Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KEGIATAN

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM KESEHATAN JIWA


DI WILAYAH PUSKESMAS KELAPA DUA

Disusun oleh:
dr. Nurjanah

Pembimbing:
dr. Tita Maulita Sawitri

PUSKESMAS KELAPA DUA


PERIODE 12 NOVEMBER 2022 S/D 12 MEI 2023
PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA KABUPATEN TANGERANG
PROVINSI BANTEN
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Evaluasi Program Program Internsip Dokter Indonesia

UPT Puskesmas Kelapa Dua

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM KESEHATAN JIWA


DI WILAYAH PUSKESMAS KELAPA DUA

Disusun oleh:
dr. Nurjanah

Telah disetujui
Tangerang, 22 Februari 2023

Pembimbing Internsip Kepala UPT


Puskesmas Kelapa Dua Puskesmas Kelapa Dua

dr. Tita Maulita Sawitri drg. Rr. Truly Kartikawatie


NIP. 198001252010012006 NIP. 196312081993032005

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah evaluasi program ini. Evaluasi program ini
dilaksanakan dalam rangka menjalankan Program Dokter Internship yang berlokasi di
Puskesmas Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang. Evaluasi program ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan program Kesehatan jiwa di Puskesmas Kelapa Dua,
Kabupaten Tangerang.
Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bimbingan
yang telah diberikan dalam penyelesaian penelitian ini kepada:
1. dr. Tita Maulita Sawitri selaku pembimbing Dokter Internsip
2. drg. Rr. Truly Kartikawatie selaku Kepala Puskesmas Kelapa Dua
3. dr. Muhammad Irfan penanggung jawab program Kesehatan jiwa
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu
mohon kritik dan saran yang membangun sehingga di masa mendatang dapat ditingkatkan lebih
baik lagi.

Tangerang, 22 Februari 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................ i


HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 5
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 5
1.2 Tujuan ........................................................................................................................ 6
1.2.1 Tujuan Umum ................................................................................................... 6
1.2.2 Tujuan Khusus .................................................................................................. 6
1.2 Manfaat ...................................................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 8
2.1 Orang dengan Masalah Kejiwaan dan Orang dengan Gangguan Jiwa ...................... 8
2.1.1 Definisi .............................................................................................................. 8
2.1.2 Etiologi .............................................................................................................. 8
2.1.3 Patofisiologi .................................................................................................. 118
2.1.4 Gejala .............................................................................................................. 11
2.1.5 Diagnosis ....................................................................................................... 111
2.1.6 Penatalaksanaan dan Pencegahan ................................................................... 13
BAB III ANALISIS MASALAH DAN PENYELESAIAN ........................................... 177
3.1 Analisis masalah..................................................................................................... 177
3.2 Penyelesaian masalah ............................................................................................. 177
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 199

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seseorang individu dapat


berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut
menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara
produktif dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Oleh karena itu
upaya kesehatan jiwa di Indonesia mencakup setiap kegiatan untuk mewujudkan
derajat kesehatan jiwa yang optimal bagi setia individu, keluarga, dan masyarakat
dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang
diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/ atau masyarakat.1
Estimasi angka total ODMK dan ODGJ di Indonesia berdasarkan
pengumpulan data oleh World Health Organization (WHO) adalah sebesar
2.463,29/ 100.000 populasi, yang berarti kurang lebih 6,5 juta penduduk Indonesia
memiiki masalah dan/ atau gangguan kesehatan jiwa. Angka tersebut menunjukan
bahwa masih banyak masyarakat yang mengalami masalah kejiwaan dimana seperti
yang diketahui, kesehatan fisik maupun jiwa merupakan prasyarat utama untuk
menghasilkan manusia-manusia unggul Indonesia.2
Data di Indonesia untuk masalah kesehatan jiwa tertuang dalam hasil
Riskesdas (2013). Gejala gangguan mental emosional seperti depresi dan anxietas
pada usia lebih sama dengan 15 tahun sebesar 6% atau sebanyak lebih dari 10 juta
jiwa. Prediksi ke depan akan semakin menambah angka gangguan jiwa berat
(psikosis) dengan angka gejala-gejala psikosis sebesar 1,7/1000 atau sebesar lebih
dari 450.000 jiwa. Sedangkan data untuk provinsi banten sendiri, Data ODMK
sebanyak 76.000 orang dan ODGJ sebanyak 19.000 orang, samapi saat ini, orang
yg masih dipasung di Provinsi Banten sebanyak 98 orang. Di Kabupaten Tangerang
terdapat peningkatan terus menerus kasus ODGJ, tercatat 4000 orang, 65 orang
diantaranya dipasung.2 Puskesmas Kelapa Dua tercatat tahun 2022 ODMK
sebanyak 2.674 dan ODGJ sebanyak 69 orang.

5
Kondisi tersebut merupakan keadaan yang mengindikasikan seseorang
sedang mengalami perubahan psikologis. Berbeda dengan gangguan jiwa berat
psikosis dan skizofrenia, gangguan mental emosional adalah gangguan yang dapat
dialami semua orang pada keadaan tertentu, tetapi dapat pulih seperti semula.
Gangguan ini dapat berlanjut menjadi gangguan yang lebih serius apabila tidak
berhasil ditanggulangi.1
Perhatian besar ditunjukan WHO (2001), dimana jika 10% dari populasi
penduduk mengalami masalah kesehatan jiwa maka harus mendapat perhatian
serius karena sudah terkategori rawan kesehatan jiwa yang perlu disikapi secara
serius oleh semua pihak. Gangguan jiwa berat menimbulkan beban bagi
pemerintah, keluarga serta masyarakat oleh karena produktivitas pasien menurun
dan akhirnya menimbulkan beban biaya yang besar bagi pasien dan keluarga. Dari
sudut pandang pemerintah, gangguan ini menghabiskan biaya pelayanan kesehatan
yang besar. Sampai saat ini masih terdapat pemasungan serta perlakuan salah pada
pasien gangguan jiwa berat di Indonesia. Hal ini akibat pengobatan dan akses ke
pelayanan kesehatan jiwa belum memadai.3
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk membuat
evaluasi program yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan
pada penderita masalah kejiwaan di wilayah Puskesmas Kelapa Dua.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum


Meningkatkan kesadaran penderita masalah kejiwaan di Puskesmas Kelapa Dua
terhadap pentingnya kondisi kejiwaan.
1.2.2 Tujuan Khusus
- Untuk menganalisis dan menemukan bentuk dan upaya yang harus dilakukan
sebagai model penanganan Orang dengan Masalah Jiwa (ODMK) di
Puskesmas Kelapa Dua dengan memberikan edukasi melalu video edukasi.
- Meningkatkan kepatuhan penderita yang mengalami masalah kejiwaan di
Puskesmas Kelapa Dua untuk kontrol secara rutin melalui media video
edukasi sebagai media informasi.
- Sebagai salah satu syarat penyelesaian tugas program dokter internship.
1.3 Manfaat
Pasien dengan masalah kejiwaan di Puskesmas Kelapa Dua dapat
6
meningkatkan kesadaran pentingnya kesehatan jiwa dan mendapatkan
pengobatan dan konseling kejiwaan secara optimal.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Orang dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) dan Orang dengan Gangguan
Kejiwaan (ODGJ)

2.1.1 Definisi

Menurut Undang-undang Nomor 18 Tahun 2014 pasal 1 ayat 2 bahwa Orang Dengan
Masalah Kejiwaan (ODMK) adalah orang yang mempunyai masalah fisik, mental,
sosial, pertumbuhan dan perkembangan, dan/atau kualitas hidup sehingga memiliki
resiko gangguan jiwa. Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014
Pasal 1 ayat 3, Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) adalah orang yang mengalami
gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk
sekumpulan gejala dan/atau perubahan perilaku yang bermakna serta dapat
menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi sebagai
manusia.1

2.1.2 Etiologi

Gangguan jiwa dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Pertama, faktor biologis,
seperti faktor keturunan, ketidakseimbangan zat di otak akibat cedera otak, penyakit
pada otak dan penyalahgunaan narkoba, kecelakaan dikepala dan sebagainya. Kedua
faktor psikologis seperti tidak bisa menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi
di lingkungan, kepribadian yang kurang matang, trauma psikologis masa lalu,
konflik batin, dan keinginan yang tidak tercapai sehingga menimbulkan frustasi.
Ketiga yaitu faktor sosial seperti masalah hubungan dalam keluarga, konflik dengan
orang lain, masalah ekonomi, pekerjaan dan tekanan dari lingkungan sekitar, ada
masalah yang tidak dapat diatasi, dukungan yang kurang dari keluarga dan
lingkungan, hingga keadaan trauma pasca bencana.3,4

2.1.3 Patofisilogi

Stimulus yang menyebabkan masalah kejiwaan diatas bisa berasal dari lingkungan
internal atau lingkungan eksternal. Penting untuk mengkaji stressor, yang mencakup
kejadian stressor, lama terpapar dengan stressor dan seberapa sering terjadi. Selain

8
itu, jumlah stressor yang dialami individu dalam masa tertentu karena kejadian yang
menimbulkan stres mungkin lebih sulit diatasi apabila terjadi beberapa kali dalam
waktu yang berdekatan.5
1. Respon kognitif

Respon kognitif merupakan bagian penting karena memainkan peran sentral dalam

adaptasi. Ketika terjadi stres, kogntif berperan dalam menentukan pilihan yang

digunakan berupa reaksi emosional, fisiologis, perilaku dan sosial. Penilaian

kognitif memediasi secara fisiologis antara manusia dan lingkungan pada tiap saat

menghadapi stres. Kondisi ini berarti bahwa kerusakan atau potensi kerusakan

dari suatu situasi ditentukan berdasarkan pemahaman seseorang tentang situasi

yang dapat membahayakan serta ketersediaan sumber yang dimiliki seseorang

untuk menetralisir atau mentoleransi bahaya.5

2. Respon afektif

Respon afektif merupakan suatu perasaan yang muncul pada penilaian stressor,

respon afektif yang utama adalah reaksi gembira, sedih, takut, marah, menerima,

tidak percaya, antisipasi atau takjub. Emosi diuraikan menurut jenis, lama dan

intensitas karakteristik yang berubah setiap saat dan sebagai dampak dari kejadian.

Sebagai contoh, apabila emosi berlangsung dalam waktu yang lama dapat

dipandang sebagai sikap. Penghayatan, optimis dan sikap positif dalam

menghadapi peristiwa kehidupan dapat mengarahkan pada perasaan sejahtera yang

lebih besar dan bahkan mungkin kehidupan yang lebih panjang.5

3. Respon fisiologis

Respon ini merefleksikan interaksi dari beberapa akses neuroendokrin yang

melibatkan pertumbuhan hormon, prolactin, hormon adrenokortikotropik.

(ACTH), hormon luteinizin, hormon stimulasi folikel, hormon stimulasi tiroid,

vasopresin, oksitosin, insulin, epinefrin, norepinefrin dan berbagai neurotransmiter


9
lain di otak. Respon fisiologis figh or flight menstimulasi divisi simpatetik sistem

saraf otonom dan meningkatkan aktifitas aksis pituitari – adrenal. Sebagai

tambahan, telah dibuktikan bahwa stres mempengaruhi sistem kekebalan tubuh,

sehingga mempengaruhi kemampuan seseorang untuk melawan penyakit.5

4. Respon perilaku

Respon perilaku sebagai hasil respon fisiologis dan emosional, begitu juga analisis

kognitif dari situasi yang menimbulkan stress. Terdapat empat fase respon perilaku

invidu yang menimbulkan stress (Caplan, 1981); fase pertama; perilaku yang

mengubah lingkungan yang menimbulkan stres atau memungkinkan individu

untuk menghindar. Fase kedua; perilaku yang memungkinkan individu untuk

mengubah lingkungan eksternal dan hasilnya. Fase ketiga; perilaku intrapsikis

yang berguna untuk mempertahankan suasana emosi yang tidak menyenangkan.

Fase keempat; perilaku intrapsikis yang membantu seseorang untuk memahami

kejadian melalui penyesuaian internal.5

5. Respon sosial

Respon sosial ditampilkan terhadap stres dan penyakit cukup banyak dan dibagi

menjadi tiga aktifitas (Mechanic, 1997) yaitu; mencari makna: individu mencari

informasi tentang masalah mereka, Atribut sosial: dimana seseorang mencoba

untuk mengidentifikasi faktor yang berkontribusi pada situasi, Perbandingan

sosial: dimana orang membandingkan keterampilan dan kapasitas dengan orang

lain yang mempunyai masalah yang sama. 5

10
2.1.4 Gejala

Orang dengan masalah kejiwaan dapat diartikan belum mengalami gangguan


jiwa namun memililiki resiko yang besar untuk menjadi gangguan jiwa. Orang
yang memiliki resiko gangguan jiwa berpotensi akan mengalami gangguan jiwa.
2 Ciri-ciri orang yang memiliki resiko gangguan jiwa berbeda dengan orang
yang telah mengalami gangguan jiwa seperti tergambar pada Tabel 1.6

Tabel 1. Gejala Resiko Gangguan Jiwa dan Gejala yang Telah Mengalami
Gangguan Jiwa.6

No Gejala Resiko Gangguan Gejala


Jiwa Gangguan
Jiwa
1 Khawatir berlebihan Marah tanpa
sebab
2 Mudah tersinggung Mengurung
diri
3 Sulit konsentrasi Tidak
mengenali
orang
4 Rendah diri Bicara kacau
5 Pemarah dan agresif Berbicara
dan tertawa
sendiri
6 Reaksi fisik: jantung Tidak
berdebar, susah tidur, nafsu mampu
makan menurun merawat diri

Tanda dan gejala gangguan jiwa menurut (Sulistiawati dkk, 2007), meliputi:6
- Perubahan yang berulang dalam pikiran, daya iingat, persepsi yang
bermanifestasi sebagai kelainan berbicara dan perilaku.
- Perubahan ini menyebabkan tekanan batin dan penderitaan pada individu
dan orang lain sekitarnya.

2.1.5 Diagnosis

Diagnosis ODMK maupun ODGJ dapat dilihat dari gejala yang dialami pasien
sehingga untuk mendiagonis ODMK dan ODGJ dapat dibagi menjadi dua yaitu:5

11
Gangguan jiwa ringan
Gangguan jiwa ringan merupakan masalah kesehatan jiwa yang sering di
temui di masyarakat pada umumnya. Gangguan jiwa ringan meliputi cemas,
depresi dan psikosomatis.5
1. Kecemasan
Merupakan respon adaptif yang wajar dan pernah dialami oleh setiap orang.
Kecemasan dalam sebuah situasi tertentu menjadi berlebihan dan mengganggu
aktifitas merupakan gangguan kecemasan. Gangguan kecemasan tergolong
gangguan psikologis yang paling sering dialami oleh orang dewasa.5

2. Depresi

Merupakan kondisi emosional yang ditandai dengan kesedihan yang amat sangat,
perasaan tidak berarti dan bersalah, menarik diri dari orang lain, mengalami
gangguan tidur, kehilangan selera makan, hasrat seksual dan minat serta
kesenangan dalam aktifitas yang biasa di lakukan serta berkurangnya energy yang
menyebabkan keadaan mudah lelah.5
3. Psikosomatis

Merupakan komponen psikologik yang diikuti gangguan fungsi tubuh, sering

terjadi perkembangan neurotic yang memperlihatkan sebagian besar atau semata

-mata karena gangguan fungsi alat -alat tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf
vegetative. Gangguan psikomatik juga dinamakan gangguan psikofisiologik
karena hanya mengalami gangguan pada fungsi faal saja.5

Gangguan jiwa berat (Skizofrenia)


Skizofrenia berasal dari Yunani, yaitu schizein “untuk membagi” dan phren
“pikiran”. Kata ini tidak mengacu kepada kepribadian ganda, melainkan
menggambarkan buruknya hubungan atau terpecahnya proses berpikir pada aspek
kepribadian yaitu kognitif dan emosional penderita.
Skizofrenia memiliki tanda dan gejala sebagai berikut;2,5

1. Gejala positif

a. Halusinasi, paling sering halusinasi auditorik


b. Waham, berupa waham curiga, waham bizzare dll
c. Agitasi (gaduh gelisah)
12
d. Pikiran yang kacau (disorganized thinking)

2. Gejala Negatif

a. Penarikan diri dari situasi sosial

b. Apatis atau penumpulan afek

c. Mutisme

d. Penelantaran diri

e. Katatonia (posisi aneh, mempertahankan posisi)

3. Gejala Afektif

a. Depresi

b. Elasi

c. Ide bunuh diri

4. Gejala kognitif

a. Gangguan memori terutama working memory

b. Defisit atensi

c. Gangguan fungsi eksekutif (problem solving, judgement, abstract thinking

dll)

2.1.6 Penatalaksanaan dan Pencegahan


Penatalaksanaan Kesehatan jiwa menurut U No 18 tahun 2014 Upaya Kesehatan Jiwa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dilaksanakan secara terintegrasi,
komprehensif, dan berkesinarnbungan sepanjang siklus kehidupan manusia.
Terdapat beberapa upaya yaitu:1,6

✓ Upaya promotif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a


merupakan suatu kegiatan dan/atau rangkaian kegiatan penyelenggaraan
pelayanan Kesehatan Jiwa yang bersifat promosi Kesehatan Jiwa. Upaya
promotive dapat dilakukan dikeluarga, lembaga pendidikan, tempat kerja,
masyarakat, fasilitas pelayanan kesehatan, media massa, lembaga keagamaan

13
dan tempat ibadah dan lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan.

✓ Upaya preventif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf b


merupakan suatu kegiatan untuk mencegah terjadinya masalah kejiwaan dan
gangguan jiwa.6

Upaya preventif Kesehatan Jiwa ditujukan untuk: mencegah teradinya


masalah kejiwaan, mencegah timbulnya dan/atau kambuhnya gangguan jiwa,
mengurangi faktor risiko akibat gangguan jiwa pada masyarakat secara
umuln atau perorangan dan mencegah timbulnya dampak masalah
psikososial.6

✓ Upaya kuratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c


merupakan kegiatan pemberian pelayanan kesehatan terhadap ODGJ yang
mencakup proses diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat sehingga ODGJ
dapat berfungsi kembali secara wajar di lingkungan keluarga, lembaga, dan
masyarakat.6

Penatalaksanaan kondisi kejiwaan pada ODGJ dilakukan di fasilitas


pelayanan di bidang Kesehatan Jiwa. (1) Penatalaksanaan kondisi kejiwaan
pada ODGJ dilaksanakan melalui sistem rujukan. (2) Penatalaksanaan
kondisi kejiwaan pada ODGJ dapat dilakukan dengan cara: a. rawat jalan;
atau b. rawat inap. Salah satu bentuk kuratif adalah dengan pemberian
obatantipsikotik seperti antidepresan atau antipsikotik lain (haloperidol,
risperidone) yang dosisnya sudah disesuaikan dengan gejala dan dengan
konsultasi oleh dokter spesialis jiwa.6

✓ Upaya rehabilitatif

Kesehatan Jiwa merupakan kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan


pelayanan Kesehatan Jiwa yang dihrjukan untuk: a. mencegah atau
mengendalikan disabilitas; b. memulihkan fungsi sosial; c. memulihkan
fungsi okupasional; dan d. mempersiapkan dan memberi kemampuan ODGJ
agar mandiri di masyarakat.1

14
Medikamentosa

Psikofarmaka adalah Terapi dengan obat-obat psikofarmaka yang meliputi obat-obat

yang memiliki efek utama terhadap proses pikir, perasaan dan fungsi motorik dan atau

tingkah laku. Diabgi menjadi: anti psikotik, antidepresan, antiansietas dan

moodstabilizer.7,8

Obat obat antipsikotik, meliputi:8

Obat-obat antidepresan meliputi:8

15
Obat-obat antiansietas meliputi8

Obat-obat moodstabilizer meliputi:8

16
BAB III

ANALISIS MASALAH DAN PENYELESAIAN

3.1 Analisis masalah


Berdasarkan penilaian kinerja program ODGJ Puskesmas Kelapa Dua tahun 2022,
cakupan pelayanan kesehatan pada penderita ODGJ meliputi:
1. Prevalensi orang dengan gangguan jiwa berat (ODGJ) sebesar 69 orang (100%)
sesuai dengan target Puskesmas Kelapa dua.
2. Cakupan pelayanan orang dengan masalah kejiwaan (ODMK) sebesar 2.674 orang
(35,2%) tidak mencapai target, dimana target Puskesmas Kelapa Dua sebesar 7.601
orang.
3. Cakupan pelayanan Kesehatan pada ODGJ berat sesuai standar sebsar 69 orang
(100%) sesuai dengan target Puskesmas Kelapa Dua.
4. Cakupan Desa Siaga Sehat Jiwa (DSSJ) sebesar 1 desa (100%) sesuai dengan target
Puskesmas Kelapa Dua.
Dari data diatas, cakupan pelayanan orang dengan masalah kejiwaan (ODMK) tidak
mencapai target, hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
1. Kurangnya petugas Kesehatan mencari pasien dengan masalah kejiwaan baik
pencarian secara pasif maupun aktif.
2. Kurangnya tenaga Kesehatan untuk merangkul pasien untuk konsultasi mengenai
masalah kejiwaan.
3. Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai masalah kejiwaan dan pentingnnya
Kesehatan jiwa.
3.2 Penyelesaian masalah
Dari Analisa diatas, salah satu upaya penulis untuk mendukung program pelayanan ODGJ
dan ODMK yaitu memberikan edukasi lebih mendalam dengan bahasa mudah dimengerti oleh
penderita ODGJ dan ODMK melalui video edukasi, sehingga diharapkan video edukasi ini
dapat meningkatkan kesadaran pribadi penderita untuk konsultasi dan control secara rutin.
Media edukasi yang digunakan dalam bentuk video edukasi dengan isi video tersebut, sebagai
berikut:
a. Pengenalan pengertian, klasifikasi, dan gejala
b. Pengakan diagnosis OMDK dan ODGJ

17
c. Penanganan OMDK dan ODGJ

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2018 tentang Kesehatan Jiwa.


2. Hothasian JM, Suryawati C, Fatmasari EY. Evaluasi Pelaksanaan Program Upaya Kesehatan
Jiwa di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang tahun 2018. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Januari
2019. 1(7): 75-83.
3. Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. Kemenkes
tahun 2020.
4. Mental health atlas. (2017). Mental health atlas. Swizerland
5. Maslim R. Buku saku diagnosis gangguan jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ III.Jakarta: FK
UNIKA Atmajaya; 2013. h. 46-47,56-57.
6. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan mentri kesehatan republik Indonesia;
pedoman nasional pelayanan kedokteran jiwa. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia; 2015. h. 31-32.
7. Kusumawardhani AA, Husin A, Adikusumo A, Damping EC, Brilliantina MD, Lubis BD dkk.
Buku ajar psikiatri. Jakarta; FK Universitas Indonesia: 2018. h. 223-228.
8. Sadock JB, Sadock AV, Rutz P. Kaplan & sadock’s comprehensive textbook of psychiatry.
Philadelphia: Lippincot williams & wilkins; 2009. h. 1623-1626.

19
20

Anda mungkin juga menyukai