Referat Abortus
Referat Abortus
ABORTUS
Oleh
Dheana Claudia Kalembiroh
210141010138
Masa KKM: 12 Desember 2022 – 19 Februari 2023
Supervisor Pembimbing:
Dr. dr. Erna Suparman, Sp.OG(K)
Residen Pembimbing:
dr. Fransisca Stephanie Wibisono
“Abortus”
Oleh:
Dheana Claudia Kalembiroh
210141010138
Masa KKM: 12 Desember 2022 – 19 Februari 2023
Residen Pembimbing
Supervisor Pembimbing
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
A. Definisi Abortus............................................................................................................................2
B. Epidemiologi.................................................................................................................................3
C. Etiologi...........................................................................................................................................4
D. Patofisiologi...................................................................................................................................8
E. Gambaran Klinis..........................................................................................................................9
F. Diagnosis.....................................................................................................................................10
G. Diagnosis Banding......................................................................................................................12
H. Penatalaksaanan.........................................................................................................................13
I. Komplikasi..................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui penyebab kematian ibu yang utama adalah
perdarahan, infeksi dan eklampsia serta pre- eklampsia. Pendarahan selama kehamilan dapat
dianggap sebagai keadaan akut yang dapat membahayakan ibu dan anak, dan sampai dapat
menimbulkan kematian. Aborsi spontan didefinisikan sebagai hilangnya kehamilan kurang dari
adalah bentuk aborsi yang paling umum. Diperkirakan sebanyak 26% dari semua kehamilan
berakhir. Selain itu, 80% aborsi yang terjadi pada trimester pertama. Risiko keguguran menurun
Sebanyak 20% wanita hamil pernah mengalami pendarahan pada awal kehamilan dan
sebagian mengalami abortus. Sebagian besar studi mengatakan kasus abortus spontan antara 15-
20 % dari semua kehamilan. Kejadian abortus habitualis sekitar 3-5%. Data dari beberapa studi
menunjukkan bahwa setelah satu kali abortus spontan, pasangan punya risiko 15 % untuk
Diperkirakan diseluruh dunia setiap tahun terjadi 20 juta kasus aborsi tidak aman akibatnya70
Di Indonesia setiap tahunnya terjadi kurang lebih 2 juta kasus aborsi, artinya 43
kasus/100 kelahiran hidup. Angka tersebut memberikan gambaran bahwa masalah aborsi di
Indonesia masih cukup besar.5 Penyebab abortus sendiri multifaktorial dan masih diperdebatkan,
umumnya terdapat lebih dari satu penyebab. Penyebabnya seperti faktor genetik, kelainan
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
sepenuhnya dan dapat hidup di luar kandungan dan sebagai ukuran digunakan kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.7
Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu menurut terjadinya abortus dan
menurut gambaran klinis. Menurut terjadinya dibedakan atas abortus spontan yaitu
abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja dan tanpa menggunakan tindakan
apa-apa sedangkan abortus provokatus adalah abortus yang disengaja, baik dengan
therapeutica dan abortus kriminalis. Pada abortus medisinalis, abortus yang terjadi adalah
karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat
membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Abortus kriminalis adalah abortus
yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan
indikasi medis dan biasanya dilakukan secara sembunyi. Menurut gambaran klinis
a) Abortus imminens yaitu abortus tingkat permulaan (threatened abortion) dimana terjadi
perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam
kandungan.8
2
b) Abortus insipiens (inevitable abortion) yaitu abortus yang sedang mengancam dimana
serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih
c) Abortus inkomplit (incomplete abortion) yaitu jika hanya sebagian hasil konsepsi yang
d) Abortus komplit (complete abortion) artinya seluruh hasil konsepsi telah keluar (desidua
e) Missed abortion adalah abortus dimana fetus atau embrio telah meninggal dalam
kandungan sebelum kehamilan 20 minggu, akan tetapi hasil konsepsi seluruhnya masih
f) Abortus habitualis (recurrent abortion) adalah keadaan terjadinya abortus tiga kali
g) Abortus infeksius (infectious abortion) adalah abortus yang disertai infeksi genital.8
h) Abortus septik (septic abortion) adalah abortus yang disertai infeksi berat dengan
B. Epidemiologi
Di Eropa, dilaporkan angka kejadian abortus berkisar antara 2-5%. Sebesar 9-17%
abortus terjadi pada usia 20-30 tahun, 15% abortus terjadi pada usia 30-35 tahun, 20-25%
abortus terjadi pada usia 35-40 tahun. Pada pasien yang berusia 42-45 tahun, angka
kejadian abortus mencapai 50%, dimana 80% di antaranya terjadi pada usia 45 tahun. 9,10
Menurut Depkes RI, angka kejadian abortus di Indonesia mencapai 2,3 juta per tahun.
Rata-rata diperkirakan terjadi 114 kasus abortus setiap jamnya. Frekuensi abortus spontan
3
di Indonesia adalah 10%-15% dari 5 juta kehamilan setiap tahunnya atau 500.000-
750.000. Sedangkan abortus buatan sekitar 750.000-1.5 juta setiap tahunnya. Frekuensi
ini dapat mencapai 50% bila diperhitungkan mereka yang hamil sangat dini, terlambat
haid beberapa hari sehingga wanita itu sendiri tidak mengetahui bahwa ia sudah hamil.
C. Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan kematian fetus adalah faktor ovum dan faktor ibu
antara lain :
1. Kelainan Ovum
spontan yang disebabkan oleh karena kelainan dari ovum berkurang jika kehamilan sudah
lebih dari satu bulan, artinya makin muda kehamilan saat terjadinya abortus makin besar
a. Kelainan genetik
besar abortus spontan disebabkan oleh kelainan kariotip dari embrio. Data ini
kelainan sitogenetik yang berupa aneuploidi yang bisa disebabkan oleh kejadian
nondisjuction meiosis atau poliploidi dari fertilitas abnormal dan separuh dari
autosom.11
4
Triploidi ditemukan pada 16% kejadian abortus di mana terjadi fertilisasi
Sindroma Down atau trisomi 21 yang sepertiganya bisa bertahan sehingga lahir.
Selain kelainan sitogenetik, kelainan lain seperti fertilisasi abnormal yaitu dalam
kelainan sitogenetik yang berakibat aborsi dan kelainan ini sering diturunkan oleh
ibu, dibandingkan kelainan struktur kromoson pada pria yang berdampak pada
Selain itu, gen yang abnormal akibat mutasi gen bisa mengganggu proses
pada kombinasi gen yang abnormal dan gangguan fungsi uterus. Gangguan
abortus.12
meningkatkan risiko abortus. Pada wanita yang merokok lebih dari 14 batang per
hari, risiko abortus adalah 2 kali lipat dari risiko pada wanita yang tidak merokok.
5
Rokok mengandung ratusan unsur toksik antara lain nikotin yang mempunyai
juga menurukan pasokan oksigen ibu dan janin dan dapat mamacu neurotoksin.
abortus spontan dan anomali fetus. Kadar abortus meningkat 2 kali lipat pada
perhari atau 500mg kafein satu hari dapat sedikit menambah risiko abortus dan
pada mereka yang meminum lebih dari ini, risikonya meningkat secara linier
c. Faktor imunologi
SLE dan Antiphospholipid Antibodies (aPA). ApA adalah antibodi spesifik yang
kehamilan pada trimester 2 dan 3 pada SLE adalah 75%. Menurut penelitian,
antibodi yang akan berikatan dengan sisi negatif dari phosfolipid. Selain SLE,
prematuritas.14
Dijumpai pada ibu yang menderita penyakit nefritis, hipertensi, toksemia gravidarum,
anomali plasenta, dan end ateritis villi korialis karena hipertensi menahun.11
6
Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti pneumonia, tifoid,
rubeola, demam malta, dan sebagainya. Kematian fetus dapat disebabkan karena toksin
dari ibu atau invasi kuman atau virus pada fetus disebabkan karena toksin dari ibu atau
invasi kuman atau virus pada fetus. Ada berbagai teori untuk menjelaskan keterkaitan
endotoksin, eksotoksin, dan sitokin yang berdampak langsung pada janin dan unit
fetoplasenta.3 Infeksi janin yang bisa berakibat kematian janin dan cacat berat sehingga
Infeksi plasenta akan berakibat insufisiensi plasenta dan bisa berlanjut kematian
janin. Infeksi kronis endometrium dari penyebaran kuman genetalia bawah yang bisa
mengganggu proses implantasi. Amnionitis oleh kuman gram positif dan gram negatif
juga bisa mengakibatkan abortus. Infeksi virus pada kehamilan awal dapat
mengakibatkan perubahan genetik dan anatomik embrio misalnya pada infeksi rubela,
Di sini adalah beberapa jenis organisme yang bisa berdampak pada kejadian
abortus15:
7
Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasio kordis, penyakit paru berat, anemi
gravis.
- Trauma langsung terhadap fetus, antara lain: selaput janin rusak langsung
5. Inkompetensi serviks
Merupakan kelainan yang ditandai adanya pembukaan serviks tanpa rasa nyeri pada
trimester kedua atau awal trimester tiga yang disertai prolaps dan menggembungnya
selaput ketuban dan ekspulsi janin imatur. Riwayat trauma pada serviks saat adanya
dilatasi atau pada kuretase menjadi salah satu penyebab dari serviks inkompeten.16
6. Antagonis Rhesus
Pada antagonis rhesus, darah ibu yang melalui plasenta merusak darah fetus, sehingga
D. Patofisiologi
Permulaan abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis yang diikuti nekrosis
merupakan benda asing dalam uterus. Hal ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan hasil konsepsi. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu
biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara
mendalam. Pada kehamilan antara 8-14 minggu villi koriales menembus desidua lebih
8
dalam, sehingga plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak
perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu umumnya yang mulamula dikeluarkan
setelah ketuban pecah, janin disusul beberapa waktu kemudian oleh plasenta yang
terbentuk lengkap. Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk.
Ada yang hanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa
bentuk yang jelas (blighted ovum) dan ada yang berupa janin lahir mati. Mudigah yang
mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat maka dapat diliputi oleh lapisan bekuan
darah dan isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk ini menjadi mola karnosa apabila
pigmen darah telah diserap sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah
mola tuberose dalam hal ini tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara
amnion dan korion. Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi
proses mumifikasi yaitu janin mengering dan karena cairan amnion menjadi kurang oleh
sebab diserap, maka menjadi agak gepeng (fetus kompresus). Dalam tingkat lebih lanjut
E. Gambaran Klinis
pervaginam bisa sedikit atau banyak dilihat dari pads atau tampon yang telah dipakai, dan
biasanya berupa darah beku tanpa atau desertai dengan keluarnya fetus atau jaringan. 6 Ini
penting untuk melihat progress abortus. Pada abortus yang sudah lama terjadi atau pada
abortus provokatus sering terjadi infeksi yang dilihat dari demam, nadi cepat, perdarahan,
berbau, uterus membesar dan lembek, nyeri tekan,dan luekositosis. Pada pemeriksaan
dalam untuk abortus yang baru saja terjadi didapati serviks terbuka, kadang-kadang dapat
diraba sisa-sisa jaringan dalam kanalis servikalis atau kavum uteri, serta uterus berukuran
9
kecil dari seharusnya. Pada pemeriksaan USG, ditemukan kantung gestasional yang tidak
F. Diagnosis
1. Anamnesis
3 gejala utama (postabortion triad) pada abortus adalah nyeri di perut bagian bawah
perineum, perdarahan pervaginam dan demam yang tidak tinggi. Gejala ini
terutamanya khas pada abortus dengan hasil konsepsi yang masih tertinggal di dalam
rahim.7 Selain itu, ditanyakan adanya amenore pada masa reproduksi kurang 20
minggu dari HPHT. Perdarahan pervaginam dapat tanpa atau disertai jaringan hasil
konsepsi. Bentuk jaringan yang keluar juga ditanya apakah berupa jaringan yang
lengkap seperti janin atau tidak atau seperti anggur. Rasa sakit atau keram bawah
perut biasanya di daerah atas simpisis. Riwayat penyakit sekarang seperti diabetes
mellitus yang tidak terkontrol, tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol, trauma,
merokok, mengambil alkohol dan riwayat infeksi traktus genitalis harus diperhatikan.
jarum suntik dan seks bebas dapat menambah curiga abortus akibat infeksi.8,20
2. Pemeriksaan Fisik
pemeriksaan bimanual. Yang dinilai adalah uterus membesar sesuai usia gestasi,
10
dan konsistensinya. Pada pemeriksaan pelvis, dengan menggunakan spekulum
keadaan serviks dapat dinilai samaada terbuka atau tertutup , ditemukan atau tidak
sisa hasil konsepsi di dalam uterus yang dapat menonjol keluar, atau didapatkan
di liang vagina.8
Pemeriksaan fisik pada kehamilan muda dapat dilihat dari table di bawah ini8,21:
lunak
bawah,riwayat
ekspulsi hasil
konsepsi
Sedang sehingga Terbuka Sesuai dengan Kram atau nyeri Abortus insipien
belum terjadi
ekspulsi hasil
konsepsi
ekspulsi
11
sebahagian hasil
konsepsi
jaringan seperti
anggur
3. Pemeriksaan Penunjang
bekuan, waktu perdarahan, trombosit, dan GDS. Pada pemeriksaan USG ditemukan
kantung gestasi tidak utuh, ada sisa hasil konsepsi dalam uterus.22
G. Diagnosis banding.9
4) polip endoserviks
5) karsinoma serviks
12
H. Penatalaksanaan
1. Abortus Imminens.
Pada abortus imminens, tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total dan pasien
dilarang dari melakukan aktivitas fisik berlebihan ataupun hubungan seksual. Jika terjadi
perdarahan berhenti, asuhan antenatal diteruskan seperti biasa dan penilaian lanjutan dilakukan
jika perdarahan terjadi lagi. Pada kasus yang perdarahan terus berlansung, kondisi janin dinilai
dan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain dilakukan dengan segera. Pada perdarahan
berlanjut khususnya pada uterus yang lebih besar dari yang diharapkan, harus dicurigai
2. Abortus insipiens.
Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu, evakuasi uterus dilakukan dengan aspirasi
vakum manual. Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan maka, Ergometrin 0,2 mg IM atau
Misopristol 400mcg per oral dapat diberikan. Kemudian persediaan untuk pengeluaran hasil
konsepsi dari uterus dilakukan dengan segera. Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, ekpulsi
spontan hasil konsepsi ditunggu, kemudian sisa-sisa hasil konsepsi dievakuasi. Jika perlu, infus
20 unit oxytoxin dalam 500cc cairan IV (garam fisiologik atau larutan Ringer Laktat) dengan
kecepatan 40 tetes per menit diberikan untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi. Setelah
3. Abortus inkomplit.
Jika perdarahan tidak beberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu, evakuasi
dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang
13
keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, Ergometrin 0,2 mg IV atau misoprostol 400mcg
Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung, dan usia kehamilan kurang dari 16
minggu, hasil konsepsi dievakuasi dengan aspirasi vakum manual. Evakuasi vakum tajam hanya
digunakan jika tidak tersedia aspirasi vakum manual (AVM). Jika evakuasi belum dapat
dilakukan dengan segera, Ergometrin 0,2mg IM atau Misoprostol 400mcg per oral dapat
diberikan.21
Jika kehamilan lebih dari 16 minggu, infus oksitosin 20 unit diberikan dalam 500ml
cairan IV (garam fisiologik atau RL) dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai terjadi ekspulsi
hasil konsepsi. Jika perlu Misoprostol 200mcg pervaginam diberikan setiap 4 jam sampai terjadi
ekspulsi hasil konsepsi. Hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus segera dievakuasi.21
4. Abortus komplit.
Pada kasus ini, evakuasi tidak perlu dilakukan lagi. Observasi untuk melihat adanya
perdarahan yang banyak perlu diteruskan dan kondisi ibu setelah penanganan tetap dibuat.
Apabila terdapat anemia sedang, tablet sulfas ferrosus 600mg/hari selama 2 minggu diberikan,
jika anemia berat diberikan transfusi darah. Seterusnya lanjutkan dengan konseling asuhan
5. Abortus septik/infeksius.
tubuh dan perlunya pemberian antibiotika yang mencukupi sesuai dengan hasil kultur dan
sensitivitas kuman yang diambil dari darah dan cairan flour yang keluar pervaginam. Untuk
tahap pertama dapat diberikan Penisillin 4x 1juta unit atau ampicillin 4x 1gram ditambah
14
gentamisin 2x80mg dan metronidazol 2x1gram. Selanjutnya, antibiotik dilanjutkan dengan hasil
kultur. Tindakan kuretase dilaksanakan bila tubuh dalam keadaan membaik minimal 6 jam
setelah antibiotika adekuat telah diberikan. Pada saat tindakan, uterus harus dilindungi dengan
uterotonik untuk mengelakkan komplikasi. Antibiotik harus dilanjutkan sampai 2 hari bebas
demam dan bila dalam waktu 2 hari pemberian tidak memberikan respons harus diganti dengan
antibiotik yang lebih sesuai dah kuat. Apabila ditakutkan terjadi tetanus, injeksi ATS harus
diberikan dan irigasi kanalis vagina/uterus dibuat dengan larutan peroksida H2O2. Histerektomi
6. Pemantauan pascaabortus.
Sebelum ibu diperbolehkan pulang, diberitahu bahwa abortus spontan hal yang biasa terjadi
dan terjadi pada paling sedikit 15% dari seluruh kehamilan yang diketahui secara klinis.
Kemungkinan keberhasilan untuk kehamilan berikutnya adalah baik kecuali jika terdapat sepsis
atau adanya penyebab abortus yang dapat mempunyai efek samping pada kehamilan berikut.
Semua pasien abortus disuntik vaksin serap tetanus 0,5 cc IM. Umumnya setelah tindakan
kuretase pasien abortus dapat segera pulang ke rumah. Kecuali bila ada komplikasi seperti
perdarahan banyak yang menyebabkan anemia berat atau infeksi. Pasien dianjurkan istirahat
selama 1 sampai 2 hari. Pasien dianjurkan kembali ke dokter bila pasien mengalami kram
demam yang memburuk atau nyeri setelah perdarahan baru yang ringan atau gejala yang lebih
berat. Tujuan perawatan untuk mengatasi anemia dan infeksi. Sebelum dilakukan kuretase
I. Komplikasi
1. Perdarahan.
15
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika
perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan
tidak diberikan. Perdarahan yang berlebihan sewaktu atau sesudah abortus bisa disebabkan oleh
atoni uterus, laserasi cervikal, perforasi uterus, kehamilan serviks, dan juga koagulopati.23
2. Perforasi.
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Terjadi robekan pada rahim, misalnya abortus provokatus kriminalis. Dengan
adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk
menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan apakah ada perlukan alat-alat lain. Pasien
3. Syok.
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat.
Vasovagal syncope yang diakibatkan stimulasi canalis sevikalis sewaktu dilatasi juga boleh
4. Infeksi.
Genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang merupakan flora normal. Khususnya
pada genitalia eksterna yaitu staphylococci, streptococci, Gram negatif enteric bacilli,
sedangkan pada vagina ada Lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram negatif enteric bacilli,
Clostridium sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur. Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi
16
terbatas padsa desidua. Pada abortus septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi menyebar ke
17
BAB III
PENUTUP
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin berkembang sepenuhnya dan dapat
hidup di luar kandungan dan sebagai ukuran digunakan kehamilan kurang dari 20 minggu atau
berat janin kurang dari 500 gram. Abortus terbagi atas abortus spontan yaitu abortus yang terjadi
dengan sendirinya tanpa disengaja dan tanpa menggunakan tindakan apa-apa sedangkan abortus
provokatus adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun dengan
alat-alat. Gejala abortus berupa amenorea, sakit perut, dan merasa mules. Perdarahan pervaginam
bisa sedikit atau banyak dilihat dari pads atau tampon yang telah dipakai, dan biasanya berupa
darah beku tanpa atau desertai dengan keluarnya fetus atau jaringan. Penatalaksanaan abortus
18
DAFTAR PUSTAKA
19
doi:10.1002/14651858.CD000020.pub3.www.cochranelibrary.com
18. Jauniaux E, Burton GJ. Pathophysiology of Histological Changes in Early Pregnancy Loss
*. Published online 2005:114-123. doi:10.1016/j.placenta.2004.05.011
19. Griebel CP, Halvorsen J, Golemon TB, Day AA. Management of Spontaneous Abortion.
2005;72(7):1243-1250.
20. Kim C, Barnard S, Jp N, et al. Medical treatments for incomplete miscarriage ( Review ).
Published online 2017. doi:10.1002/14651858.CD007223.pub4.www.cochranelibrary.com
21. Prabowo A, Sari R. Buku Ajar Perdarahan Pada Kehamilan Trimester 1. Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung; 2018.
22. Fernandez H, Capmas P, Hospital B, Bicetre LK. Diagnostic Criteria ( Lavoue et al. ,
2014). 2019;2:538-542. doi:10.1016/B978-0-12-801238-3.64956-5
23. Article R. Complications of Unsafe and Self-Managed Abortion. Published online
2020:1029-1040. doi:10.1056/NEJMra1908412
24. Hortence FJ, Patrick T, Cliford E, Pascal F. COMPLICATIONS OF INDUCED
ABORTION COMPARED TO THOSE OF SPONTANEOUS ABORTION IN
YAOUNDÉ-CAMEROON : OBJECTIVE : METHODOLOGY : CONCLUSION :
KEYWORDS : 2022;14(4).
20