : Ilmu Kebidanan. Editor: Abdul Bari

Saifuddin, Trijatmo Rachimhadhi GHW. PT Bina Pustaka Swarwono

Prawirohardjo Edisi Keempat. Jakarta; 2008. hal. 677-682.

8. Irsam M, Dewi AK, Wulandari E. Jumlah Paritas dan Anemia sebagai Faktor

Prediktor Kejadian Ketuban Pecah Dini. Journal Kedokteran Muhammadiyah.

2017;5(2):1–8.

11. Patimah S, Wi KEWA, Tajmuati A. Praktik Klinik Kebidanan III. In Jakarta:

Kementrian Kesehatan RI Pusdik SDM Kesehatan, Badan Pengembangan dan

15
Pemberdayaan SDM; 2016. hal. 677.

12. Dewi RS, Apriyanti F, Harmia E. Hubungan Paritas Dan Anemia Dengan

Kejadian Ketuban Pecah Dini Di RSUD Bangkinang. Journal Kesehatan

Tambusai. 2020;1(2):10–5.

13. Brian MM, Edward CK. Premature Rupture of the Membranes [Internet]. Eighth

Edition. The Membranes. Elsevier Inc.; 2021. 694-707 hal. Diakses pada:

https://doi.org/10.1016/B978-0-323-60870-1.00037-X

13. Reina-Bueno M, Coheña-Jiménez M, Rodríguez Moreno I, Vázquez Bautista C.

Preterm Premature Rupture of Membranes. Arch Argent Pediatri [Internet].

2018;37(1):575–80.

Diakses pada: https://dialnet.unirioja.es/servlet/extart?codigo=5668916

14. Bainuan LD. Pencegahan Ketuban Pecah Dini (Premature Rupture of Membranes)

Dengan Suplemen Vitamin C Pada Kehamilan. Semin Nas dan Work Public Ilmu

“Strategi Pengemb Prof Perawat Melalui Peningkatan Kualitas Pendidik dan Publ

Ilmiah” [Internet]. 2018;152–6.

Diakses pada: http://jurnal.stikesbaptis.ac.id/index.php/PSB/article/view/259

17. Safari FRN. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini

di Rumah Sakit Umum H. Abdul Manan Simatupang Tahun 2016. Wahana Inov

[Internet]. 2017;Vol 6(2):149–56. Diakses pada: https://penelitian.uisu.ac.id/wp-

content/uploads/2017/09/9.-Fifi-Ria-Ningsih-Safari.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai