Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Ir. Diah Permata Wijayanti, M. Sc.
NIP. 196901161993032001
Disusun Oleh :
Arshy Paramita
26040121130079
Ilmu Kelautan B
Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu jenis udang yang
banyak dibudidayakandi Indonesia. Udang vannamei (L. vannamei) mendominasi usaha
pertambakan di Indonesia yang sebelumnya di dominasi oleh udang windu (Penaeus
monodon). Namun pada beberapa tahun terakhir seperti halnya pada udang windu, penyakit
yang disebabkan oleh virus White Spot Syndrome Virus (WSSV) juga merupakan masalah
utama pada budidaya udang vannamei. WSSV adalah salah satu penyakit yang telah
merambah secara global dan menjadi masalah serius pada sebagian besar spesies udang yang
dibudidayakan secara komersil. Hal ini juga dijelaskan oleh Yanti et al. (2017), bahwa
WSSV merupakan virus DNA dengan bentuk seperti batang yang menyelubung dan nampak
berpori. Udang yang terinfeksi WSSV akan mengalami kematian mencapai 100 % sehingga
akan merugikan pembudidaya udang secara ekonomis dan akan berdampak negatif terhadap
masyarakat yang mengkonsumsi udang, yaitu mual, sakit perut. Penyebab penyakit WSSV
adalah virus SEMBV (Systemic Ectodermal and Mesodermal Baculo Virus). Virus ini
merupakan virus berbahan genetik DNA (Dioxyribonucleic Acid), berbentuk batang
(Baciliform). Organ yang terinfeksi virus yaitu kaki renang, kaki jalan, insang, lambung, otot
abdomen, gonad, intestinum, karapas, jantung sehingga menimbulkan infeksi yang sistematik
atau menyeluruh. Faktor pemicu timbulnya penyakit WSSV ini yaitu blooming fitoplankton
kemudian mengalami kematian secara mendadak, kadar oksigen rendah, terjadi fluktuasi pH
harian yang besar, rendahnya temperatur air, turun hujan secara mendadak dan pengelolaan
yang kurang.
Penerapan metode CRISPR-Cas9 pada organisme hidup tidak banyak memiliki
perbedaan satu sama lain. Cara kerja atau tahapan pengeditan genetik pada DNA
menggunakan metode CRISPR-Cas9 yang dijelaskan oleh Asmamaw et al., (2021) adalah
sebagai berikut:
1) Protein Cas9 dipasangkan dengan RNA pemandu (gRNA) yang membawa informasi
tentang urutan DNA yang menjadi target. gRNA dapat dibuat secara artifisial untuk
menargetkan bagian DNA tertentu.
2) Kompleks Cas9-gRNA mencari dan mengikat urutan DNA target yang sesuai dengan
gRNA. Urutan DNA target harus memiliki motif protospacer yang berdekatan (PAM)
di sebelahnya, yaitu urutan DNA pendek yang spesifik untuk setiap jenis Cas9.
3) Protein Cas9 memotong kedua untai DNA target pada situs 3 basa pasangan hulu dari
PAM. Pemotongan DNA ini menghasilkan ujung tumpul atau ujung bergerigi
tergantung pada varian Cas9 yang digunakan.
4) DNA yang dipotong dapat dimodifikasi dengan dua cara: Non-Homolog End Joining
(NHEJ) atau Homology-Directed Repair (HDR). NHEJ adalah mekanisme perbaikan
seluler yang menyambungkan kembali ujung-ujung DNA yang terputus secara acak,
sehingga dapat menyebabkan mutasi penghapusan atau penyisipan pada situs target.
HDR adalah mekanisme perbaikan seluler yang menggunakan templat DNA homolog
untuk memperbaiki DNA yang terputus secara akurat, sehingga dapat digunakan
untuk menyisipkan atau mengganti gen tertentu pada situs target.
PENUTUP