Anda di halaman 1dari 23

Referat

ABORTUS

Oleh
Dheana Claudia Kalembiroh
210141010138
Masa KKM: 12 Desember 2022 – 19 Februari 2023

Supervisor Pembimbing:
Dr. dr. Erna Suparman, Sp.OG(K)

Residen Pembimbing:
dr. Fransisca Stephanie Wibisono

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Referat yang berjudul

“Abortus”

Oleh:
Dheana Claudia Kalembiroh
210141010138
Masa KKM: 12 Desember 2022 – 19 Februari 2023

Telah dikoreksi, disetujui, dan dibacakan pada tanggal 2022


Untuk memenuhi syarat tugas Kepaniteraan Klinik Madya
di bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNSRAT Manado

Residen Pembimbing

dr. Fransisca Stephanie Wibisono

Supervisor Pembimbing

Dr. dr. Erna Suparman, Sp.OG(K)

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................................2

A. Definisi Abortus............................................................................................................................2

B. Epidemiologi.................................................................................................................................3

C. Etiologi...........................................................................................................................................4

D. Patofisiologi...................................................................................................................................8

E. Gambaran Klinis..........................................................................................................................9

F. Diagnosis.....................................................................................................................................10

G. Diagnosis Banding......................................................................................................................12

H. Penatalaksaanan.........................................................................................................................13

I. Komplikasi..................................................................................................................................15

BAB III KESIMPULAN........................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberi dampak pada

kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui penyebab kematian ibu yang utama adalah

perdarahan, infeksi dan eklampsia serta pre- eklampsia. Pendarahan selama kehamilan dapat

dianggap sebagai keadaan akut yang dapat membahayakan ibu dan anak, dan sampai dapat

menimbulkan kematian. Aborsi spontan didefinisikan sebagai hilangnya kehamilan kurang dari

20 minggu.1 American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) memperkirakan ini

adalah bentuk aborsi yang paling umum. Diperkirakan sebanyak 26% dari semua kehamilan

berakhir. Selain itu, 80% aborsi yang terjadi pada trimester pertama. Risiko keguguran menurun

setelah usia kehamilan 12 minggu.2

Sebanyak 20% wanita hamil pernah mengalami pendarahan pada awal kehamilan dan

sebagian mengalami abortus. Sebagian besar studi mengatakan kasus abortus spontan antara 15-

20 % dari semua kehamilan. Kejadian abortus habitualis sekitar 3-5%. Data dari beberapa studi

menunjukkan bahwa setelah satu kali abortus spontan, pasangan punya risiko 15 % untuk

mengalami keguguran lagi, sedangkan bila pernah 2 kali risikonya meningkat 25 %. 3

Diperkirakan diseluruh dunia setiap tahun terjadi 20 juta kasus aborsi tidak aman akibatnya70

ribu perempuan meninggal akibat aborsi tidak aman.4

Di Indonesia setiap tahunnya terjadi kurang lebih 2 juta kasus aborsi, artinya 43

kasus/100 kelahiran hidup. Angka tersebut memberikan gambaran bahwa masalah aborsi di

Indonesia masih cukup besar.5 Penyebab abortus sendiri multifaktorial dan masih diperdebatkan,

umumnya terdapat lebih dari satu penyebab. Penyebabnya seperti faktor genetik, kelainan

kongenital uterus,, infeksi, defek luteal.6

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin berkembang

sepenuhnya dan dapat hidup di luar kandungan dan sebagai ukuran digunakan kehamilan

kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.7

Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu menurut terjadinya abortus dan

menurut gambaran klinis. Menurut terjadinya dibedakan atas abortus spontan yaitu

abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja dan tanpa menggunakan tindakan

apa-apa sedangkan abortus provokatus adalah abortus yang disengaja, baik dengan

memakai obat-obatan maupun dengan alat-alat.7

Abortus provokatus dibagikan lagi menjadi abortus medisinalis atau abortus

therapeutica dan abortus kriminalis. Pada abortus medisinalis, abortus yang terjadi adalah

karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat

membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Abortus kriminalis adalah abortus

yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan

indikasi medis dan biasanya dilakukan secara sembunyi. Menurut gambaran klinis

abortus dapat dibedakan kepada7,8:

a) Abortus imminens yaitu abortus tingkat permulaan (threatened abortion) dimana terjadi

perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam

kandungan.8

2
b) Abortus insipiens (inevitable abortion) yaitu abortus yang sedang mengancam dimana

serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih

dalam kavum uteri.8

c) Abortus inkomplit (incomplete abortion) yaitu jika hanya sebagian hasil konsepsi yang

dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta.8

d) Abortus komplit (complete abortion) artinya seluruh hasil konsepsi telah keluar (desidua

atau fetus), sehingga rongga rahim kosong.8

e) Missed abortion adalah abortus dimana fetus atau embrio telah meninggal dalam

kandungan sebelum kehamilan 20 minggu, akan tetapi hasil konsepsi seluruhnya masih

tertahan dalam kandungan selama 6 minggu atau lebih.8

f) Abortus habitualis (recurrent abortion) adalah keadaan terjadinya abortus tiga kali

berturut-turut atau lebih.8

g) Abortus infeksius (infectious abortion) adalah abortus yang disertai infeksi genital.8

h) Abortus septik (septic abortion) adalah abortus yang disertai infeksi berat dengan

penyebaran kuman ataupun toksinnya kedalam peredaran darah atau peritonium.8

B. Epidemiologi

Di Eropa, dilaporkan angka kejadian abortus berkisar antara 2-5%. Sebesar 9-17%

abortus terjadi pada usia 20-30 tahun, 15% abortus terjadi pada usia 30-35 tahun, 20-25%

abortus terjadi pada usia 35-40 tahun. Pada pasien yang berusia 42-45 tahun, angka

kejadian abortus mencapai 50%, dimana 80% di antaranya terjadi pada usia 45 tahun. 9,10

Menurut Depkes RI, angka kejadian abortus di Indonesia mencapai 2,3 juta per tahun.

Rata-rata diperkirakan terjadi 114 kasus abortus setiap jamnya. Frekuensi abortus spontan

3
di Indonesia adalah 10%-15% dari 5 juta kehamilan setiap tahunnya atau 500.000-

750.000. Sedangkan abortus buatan sekitar 750.000-1.5 juta setiap tahunnya. Frekuensi

ini dapat mencapai 50% bila diperhitungkan mereka yang hamil sangat dini, terlambat

haid beberapa hari sehingga wanita itu sendiri tidak mengetahui bahwa ia sudah hamil.

Angka kematian karena abortus mencapai 2500 setiap tahunya.3

C. Etiologi

Faktor-faktor yang menyebabkan kematian fetus adalah faktor ovum dan faktor ibu

antara lain :

1. Kelainan Ovum

Pertumbuhan abnormal dari fetus sering menyebabkan abortus spontan. Abortus

spontan yang disebabkan oleh karena kelainan dari ovum berkurang jika kehamilan sudah

lebih dari satu bulan, artinya makin muda kehamilan saat terjadinya abortus makin besar

kemungkinan disebabkan oleh kelainan ovum (50-80%).11

2. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi :

a. Kelainan genetik

Ada banyak sebab genetik yang berhubungan dengan abortus. Sebagian

besar abortus spontan disebabkan oleh kelainan kariotip dari embrio. Data ini

berdasarkan pada 50% kejadian abortus pada trimester pertama merupakan

kelainan sitogenetik yang berupa aneuploidi yang bisa disebabkan oleh kejadian

nondisjuction meiosis atau poliploidi dari fertilitas abnormal dan separuh dari

abortus karena kelainan sitogenetik pada trimester pertama berupa trisomi

autosom.11

4
Triploidi ditemukan pada 16% kejadian abortus di mana terjadi fertilisasi

ovum normal oleh 2 sperma (dispermi). Insiden trisomi meningkat dengan

bertambahnya usia. Trisomi (30% dari seluruh trisomi) adalah penyebab

terbanyak abortus spontan diikuti dengan sindroma Turner (20-25%) dan

Sindroma Down atau trisomi 21 yang sepertiganya bisa bertahan sehingga lahir.

Selain kelainan sitogenetik, kelainan lain seperti fertilisasi abnormal yaitu dalam

bentuk tetraploidi dan triploid dapat dihubungkan dengan abortus absolut.11

Kelainan dari struktur kromosom juga adalah salah satu penyebab

kelainan sitogenetik yang berakibat aborsi dan kelainan ini sering diturunkan oleh

ibu, dibandingkan kelainan struktur kromoson pada pria yang berdampak pada

rendahnya konsentrasi sperma, infertelitas dan faktor lainnya yang bisa

mengurangi peluang kehamilan.11

Selain itu, gen yang abnormal akibat mutasi gen bisa mengganggu proses

implantasi dan mengakibatkan abortus seperti mytotic dystrophy yg berakibat

pada kombinasi gen yang abnormal dan gangguan fungsi uterus. Gangguan

genetik seperti Sindroma Marfan, Sindroma Ehlers-Danlos, hemosistenuri dan

pseusoxantoma elasticum merupakan gangguan jaringan ikat yang bisa berakibat

abortus.12

b. Faktor nutrisi dan lingkungan:

Faktor yang terbukti berhubungan dengan peningkatan insiden abortus

adalah merokok, alkohol dan kafein. Merokok telah dipastikan dapat

meningkatkan risiko abortus. Pada wanita yang merokok lebih dari 14 batang per

hari, risiko abortus adalah 2 kali lipat dari risiko pada wanita yang tidak merokok.

5
Rokok mengandung ratusan unsur toksik antara lain nikotin yang mempunyai

sifat vasoaktif sehingga menghambat sirkulasi uteroplasenta. Karbon monoksida

juga menurukan pasokan oksigen ibu dan janin dan dapat mamacu neurotoksin.

Konsumsi alkohol pada 8 minggu pertama kehamilan dapat meningkatkan risiko

abortus spontan dan anomali fetus. Kadar abortus meningkat 2 kali lipat pada

wanita yang mengkonsumsi alcohol. Konsumsi kafein sekurangnya 5 gelas kopi

perhari atau 500mg kafein satu hari dapat sedikit menambah risiko abortus dan

pada mereka yang meminum lebih dari ini, risikonya meningkat secara linier

dengan tiap jumlah tambahan gelas kopi.13

c. Faktor imunologi

Beberapa penyakit berhubungan erat dengan kejadian abortus. Diantaranya adalah

SLE dan Antiphospholipid Antibodies (aPA). ApA adalah antibodi spesifik yang

ditemukan pada ibu yang menderita SLE. Peluang terjadinya pengakhiran

kehamilan pada trimester 2 dan 3 pada SLE adalah 75%. Menurut penelitian,

sebagian besar abortus berhubungan dengan adanya aPA yang merupakan

antibodi yang akan berikatan dengan sisi negatif dari phosfolipid. Selain SLE,

antiphosfolipid syndrome (APS) dapat ditemukan pada preemklamsia, IUGR, dan

prematuritas.14

3. Kelainan Sirkulasi plasenta :

Dijumpai pada ibu yang menderita penyakit nefritis, hipertensi, toksemia gravidarum,

anomali plasenta, dan end ateritis villi korialis karena hipertensi menahun.11

4. Penyakit pada ibu :

6
Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti pneumonia, tifoid,

rubeola, demam malta, dan sebagainya. Kematian fetus dapat disebabkan karena toksin

dari ibu atau invasi kuman atau virus pada fetus disebabkan karena toksin dari ibu atau

invasi kuman atau virus pada fetus. Ada berbagai teori untuk menjelaskan keterkaitan

infeksi dengan kejadian abortus. Diantaranya adalah adanya metabolik toksik,

endotoksin, eksotoksin, dan sitokin yang berdampak langsung pada janin dan unit

fetoplasenta.3 Infeksi janin yang bisa berakibat kematian janin dan cacat berat sehingga

janin sulit untuk bertahan hidup.15

Infeksi plasenta akan berakibat insufisiensi plasenta dan bisa berlanjut kematian

janin. Infeksi kronis endometrium dari penyebaran kuman genetalia bawah yang bisa

mengganggu proses implantasi. Amnionitis oleh kuman gram positif dan gram negatif

juga bisa mengakibatkan abortus. Infeksi virus pada kehamilan awal dapat

mengakibatkan perubahan genetik dan anatomik embrio misalnya pada infeksi rubela,

parvovirus, CMV, HSV, koksakie virus, dan varisella zoster.15

Di sini adalah beberapa jenis organisme yang bisa berdampak pada kejadian

abortus15:

1) Bakteria: listeria monositogenes, klamidia trakomatis, ureaplasma

urealitikum, mikoplasma hominis, bakterial vaginosis.

2) Virus: CMV, HSV, HIV dan parvovirus.

3) Parasit: toksoplasma gondii, plasmodium falsifarum.

4) Spirokaeta: treponema pallidum.

 Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alkohol, dan lain-lain

7
 Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasio kordis, penyakit paru berat, anemi

gravis.

 Malnutrisi, avitaminosis dan gangguan metabolisme, hipotiroid, kekurangan

vitamin A, C atau E, diabetes melitus

 Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi

- Sangat terkejut karena obat-obat uterotonika, ketakutan, dsb

- Trauma langsung terhadap fetus, antara lain: selaput janin rusak langsung

karena instrument, benda, dan obat-obatan.

5. Inkompetensi serviks

Merupakan kelainan yang ditandai adanya pembukaan serviks tanpa rasa nyeri pada

trimester kedua atau awal trimester tiga yang disertai prolaps dan menggembungnya

selaput ketuban dan ekspulsi janin imatur. Riwayat trauma pada serviks saat adanya

dilatasi atau pada kuretase menjadi salah satu penyebab dari serviks inkompeten.16

6. Antagonis Rhesus

Pada antagonis rhesus, darah ibu yang melalui plasenta merusak darah fetus, sehingga

terjadi anemia pada fetus yang berakibat meninggalnya fetus.17

D. Patofisiologi

Permulaan abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis yang diikuti nekrosis

jaringan disekitarnya. Hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya sehingga

merupakan benda asing dalam uterus. Hal ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk

mengeluarkan hasil konsepsi. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu

biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara

mendalam. Pada kehamilan antara 8-14 minggu villi koriales menembus desidua lebih

8
dalam, sehingga plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak

perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu umumnya yang mulamula dikeluarkan

setelah ketuban pecah, janin disusul beberapa waktu kemudian oleh plasenta yang

terbentuk lengkap. Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk.

Ada yang hanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa

bentuk yang jelas (blighted ovum) dan ada yang berupa janin lahir mati. Mudigah yang

mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat maka dapat diliputi oleh lapisan bekuan

darah dan isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk ini menjadi mola karnosa apabila

pigmen darah telah diserap sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah

mola tuberose dalam hal ini tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara

amnion dan korion. Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi

proses mumifikasi yaitu janin mengering dan karena cairan amnion menjadi kurang oleh

sebab diserap, maka menjadi agak gepeng (fetus kompresus). Dalam tingkat lebih lanjut

menjadi tipis seperti kertas perkamen (fetus papiraseus).8,9,18

E. Gambaran Klinis

Gejala abortus berupa amenorea, sakit perut, dan mules-mules. Perdarahan

pervaginam bisa sedikit atau banyak dilihat dari pads atau tampon yang telah dipakai, dan

biasanya berupa darah beku tanpa atau desertai dengan keluarnya fetus atau jaringan. 6 Ini

penting untuk melihat progress abortus. Pada abortus yang sudah lama terjadi atau pada

abortus provokatus sering terjadi infeksi yang dilihat dari demam, nadi cepat, perdarahan,

berbau, uterus membesar dan lembek, nyeri tekan,dan luekositosis. Pada pemeriksaan

dalam untuk abortus yang baru saja terjadi didapati serviks terbuka, kadang-kadang dapat

diraba sisa-sisa jaringan dalam kanalis servikalis atau kavum uteri, serta uterus berukuran

9
kecil dari seharusnya. Pada pemeriksaan USG, ditemukan kantung gestasional yang tidak

utuh lagi dan tiada tanda-tanda kehidupan dari janin.8,19

F. Diagnosis

Diagnosis abortus ditegakkan berdasarkan :

1. Anamnesis

3 gejala utama (postabortion triad) pada abortus adalah nyeri di perut bagian bawah

terutamanya di bagian suprapubik yang bisa menjalar ke punggung, bokong dan

perineum, perdarahan pervaginam dan demam yang tidak tinggi. Gejala ini

terutamanya khas pada abortus dengan hasil konsepsi yang masih tertinggal di dalam

rahim.7 Selain itu, ditanyakan adanya amenore pada masa reproduksi kurang 20

minggu dari HPHT. Perdarahan pervaginam dapat tanpa atau disertai jaringan hasil

konsepsi. Bentuk jaringan yang keluar juga ditanya apakah berupa jaringan yang

lengkap seperti janin atau tidak atau seperti anggur. Rasa sakit atau keram bawah

perut biasanya di daerah atas simpisis. Riwayat penyakit sekarang seperti diabetes

mellitus yang tidak terkontrol, tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol, trauma,

merokok, mengambil alkohol dan riwayat infeksi traktus genitalis harus diperhatikan.

Riwayat kepergian ke tempat endemik malaria dan pengambilan narkoba malalui

jarum suntik dan seks bebas dapat menambah curiga abortus akibat infeksi.8,20

2. Pemeriksaan Fisik

Bercak darah diperhatikan banyak, sedang atau sedikit. Palpasi abdomen

dapat memberikan idea keberadaan hasil konsepsi dalam abdomen dengan

pemeriksaan bimanual. Yang dinilai adalah uterus membesar sesuai usia gestasi,

10
dan konsistensinya. Pada pemeriksaan pelvis, dengan menggunakan spekulum

keadaan serviks dapat dinilai samaada terbuka atau tertutup , ditemukan atau tidak

sisa hasil konsepsi di dalam uterus yang dapat menonjol keluar, atau didapatkan

di liang vagina.8

Pemeriksaan fisik pada kehamilan muda dapat dilihat dari table di bawah ini8,21:

Perdarahan Serviks Uterus Gejala dan tanda Diagnosis

Bercak sedikit Tertutup Sesuai dengan Kram perut Abortus

hingga sedang usia gestasi bawah, uterus immines

lunak

Tertutup/terbuka Lebih kecil dari Sedikit/tanpa Abortus komplit

usia gestasi nyeri perut

bawah,riwayat

ekspulsi hasil

konsepsi

Sedang sehingga Terbuka Sesuai dengan Kram atau nyeri Abortus insipien

masif usia kehamilan perut bawah,

belum terjadi

ekspulsi hasil

konsepsi

Kram atau nyeri Abortus

perut bawah, incomplit

ekspulsi

11
sebahagian hasil

konsepsi

Terbuka Lunak dan lebih Mual/muntah, Abortus mola

besar dari usia kram perut

gestasi bawah, sindroma

mirip PEB, tidak

ada janin, keluar

jaringan seperti

anggur

3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium berupa tes kehamilan, hemoglobin, leukosit, waktu

bekuan, waktu perdarahan, trombosit, dan GDS. Pada pemeriksaan USG ditemukan

kantung gestasi tidak utuh, ada sisa hasil konsepsi dalam uterus.22

G. Diagnosis banding.9

1) kehamilan ektopik tertanggu

2) perdarahan anovular pada wanita yang tidak hamil

3) abortus mola hidatidosa

4) polip endoserviks

5) karsinoma serviks

12
H. Penatalaksanaan

1. Abortus Imminens.

Pada abortus imminens, tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total dan pasien

dilarang dari melakukan aktivitas fisik berlebihan ataupun hubungan seksual. Jika terjadi

perdarahan berhenti, asuhan antenatal diteruskan seperti biasa dan penilaian lanjutan dilakukan

jika perdarahan terjadi lagi. Pada kasus yang perdarahan terus berlansung, kondisi janin dinilai

dan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain dilakukan dengan segera. Pada perdarahan

berlanjut khususnya pada uterus yang lebih besar dari yang diharapkan, harus dicurigai

kehamilan ganda atau mola.19,21

2. Abortus insipiens.

Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu, evakuasi uterus dilakukan dengan aspirasi

vakum manual. Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan maka, Ergometrin 0,2 mg IM atau

Misopristol 400mcg per oral dapat diberikan. Kemudian persediaan untuk pengeluaran hasil

konsepsi dari uterus dilakukan dengan segera. Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, ekpulsi

spontan hasil konsepsi ditunggu, kemudian sisa-sisa hasil konsepsi dievakuasi. Jika perlu, infus

20 unit oxytoxin dalam 500cc cairan IV (garam fisiologik atau larutan Ringer Laktat) dengan

kecepatan 40 tetes per menit diberikan untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi. Setelah

penanganan, kondisi ibu tetap dipantau.19,21

3. Abortus inkomplit.

Jika perdarahan tidak beberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu, evakuasi

dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang

13
keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, Ergometrin 0,2 mg IV atau misoprostol 400mcg

per oral diberikan.19,21

Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung, dan usia kehamilan kurang dari 16

minggu, hasil konsepsi dievakuasi dengan aspirasi vakum manual. Evakuasi vakum tajam hanya

digunakan jika tidak tersedia aspirasi vakum manual (AVM). Jika evakuasi belum dapat

dilakukan dengan segera, Ergometrin 0,2mg IM atau Misoprostol 400mcg per oral dapat

diberikan.21

Jika kehamilan lebih dari 16 minggu, infus oksitosin 20 unit diberikan dalam 500ml

cairan IV (garam fisiologik atau RL) dengan kecepatan 40 tetes per menit sampai terjadi ekspulsi

hasil konsepsi. Jika perlu Misoprostol 200mcg pervaginam diberikan setiap 4 jam sampai terjadi

ekspulsi hasil konsepsi. Hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus segera dievakuasi.21

4. Abortus komplit.

Pada kasus ini, evakuasi tidak perlu dilakukan lagi. Observasi untuk melihat adanya

perdarahan yang banyak perlu diteruskan dan kondisi ibu setelah penanganan tetap dibuat.

Apabila terdapat anemia sedang, tablet sulfas ferrosus 600mg/hari selama 2 minggu diberikan,

jika anemia berat diberikan transfusi darah. Seterusnya lanjutkan dengan konseling asuhan

pascakeguguran dan pemantauan lanjut jika perlu.19,21

5. Abortus septik/infeksius.

Pengelolaan pasien pada abortus septik harus mempertimbangkan keseimbangan cairan

tubuh dan perlunya pemberian antibiotika yang mencukupi sesuai dengan hasil kultur dan

sensitivitas kuman yang diambil dari darah dan cairan flour yang keluar pervaginam. Untuk

tahap pertama dapat diberikan Penisillin 4x 1juta unit atau ampicillin 4x 1gram ditambah

14
gentamisin 2x80mg dan metronidazol 2x1gram. Selanjutnya, antibiotik dilanjutkan dengan hasil

kultur. Tindakan kuretase dilaksanakan bila tubuh dalam keadaan membaik minimal 6 jam

setelah antibiotika adekuat telah diberikan. Pada saat tindakan, uterus harus dilindungi dengan

uterotonik untuk mengelakkan komplikasi. Antibiotik harus dilanjutkan sampai 2 hari bebas

demam dan bila dalam waktu 2 hari pemberian tidak memberikan respons harus diganti dengan

antibiotik yang lebih sesuai dah kuat. Apabila ditakutkan terjadi tetanus, injeksi ATS harus

diberikan dan irigasi kanalis vagina/uterus dibuat dengan larutan peroksida H2O2. Histerektomi

harus dibuat secepatnya jika indikasi.19,21

6. Pemantauan pascaabortus.

Sebelum ibu diperbolehkan pulang, diberitahu bahwa abortus spontan hal yang biasa terjadi

dan terjadi pada paling sedikit 15% dari seluruh kehamilan yang diketahui secara klinis.

Kemungkinan keberhasilan untuk kehamilan berikutnya adalah baik kecuali jika terdapat sepsis

atau adanya penyebab abortus yang dapat mempunyai efek samping pada kehamilan berikut.

Semua pasien abortus disuntik vaksin serap tetanus 0,5 cc IM. Umumnya setelah tindakan

kuretase pasien abortus dapat segera pulang ke rumah. Kecuali bila ada komplikasi seperti

perdarahan banyak yang menyebabkan anemia berat atau infeksi. Pasien dianjurkan istirahat

selama 1 sampai 2 hari. Pasien dianjurkan kembali ke dokter bila pasien mengalami kram

demam yang memburuk atau nyeri setelah perdarahan baru yang ringan atau gejala yang lebih

berat. Tujuan perawatan untuk mengatasi anemia dan infeksi. Sebelum dilakukan kuretase

keluarga terdekat pasien menandatangani surat persetujuan tindakan.21

I. Komplikasi

1. Perdarahan.

15
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika

perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan

tidak diberikan. Perdarahan yang berlebihan sewaktu atau sesudah abortus bisa disebabkan oleh

atoni uterus, laserasi cervikal, perforasi uterus, kehamilan serviks, dan juga koagulopati.23

2. Perforasi.

Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi

hiperretrofleksi. Terjadi robekan pada rahim, misalnya abortus provokatus kriminalis. Dengan

adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk

menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan apakah ada perlukan alat-alat lain. Pasien

biasanya datang dengan syok hemoragik.23

3. Syok.

Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat.

Vasovagal syncope yang diakibatkan stimulasi canalis sevikalis sewaktu dilatasi juga boleh

terjadi namum pasien sembuh dengan segera.

4. Infeksi.

Genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang merupakan flora normal. Khususnya

pada genitalia eksterna yaitu staphylococci, streptococci, Gram negatif enteric bacilli,

Mycoplasma, Treponema (selain T. paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis,

sedangkan pada vagina ada Lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram negatif enteric bacilli,

Clostridium sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur. Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi

16
terbatas padsa desidua. Pada abortus septik virulensi bakteri tinggi dan infeksi menyebar ke

perimetrium, tuba, parametrium, dan peritonium.24

17
BAB III

PENUTUP

Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin berkembang sepenuhnya dan dapat

hidup di luar kandungan dan sebagai ukuran digunakan kehamilan kurang dari 20 minggu atau

berat janin kurang dari 500 gram. Abortus terbagi atas abortus spontan yaitu abortus yang terjadi

dengan sendirinya tanpa disengaja dan tanpa menggunakan tindakan apa-apa sedangkan abortus

provokatus adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun dengan

alat-alat. Gejala abortus berupa amenorea, sakit perut, dan merasa mules. Perdarahan pervaginam

bisa sedikit atau banyak dilihat dari pads atau tampon yang telah dipakai, dan biasanya berupa

darah beku tanpa atau desertai dengan keluarnya fetus atau jaringan. Penatalaksanaan abortus

berdasarkan gambaran klinis abortus.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Ojule JD, Ogu RN. Miscarriage and Maternal Health. :1-6.


2. Hutchon DJR. Understanding miscarriage or insensitive abortion : Time for more defined
terminology ? Published online 1998:397-398.
3. Purwaningrum ED, Fibriana AI, Biostatistika E, Ilmu J, Masyarakat K. HIGEIA
JOURNAL OF PUBLIC HEALTH. 2017;1(3):84-94.
4. Reproductive Health. Centers for Disease Control and Prevention. Published 2022.
Accessed December 18, 2022.
https://www.cdc.gov/reproductivehealth/data_stats/index.htm
5. Yanti L. FAKTOR DETERMINAN KEJADIAN ABORTUS PADA IBU HAMIL: CASE
CONTROL STUDY Linda Yanti 1 1. 2018;16(2):95-100.
6. Christiansen OB, Nielsen HS. Multifactorial Etiology of Recurrent Miscarriage and Its
Scientific and Clinical. Published online 2008:257-267. doi:10.1159/000149575
7. Quenby S, Gallos ID, Dhillon-smith RK, et al. Series Miscarriage 1 Miscarriage matters :
the epidemiological , physical , psychological , and economic costs of early pregnancy
loss. Lancet. 2021;397(10285):1658-1667. doi:10.1016/S0140-6736(21)00682-6
8. Kippenhan M. 119 - Disorders of Early Pregnancy. Second Edition. Elsevier Inc.; 2022.
doi:10.1016/B978-1-4377-3548-2.00119-1
9. Puscheck E. Early Pregnancy Loss. Medscape. Published 2018. Accessed December 18,
2022. https://reference.medscape.com/article/266317-overview
10. Walfisch A. Clinical Approach to Pregnancy-Related Bleeding Bleeding During
Pregnancy.; 2014. doi:10.1007/978-1-4419-9810-1
11. Calle ME, Valero J, Luna S. Risk factors in miscarriage : a review. 2002;102:111-119.
12. Hyde KJ, Schust DJ. Pregnancy Loss. Published online 2015:1-18.
13. Kent DM. Accounting for Center Effects in Multicenter Trials. 2010;21(6).
doi:10.1097/EDE.0b013e3181f56fc0
14. Santos S, Lorena A, Corrêa H, et al. Antiphospholipid syndrome and recurrent
miscarriage : A systematic review and meta-analysis. J Reprod Immunol.
2017;123(September):78-87. doi:10.1016/j.jri.2017.09.007
15. Giakoumelou S, Wheelhouse N, Cuschieri K, Entrican G, Howie SEM, Horne AW. The
role of infection in miscarriage. 2016;22(1):116-133. doi:10.1093/humupd/dmv041
16. Na ED, Jung I, Choi DH, et al. The risk factors of miscarriage and obstetrical outcomes of
intrauterine normal pregnancy following heterotopic pregnancy management. :1-6.
17. Rd M, Ca C. Anti-D administration in pregnancy for preventing Rhesus alloimmunisation
(Review). Published online 2015.

19
doi:10.1002/14651858.CD000020.pub3.www.cochranelibrary.com
18. Jauniaux E, Burton GJ. Pathophysiology of Histological Changes in Early Pregnancy Loss
*. Published online 2005:114-123. doi:10.1016/j.placenta.2004.05.011
19. Griebel CP, Halvorsen J, Golemon TB, Day AA. Management of Spontaneous Abortion.
2005;72(7):1243-1250.
20. Kim C, Barnard S, Jp N, et al. Medical treatments for incomplete miscarriage ( Review ).
Published online 2017. doi:10.1002/14651858.CD007223.pub4.www.cochranelibrary.com
21. Prabowo A, Sari R. Buku Ajar Perdarahan Pada Kehamilan Trimester 1. Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung; 2018.
22. Fernandez H, Capmas P, Hospital B, Bicetre LK. Diagnostic Criteria ( Lavoue et al. ,
2014). 2019;2:538-542. doi:10.1016/B978-0-12-801238-3.64956-5
23. Article R. Complications of Unsafe and Self-Managed Abortion. Published online
2020:1029-1040. doi:10.1056/NEJMra1908412
24. Hortence FJ, Patrick T, Cliford E, Pascal F. COMPLICATIONS OF INDUCED
ABORTION COMPARED TO THOSE OF SPONTANEOUS ABORTION IN
YAOUNDÉ-CAMEROON : OBJECTIVE : METHODOLOGY : CONCLUSION :
KEYWORDS : 2022;14(4).

20

Anda mungkin juga menyukai