Anda di halaman 1dari 15

TUGAS BIOTEKNOLOGI

TERAPI GEN KARDIOVASKULAR

OLEH

KELOMPOK 2 :

1. Nurkamila putrid ( 1304011)

2. Yulia rahma yani ( 1304013)

3. Hera yulia (1304015)

4. Rozin zulfa (1304018)

5. Mutiara hasanah (1304019)

6. Khairat gustinova ( 1304021)

7. Audea yukia mahdani ( 1304023)

8. Rahmadani putrid (1304025)

9. Deby siska (1304031)

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA

YAYASAN PERINTIS

PADANG

2017
I. PENDAHULUAN

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk dalam bidang pengobatan

merupakan hasil karsa dan karya manusia yang dihasilkan dengan akalnya. Kemajuan pesat

dalam bidang molekuler telah melahirkan beberapa alternatif baru dalam usaha pengobatan dan

memberikan harapan baru bagi para penderita, bahkan untuk beberapa penyakit yang di masa

lampau mustahil untuk diobati, misalnya penyakit keturunan. Terapi gen merupakan kemajuan

teknologi yang cukup dapat memberikan harapan di bidang pengobatan.

Penyakit-penyakit metabolik bawaan biasanya akibat tidak adanya gen atau adanya

kerusakan pada gen tertentu. Pengobatan yang paling radikal adalah memberikan gen yang tepat,

agar tubuh mampu membuat enzim atau protein yang diperlukan, dengan demikian akar

penyebab penyakit dapat dihilangkan. Sejak ditemukan bahwa informasi genetik pada semua

makhluk hidup ternyata terdapat pada DNA, maka pengetahuan genetika dan biologi molecular

tumbuh dengan sangat pesat. Secara genetika sejumlah penyakit keturunan telah diidentifikasi

dan diharapkan gen penyebab dapat diklon dan dikarakterisasi. Dunia pengobatan merasakan

keuntungan dengan perkembangan biologi molekular melalui penemuan cara diagnosis dan

penemuan obat. Dengan cara memasukan gene terapetik kedalam sel pasien, maka fungsi gen

yang rusak digantikan oleh gen terapetik.

Terapi gen adalah teknik memperbaiki gen yang rusak atau cacat yang bertanggungjawab

atas timbulnya penyakit tertentu. Seorang ahli menyatakan bahwa terapi gen merupakan

teknologi masa kini yang membolehkan gen-gen yang rusak diganti dengan gen-gen normal

dimana kita menggunakan vektor untuk menyisipkan DNA yang diingini ke dalam sel dan

disuntikkan ke dalam tubuh. Terapi ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1990. Selama ini
pendekatan terapi gen yang berkembang adalah menambahkan gen-gen normal ke dalam sel

yang mengalami ketidaknormalan. Pendekatan lain adalah melenyapkan gen abnormal dengan

melakukan rekombinasi homolog. Pendekatan ketiga adalah mereparasi gen abnormal dengan

cara mutasi balik selektif, sedemikian rupa sehingga akan mengembalikan fungsi gen tersebut.

Selain pendekatan-pendekatan tersebut, ada pendekatan lain untuk terapi gen yaitu

mengendalikan regulasi ekspresi gen abnormal tersebut.

Perkembangan terapi gen yang terkini untuk penyakit-penyakit adalah lebih ke arah

gagasan mencegah diekspresikannya gen-gen yang jelek atau abnormal, atau dikenal dengan

gene silencing. Untuk tujuan gene silencing atau membungkam ekspresi gen tersebut, maka

penggunaan RNA jika dibandingkan dengan DNA lebih dimungkinkan, sehingga dikenal istilah

RNA therapeutic. Gagasan terapi gen dengan mereparasi mRNA (messenger RNA) daripada

mengganti gen yang cacat berarti menggunakan mekanisme regulasi sel itu sendiri, sehingga

efek samping yang merugikan lebih dapat ditekan Setelah adanya laporan-laporan penelitian,

maka dimulailah booming dalam bisnis perusahaan-perusahaan yang berkaitan dengan riset

RNA, maupun perusahaan-perusahaan farmasi yang berharap RNA therapeutic ini segera dapat

diluncurkan sebagai sediaan obat. Namun, para pakar memperkirakan masih sekitar tujuh sampai

limabelas tahun lagi baru bias terealisasi.


ISI

A. Pengertian terapi gen

Terapi gen (Gene therapy) adalah suatu proses terapi untuk mengobati penyakit tententu

dengan cara menginsersikan gen yang telah diperbaiki atau gen tertentu kedalam genom sel-sel

atau jaringan individu untuk menggantikan gen yang abnormal yang menyebabkan

terjadinya penyakit tersebut dengan cara:

1. Menambahkan gen-gen normal ke dalam sel yang mengalami ketidaknormalan.

2.Melenyapkan gen abnormal dengan gen normal dengan melakukan rekombinasi

homolog.

3. Mereparasi gen abnormal dengan cara mutasi balik selektif, sedemikian rupa sehingga

akan mengembalikan fungsi normal gen tersebut.

4. Mengendalikan regulasi ekspresi gen abnormal tersebut, lebih kea rah gagasan

mencegah diekspresikannya gen-gen yang jelek atau abnormal, dikenal dengan istilah

gene silencing. Gene silencing adalah satu proses membungkam ekspresi gen yang pada

mulanya diketahui melibatkan mekanisme pertahanan alami pada tanaman untuk

melawan virus.

Terapi gen atau gen therapy merupakan modifikasi materi genetik (DNA) dari sel untuk

tujuan pengobatan. Berbeda dengan pengobatan umumnya saat ini, pengobatan ini dilakukan

dengan cara mengubah struktur gen yang kemudian disisipkan ke DNA target (Anonima. 2010).

Dengan menggunakan sistem tersebut, klinik percobaan terapi gen menunjukan bahwa

terapi gen mampu mengobati beberapa jenis penyakit diantaranya : penyakit kanker, peredaran

darah, monogenik dan beberapa jenis penyakit lainnya. Terapi gen merupakan pendekatan baru
dalam pengobatan kanker, yang saat ini masih bersifat eksperimental. Sejak mengetahui bahwa

kanker merupakan penyakit akibat mutasi gen, para ahli mulai berpikir bahwa terapi gen tentu

efektif untuk mengobatinya. Apalagi kanker jauh lebih banyak penderitanya dibandingkan

dengan penyakit keturunan akibat kelainan genetis yang selama ini diobati dengan terapi gen

(Anonima. 2010).

B. Jenis Terapi GenTerapi gen dibedakan atas 2 jenis yaitu :

1) Terapi gen sel somatik (somatic-cell gene therapy) atau gene therapy non hereditable.

Pada terapi gen sel somatik, gen yang normal atau telah dimodifikasi ditransfer ke dalam

sel-selsomatik pasien. Terapi gen ini hanya dapat mengatasi penyakit atau kelainan pada pasien

yang bersangkutan. Gen yang telah diperbaiki atau dimodifikasi ini tidak dapat diturunkan

kepadagenerasi selanjutnya, karena gen yang telah diperbaiki ini hanya ada pada sel-sel somatik

sajadan tidak ada pada sel-sel germinal.Terapi gen somatik (somatic cell gene therapy) mirp

dengan transplantasi sel, jaringan atauorgan. Pada transplantasi organ ketubuh resipien, organ

yang ditransplantasikan itu mengandunggen-gen yang berbeda dengan pasien. Pada terapi gen ini

beberapa sel pasien diambil, diperbaikidiperbaiki gennya dan kemudian dikembalikan ke

pasiennya. Hal ini menyebabkan terapi gen selsomatik tidak serumit dan tidak seberbahaya

transplantasi organ.

2) Terapi gen sel germinal (Germ line /hereditable gene therapy)

Pada terapi gen sel germinal, gen yang mengalami defek pada sel-sel germinal akan

diperbaikidengan cara menginsersikan dan mengintegrasikan gen yang normal atau gen yang

telahdimodifikasi kedalam genom sel-sel germinal. Gen yang telah diinsersikan ini kemudian

akanditurunkan ke generasi berikutnya. Terapi gen sel germinal sangat bermanfaat untuk

mengatasi penyakit-penyakit genetik dan penyakit-penyakit yang bersifat herediter. Akan tetapi
terapi gensel germinal hingga kini masih sulit dilakukan karena alasan tehnis dan etik. Bila gen

yangmengalami defek pada sel-sel germinal ini diperbaiki dan diturunkan berarti kita telah

mengubahgenetik seseorang. Hal inilah yang menjadi kendala untuk melakukan terapi gen sel

germinal

C. Metoda Terapi Gen dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar yaitu

1. Transfer gen yang telah dimodifikasi atau gen normal kedalam sel-sel sasaran pada

pasiendengan menggunakan vektor biologi yaitu virus.

2. Transfer gen yang telah dimodifikasi atau gen yang normal kedalam sel-sel sasaran

pada pasien dengan menggunakan cara non virus. Beberapa cara non virus yang dapat

digunakanadalah Naked DNA, Oligonucleotides, lipoplexes dan poyplexe

D. Mekanisme kerja terapi gen

1. Terapi gen secara ex vivo dan in vivo

Transfer gen merupakan langkah penting dalam proses terapi gen. Gen yang akan

digunakan mula-mula diisolasi dan kemudian di transformasikan ke sel target dengan cara di

kloning (Mohammad, 2008).

Strategi utama dalam transfer gen somatik manusia dibedakan dalam dua kelompok, yaitu

: Ex vivo dan in vivo. Pada ex vivo, gen dibungkus vektor kemudian dikenalkan ke sel yang

diambil dari pasien (sel target) dan dikembangkan secara invitro dan kemudian di transformasi

ke sel yang diinjeksi kembali. Pada invivo pengiriman gen dilakukan secara langsung ke sel

pasien tanpa dikembangkan dulu secara invitro (Mohammad, 2008).

Pada ex-vivo terdapat juga cara transfer gen nonviral yaitu pengiriman gen tanpa

menggunakan bakteri atau virus. Pengiriman gen dilakukan dengan cara injeksi langsung, gen

gun dan liposom. Injeksi secara langsung dilakukan dengan mengirimkan DNA ke tempat ekstra
seluler yang memiliki perbedaan hipertonik solution salinitas dan sukrosa. Gen gun digunakan

dengan cara memanfaatkan ledakan kecil helium yang membawa potongan DNA patogen yang

berukuran sangat kecil sehingga mampu masuk ke nukleus kulit dan sel otot. Teknik liposom

dilakukan dengan cara memanfaatkan virus yang mampu menginjeksi DNA nya ke dalam

nukleus sel target. Viral vektor yang digunakan dalam teknik ini adalah Adenovirus, Adeno-

associated Virus, Lentivirus dan Retrovirus. Tipe virus tersebut digunakan dengan alasan mampu

menginfeksi banyak varietas tipe sel, mudah dimanipulasi, dan sebagainya (Mohammad, 2008).

Salah satu vektor dalam terapi gen adalah Sleeping beauty (SB). Sleeping beauty (SB)

merupakan gen yang dapat meloncat yang diisolasi dari ikan. Loncatan dari gen ini dimanfaatkan

dalam terapi gen karena mampu melakukan mutasi pada transpos penerjemahan gen. Gen SB ini

akan terpotong jika bertemu dengan enzim transposase, kedua ujungnya selanjutnya akan

berikatan dengan enzim tersebut dan bersama-sama berpindah ke rantai DNA yang lain.

Transposase akan memotong rantai DNA tersebut dan menyambungnya dengan gen SB. Apabila

dalam gen SB ini ditambahkan gen yang kita inginkan, gen tersebut juga akan ikut melompat

bersama dengan gen SB ke rantai DNA pasien, sehingga gen tersebut dapat diekspresikanm dan

mengembalikan fungsi tubuh pasien (Mohammad, 2008).

2. Mekanisme terapi gen berdasarkan sel target

Berdasarkan sel target yang digunakan, terapi gen dibedakan dalam dua tipe utama, yaitu

Somatik dan Germ-line. Modifikasi gen yang tidak melewati keturunan disebut dengan terapi

gen somatik sedangkan modifikasi gen yang mencakup sel reproduksi adalah terapi gen Germ-

line. Sel target dari terapi gen somatik adalah sel stem, fibroblas dan sel stem lainnya. Target dari

terapi gen germ-line adalah sperma atau sel telur (Anonima. 2010).
3. Gene Transfer Agents (Agen Pembawa Gen)

Tanggal 24 Juni 2010, Eurekanetwork mempublikasikan penemuan senyawa organik baru

yang dapat menjadi agen pembawa gen dalam proses terapi untuk penyembuhan penyakit

genetik. Proyek penelitian yang dinamakan EUREKA project E! 3371 Gene Transfer Agents

telah berhasil mengembangkan senyawa turunan dari kation amfifilik 1,4-dihidropiridin atau 1,4-

DHP (cationic amphiphilic 1,4-dihydropyridine) untuk menjadi pengantar gen normal ke dalam

inti sel dan mengganti gen sebelumnya yang rusak (Anonimb. 2010).

Kelebihan derivat 1,4-DHP sebagai pembawa gen ini adalah kesiapan untuk diproduksi

dalam skala besar, lebih efektif dibanding senyawa organik lain, dan karena bukan virus maka

resistensi kekebalan tubuh penerimanya dapat dihindari. Saat ini agen pembawa yang dianggap

paling efektif dalam terapi gen adalah virus yang telah dilemahkan (Anonimb. 2010).

Beberapa metode pengobatan penyakit genetik lainnya yaitu dengan injeksi

makromolekul organik. Contohnya adalah pemberian hormon insulin untuk penderita diabetes

atau pemberian faktor pembekuan darah bagi pengidap hemofilia. Kelemahan cara ini yaitu,

substansi tersebut mudah terurai dalam darah dan adanya ketergantungan penderita terhadap

pasokan zat tersebut dari luar tubuhnya (Anonimb. 2010).

Pengidap kanker dan penyakit kronis lain memperoleh pemberian obat beropium untuk

meredakan rasa sakit yang hebat. Efek samping obat beropium adalah rasa kantuk berlebihan,

gangguan mental, dan halusinasi (Anonimb. 2010).

Aspek revolusioner dari terapi gen adalah terbukanya kemungkinan bahwa penderita

kelainan genetik dapat memproduksi senyawa-senyawa terapeutik yang diperlukannya secara

endogen (diproduksi tubuh sendiri). Hal ini tentu lebih murah dibandingkan penyuntikkan
senyawa terapeutik secara berkala yang mahal biayanya. Selain itu penderita juga terlepas dari

ketergantungan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya (Anonimb. 2010).

4. Masalah Gene Transfer Agents (Agen Pembawa Gen)

Pemetaan dan pengamatan genome manusia secara lengkap memberi banyak manfaat

dalam penelusuran penyakit genetik. Lokasi gen yang mengalami kelainan dapat dilacak

kaitannya dengan penyakit atau gangguan yang ditimbulkannya (Anonimb. 2010).

Setelah lokasi gen pemicu masalah diketahui, langkah selanjutnya adalah membawa gen

normal pengganti gen rusak di dalam inti sel. Untuk melaksanakan tugas ini diperlukan suatu

agen pembawa atau pengantar gen (gene transfer agents) yang dapat melakukannya secara

efektif, tepat sasaran, dan tanpa efek samping. Dewasa ini cara untuk melakukan penggantian

gen rusak yaitu dengan memanfaatkan agen virus yang telah dilemahkan, senyawa kimia

organik, atau dengan cara penyuntikkan (Anonimb. 2010).

Penggunaan virus sebagai agen pembawa gen disebut metode viral. Metode ini memiliki

keuntungan efektivitas yang tinggi. Metode ini dapat memanfaatkan sifat serangan virus pada

jaringan tertentu yang khas. Sebagai contoh, retrovirus penyerang sel-sel yang membelah cepat,

mungkin cocok sebagai agen pembawa gen terapeutik untuk penyakit tumor. Adenovirus

penyerang sel dinding paru-paru mungkin cocok untuk mengirim duplikat gen cystic fibrosis

yang dibutuhkan dalam sistem pernapasan (Anonimb. 2010).

Metode viral cukup dapat diandalkan dari segi efektivitas. Kelemahannya adalah

pembiakkanya dalam skala besar memiliki potensi bahaya yang serius. Bagaimanapun juga virus

tetaplah virus yang mempunyai kemampuan mutagenik dan karakteristik yang sukar diramalkan.
Selain itu, tubuh manusia juga memiliki sistem kekebalan terhadap virus sehingga dapat

mengganggu proses terapi (Anonimb. 2010).

Penggunaan senyawa kimia organik sebagai agen pengantar gen dapat mengatasi masalah

resistensi dari sistem kekebalan tubuh penerima. Senyawa kimia juga memiliki kemudahan

dalam produksi, baik dalam skala kecil maupun skala besar. Hanya saja efektivitas metode ini

sangat rendah apabila dibandingkan dengan metode viral. Saat ini agen senyawa kimia standar

yang digunakan secara luas yaitu DOTAP (dioleoyl trimethylammonium propane) dan PEI 25

(polyethylenimine) (Anonimb. 2010).

Penemuan derivat 1,4-DHP sebagai senyawa organik pembawa gen memiliki keunggulan

gabungan metode viral dan metode kimiawi. Derivat-derivat 1,4-DHP saat ini masih dalam tahap

pengembangan, namun efektivitasnya lebih tinggi dibanding senyawa organik lain yaitu DOTAP

dan PEI 25. Sebagai senyawa kimia organik tentu saja 1,4-DHP akan lebih siap dan mudah

diproduksi dalam berbagai skala (Anonimb. 2010).

E. Prinsip-prinsip terapi gen

Prinsip-prinsip terapi gen adalah gen yang akan dipindahkan itu harus diletakkan ke

dalam sel yang akan berfungsi normal dan efektif. Untuk hemofilia gen harus diletakkan ke

dalam sel yang akan menghantarkan protein faktor VIII atau faktor IX ke dalam peredaran darah.

Saat ditransfer, gen tersebut harus berfungsi dalam sel dalam jangka waktu yang lama, demikian

pula sel baru yang disebut transduced cell, harus pula bertahan lama. Program terapi gen terbagi

dalam dua jenis. Pertama, pemindahan gen dilakukan di dalam tubuh pasien (in vivo transfer).

Kedua, pemindahan gen dilakukan di luar tubuh pasien (ex vivo transfer). Terapi gen in vivo

transfer bersandarkan pada kemampuan sel-sel untuk menyerap DNA. Peneliti berharap dapat
memetakan gen yang berfungsi normal sehingga memungkinkan sel-sel menerimanya sesegera

mungkin, misalnya melalui penyuntikan. Sedangkan ex vivo transfer, gen yang berfungsi normal

disisipkan ke dalam sel di dalam laboratorium. Kemudian sel yang telah ditransferkan ke gen

baru tadi di letakkan ke dalam tubuh pasien. Sel penderita dapat digunakan untuk pemindahan

gen ini. Tentu kedua cara ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan in vivo transfer

adalah sangat sedikit membutuhkan manipulasi laboratorium dan dapat digunakan dalam skala

besar. Sedangkan ex vivo lebih sarat dengan operasi pembedahan, seperti bagaimana

mengangkat dan meletakkan kembali sel, karena meletakkan gen baru ke tubuh pasien tidaklah

segampang menelan pil atau semudah menyuntikkannya ke dalam darah (Farida, 2007).

F. Terapi gen penyakit kardiovaskular

Terapi Gen Untuk Penyakit Jantung Bawaan Sebuah penelitian baru membuktikan bahwa

KCNQ1 adalah gen utama yang menyandi fungsi jantung. Mutasi yang terjadi pada gen tersebut

akan menyebabkan penyakit jantung bawaan padaratusan ribu anak dan akan menimbulkan

gangguan rhytm atau irama jantung dengan penderitaanseumur hidup. Kondisi ini pada akhirnya

bisa menyebabkan gagal jantung atauCardiac suddentdan kematian. Kami bersama Tim peneliti

lainnya di Cardiac Research Center, NiigataUniversity Hospital, Jepang telah melakukan uji gene

screening pada lebih dari seratus keluargadengan penderita penyakit jantung bawaan. Penemuan

ini dipublikasikan di journal internationalof BBRCDalam penelitan tersebut, pasien yang

menderita kelainan jantung bawaan, ditemukan adanyamutasi genetik pada semua penderita.

Tepatnya pada gen KCNQ1 dengan lokasi mutant-nya pada residue 313, dan ternyata residue

I313K ini merupakan pusat dari kanal Potassium yangtentunya merupakan molekul utama yang

sangat dibutuhkan untuk kontraksi otot-otot jantung.Jadi dengan terjadinya mutasi tersebut
penderita penyakit ini akan mengalami gangguankontraksi otot jantung.Pengujian selanjutnya,

pada sel-sel otot jantung secara invitro denganmenggunakan metodePatch Clamping

Electrophysiology, Confocal imaging, dananalisasequencing DNA pada pasien-pasien penderita

penyakit herediter ini, membuktikan bahwa terdapat perbedaan bermakna penurunan fungsi sel-

sel mutant KCNQ1-I313K biladibandingkan dengan sel-sel normal

G. Hambatan dalam Terapi Gen

Ada beberapa faktor yang menghambat efektivitas penggunaan terapi gen dalam

mengatasi penyakit-penyakit genetik yaitu :

a. Masa hidup alami terapi gen yang pendek (Short-lived nature of gene therapy). Agar

terapigen menjadi efektif , gen yang dimasukkan kedalam sel-sel target harus dapat berfungsi

dan sel-sel yang mengandung gen terapi ini harus dapat hidup lama dan stabil.

b. Respons Imunologik. Adanya stimulus tertentu yang merangsang timbulnya

responsimunologik yang dapat menurunkan efektivitas terapi gen tentu sangat merugikan. Lebih

jauhadanya respon imunologik ini juga akan menyulitkan pengulangan terapi gen pada pasien

c. Masalah dengan virus yang berfungsi sebagai vektor.


Beberapa masalah yang harus dipertimbangkan pada penggunaan virus sebagai

kendaraan pembawa gen yang telah diperbaiki adalah toksisitas, reaksi imunologik dan

inflamasi, kontrol gen dan jaringan sasaran.

Ketakutanlainnya adalah kemungkinan pulihnya kembali kemampuan virus untuk

menyebabkan penyakit pada manusiad. Kelainan gen yang multipel. Terapi gen sulit digunakan

untuk mengobati penyakit-penyakityang disebabkan oleh adanya kombinasi gen-gen yang

mengalami kerusakan, misalnya pada penyakit jantung, tekanan darah tinggi, Alzheimer, artritis

dan diabetes.

Potensi untuk timbulnya tumor.Bila DNA diintergrasikan pada tempat yang salah di

dalam genom, misalnya pada daerah tumor suppressor gene, hal ini dapat menyebabkan

timbulnya tumor. Hal ini pernah terjadi pada percobaan klinis pada pasien dengan X-linked

severe combined immunodeficiency (X-SCID)yang diterapi dengan sel punca darah

(Hematopoietic stem cells yang diinfeksi oleh retrovirusyang mengandung transgen. Tiga dari 20

pasien yang diterapi dengan cara ini kemudianmenderita leukemia

H. PRASYARAT TERAPI GEN

Untuk melakukan terapi gen ada persyaratan yang harus dipenuhi yang dikembangkan

oleh National Institute of Health (NIH). Beberapa prasyarat yang harus dipenuhi agar prosedur

terapigen dapat di izinkan adalah :

a. Gen harus di klon dan diketahui karakteristiknya, sehingga harus tersedia dalam

bentuk murni.

b. Harus ada metoda efektif yang digunakan untuk memasukkan trasngen ke dalam

jaringanatau sel yang dituju.


c. Resiko terapi gen harus dievaluasi secara berhati-hati dan dibuat seminimal mungkin

d. Penyakit tidak dapat diobati dengan cara lainnya.

e. Harus ada data penelitian pendahuluan dengan hewan model atau sel manusia dan

hasilnya menunjukkan bahwa usulan terapi gen tersebut adalah efektif


PENUTUP

A. KESIMPULAN

Terapi gen adalah suatu teknik yang digunakan untuk memperbaiki gen-gen mutan

(abnormal/cacat) yang bertanggung jawab terhadap terjadinya suatu penyakit.

Pada awalnya, terapi gen diciptakan untuk mengobati penyakit keturunan (genetik) yang terjadi

karena mutasi pada satu gen, seperti penyakit fibrosis sistik. Penggunaan terapi gen pada

penyakit tersebut dilakukan dengan memasukkan gen normal yang spesifik ke dalam sel yang

memiliki gen mutan.

Terapi gen kemudian berkembang untuk mengobati penyakit yang terjadi karena mutasi

di banyak gen, seperti kanker. Selain memasukkan gen normal ke dalam sel mutan, mekanisme

terapi gen lain yang dapat digunakan adalah melakukan rekombinasi homolog untuk

melenyapkan gen abnormal dengan gen normal, mencegah ekspresi gen abnormal melalui teknik

peredaman gen, dan melakukan mutasi balik selektif sehingga gen abnormal dapat berfungsi

normal kembali.

B. SARAN

Suatu kemajuan teknologi dapat dimanfaatkan untuk perkembangan zaman.Namun,

sebaiknya kemajuan teknologi juga harus memperhatikan dan mempertimbangkan keseimbangan

ekologi lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai