Anda di halaman 1dari 10

MODEL PENGEMBANGAN SILABUS MKU BAHASA INDONESIA

BERDASARKAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF

Edy Suryanto*
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Indonesia,, FKIP Universitas Sebelas Maret
*Alamat korespondensi: Jalan Perkutut 278 Perum UNS IV Triyagan, Mojolaban, Sukoharjo
Telp. (0271) 826773, HP 08161480382

ABSTRACT
This article aims at describing: (1) the way how to develop syllabus of Indo-
nesian as general subject, (2) the form of Indonesian syllabus, (3) problems arising in the
implementation of Indonesian syllabus. Having scrutinized the relevant theories and
empirical experiences, it was found some thoughts as follows. First the syllabus can be
developed through five stages: (1) surveying the need, (2) itemizing the objectives, (3)
selecting the type of syllabus, (4) preparing proto syllabus, and (5) preparing pedagogical
aspect. Second, syllabus is arranged in terms of: the name of subject, the code of subject,
semester, SKS, the group of subject, rational, competency, material, learning media,
evaluation, and learning resources. This syllabus was focused on the ability of using
language items in language activities both in oral and written. It was composed according
to teaching learning activities and the order of the material. Learning achievement was
directed to process, product, and content orientation quantitatively and qualitatively. The
order of learning activities was developed from simple items to complicated items. Third,
the competence observed was the ability of using Indonesian in written or spoken in terms
of grammar, sociolinguistics, and strategy. The test items were in the form of assignments
which are expressive-productive in various contexts. Those assignments discussed the
usage of Indonesian in real daily life.

Kata kunci: model silabus, pendekatan komunikatif, pembelajaran bahasa, pembelajar

PENDAHULUAN hasa merupakan proses pembentukan ka-


Hasil pembelajaran bahasa Indone- idah, tetapi harus dapat membawa kon-
sia di tingkat pendidikan dasar sampai per- sekuensi peranan pembelajar. Pembelajar
guruan tinggi sudah lama disoroti berbagai tidak dapat dipandang lagi sebagai objek
pihak. Sorotan tersebut dapat disimpulkan pasif. Namun, pembelajar merupakan pe-
bahwa pembelajaran bahasa Indonesia be- laku aktif dalam proses kreatif belajar ba-
lum memberikan hasil memuaskan. Salah hasa. Karena itu, paradigma pembelajaran
satu sumber penyebabnya adalah konsep bahasa Indonesia di sekolah-sekolah yang
pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah- masih berpusat pada guru sebagai sumber
sekolah masih ditekankan pada prinsip informasi perlu dikaji ulang.
teacher oriented. Chomsky (1957) mem- Secara eksplisit, di dalam kurilu-
pertegas teorinya bahwa pembelajaran ba- lum 1984 dinyatakan bahwa pembelajaran

69
70 Inovasi Pendidikan Jilid 10, Nomor 1, Mei 2009, halaman 69 - 78

bahasa ditekankan pada penggunaannya se- kenaan dengan makna apa yang dapat
suai konteks dan situasi. Akan tetapi, materi diungkapkan (nosi). Karena penekanannya
pembelajaran bahasa Indonesia yang dilak- pada fungsi dan bukan bentuk bahasa, maka
sanakan pada masa itu lebih difokuskan membawa perbedaan sehubungan dengan
pada aspek pemahaman struktur dan aspek apa yang dituntut pada pembelajar dalam
pragmatiknya sering diabaikan. Wajar bila proses belajarnya. Di dalam pendekatan
pembelajar dengan cepat dan mudah me- komunikatif lebih mengutamakan kelan-
mahami benar-salahnya suatu kalimat, teta- caran berkomunikasi dan ketepatan peng-
pi mereka kurang mampu menggunakan ucapan. Ini berarti, dalam pembelajaran ba-
bentuk-bentuk kalimat tersebut secara tepat hasa-pendekatan komunikatif lebih dite-
sesuai situasi. kankan pada penggunaan bahasanya daripa-
Widdowson (1978:12) menyatakan da penguasaan bahasa sebagai sistem.
bahwa mengetahui suatu bahasa tidak ber- Salimbene (1983) dan Littlewood
arti hanya mengetahui kaidah-kaidah kali- (1985) beranggapan bahwa gerakan baru itu
mat yang tidak terbatas jumlahnya, tetapi lebih berurusan dengan penyusunan silabus
juga pengetahuan atas kaidah tersebut da- dan bahan pembelajaran. Sebab, salah satu
lam penggunaan kalimat itu untuk membuat pendorong lahirnya gerakan ini adalah men-
ujaran-ujaran yang sesuai. Pembelajar sebe- desakkan pelayanan pendidikan pada kebu-
narnya memiliki kompetensi secara struk- tuhan individu pembelajar dan menegaskan
tural, tetapi mereka tidak dapat berkomu- kemampuan berbahasa sebagai keteram-
nikasi secara memadai (Brumfit dalam pilan dan bukan sebagai pengetahuan.
Johnson, 1982:121). Terkait masalah ini, Sangat beralasan bila penulis dalam
Brown (1996: 204) mengungkapkan bahwa tulisan ini membicarakan masalah silabus
itulah kelemahan pelaksanaan silabus struk- komunikatif pada Mata Kuliah Umum
tural, yaitu pembelajar tidak dihadapkan ke- (MKU) Bahasa Indonesia. Mengingat tuju-
pada penerapan praktis. Kalau pun hal itu an penyajian mata kuliah tersebut adalah
sudah dilaksanakan, tetapi sering diterap- membekali mahasiswa berbagai wawasan
kan pada situasi yang tidak tepat sehingga dan kemampuan ekspresif yang lebih luas
fungsinya menjadi tidak tepat pula. Johnson dan mendalam mengenai berbagai strategi
(1982: 108-110) menambahkan bahwa ke- pemakaian bahasa lisan maupun tulisan
lemahan lainnya ialah sering banyaknya agar dapat digunakan dalam kehidupan se-
waktu yang diperlukan untuk memperke- hari-hari, utamanya sebagai wahana komu-
nalkan kalimat-kalimat yang tidak tinggi nikasi ilmiah. Namun, kenyataannya seba-
frekuensi pemakaiannya sehingga penge- gian besar mahasiswa masih merasakan
nalan fungsi bahasa yang komunikatif ber- kesulitan untuk mewujudkannya. Untuk itu,
kurang. kita perlu mengupayakan menyusun silabus
Ketidakmampuan pembelajar ber- MKU Bahasa Indonesia yang tidak banyak
komunikasi dalam bahasa Indonesia banyak menggurui dan memiliki daya tarik pada
disebabkan pada ketidakmampuan mereka mahasiswa melalui penggunaan pendekatan
dalam penggunaan struktur bahasa sesuai komunikatif. Berhasil tidaknya silabus ini
ragam situasinya. Ini berarti yang lebih dite- masih ditentukan bagaimana pengampu
kankan dalam proses pembelajaran bahasa melakukan kreativitas dan selalu tanggap
ialah bagaimana kalimat itu dapat digu- terhadap situasi kebahasaan yang diha-
nakan pada situasi yang tepat. Menurut pan- dapinya.
dangan baru, latihan struktur sebagai upaya Selaras dengan latar belakang masa-
penguasaan bahasa pada pembelajar sudah lah yang telah dikemukakan di depan, maka
ditinggalkan dalam pembelajarannya. tujuan utama yang ingin dicapai dalam
Gerakan baru di bidang pembelajar- tulisan ini adalah bagaimana cara meran-
an bahasa berpandangan bahwa bahasa dili- cangbangun silabus komunikatif untuk
hat sebagai sesuatu yang berkenaan dengan pembelajaran bahasa Indonesia. Karena itu,
apa yang dapat dilakukan (fungsi) atau ber- secara spesifik tulisan ini bertujuan ingin
Edy Suryanto, Model Pengembangan Silabus MKU ... 71

mendeskripsikan: (1) cara mengembangkan (3) peneliti dan pembelajar. Dari peran ini
silabus komunikatif MKU Bahasa Indone- diharapkan guru akan banyak memberikan
sia, (2) bentuk silabus komunikatif MKU sumbangan dalam hal pengetahuan dan
Bahasa Indonesia, dan (3) persoalan berkait kemampuan yang sesuai dan tepat, peng-
dengan penerapan silabus komunikatif alaman aktual dan cermat mengenai hakikat
MKU Bahasa Indonesia. pembelajaran dan kapasitas organisasional.
Peran lain yang diharapkan dari seorang
guru, yaitu sebagai penganalisis kebutuhan,
RANCANG BANGUN PENDEKATAN konselor, dan sebagai pengelola proses ke-
KOMUNIKATIF lompok.
Wilkins (1976), van Eks (1980), dan Hal lain yang perlu dipertimbangkan
Widdowson (1978) menyatakan bahwa ha- dalam rancang bangun adalah peranan ba-
kikat silabus merupakan inti pembelajaran han ajar. Bahan ajar dipandang sebagai cara
bahasa komunikatif. Bertalian dengan ini untuk mempengaruhi kualitas interaksi ke-
ada beberapa tipe silabus komunikatif yang las dan penggunaan bahasa. Jadi, peran uta-
telah kita kenal, antara lain:(1) Struktural- ma bahan ajar adalah mempromosikan
fungsional; (2) Spiral fungsional di sekitar penggunaan bahasa komunikatif. Menurut
inti struktural; (3) Struktural, fungsional, Tarigan (1989a: 292), jenis bahan ajar yang
instrumental; (4) Fungsional; (5) Nosional; digunakan dalam pembelajaran bahasa
(6) Interaksional; (7) Tugas; dan (8) Penu- komunikatif, yaitu: (1) bahan ajar berdasar-
ruran pembelajar. kan teks; (2) bahan ajar berdasarkan tugas;
Seperti dalam metode atau pende- dan (3) bahan ajar berdasarkan realita/oten-
katan lain, maka dalam pembelajaran baha- tik yang diambil dari kehidupan nyata.
sa komunikatif ini pun para siswa dan guru Banyak buku teks yang dirancang
memiliki tugas dan peran masing-masing. untuk mengarahkan dan menunjang pem-
Breen dan Candlin (dalam Tarigan, 1989b: belajaran bahasa komunikatif. Dari bebera-
289-290) memaparkan peran siswa di da- pa buku tersebut ditulis berdasarkan silabus
lam pembelajaran bahasa komunikatif ada- struktural dengan beberapa penyesuaian se-
lah sebagai negosiator antara diri pribadi, hingga memenuhi tuntutan pendekatan ko-
proses pembelajaran, dan objek pembelajar. munikatif. Berbeda halnya teks pembel-
Hal ini muncul dari berinteraksi dalam ke- ajaran bahasa yang tidak menyinggung di-
lompok dan dalam prosedur serta kegiatan alog-dialog, latihan runtun, atau pola-pola
kelas yang dilakukan oleh kelompok itu. kalimat dan penggunaan sarana-sarana vi-
Implikasinya bagi siswa adalah bahwa ia sual, rekaman, gambar, dan fragmen-frag-
harus memberi sumbangan sebanyak yang men kalimat untuk memprakarsai perca-
diperolehnya. Melalui cara demikian siswa kapan. Pembelajaran khas terdiri dari tema,
akan belajar dalam suatu cara saling tergan- analisis tugas untuk mengembangkan tema,
tung satu dengan lainnya. pemerian situasi praktik, presentasi stimu-
Di lain pihak, guru dalam pembel- lus, pertanyaan pemahaman, dan latihan-
ajaran bahasa komunikatif memiliki peran: Iatihan parafrase.
(1) Pemberi kemudahan dalam proses ko- Ragam permainan seperti bermain
munikasi antarsiswa di dalam kelas dan an- peran, simulasi, dan kegiatan-kegiatan ko-
tarsiswa dengan berbagai kegiatan dan teks munikasi dirancang untuk menyusun bahan
dan (2) Bertindak sebagai partisipan man- ajar berdasarkan tugas. Ciri khas bahannya
diri di dalam kelompok belajar-mengajar. adalah dalam bentuk buku pegangan latih-
Peranan ini erat kaitannya dengan tujuan an, kartu-kartu isyarat, kartu-kartu kegi-
peranan pertama. Peranan ini mengimpli- atan, bahan praktik berkomunikasi berpa-
kasikan seperangkat peranan sekunder bagi sangan, dan buku-buku praktik interaksi
guru, yaitu sebagai: (1) organisator sumber siswa. Dalam materi komunikasi berpa-
dan sebagai sumber sendiri; (2) pembim- sangan terdapat dua perangkat materi khu-
bing di dalam prosedur dan kegiatan; dan sus dan setiap perangkat berisi berbagai je-
72 Inovasi Pendidikan Jilid 10, Nomor 1, Mei 2009, halaman 69 - 78

nis informasi. Informasi itu bersifat kom- mempertimbangkan Communicative Needs


plementer dan pasangan-pasangan harus Processor (Munby, 1978). Selanjutnya pro-
menyesuaikan bagiannya secara terpadu. fil kebutuhan komunikasi lisan dan tulis
Hal lain, misalnya membuat perbedaan hu- dikembangkan ke parameter sosiolinguis-
bungan peranan bagi pasangan itu (contoh: tik, seperti: (1) domain tujuan pembelajaran
pewawancara dan yang diwawancarai), se- bahasa lisan dan tulis, (2) latar tempat ber-
dangkan yang lainnya mengadakan latihan- bahasa lisan dan tulis digunakan, (3) inter-
latihan runtun dan mempraktikkan bahan- aksi dengan siapa partisipan berkomunika-
bahan ajar ke dalam format interaksi. si, dan (4) instrumentasi. Instrumentasi ko-
Banyak orang menganjurkan dan munikatif meliputi medium (tulis atau li-
memberi dukungan bahwa bahan ajar ba- san), mode, saluran, ragam bahasa lisan dan
hasa komunikatif itu diambilkan dari bahan tulisan, target level, peristiwa komunikatif
otentik kehidupan dalam kelas. Hal ini da- apa yang dilakukan partisipan berkait de-
pat mencakup realita bahasa, seperti: tanda- ngan bahasa lisan dan tulis, dan ciri-ciri
tanda, majalah-majalah, iklan, koran, atau sikap dalam bahasa lisan maupun tulis.
sumber-sumber grafik dan visual yang ter- Aspek-aspek pemengaruh penyu-
kait dengan kegiatan komunikatif, seperti: sunan silabus komunikatif MKU Bahasa
peta, gambar, lambang, dan kertas grafik. Indonesia hampir sama dengan aspek-aspek
Berbagai jenis objek dapat juga digunakan yang perlu dipertimbangkan dalam penyu-
untuk menunjang latihan komunikatif, se- sunan silabus pembelajaran bahasa secara
perti model plastik untuk dipasang sebagai umum, yaitu aspek: sosiologis, linguistik,
penunjuk arah (Richards & Rodgers, 1986: psikologis, dan paedagogis. Aspek sosiolo-
73-80). gis berkait dengan pertimbangan bahwa
materi pembelajaran merupakan kegiatan
berbahasa lisan dan tulis yang diperguna-
PENGEMBANGAN SILABUS KOMU- kan dalam kehidupan bermasyarakat. As-
NIKATIF MKU BAHASAINDONESIA pek linguistik berkait dengan pertimbangan
MKU Bahasa Indonesia baik kete- kompleksitas komponen-komponen keba-
rampilan berbahasa lisan maupun tulisan di- hasaan yang bertalian dengan materi bahasa
perluas ke arah pencapaian tujuan komuni- lisan dan tulis serta asumsi bahwa seluruh
katif. Mahasiswa calon sarjana harus me- materi bahasa lisan dan tulis juga mendu-
miliki kemampuan berbahasa Indonesia li- kung kemampuan linguistik mahasiswa.
san secara baik dan benar. Menurut Dubin & Aspek psikologis berhubungan dengan per-
Olshtain (1986:101-102), keterampilan me- timbangan penyusunan materi didasarkan
nulis harus menjadi kebutuhan nyata bagi pada proses kejiwaan bahwa materi yang
pelajar/mahasiswa, seperti menulis laporan, sederhana atau mudah diberikan terlebih
menulis surat lamaran pekerjaan, menulis dahulu baru diikuti materi yang dipandang
abstrak seminar, dan sebagainya. lebih kompleks dan lebih sulit. Aspek pe-
Kebutuhan mahasiswa dapat dilihat dagogis bertalian dengan pertimbangan
dari tuntutan mereka sebagai calon sarjana, bahwa pemilihan bahan silabus didasarkan
pribadi, dan anggota masyarakat. Sebagai pada pentingnya atau nilai-nilai materi ajar.
calon sarjana, mereka dituntut menguasai Bahan ajar MKU Bahasa Indonesia
keterampilan berbahasa lisan dan tulis un- yang diberikan kepada mahasiswa di se-
tuk kegiatan ilmiah. Sebagai pribadi dan mester awal pada semua Program Studi/
anggota masyarakat, mereka dituntut me- Jurusan/Fakultas, cenderung bersifat apli-
nguasai keterampilan berbahasa Iisan dan katif praktis. Bila dikaitkan dengan tipe sila-
tulis untuk keperluan pengembangan jati bus maka tipe silabus yang dianggap sesuai
diri, baik dalam kancah komunikasi tran- adalah tipe silabus nosional sepenuhnya.
saksional maupun interaksional. Hal ini merujuk pendapat Munby (1978)
Dari proses komunikatif, penyusun- bahwa silabus nosional sepenuhnya sesuai
an silabus MKU Bahasa Indonesia perlu dan serasi bagi pembelajar yang kelancar-
Edy Suryanto, Model Pengembangan Silabus MKU ... 73

annya dalam bahasa kedua telah dirinci sa- tidak memiliki kebutuhan sama sekali. Ka-
ngat khusus dan dengan tujuan serta mak- rena itu, kita perlu berpikir bersama-sama
sud yang terbatas dan terarah. Karena itu, dengan siswa, yaitu bidang-bidang yang
ada tiga hal yang tersirat sehubungan de- paling tidak menyarankan tuntutan-tuntutan
ngan pembelajaran bahasa komunikatif, komunikatif yang potensial.
yaitu: (1) Ketidakmungkinan menyusun si- Menjelaskan maksud suatu program
labus yang segala sesuatunya berdasar bahasa dapat menentukan dan memantap-
fungsi/nosi; (2) Adanya upaya penyeim- kan keputusan bagi perancangbangun, uta-
bangan antara faktor ketepatan dan kelan- manya berkait dengan pemilihan tipe sila-
caran, faktor keterampilan reseptif dan bus. Berpijak pada konsep Munby (1978)
keterampilan produktif; (3) Bertumpu pada mengenai Communicative Needs Processor
kebutuhan untuk melibatkan pembelajar di bahwa sebuah silabus itu hanya sesuai bagi
dalam proses belajar mandiri dan menjadi- kursus-kursus bahasa yang telah membatasi
kannya sebagai pemeran serta aktif. maksudnya secara tegas. Pendekatan yang
Ada tiga masalah yang telah diru- kurang terstruktur akan baik digunakan pa-
muskan dalam tulisan ini, yaitu: (1) cara da kursus-kursus yang mempunyai cakupan
mengembangkan silabus MKU Bahasa In- lebih luas. Dengan lain kata, makin tepat
donesia yang komunikatif; (2) bentuk sila- seseorang dapat memperkirakan apa yang
bus MKU Bahasa Indonesia yang komuni- menjadi kebutuhan komunikatif, maka
katif; dan (3) persoalan evaluasi dalam sila- makin jelas pula isi silabus dapat dilukis-
bus komunikatif untuk MKU Bahasa Indo- kan. Dalam kursus-kursus yang lebih
nesia. Ketiga permasalahan ini dipaparkan umum, perincian yang tertalu mendetil da-
secara ringkas sebagai berikut. pat mengarah kepada pembekuan inisiatif
dan minat pembelajar. Dalam kursus-kursus
Cara Mengembangkan Silabus Komuni- bahasa lebih umum, isi silabus masukan itu
katif MKU Bahasa Indonesia hanya dapat ditentukan secara ilmiah bagi
Pengembangan silabus komunikatif tingkatan yang terbatas. Karena itu, kita
MKU Bahasa Indonesia ditempuh melalui perlu berupaya secara intuitif selama vari-
lima tahapan, yaitu: (1) survei kebutuhan; abel-variabel performansi aktual belum da-
(2) pemerian maksud; (3) pemiIihan tipe pat dibatasi secara tepat dalam situasi-situ-
silabus; (4) persiapan proto silabus; dan (5) asi bahasa sasaran, atau dapat dibatasi tetapi
silabus pedagogis. Survei kebutuhan dalam tidak dapat dipakai pada suatu landasan
suatu program pembelajaran bahasa itu satu-lawan-satu antara kebutuhan dan baha-
merupakan langkah awal yang penting. sa.
Agar dapat melakukan survei kebutuhan de- Di dalam teori telah dikemukakan
ngan baik, ada sejumlah informasi yang ha- bahwa tidak ada model tunggal bagi ran-
rus dikumpulkan, antara lain: syarat-syarat cang bangun silabus yang secara semesta
komunikasi yang dibutuhkan setiap pem- dapat disetujui. Ini berarti kita perlu ber-
belajar, motivasi pribadi, dan ciri-ciri para upaya memodifikasi silabus struktural ke
pembelajar yang relevan, berikut “mitra arah suatu pendekatan yang berpusat pada
bagi pembelajaran”. Maksud pengumpulan pembelajar sepenuhnya. Implikasi metodo-
informasi itu adalah agar kita dapat menen- logisnya adalah semua itu bergerak dari sua-
tukan tujuan yang realistik dan berterima. tu fokus latihan analisis struktural dan fung-
Kecenderungan masa lalu dalam rancang sional ke arah kegiatan fungsional dan
bangun program pembelajaran bahasa telah struktural menuju pada kegiatan komuni-
dievaluasi pada awal keseluruhan dari sis- katif berdasarkan materi nyata. Hal ini
tem bahasa, dengan harapan agar pembel- memberi berbagai kemungkinan kombinasi
ajar dapat menguasai secara berkesinam- dan tentu saja berbagai fokus pada bahasa
bungan. Tujuan utamanya adalah untuk me- lisan ataupun tulis.
letakkan dasar yang baik dan kuat. Kendala Dalam persiapan proto silabus, pe-
utamanya adalah pembelajar usia sekolah rancangbangun silabus memerikan secara
74 Inovasi Pendidikan Jilid 10, Nomor 1, Mei 2009, halaman 69 - 78

spesifik isi yang dikandung di dalamnya. Bentuk Silabus Komunikatif MKU Ba-
Setiap tipe silabus komunikatif mungkin hasa Indonesia
saja terdapat sejumlah komponen yang ha- MKU Bahasa Indonesia ini diberi-
rus diperhatikan dan dipertimbangkan. Hal kan kepada mahasiswa di semester awal
itu dapat mencakup nosi umum dan topik untuk semua Program Studi/Jurusan/Fa-
khusus, fungsi komunikatif, latar peran, kultas, dan bukan mata kuliah prereguisit.
keterampilan wacana dan retoris, ragam Karena sasarannya umum, maka muatan
bahasa peristiwa komunikatif, tata bahasa, MKU Bahasa Indonesia berisi persoalan-
dan leksikal. Tugas pemilihan dan pengga- persoalan umum di wilayah kebahasaan dan
bungan butir-butir dalam setiap kategori kegunaan dari keterampilan berbahasa yang
agak rumit dan susah bagi guru yang sudah telah dikuasai oleh pembelajarnya.
terbiasa dengan silabus struktural. Akan Silabus ini dipaparkan dengan pem-
bermanfaat bila pengajar memeriksa tugas- bagian atas: nama mata kuliah, kode mata
tugas seperti dalam Threshold Level & kuliah, semester, bobot penyajian materi
Waystage, selama keduanya merupakan (SKS), kelompok mata kuliah (MKK), rasi-
contoh klasik mengenai proto silabus nasi- onal, kompetensi, materi/bahan ajar, ran-
onal-fungsional. cangan kegiatan belajar-mengajar yang di-
Tiga pertimbangan yang harus dipi- lakukan dosen dan mahasiswa, pemanfa-
kirkan oleh perancangbangun silabus sebe- atan media/alat bantu, evaluasi, dan sumber
lum menentukan dan menerangkan semua pembelajaran. Kompetensi merupakan
aspek kompetensi komunikatif, yaitu: (1) gambaran kondisi pencapaian pembelajar
tidak mungkin untuk mencukupi segala dalam menelaah dan mengaplikasikan ba-
sesuatu yang akan tergantung pada kendala- han ajar yang sekaligus menjadi parameter
kendala fisik yang tercakup dalam tipe sila- komponen komunikatifnya.
bus;(2) pikiran yang diberikan pada tahap Dalam silabus ini tidak dikemuka-
kedua (memerikan maksud) akan ikut mem- kan pengetahuan teoretik (struktur isi keba-
bantu pada keputusan-keputusan selanjut- hasaan), tetapi ditekankan pada kemam-
nya mengenai tipe silabus, yang pada gilir- puan memanfaatkan pemahaman unsur-un-
annya mempengaruhi pula susunan perin- sur kebahasaan dalam kegiatan berbahasa
cian-perincian silabus; dan (3) spesifikasi lisan dan tulis. Karena itu, silabus ini ber-
tingkat-tingkat sasaran hendaknya menda- pola dialogial yang mengacu terciptanya
pat perhatian sejak awal. Hal ini dilakukan hubungan antara dosen dan mahasiswa de-
bilamana kita akan menanyakan pada diri ngan digunakan istilah pembelajaran. Pem-
sendiri, apakah realistik memerinci tingkat- belajaran mengasumsikan pada falsafah
tingkat tersebut. bahwa dosen sebagai pengajar untuk meng-
Untuk mengembangkan kompetensi ubah dirinya melakukan peran sebagai mo-
komunikatif telah diakui bahwa psikologi tivator, fasilitator, dan dinamisator maha-
kelas itu sangat penting. Dengan kata lain, siswa dalam belajar di kelas. Hal ini ber-
pertimbangan psikolinguistik kini dianggap makna bahwa bahan ajar itu tidak semata-
menjadi lebih penting dalam pembelajaran mata mengandalkan dari dosen, tetapi bisa
bahasa kedua daripada sumbangan lingu- digali dari pengalaman atau minat maha-
istik teoretik. Salah satu cara memasukkan siswa. Pola pikir seperti itu relevan dengan
aspek psikologi pembelajar ialah melalui hakikat pendekatan komunikatif, yang lebih
ketetapan kurikulum berdasarkan kebutuh- memperhatikan kebutuhan-kebutuhan
an. Silabus komunikatif menyediakan pen- pembelajarnya.
dekatan ini bagi pembelajaran bahasa ke- Hal lain yang perlu diperhatikan da-
dua, selama rancang bangun silabus dipan- lam penyusunan silabus MKU Bahasa Indo-
dang sebagai suatu proses yang dinamis. nesia adalah kegiatan pembelajaran dan tata
Komponen-komponen yang dihasilkan da- urutan bahan ajar. Kegiatan pembelajaran
lam tahap proto silabus hendaknya dipan- ini merupakan realisasi pengembangan sila-
dang sebagai garis pedoman. bus MKU Bahasa Indonesia yang garis
Edy Suryanto, Model Pengembangan Silabus MKU ... 75

besarnya terletak pada diri mahasiswa. Ke- Persoalan Evaluasi dalam Silabus Ko-
aktifan dan kedisiplinan mahasiswa dalam munikatif
melaksanakan tugas-tugas yang dikem- Canale & Swain (1980) menyatakan
bangkan dalam silabus sangat menentukan bahwa tes bahasa yang komunikatif adatah
keberhasilan pencapaian sasaran pembel- tes bahasa yang mengukur performansi testi
ajaran. Evaluasi ini sebagai wujud peman- dalam komunikasi yang sesungguhnya,
faatan berbagai teknik dalam penjajagan yang di dalamnya tercermin kompetensi
pendalaman suatu bahan ajar yang telah di- gramatikal, sosiolinguistik, dan strategi.
kuasai oleh seseorang atau sekelompok ma- Menurut Morrow (1981), ada beberapa as-
hasiswa di dalam kelas. Pemanfaatan dis- pek yang harus ada dalam tes bahasa ko-
kusi dan tugas merupakan upaya untuk me- munikatif. yaitu: berdasarkan pada interaksi
ngedepankan keaktifan mahasiswa. Penca- segi ketakramatan data, konteks situasi dan
paian kegiatan hasil belajar yang dinilai konteks linguistik, tujuan. performansi,
oleh dosen tidak hanya input produk saja, kenyataan, dan berdasarkan pada tingkah
tetapi juga input proses dan isi yang diku- laku.
asai secara kuantitatif maupun kualitatif Masalah konteks memiliki peran da-
dari para mahasiswa dalam suatu periode lam pendekatan komunikatif. Oleh karena
belajarnya. itu, tes bahasa komunikatif menurut Dji-
Urutan kegiatan pembelajaran da- wandono (1996) memiliki dampak terhadap
lam silabus ini dikembangkan menurut beberapa segi penyelenggaraannya, ter-
prinsip psikologis. Artinya, bahan ajar yang utama pada jenis dan isi wacana yang digu-
lebih sederhana diberikan lebih awat dari- nakan, kemampuan berbahasa yang dijadi-
pada bahan ajar yang sulit. Secara gradasi, kan sasaran, bentuk tugas, soal, dan perta-
bahan ajar yang disajikan dalam MKU Ba- nyaan. Semua itu ditentukan oleh ciri komu-
hasa Indonesia adalah pemantapan pema- nikatif. yakni hubungan dan kesesuaiannya
haman pengetahuan kebahasaan (sejarah dengan penggunaan bahasa dalam komu-
pertumbuhan dan perkembangan bahasa In- nikasi nyata.
donesia, fungsi dan kedudukan bahasa In- Dalam tes bahasa komunikatif,
donesia. seluk-beluk bahasa Indonesia ba- Carrol (1985) mengemukakan pertunya
ku, dan sebagainya), aplikasi pengetahuan analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan ini
kebahasaan terwujud dalam keterampilan terdiri atas identifikasi partisipan, tujuan
berbahasa (utamanya berbicara dan menu- komunikasi, latar, pola interaksi, dialek,
lis), dan pembentukan sikap terwujud dari aktivitas-aktivitas kejadian, dan sebagai-
konsistensi perilaku dalam menerapkan nya. Jadi, pendapat Canale & Swain (1980),
pengetahuan kebahasaan dan keterampilan Carrol (1985), dan Morrow (1981) dapat
penggunaan bahasa. Dasar pembagian urut- disimpulkan bahwa untuk melihat seberapa
an menggunakan pandangan teori pemer- komunikatifnya tes bahasa itu dapat dilihat
olehan bahasa, yaitu dari keterampilan lisan melalui indikator-indikator yang telah disa-
(reseptif keproduktif) kemudian menuju ke rankan di depan.
keterampilan tulis (reseptif lalu ke produk- Dalam tes bahasa komunikatif, ke-
tif). mampuan mahasiswa dapat dilihat secara
Kegiatan pembelajaran juga men- jelas, terbaca, dan terucapkan dalam inter-
cerminkan sasaran pembelajaran, bahan aksi berbahasa di dalam kelas. Semua itu
ajar, dan sumber belajar. Materi ini harus terungkap dalam penampilannya pada saat
dikuasai mahasiswa sebagai kebutuhan mengerjakan tugas-tugas berbahasa yang
minimal. Oleh sebab itu, bahan ajar ini akan diisyaratkan. Dalam MKU Bahasa Indone-
memiliki makna bagi mahasiswa bila rin- sia yang diukur adalah kemampuan ekspre-
cian-rinciannya juga diterapkan sesuai situ- sif lisan dan tulis sehingga hal yang dapat
asi dan kondisi yang tepat. diamati dosen adalah kemampuannya da-
lam memproduksi bahasa lisan dan tulisnya
dengan mempertimbangkan kompetensi
76 Inovasi Pendidikan Jilid 10, Nomor 1, Mei 2009, halaman 69 - 78

gramatikal, sosiolinguistik, dan strategi Penggunaan bahasa dalam kehidup-


yang tersirat di dalam bentuk produksi ba- an sehari-hari merupakan parameter oten-
hasa lisan dan tulisnya. tisitas dan kealamiahan bahan pembicaraan.
Telah dikemukakan di depan bahwa Parameter itu menyangkut bahan yang dibi-
tes bahasa komunikatif itu harus bertumpu carakan aktual, bahan yang digunakan, situ-
pada aktivitas interaksi. Hal ini dapat di- asi yang melingkupi pembicaraan, ragam
amati pada saat dua partisipan atau lebih bahasa yang digunakan, partisipan yang ter-
sedang menggunakan bahasa. Dalam eks- libat di dalamnya, dan media penyampai-
presi lisan, partisipan dapat berperan seba- annya. Dalam tes kemampuan bahasa lisan
gai pembicara dan pendengar atau penulis di kelas misalnya, pemakaian bahasa yang
dan pembaca dalam ekspresi tulis. Dalam seratus persen otentik dan alamiah tidaklah
ekspresi lisan (misal dalam bercakap-ca- mungkin dapat dicapai. Hal ini disebabkan
kap), ketika pembicara mengungkapkan kondisi pembelajaran di sekolah merupakan
pikiran dan perasaannya harus memper- bentuk manipulasi. Bahasa yang dipelajari
timbangkan siapa pendengar yang diha- di kelas adalah strukturnya. Demikian hal-
dapinya. Ungkapan, gaya bahasa, pilihan nya bahasa yang digunakan oleh guru selalu
kosakata dan struktur kalimat yang dibuat- penuh dengan penyederhanaan di sana-sini.
nya tidak terlepas dari pemahaman pembi- Banyak tes bahasa yang tidak memi-
cara tentang status sosial, pendidikan, sifat, liki keotentikan tinggi asalkan tes-tes terse-
kondisi, dan kebiasaan pendengar. Ini ber- but memanfaatkan prinsip-prinsip dalam
arti masalah interaksi menjadi sangat pen- pemakaian bahasa sehari-hari. Sebagai con-
ting dalam tes bahasa komunikatif karena toh, bahan-bahan tes yang digunakan adalah
dapat memfasilitasi keberadaan konteks da- alami dan tidak dimanipulasi, seperti teks
lam berbahasa. bacaan dari majalah dan surat kabar, rekam-
Bilamana tujuan tes bahasa komu- an tape atau video dari acara-acara yang ada
nikatif adalah untuk mengukur kemampu- di TV dan radio.
an berbahasa (lisan atau tulis), maka wujud Dalam tes bahasa komunikatif, indi-
tesnya berupa tugas-tugas yang bersifat eks- kator yang terkait dengan masalah keoten-
presif-produktif dalam berbagai konteks. tikan dan kealamiahan adalah ketidak-
Dalam kegiatan berbahasa lisan, tugas-tu- mampuan meramalkan data. Ketidakmam-
gas itu dapat dilakukan misalnya melalui puan meramalkan data ini bersumber pada
diskusi, menggali informasi dengan cara hasil respons yang dilakukan salah satu
wawancara, melaporkan, dan yang sejenis- partisipan dalam interaksi. Kita pahami res-
nya. Demikian halnya dalam kegiatan ber- pons dalam interaksi itu tidak dapat dira-
bahasa tulis dapat berupa tugas-tugas pro- malkan atau ditebak terlebih dahulu. Hasil
duktif tulis. Jadi, tes ini bersifat langsung. respons itu tergantung pada siapa yang me-
Artinya, justru mahasiswa yang melakukan ngatakan, dalam situasi apa, dan bagaimana
aktivitas dalam belajar bahasa. Tes ini efek- caranya.
tif apabila tugas-tugas komunikatifnya
mendekati pemakaian bahasa yang dihadapi
dalam kehidupan sehari-hari. PENUTUP
Selain komponen partisipan, tujuan Paparan artikel ini dapat disimpul-
pembicaraan juga merupakan salah satu kan bahwa: (1) Silabus komunikatif MKU
faktor kunci dalam tes komunikatif. Tujuan Bahasa Indonesia dikembangkan melalui
pembicaraan yang jelas antara dua parti- tahapan, antara lain: (a) survei kebutuhan;
sipan akan menentukan apa yang tidak bo- (b) pemerian maksud; (c) pemilihan tipe
leh diungkapkan dalam interaksi itu, terma- silabus; (d) persiapan proto silabus; dan (e)
suk juga nada dan gaya komunikasi terse- silabus pedagogis. Agar survei kebutuhan
but. Selanjutnya, kontekslah yang akan itu dapat dilaksanakan dengan baik, maka
memfasilitasi terjadinya komunikasi terse- ada sejumlah informasi yang harus dikum-
but. pulkan, antara lain: syarat-syarat komuni-
Edy Suryanto, Model Pengembangan Silabus MKU ... 77

kasi yang dibutuhkan pembelajar, motivasi aktifan dan kedisiplinan mahasiswa dengan
pribadi, dan ciri-ciri pembelajar yang rele- memanfaatkan berbagai teknik, misalnya
van. Pengumpulan informasi dimaksudkan diskusi dan pemberian tugas. Pencapaian
agar kita dapat menentukan tujuan yang hasil belajar yang dinilai dosen tidak hanya
realistik dan berterima. Pemerian maksud, produknya saja, tetapi juga proses dan isi.
yaitu kegiatan menjelaskan maksud suatu Urutan pembelajaran dikembangkan dari
program bahasa. Langkah ini dimanfaatkan bahan ajar sederhana menuju ke bahan ajar
untuk menentukan dan memantapkan da- lebih sulit, dengan menggunakan pandang-
lam pemilihan tipe silabus. Tidak ada model an dari keterampilan Iisan (reseptif ke pro-
tunggal bagi perancangbangun silabus yang duktif) menuju ke keterampilan tulis (re-
secara semesta dapat disetujui. Ini berarti, septif lalu ke produktif).
kita perlu berupaya memodifikasi silabus Dalam MKU Bahasa Indonesia yang
dengan berbagai kemungkinan kombinasi diukur adalah kemampuan ekspresif Iisan
dan fokus pada bahasa lisan ataupun tulis. maupun tulis mahasiswa. Hal yang diamati
Pembuatan proto silabus merupakan tahap dosen adalah kemampuan mahasiswa
memerikan isi silabus secara spesifik. Da- dalam memproduksi bahasa lisan maupun
lam tipe silabus ini terdapat komponen nosi tulis dalam interaksi berbahasa. Dalam eks-
umum dan topik khusus, fungsi komunika- presi lisan, mahasiswa sebagai partisipan
tif, latar peran, keterampilan wacana dan dapat berperan sebagai pembicara dan pen-
retoris, ragam bahasa peristiwa komunika- dengar atau penulis dan pembaca dalam
tif, tata bahasa, dan leksikal. Untuk me- ekspresi tulis. Dalam ekspresi lisan harus
ngembangkan kompetensi komunikatif, mempertimbangkan siapa pendengar yang
pertimbangan psikolinguistik sangat pen- dihadapinya. Ungkapan, gaya bahasa, pilih-
ting dalam pembelajaran bahasa kedua. an kosakata dan struktur kalimat yang dibu-
Salah satu cara memasukkan aspek psiko- atnya tidak terlepas dari pemahaman pem-
logi pembelajar ialah melalui kurikulum bicara tentang status sosial, pendidikan,
yang disusun berdasarkan kebutuhan. Kare- sifat, kondisi, dan kebiasaan pendengar. Bi-
na itu, komponen yang dihasilkan dalam ta- la tes bahasa komunikatif bertujuan meng-
hap proto silabus hendaknya dipandang se- ukur kemampuan berbahasa mahasiswa,
bagai pedoman. maka wujud tes berupa tugas-tugas yang
Silabus komunikatif MKU Bahasa bersifat ekspresif-produktif dalam berbagai
Indonesia disusun sebagai berikut: nama konteks. Tes ini efektif apabila tugas-tugas-
mata kuliah, kode mata kuliah, semester, nya mendekati pemakaian bahasa mahasis-
bobot beban penyajian materi dalam wujud wa dalam kehidupan sehari-hari. Dalam tes
SKS, kelompok mata kuliah (MKK), rasi- kemampuan bahasa lisan di kelas misalnya,
onal, kompetensi, materi/bahan ajar (pokok pemakaian bahasa yang seratus persen oten-
bahasan), ancangan kegiatan belajar-meng- tik dan alamiah tidak mungkin dapat dica-
ajar, pemanfaatan media/alat bantu, evalu- pai. Sebab, kondisi pembelajaran di sekolah
asi, dan sumber pembelajaran. Silabus ini merupakan bentuk manipulasi. Masalah ke-
menekankan pada kemampuan memanfa- otentikan dan kealamiahan adalah ketidak-
atkan pemahaman unsur-unsur kebahasaan mampuan dalam meramalkan data. Keti-
dalam kegiatan berbahasa Iisan maupun dakmampuan meramalkan data ini bersum-
tulis. Rincian silabus mengikuti pola di- ber pada hasil respons partisipan dalam
alogial yang mengacu terciptanya hubung- berinteraksi. Hasil respons itu tergantung
an antara dosen dan mahasiswa. Dosen ber- pada siapa yang mengatakan, dalam situasi
upaya berperan sebagai motivator, fasili- apa, dan bagaimana caranya.
tator, dinamisator dalam belajar mahasis- Berdasarkan simpulan di atas, maka
wanya di kelas. Dalam penyusunan silabus tulisan ini diharapkan dapat dijadikan seba-
juga perlu memperhatikan kegiatan pem- gai masukan bagi para pengampu MKU
belajaran dan tata urutan bahan ajar. Kegi- Bahasa Bahasa Indonesia dan penentu kebi-
atan pembelajarannya terletak pada ke- jakan bahwa masih ada pendekatan pem-
78 Inovasi Pendidikan Jilid 10, Nomor 1, Mei 2009, halaman 69 - 78

belajaran bahasa yang lebih menantang dan yang lebih baik dengan mempertimbang-
memungkinkan untuk memberikan hasil kan isi, proses, dan produk.

DAFTAR PUSTAKA

Brown, H. Douglas. (1996). Principles of Language Learning and Teaching. Englewood:


Cliffs Prentice Halls.
Canale, M. & Swain, M. (1980). “Theoretical Basis of Communicative Approaches to
Second Language Teaching and Testing”, dalam Applied Linguistics, Volume I, p.
1-47.
Carrol, J. Brendan. (1985). Testing Communicative Performance an Interim Study.
Oxford: Pergamon Press.
Chomsky, Noam. (1957). Syntactic Structures. The Hague: Mouton.
Djiwandono, M. Sunardi. (1996). Tes Bahasa dalam Pengajaran. Bandung: ITB Press.
Dubin, Fraida & Olshtain, Elite. (1986). Course Design: Developing Programs and
Materials for Learning Language. Cambridge: Cambridge University Press.
Johnson, K. (1982). Communicative Syllabus Design and Methodology. Oxford: Oxford
University Press.
Littlewood, W.T. (1985). Communicative Language Teaching. Cambridge: Cambridge
University Press.
Morrow, Keith. (1981). “Communicative Language Testing” dalam ELT Document Issues
in Language Testing. London: Central Information Service The British Council.
Munby, John. (1978). Syllabus Communicative. London: Longmann.
Richards, J.C. & Rodgers, T. (1986). Approaches and Methods in Language Teaching.
Cambridge: Cambridge University Press.
Salimbene, Suzane. (1983). “From Structurally Based to Functionally Based Approaches
to Language Teaching”, dalam English Teaching Forum, Volume 21, p. 2-7.
Tarigan, Henry Guntur. (1989a). Pengajaran Kompetensi Bahasa: Suatu Penelitian
Kepustakaan. Jakarta: Depdikbud - Ditjen Dikti, P2LPTK.
Tarigan, Henry Guntur. (1989b). Metodologi Pengajaran Bahasa (Suatu Penelitian
Kepustakaan). Jakarta: Depdikbud - Ditjen Dikti, P2LPTK.
van Eks, J.A. (1980). The Threshold Level for Modem Language Learning in Schools.
London: Longmann.
Widdowson, H.G. (1978). Teaching Language as Communication. Oxford: Oxford
University Press.
Wilkins, David A. (1976). National Syllabus: A Taxonomy and Its Relevance to Foreign
Language Curriculum Development. London: Oxford University Press.

Anda mungkin juga menyukai