Anda di halaman 1dari 2

STUDIUM GENERALE

Nama : Aisha Nadine


NIM : 10721005
Program Studi : Sains dan Teknologi Farmasi
Fakultas/ Sekolah : Sekolah Farmasi
Tema : Kampus Aman Tanpa Kekerasan Seksual
Pembicara : Prof. Dr. Dra. Sulistyowati Irianto, M.A.
Hari/ tanggal : Rabu, 30 Agustus 2023
Kelas : 04

RESUME *)

Kekerasan seksual (KS) adalah kejahatan terhadap kemanusiaan, bukan kejahatan terhadap kesusilaan. Namun dalam KUHP, KS dianggap
kejahatan kesusilaan. Korban bisa kehilangan nyawa, cacat, dan trauma seumur hidup. Hukum yang mengatur kekerasan seksual adalah UU
TPKS no 12/2022 dan Permendikbud no 30/2021. Menurut UU TPKS no 12/ 2022, "Kekerasan seksual adalah perbuatan seksual yang ditujukan
terhadap tubuh, keinginan seksual, dan/atau organ reproduksi dengan maksud merendahkan harkat dan martabat seseorang berdasarkan
seksualitas dan/atau kesusilaannya." Sedangkan menurut Permendikbud no 30/2021, "Kekerasan seksual adalah setiap perbuatan
merendahkan, menghina, melecehkan, dan/atau menyerang tubuh, dan/atau fungsi reproduksi seseorang, karena ketimpangan relasi kuasa
dan/atau gender, yang berakibat atau dapat berakibat penderitaan psikis dan/atau fisik termasuk yang mengganggu kesehatan reproduksi
seseorang, dan hilang kesempatan melaksanakan pendidikan tinggi dengan aman dan optimal. Pengertian Permendikbud ini lah yang
digunakan oleh gerakan sipil di Indonesia. Dua unsur dari kekerasan seksual adalah ketiadaan consent dan adanya relasi kuasa. Korban tidak
memiliki consent pada kondis di bawah umur, sakit, tidak berdaya, rentan karena dibuat mabok, tidur, tidak berdaya, cacat, dll. Tidak ada
perlawanan bukan berarti ada consent dan tindakan kejahatan harus dianggap tetap terjadi. Pemaksaan pelaku (tanpa persetujuan korban)
terhadap korban adalah kejahatan atau kriminal. Miskonsepsi yang sering terjadi antara lain adalah legalisasi free sex, apakah berarti consent
jika korban diam, apakah perlu larangan memperlihatkan organ reproduksi, dan tafsir misogini yang menghadapkan kekerasan seksual
dengan perzinahan dan free sex.

UU TPKS no 12/2022 merupakan hasil reformasi Hukum setelah ditunggu 12 tahun di DPR & 25 tahun sejak Reformasi. Dalam UU tersebut
disebutkan asas dan tujuan yaitu penghargaan harkat & martabat manusia, non-diskriminasi, kepentingan terbaik bagi korban, keadilan,
kemanfaatan & kepastian hukum. Tujuan dari UU tersebut adalah mencegah segala bentuk KS; menangani, melindungi dan memulihkan;
menindak pelaku; dan mewujudkan lingkungan bebas KS. Ruang lingkup UU ini mencakup pencegahan, penanganan, perlindungan,
pemulihan korban, dan penindakan pelaku. Penghapusan KS merupakan kewajiban negara. Hak Korban Dalam UU TPKS mencakup
Perlindungan (kerahasiaan identitas; pelindungan dari kehilangan pekerjaan pendidikan, akses poltik; informasi atas hak dan akses
perlindungan; perlindungan dari ancaman/ kekerasan; perlindungan dari aparat penegak hukum yang merendahkan; dan perlindungan dari
tuntutan atas TPKS yang dilaporkan), Penanganan (layanan hukum, informasi, dan akses; penghapusan konten bermuatan seksual; penguatan
psikologis; pelayanan kesehatan; dan layanan serta fasilitas untuk kebutuhan khusus), dan Pemulihan (rehabililasi mental dan sosial;
rehabilitasi medis; pemberdayaan soslal; restitusi dan/atau kompensasi; dan reintegrasi sosial).

Menuru UU TPKS Pasal 4 (1), sembilan jenis kekerasan seksual yaitu: pelecehan seksual nonfisik, pelecehan seksual fisik, pemaksaan
kontrasepsi, pemaksaan sterilisasi, pemaksaan perkawinan, penyiksaan seksual, eksploitasi seksual, perbudakan seksual, dan kekerasan
seksual berbasis elektronik. Pasal 4 (2) juga menyebutkan bahwa kekerasan seksual juga meliputi perkosaan; perbuatan cabul; persebutuhan
terhadap anak, perbuatan cabul terhadap anak, dan/atau eksploitasi seksual terhadap anak; perbuatan melanggan kesusilaan yang
bertentangan dengan kehendak korban; pornografi yang melibatkan anak atau pornografi yang secara eksplisit memuat kekerasan dan
ekspolitasi seksual; pemaksaan pelacuran; tindak pidana perdangan orang yang ditunjukan untuk eksploitasi seksual; kekerasan seksual dalam
lingkup rumah tangga; tindak pidana pencucian uang yang tindak pidana asalnya merupakan tindak pidana kekerasan seksual; dan tindak
pidana lain yang dinyatakan sebagai tindak pidana kekerasan seksual sebagaimana diatur dalam ketentuan. Sayangnya, kasus-kasus core
crime tersebut hanya disebut, tidak diatur dalam UU.

Menurut CATAHU 2020 tercatat sebanyak 431.471 kasus kekerasan terhadap perempuan 2019, naik 6% dari tahun 2018 atau hampir 792 %
selama 12 tahun, dari 33 provinsi. Kekerasan seksual terjadi sebanyak 4.898 (2.807 ranah domestik & 2.091 ranah komunitas. Selama masa
pandemi 5 bulan pada tahun 2020, terdapat laporan 461 kasus KS (258 ranah domestik dan 203 ranah komunitas). Tercatat perlu bahwa
dalam ranah domestik, pelaku yang paling sering adalah pacar, ayah kandung, dan ayah tiri. Sedangkan dalam ranah komunitas, pelaku yang
paling sering adalah teman, tetangga, dan orang yang tidak dikenal. Dalam 9 jenis kekerasan seksual yang telah disebutkan, pada data yang
diambil oleh lembaga penyedia layanan KP tahun 2017-2019, jenis kekerasan seksual yang paling sering terjadi adalah pelecehan seksual,
perkosaan, dan eksploitasi seksual.

Keterangan:
1. Lembar resume yang telah diisi materi dikirimkan via EDUNEX
2. Resume dapat ditulis tangan atau diketik
3. Untuk mengetahui jadwal kuliah berikutnya dan info lainnya, silahkan bergabung di Grup Telegram via tautan:
https://t.me/joinchat/UH0m0KzwrrkexnbE
4. Official Line Account @qpu8078z
STUDIUM GENERALE

Nama : Aisha Nadine


NIM : 10721005
Program Studi : Sains dan Teknologi Farmasi
Fakultas/ Sekolah : Sekolah Farmasi
Tema : Kampus Aman Tanpa Kekerasan Seksual
Pembicara : Prof. Dr. Dra. Sulistyowati Irianto, M.A.
Hari/ tanggal : Rabu, 30 Agustus 2023
Kelas : 04

RESUME *)

Menurut data KP dan KPAI (2020), kekerasan terhadap anak perempuan melonjak sebanyak 2.341 kasus dan kasus yang paling banyak adalah
kasus inses. Dari 21 kasus yang terjadi di sekolah, pelaku mayoritas adalah guru. Gambaran umum kekerasan seksual di kampus menurut Vice
Inds, Tirto & Jkt Post 2019, tercatat sebanyak 174 kasus kekerasan seksual di 79 kampus di 29 provinsi. Pelaku yang paling banyak adalah
dosen, mahasiswa, staff, warga, tokoh agama, dan dokter yang bertugas di klinik kampus. Tempat kejadian yang tercatat adalah di kampus
dan luar kampus seperti acara resmi, tempat KKN, tempat magang dan acara kemahasiswaan. Sebanyak 96 % korban adalah mahasiswi.
Sayangnya, sebanyak 20 % tidak melapor dan 50 % tidak menceritakan kepada siapapun karena malu, takut, bingung. Menurut Survey Sintas
Indonesia 2016, 93% penyintas kekerasan seksual tidak melapor kepada penegak hukum dan 6% kasus yang dilaporkan diputuskan bahwa
pelaku bebas dari jerat hukum.

Dari catatan mahasiswa UI sebelum ada Satgas, 9% responden mengalami KS dan 21% mengetahui kasus KS yang terjadi di UI. Menurut
HopeHelps UI (Mar 2019-Mei 2020), dilaporkan terdapat 47 kasus, 39 korban merupakan mahasiswa UI, 3 korban mahasiswa lain (UIN Syarif
Hidayatullah, Udayana Ball & UGM), dan 5 orang bukan civitas atau masyarakat umum di UI. Pengaduan yang tercatat berasal dari korban,
teman korban, anggota keluarga korban, dan pihak lain. Diketahui bahwa pelaku yang paling banyak adalah teman korban, pihak lain baik
yang dikenal atau tidak dikenal, pacar, dan mantan pacar. Bentuk kekerasan seksualnya antara lain: intimidasl seksual, pelecehan seksual
verbal, pelecehan seksual virtual, perkosaan, dan percobaan perkosaan. Pada tahun 2015-2020, Komnas Perempuan mencatat sebanyak 51
kasus kekerasan seksual dan diskriminasi, 26 di antaranya terjadi di lingkungan kampus dan perguruan tinggi. Pelaku yang paling banyak
adalah dosen dan mahasiswa, sedangkan korban yang paling banyak adalah mahasiswa. Modus yang sering terjadi antara lain pelecehan
verbal, menyentuh anggota tubuh, meminta foto atau rekaman tak senonoh, dan perkosaan.

Tercatat tahun 2011-2022, IPM (Indek Pembangunan Manusia) perempuan masih berstatus sedang, sedangkan IPM laki-laki sudah berstatus
tinggi. Ini berarti kualitas SDM perempuan lebih rendah daripada laki-laki. Padahal rendahnya IPM Perempuan berkontribusi terhadap
rendahnya IPM nasional. IPM diukur dari Angka Harapan Hidup (SDG 3), harapan Lama Sekolah (SDG 4.3), rata-rata lama sekolah (SDG 4.4),
dan pengeluaran per kapita (SDG 8.5). Diketahui bahwa IPM Indonesia pada tahun 2021 di ranking 107 dari 189 negara, ranking 6 dari 10
negara ASEAN, ranking 17 dari 19 negara G20, dan ranking 5 dari 5 negara MIKTA. Tercatat pula tahun 2019-2021, IKG (Indeks Ketimpangan
Gender) Indonesia tahun 2021 di ranking 110 dari 191 negara, ranking 7 dari 10 negara ASEAN, dan ranking 18 dari 19 negera G20. IKG diukur
dari kesehatan (angka kematian ibu (SDG 3.1)), KB/perkawinan anak (angka kelahiran remaja (SDG 3.7)), politik (partisipasi perempuan dalam
parlemen (SDG 5.5)), pendidikan (penduduk dengan pendidikan menengah (SDG 4.4)), dan ketenagakerjaan (TPAK). Dari ini kita ketahui
bahwa IPM dan IKG Indonesia masih sangat rendah dibandingkan negara-negara lain, dan kekerasan seksual merupakan salah satu
kontributor terhadap hasil tersebut.

Kerasan seksual adalah kejahatan kemanusiaan dan sama sekali tidak boleh terjadi di kampus (zero-tolerance). Kekerasan seksual
menyebabkan keruntuhan universitas sebagai rumah produksl Ilmu pengetahuan dan gerakan moral dalam masyarakat. Upaya penghentian
yang dapat dilakukan di kampus adalah penyediaan SATGAS Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di kampus. Kekerasan Seksual
di kampus berkaitan dengan berbagai index pemajuan kemanusiaan dan perempuan di Indonesia. Pada tahun 2045, diharapkan pada era
Indonesia Emas tidak hanya terjadi pembangunan ekonomi, tetapl juga pembangunan kemanusiaan. Dan di era Abad Asia Emas (2050),
Indonesia dapat menyusul negara-negara Asia lainnya seperti China dan India.

Keterangan:
5. Lembar resume yang telah diisi materi dikirimkan via EDUNEX
6. Resume dapat ditulis tangan atau diketik
7. Untuk mengetahui jadwal kuliah berikutnya dan info lainnya, silahkan bergabung di Grup Telegram via tautan:
https://t.me/joinchat/UH0m0KzwrrkexnbE
8. Official Line Account @qpu8078z

Anda mungkin juga menyukai