Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

STUDIUM GENERALE KU4078

TANTANGAN DALAM PEMANFAATAN TEKNOLOGI CRISPR-


CAS UNTUK TERAPI GENETIK

Disusun oleh

Aisha Nadine 10721005

PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI


SEKOLAH FARMASI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2023
ABSTRAK
Salah satu permasalahan yang menjadi keprihatinan saat ini adalah penyakit mutasi
genetik seperti kanker yang tingkat penyembuhannya masih rendah. Oleh karena itu, banyak
penelitian mengambangkan pemanfaatan baru dari teknologi untuk terapi gen, contohnya
sistem CRISPR-Cas. Sistem CRISPR-Cas memanfaatkan pengenalan gen asing ke dalam sel
target untuk mengobati penyakit tertentu yang disebabkan oleh gen yang bermutasi atau
rusak. Makalah ini mengulas sistem CRISPR-Cas untuk terapi gen dalam tiga aspek, yaitu
pemanfaatan dan aplikasi klinis, tantangan dalam pengembangan, dan solusi dari tantangan
tersebut. Metodologi dalam penulisan makalah ini adalah studi kepustakaan. Terapi gen
dengan sistem CRISPR-Cas dapat dilakukan untuk penyakit monogenik, penyakit menular,
kanker, dll. Masalah penting terkait efisiensi dan keamanan sistem CRISPR-Cas antara lain,
efek yang tidak tepat sasaran, metode pengantaran, imunogenisitas, potensi risiko kanker, dan
masalah etis.
Kata kunci : CRISPR-Cas, terapi gen, biomedis, kanker, infeksi, talasemia

1. BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dari salah satu pertemuan kelas Studium Generale yang dibawakan oleh dr.
Gunawan, Sp.PD., FINASIM, kita ketahui bahwa inovasi medis telah terjadi
sepanjang sejarah dan terus meningkatkan kemampuan tenaga ahli medis dalam
mengobati dan mencegah penyakit. Perkembangan inovasi medis dimulai sejak
penemuan vaksin cacar pertama pada abad ke-18, pengembangan antibiotik pada
tahun 1920-an, dan transplantasi organ pertama di dunia pada tahun 1950-an. Saat
ini, teknologi juga semakin berkembang dan meningkatkan kualitas hidup manusia.
Salah satu contohnya ialah terapi dialisis yang dapat memperpanjang umur pasien
penyakit ginjal stadium akhir, implan ortopedi yang memungkinkan pasien dapat
berjalan, dan robot yang membantu operasi menjadi lebih mudah.
Salah satu permasalahan yang menjadi keprihatinan saat ini adalah penyakit
mutasi genetik seperti kanker yang tingkat penyembuhannya masih rendah. Mutasi
genetik semakin hari semakin banyak terjadi akibat perubahan lingkungan seperti
banyaknya polusi dan sinar UV matahari yang semakin tajam. Tidak dapat dipungkiri
bahwa jika kita tidak memulai perubahan dalam pencegahan dan pengobatan,
penyakit mutasi genetik akan semakin merajalela.

2
Peneliti saat ini berlomba-lomba dalam mengembang inovasi baru atau
menemukan pemanfaatan baru dari teknologi yang sudah ada. Salah satu teknologi
yang terus dikembangkan pemanfaatannya adalah sistem CRISPR-Cas. CRISPR-Cas
adalah pengeditan genom atau modifikasi DNA pada target spesifik di berbagai jenis
sel dan organisme. Karena keunggulannya seperti metode yang sederhana, biaya
rendah, efisiensi tinggi, dan kemampuan pengulangannya yang baik, sistem CRISPR-
Cas telah menjadi teknologi pengeditan genom yang paling berpotensi dan banyak
dikembangkan untuk penanganan penyakit mutasi genetik saat ini.
Di tengah pemanfaatan teknologi yang sangat besar, menurut Dixon-Woods
et al. (2011), pemanfaatan teknologi masih menerima tantangan seperti penerapan
inovasi medis yang lambat, keamanan dan efektivitas yang belum terjamin, sulitnya
untuk mengimbangi laju inovasi yang terus meningkat seiring perubahan yang
terjadi, dan evaluasi inovasi terlalu terfokus secara sempit sehingga menghambat
pemahaman dampak teknologi secara luas.
Oleh karena permasalahan tersebut, penulis membuat studi pustaka mengenai
pemanfaatan teknologi terkini yaitu CRISPR-Cas, terkhususnya dalam terapi gen,
dan tantangan yang dihadapinya. Dengan makalah ini, diharapkan pembaca dapat
memahami manfaat sistem CRISPR-Cas di bidang kesehatan dan dapat
mengembangkan teknologi tersebut dengan membekali solusi-solusi terhadap
tantangan yang ada.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana pemanfaaatan sistem CRISPR-Cas dalam terapi gen?
2. Apa saja tantangan dalam mengembangkan sistem CRISPR-Cas?
3. Bagaimana solusi yang dapat dilakukan dalam menghadapi tantangan
pengembangan sistem CRISPR-Cas?
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang disebutkan, maka penelitian ini
bertujuan sebagai berikut:
1. Menentukan pemanfaaatan sistem CRISPR-Cas dalam terapi gen.
2. Menentukan tantangan dalam mengembangkan sistem CRISPR-Cas.
3. Menentukan solusi dalam menghadapi tantangan pengembangan sistem
CRISPR-Cas.
3
4
2. BAB II PEMBAHASAN
2.1. Metodologi
Adapun metode yang digunakan dalam kajian ini adalah pendekatan
studi kepustakaan (library research), Studi kepustakaan dapat diartikan
sebagai segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun
informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang
diteliti. Informasi itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan
penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-
peraturan, ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-
sumber tertulis baik tercetak maupun dalam bentuk digital. Dalam penelitian
studi pustaka, penulis tidak berhadapan langsung dengan data dari lapangan.
Data pustaka sudah diolah dan siap digunakan artinya peneliti tidak terlibat
langsung dalam pengolahan data lapangan dan peneliti hanya menerima
sumber data yang sudah diolah sebelumnya oleh penelitian terdahulu. Data
pustaka merupakan sumber primer atau sumber sekunder, dalam arti bahwa
peneliti memperoleh bahan atau data dari tangan kedua dan bukan data
orisinil dari data pertama di lapangan. Kondisi data pustaka tidak dibatasi
oleh ruang dan waktu. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan
dengan menelaah dan/atau mengekplorasi beberapa jurnal, buku, dan
dokumen-dokumen (baik yang berbentuk cetak maupun elektronik) serta
sumber-sumber data dan atau informasi lainnya yang dianggap relevan
dengan penelitian atau kajian (Supriyadi, 2017).

2.2. Data dan Analisis


2.2.1. Pengenalan dan Manfaat Sistem CRISPR-Cas
Pengeditan gen adalah teknologi memodifikasi urutan genom
secara tepat untuk melakukan penyisipan, penghapusan, atau
substitusi basa dalam genom. Teknologi penyuntingan gen diharapkan
dapat mengendalikan terjadinya penyakit pada tingkat genetik yang
disebabkan oleh mutasi pada suatu gen. Salah satu teknologi
penyuntingan gen yang sudah digunakan adalah sistem CRISPR yang
memfasilitasi penyuntingan gen dalam sel eukariotik. Alaminya,
CRISPR-Cas merupakan sistem imun adaptif yang ada pada sebagian

5
besar bakteri dan archaea, yang dapat mencegah infeksi oleh
bakteriofaga, virus, dan materi asing lainnya. CRISPR terdiri dari
susunan DNA berulang yang dipisahkan dengan spacer unik, yang
selanjutnya ditranskripsi menjadi CRISPR RNA (crRNA) dan trans-
aktivasi CRISPR RNA (tracrRNA), serta satu set gen yang mengkode
protein Cas dengan aktivitas endonuklease. Ketika prokariot diserang
oleh materi genetik asing, DNA asing tersebut dapat dipotong
menjadi fragmen pendek oleh protein Cas, kemudian fragmen DNA
tersebut akan diintegrasikan ke dalam susunan CRISPR sebagai
spacer baru. Ketika penyerang yang sama menyerang lagi, crRNA
akan dengan cepat mengenali dan berpasangan dengan DNA asing,
yang memandu protein Cas untuk memotong rangkaian target DNA
asing, sehingga melindungi inangnya (Li et al., 2023).
Pemanfaatan system CRISPR-Cas untuk terapi gen
menggunakan prinsip kerja pengenalan gen asing ke dalam sel target
untuk mengobati penyakit tertentu yang disebabkan oleh gen yang
bermutasi atau rusak. Saat ini, sistem CRISPR-Cas telah banyak
diterapkan dalam terapi gen untuk mengobati berbagai penyakit
manusia, penyakit monogenik, penyakit menular, kanker, dll.
2.2.1.1. Penyakit Monogenik
Salah satu pemanfaatan sistem CRISPR-Cas adalah
untuk terapi β-Thalassaemia, penyakit anemia hemolitik
herediter yang merupakan salah satu penyakit monogenik
yang paling umum dan berbahaya di dunia. Penyakit ini
terjadi akibat mutasi pada gen β-globin (HBB), yang
menyebabkan penurunan kadar hemoglobin (Hb) dan anemia
berat. Prinsip utama dalam terapi gen adalah memperbaiki gen
β-globin yang rusak dengan teknologi CRISPR-Cas9 sehingga
sel darah merah dapat diproduksi secara normal (Li et al.,
2023).
2.2.1.2. Penyakit Menular
Dua strategi utama terapi gen untuk penyakit menular
akibat virus yaitu mengubah sel inang untuk menghindari
infeksi virus atau mencegah proliferasi dan penularan virus.
6
Contoh aplikasi CRISPR-Cas adalah untuk terapi gen virus
HIV. Human immunodeficiency virus (HIV) adalah virus yang
dapat terintegrasi ke dalam genom inang, menyerang sistem
imun terutama sel T CD4+ sehingga mengurangi imunitas
seluler dan humoral sekaligus menyebabkan sindrom
imunodefisiensi (AIDS). Sistem CRISPR-Cas9 dapat
menargetkan long terminal repeat (LTR) dan menghancurkan
provirus HIV-1, sehingga memungkinkan untuk
menghilangkan HIV-1 sepenuhnya dari genom sel inang yang
terinfeksi. Selain itu, resistensi terhadap infeksi HIV-1 dapat
dipicu oleh penghilangan gen CCR5 sebagai koreseptor HIV
pada sel T CD4+ (Li et al., 2023).
2.2.1.3. Kanker
Dalam pengobatan kanker, sistem CRISPR-Cas
umumnya digunakan dalam terapi sel chimeric antigen
receptor-T (CAR-T). Sel CAR-T adalah sel T yang
dimanipulasi secara genetik spesifik terhadap pasien untuk
mengekspresikan reseptor yang menargetkan antigen yang
diekspresikan secara khusus pada sel tumor. Para peneliti telah
menggunakan sistem CRISPR-Cas9 untuk mengembangkan sel
CAR-T universal, seperti menghilangkan secara bersamaan gen
reseptor sel T endogen, menghilangkan gen pengkode HLA
kelas I pada sel T donor yang sehat, dan memperkenalkan
urutan CAR. Selain itu, pengeditan genom yang dimediasi
CRISPR-Cas juga telah digunakan untuk meningkatkan fungsi
sel CAR-T dengan mematikan gen pengkode molekul pemberi
sinyal atau reseptor penghambat sel T, seperti protein PD-1 dan
CTLA-4 (Li et al., 2023).

2.2.2. Tantangan Pengembangan CRISPR-Cas


Aplikasi klinis CRISPR-Cas masih memiliki beberapa
masalah penting terkait efisiensi dan keamanan, seperti efek yang
tidak tepat sasaran, metode pengantaran, imunogenisitas, potensi
risiko kanker, dan masalah etis. Efek CRISPR-Cas yang tidak sesuai
7
target dapat menyebabkan ketidakstabilan genom dan meningkatkan
risiko penyakit tertentu dengan menimbulkan mutasi yang tidak
diinginkan. Efek di luar target dapat dihindari secara efektif dengan
memodifikasi sgRNA untuk meningkatan pengikatan spesifik,
modifikasi Cas9 protein untuk destabilisasi struktur fungsi kompleks
CRISPR, penerapan strategi double nicking untuk mengurangi
pembelahan DNA di situs non-target, dan penggunaan anti-CRIPSPR
untuk mencegah ekspresi berkelanjutan protein Cas9 dalam sel yang
akan diedit (Li et al., 2023).
Metode pengantaran CRISPR-Cas secara efektif ke target
tertentu untuk pengeditan genom secara tepat menjadi masalah utama
dalam terapi gen. Vektor pengantaran yang ideal harus tidak beracun,
memiliki sasaran yang tepat, efisiensi tinggi, biaya rendah, dan
mudah terurai. Saat ini, tiga metode pengantaran utama CRISPR-Cas
adalah metode fisik, virus, dan non-viral. Metode fisik, termasuk
elektroporasi, injeksi mikro, dan deformasi sel mekanis, adalah
metode yang paling sedarhana. Vektor virus, seperti adenovirus,
adeno-associated virus (AAV) dan vektor virus lentivirus, merupakan
metode yang umum dan sudah disetujui untuk terapi gen. Namun,
penggunaan vektor virus masih memiliki masalah keamanan. Oleh
karena itu, dikembangkan vektor non-virus yang lebih aman,
misalnya liposom, polimer, dan nanopartikel. Pengembangan metode
lain oleh Joshi et al. (2019) adalah pembuatan kompleks vektor virus
dan non-virus untuk meningkatkan efisiensi pengiriman dan
mengurangi toksisitas (Li et al., 2023).
Respon imun inang terhadap gen dan protein Cas yang berasal
dari bakteri menjadi salah satu tantangan keamanan dalam uji klinis
sistem CRISPR-Cas. Dari hasil penelitian oleh Wagner et al. (2019),
ditemukan bahwa terdapat antibodi anti-Cas9 dan sel T anti-Cas9
pada manusia sehat. Metode untuk mengurangi imunogenisitas
protein Cas dapat dilakukan dengan memodifikasi protein Cas9 atau
menggunakan homolog Cas9 (Li et al., 2023).
Baru-baru ini, penelitian oleh Haapaniemi et al. (2018)
menemukan bahwa double-stranded break (DSBs) yang dimediasi
8
CRISPR-Cas dapat mengaktifkan jalur pensinyalan p53. Ini berarti
bahwa sel yang diedit secara genetik cenderung menjadi sel pemicu
kanker. Meskipun belum ada bukti langsung, keamanan CRISPR-Cas
terkait potensi karsinogenisitas menjadi tantangan dalam
pengembangan (Li et al., 2023).
Secara teori, setiap gen dapat diedit oleh sistem CRISPR-Cas,
bahkan gen dalam sel germinal manusia. Namun, penyuntingan gen
germline dilarang di banyak negara, karena dapat menimbulkan
konsekuensi yang tidak diinginkan dan menimbulkan masalah etika
dan keamanan. Salah satu isu yang pernah terjadi di Tiongkok adalah
lahirnya sepasang bayi yang gennya telah diedit, dimana gen CCR5-
nya telah dimodifikasi sehingga membuat mereka secara alami kebal
terhadap infeksi HIV setelah lahir. Penyuntingan genom pada embrio
manusia memicu banyak kritik dari komunitas ilmiah dan
menimbulkan kekhawatiran mengenai etika dan keamanan dalam
penggunaan penyuntingan genom. Oleh karena itu, sistem
pengawasan global diperlukan untuk memastikan pengeditan genom
dengan sistem CRISPR-Cas berjalan dengan aman dan etis (Li et al.,
2023).
3. BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Sistem CRISPR-Cas dapat dimanfaatkan untuk terapi gen
menggunakan prinsip kerja pengenalan gen asing ke dalam sel target untuk
mengobati penyakit tertentu yang disebabkan oleh gen yang bermutasi atau
rusak. Terapi gen dengan sistem CRISPR-Cas dapat dilakukan untuk
penyakit monogenik, penyakit menular, kanker, dll. Masalah penting terkait
efisiensi dan keamanan sistem CRISPR-Cas antara lain, efek yang tidak tepat
sasaran, metode pengantaran, imunogenisitas, potensi risiko kanker, dan
masalah etis. Efek yang tidak tepat sasaran dapat dihindari dengan
memodifikasi sgRNA, modifikasi protein Cas9, penerapan strategi double,
dan penggunaan anti-CRIPSPR. Untuk meningkatkan keamanan dan
efisiensi, metode penghantaran CRISPR-Cas yang dapat digunakan adalah
kompleks vektor virus dan non-virus. Metode untuk mengurangi

9
imunogenisitas protein Cas dapat dilakukan dengan memodifikasi protein
Cas9 atau menggunakan homolog Cas9. Karsinogenitas gen yang dimutasi
oleh CRISPR-Cas perlu penelitian lebih lanjut dan menjadi pertimbangan
dalam masalah keamanan. Karena masalah etis dan keamanan, sistem
CRISPR-Cas tidak boleh digunakan untuk mutasi sel germinal dan sistem
pengawasan global diperlukan untuk memastikan pengeditan genom dengan
sistem CRISPR-Cas berjalan dengan aman dan etis

3.2. Rekomendasi
Aplikasi klinis sistem CRISPR-Cas di Indonesia masih sangat
terbatas dan belum terdapat banyak penelitian yang mengembangkan
sistem CRISPR-Cas di Indonesia sehingga penulis memiliki besar harapan
untuk peneliti-peneliti Indonesia, terutam di bidang biomedis, untuk
mengadopsi pengembangan teknologi CRISPR-Cas dari negara-negara yang
sudah unggul dalam teknologi ini, contohnya Tiongkok.

10
4. REFERENSI

Dixon-Woods, M., Amalberti, R., Goodman, S., Bergman, B., & Glasziou, P.
(2011). Problems and promises of Innovation: Why Healthcare needs to
rethink its love/hate relationship with the new. BMJ Quality & Safety,
20(Suppl 1), i47–i51. https://doi.org/10.1136/bmjqs.2010.046227

Haapaniemi, E., Botla, S., Persson, J., Schmierer, B., & Taipale, J. (2018). CRISPR-
Cas9 genome editing induces a p53-mediated DNA damage response. Nature
medicine, 24(7), 927–930. https://doi.org/10.1038/s41591-018-0049-z

Joshi, K., Mazumder, B., Chattopadhyay, P., Bora, N. S., Goyary, D., & Karmakar,
S. (2019). Graphene Family of Nanomaterials: Reviewing Advanced
Applications in Drug delivery and Medicine. Current drug delivery, 16(3),
195–214. https://doi.org/10.2174/1567201815666181031162208

Li, T., Yang, Y., Qi, H., Cui, W., Zhang, L., Fu, X., He, X., Liu, M., Li, P., & Yu, T.
(2023). CRISPR/Cas9 Therapeutics: Progress and Prospects. Signal
Transduction and Targeted Therapy, 8(1). https://doi.org/10.1038/s41392-023-
01309-7

Supriyadi, S. (2017). Community of practitioners: Solusi Alternatif Berbagi


Pengetahuan Antar Pustakawan. Lentera Pustaka: Jurnal Kajian Ilmu
Perpustakaan, Informasi Dan Kearsipan, 2(2), 83.
https://doi.org/10.14710/lenpust.v2i2.13476

Wagner, D. L., Amini, L., Wendering, D. J., Burkhardt, L. M., Akyüz, L., Reinke,
P., Volk, H. D., & Schmueck-Henneresse, M. (2019). High prevalence of
Streptococcus pyogenes Cas9-reactive T cells within the adult human
population. Nature medicine, 25(2), 242–248. https://doi.org/10.1038/s41591-
018-0204-6

Xu, Y., & Li, Z. (2020). CRISPR-Cas Systems: Overview, innovations and
applications in human disease research and Gene Therapy. Computational and
Structural Biotechnology Journal, 18, 2401–2415.
https://doi.org/10.1016/j.csbj.2020.08.031

11
12

Anda mungkin juga menyukai