Disusun Oleh:
NIM : 181148201029
Kelas : 3A Farmasi
Dosen Pembimbing :
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Terapi Gen
Terapi gen adalah teknik untuk mengoreksi gen-gen yang cacat yang bertanggung
jawab terhadap suatu penyakit. Pengobatan atau pencegahan penyakit melalui terapi gen
dilakukan dengan transfer bahan genetik ke tubuh pasien. Terapi ini berkembang dengan
pesat sejak clinical trial pada tahun 1990 (Malik, 2005).
Pendekatan terapi gen yang berkembang adalah dengan menambahkan gen normal ke
dalam sel yang mengalami ketidaknormalan, mengganti gen abnormal dengan gen normal
dengan melakukan rekombinasi homolog, mereparasi gen abnormal dengan cara mutasi
balik selektif sehingga akan mengembalikan fungsi normal gen tersebut, dan mengendalikan
regulasi ekspresi gen abnormal tersebut. Perkembangan yang terkini adalah mencegah
diekspresikannya gen-gen yang abnormal, atau dikenal dengan istilah gene silencing. Untuk
tujuan gene silencing, penggunaan RNA jika dibandingkan dengan DNA lebih
dimungkinkan, sehingga dikenal istilah RNA therapeutic (Malik, 2005).
Penggunaan terapi gen pada penyakit tersebut dilakukan dengan
memasukkan gen normal yang spesifik ke dalam sel yang memiliki gen mutan. Terapi gen
kemudian berkembang untuk mengobati penyakit yang terjadi karena mutasi di banyak gen,
seperti kanker. Selain memasukkan gen normal ke dalam sel mutan, mekanisme terapi gen
lain yang dapat digunakan adalah melakukan rekombinasi homolog untuk melenyapkan gen
abnormal dengan gen normal, mencegah ekspresi gen abnormal melalui teknik peredaman
gen, dan melakukan mutasi balik selektif sehingga gen abnormal dapat berfungsi normal
kembali. Pengobatan atau pencegahan penyakit melalui terapi gen dilakukan dengan transfer
bahan genetik ke tubuh pasien. Terapi ini berkembang dengan pesat sejak clinical trial pada
tahun 1990 (Malik, 2005).
Teknologi terapi gen tidak terlepas dariprinsip rekayasa genetika untuk
menghasilkan GMO (Genetically Modified Organism) atau yang biasa dikenal sebagai
organisme transgenik. Ide untuk terapi gen yaitu dengan menambahkan gen yang normal ke
bagian genom yang mengalami mutasi ataupun kerusakan sehingga fungsi gen tersebut
dapat diperbaiki (Kachroo & Gowder, 2016).
2.2 Sejarah Terapi Gen
Terapi gen pertama kali dilakukan pada 14 September 1990 di USA yang didesain
untuk mengobati defisiensi adenosine deaminase (ADA). ADA adalah sebuah penyakit yang
diturunkan dan bekerja dengan cara merusak sistem imun dan menyebabkan severe
combined immunodeficiency (SCID), dimana penderita tidak memiliki proteksi imun dari
bakteri, virus dan fungi. Transfer ex vivo gen ADA ke dalam limfosit pembuluh darah tepi
dan sel-sel progenitor (sel-sel dengan kemampuan untuk terdiferensiasi menjadi suatu jenis
sel tertentu) sumsum tulang belakang dari penderita severe combined
immunodeficiency yang berkaitan dengan defisiensi adenosine deaminase (ADA-SCID)
menghasilkan perbaikan imunitas selular dan humoral (cairan) pada pasien yang ditangani.
Sejak saat itu, telah dilakukan lebih dari 600 uji klinis di seluruh dunia, dan lebih dari 4.000
pasien telah menerima terapi gen.
Akhir-akhir ini, penyakit-penyakit target untuk terapi gen telah meluas dari kelainan
metabolik kongenital menjadi tumor-tumor malignan yang tidak dapat disembuhkan oleh
pengobatan yang ada dan bahkan penyakit-penyakit tumor jinak kronis yang menyebabkan
penurunan kualitas hidup. Para peneliti melihat potensi terapi gen untuk penanganan kanker,
suatu penyakit akibat abnormalitas regulasi dan ekspresi gen. Walaupun kemoterapi dan
radioterapi memperpanjang kemampuan bertahan hidup dan dapat mengobati kanker pada
beberapa kasus, namun kekurangan-kekurangannya pun banyak. Sel–sel target kemoterapi
adalah sel-sel yang berproliferasi, bukan sel-sel kanker secara spesifik. Kemoterapi juga
mempunyai efek samping sehingga dosis yang diperbolehkan terbatas, dan pada sebagian
besar tumor-tumor solid terjadi kekambuhan yang cepat setelah terapi. Berbeda dari terapi
konvensional, terapi gen untuk kanker menjanjikan pengobatan yang spesifik terhadap
kanker, efek toksik yang lebih sedikit dan potensi yang lebih besar untuk sembuh.
Dari 350 uji klinik terapi gen yang dilaporkan oleh National Institutes of Health
Recombinant DNA Advisory Committee USA pada bulan Maret 2000, 67% adalah terapi gen
untuk penanganan kanker. Hingga pertengahan Juli 2004, di Jepang telah dikembangkan dua
puluh protokol terapi gen. Diantaranya, lima belas berkaitan dengan kanker. Penyakit-
penyakit kanker yang dijadikan target meliputi karsinoma sel ginjal, kanker paru-paru,
kanker esophagus, kanker payudara, kanker prostat, kanker otak (malignant glioma),
leukemia, dan kanker kolon (usus).
Pada gambar atas menjelaskan tahapan dalam terapi gen sel embrional pada monyet.
Terdapat dua monyet, yaitu monyet A yang memiliki kelainan pada mitokondrianya dan
monyet B yang merupakan monyet normal. Untuk menghasilkan keturunan monyet A
yang normal tanpa adanya kelainan pada mitokondria, maka dilakukan terapi gen
melalui sel embrional. Kromosom pada ovum monyet A diambil kemudian disisipkan ke
dalam ovum monyet B yang memiliki mitokondria normal. Proses pengambilan dan
penyisipan tersebut dilakukan secara ex vivo. Ovum monyet B yang telah disisipi materi
genetik monyet A kemudian difertilisasi oleh sperma dari monyet C yang sejenis dengan
monyet A. Ovum yang telah dibuahi sperma tersebut kemudian diinsersikan ke dalam
uterus monyet lain yang berperan sebagai induk inang untuk kemudian memfasilitasi
embrio tersebut untuk tumbuh dan berkembang. Embrio tersebut kemudian akan
dilahirkan dengan kondisi tanpa kelainan mitokondria.
2. Terapi gen sel tubuh (somatic gene therapy)
Pada terapi gen dengan sel somatik, DNA yang mengandung gen untuk fungsi terapi
ditransfer ke dalam sel somatik baik secara in vivo maupun ex vivo. Transfer gen
tersebut biasanya ditujukan secara langsung ke organ atau jaringan spesifik sehingga gen
dapat terekspresi dengan baik. Pada terapi gen dengan sel somatik juga tidak akan
memberikan pengaruh terhadap sel embrional.
3.2 Saran
-
DAFTAR PUSTAKA
Kachroo, S., & Gowder, S. J. T. (2016). Gene therapy: An overview. Gene Technology, 5, 1
Mali, S. (2013). Delivery systems for gene therapy. Indian Journal of Human Genetics, 19, 3-8.
Maurya, S. K., Srivastava, S., & Joshi, R. K., (2009). Retroviral vectors and gene therapy: an
update. Indian Journal of Biotechnology, 8, 349-357. Miesfeld, R. L. (2000). Gene therapy.
Retrieved from http://cbc.arizona.edu/cla sses/bioc471/pages/Lecture24.html Misra, S. (2013).
Human gene therapy: a brief overview of the genetic revolution. Journal of the Association of
Physicians of India, 61, 41-47. Molina, F. M. (2013). Gene Therapy: Tools and Potential
Applications. Croatia. InTech. Moraes, F. & Góes, A., (2016). A decade of human genome
project conclusion: Scientific diffusion about our genome knowledge. Biochemistry and
Molecular Biology Education, 44, 215-223.