Anda di halaman 1dari 56

PEMERINTAH KOTA BOGOR

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS MULYAHARJA
Jl.Cibereum No. 14 Rt. 003/003 Kel. Mulyaharja Kec. Bogor Selatan Kota Bogor
Kode Pos 16135 Telp. 0251 – 8416164
Situs Web:www.pkmmulyaharja.kotabogor.go.id
email:puskesmasmulyaharja2023@kotabogor.go.id

KEPUTUSAN
KEPALA UPTD PUSKESMAS MULYAHARJA
NOMOR : 800/3.3.1.a-SKP/049a/02.01.23/PKMMH

TENTANG

LAYANAN KLINIS YANG BERORIENTASI PASIEN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


KEPALA UPTD PUSKESMAS MULYAHARJA,

Menimbang : a. bahwa pelayanan klinis yang berorientasi pasien Puskesmas


dilaksanakan atas kebutuhan pasien;
b. bahwa pelayanan klinis yang berorientasi pasien Puskesmas
perlu memperhatikan mutu dan keselamatan pasien;
c. bahwa untuk menjamin pelayanan klinis yang berorientasi
pasien dilaksanakan sesuai kebutuhan pasien, bermutu, dan
memperhatikan keselamatan pasien, maka perlu disusun
kebijakan Layanan Klinis yang berorientasi Pasien di UPTD
PUSKESMAS MULYAHARJA;

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun


2009 tentang Kesehatan;
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
44 tahun 2016, tentang Pedoman Manajemen Puskesmas;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
43 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
34 tahun 2022 tentang Akreditasi Puskesmas;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomo 165 Tahun 2023
tentang StandarAkreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS MULYAHARJA


TENTANG LAYANAN KLINIS YANG BERORIENTASI PASIEN
UPTD PUSKESMAS MULYAHARJA
KESATU : Layanan Klinis Yang Berorientasi Pasien di UPTD PUSKESMAS
MULYAHARJA sebagaimana tercantum dalam Lampiran
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari surat keputusan ini.
KEDUA : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan
ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan
diadakan perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Bogor
Pada tanggal : 2 Januari 2023
KEPALA UPTD PUSKESMAS MULYAHARJA

HUSNUL KHATIMAH
LAMPIRAN I. SURAT KEPUTUSAN UPTD PUSKESMAS MULYAHARJA
NOMOR : 800/3.3.1.a-SKP/049a/02.01.23/PKMMH
TENTANG : LAYANAN KLINIS YANG BERORIENTASI PASIEN

A. SCREENING PASIEN
Mengintruksikan pasien untuk mencuci tangan, petugas puskesmas mulyaharja
memeriksakan suhu pasien dan memastikan pasien menggunakan masker
setelah itu mencatatnya dalam buku, pasien mengambil nomer antrian sesuai
dengan nomer prioritas, petugas puskesmas mulyaharja mengintruksikan pasien
untuk menunggu di ruang tunggu yang sudah disediakan.

B. PENYAMPAIAN INFORMASI
Penyampaian informasi adalah suatu proses pemberian informasi tentang sarana
pelayanan di puskesmas, media informasi di puskesmas mulyaharja yaitu melalui
website, Instagram, facebook, tiktok, youtube, twitter, whatsapp dan madding
puskesmas Tujuannya agar pelanggan mendapatkan informasi sesuai kebutuhan.
Tersedianya informasi tentang fasilitas rujukan seperti mou dengan tempat
rujukan. Hak dan kewajiban pasien harus diperhatikan pada keseluruhan proses
pelayanan yang dimulai dari pendaftaran

C. PENDAFTARAN PASIEN
Pendaftaran pasien merupakan proses awal terjadinya rekam medis di setiap
fasilitas pelayanan kesehatan, di tempat pendaftaran pasien akan di data identitas
pribadi pasien serta keperluan kunjungannya ke puskesmas. Selain mencatat data
identitas pasien, akan diperlukan juga pendataan lain mengenai penanggung
jawab pasien, pekerjaan, dan general consent untuk meminta persetujuan secara
umum mengenai biaya, seluruh perawatan, pengobatan dan hak kewajiban
pasien.

D. IDENTIFIKASI PASIEN
Identifikasi pasien adalah pengumpulan data melalui kartu identitas pasien seperti
KK, KTP, kartu JKN, passport atau lainnya dan pencatatan segala keterangan
tentang bukti-bukti pasien sehingga kita dapat menetapkan dan menyamakan
keterangan tersebut dengan pasien, maka dengan identifikasi tersebut dapat
mengetahui identitas pasien dan dapat membedakan dari pasien yang lain.
Dilakukan identifikasi pasien pada kondisi khusus, misalnya pasien tidak dapat
menyebutkan identitas, penurunan kesadaran, koma, gangguan jiwa, datang
tanpa identitas yang jelas, dan ada dua atau lebih pasien mempunyai nama yang
sama atau mirip.
Identifikasi harus dilakukan minimal dengan dua cara identifikasi yang relatif tidak
berubah, yaitu :
1. Nama Lengkap
2. Tanggal Lahir
3. Nomor Rekam Medis.
4. Nomor Induk Kependudukan
Proses identifikasi dengan benar harus dilakukan mulai dari penapisan atau
skrining, pada saat pendaftaran, serta pada setiap akan dilakukan prosedur
diagnostik, prosedur tindakan, pemberian obat, dan pemberian diet.

E. KORDINASI DAN KOMUNIKASI ANTARA PENDAFTARAN DENGAN UNIT-UNIT


PENUNJANG
Kordinasi dan komunikasi antara pendaftaran dengan unit-unit penunjang
merupakan serangkaian kordinasi petugas di unit pendaftaran dengan unit
lain/unit terkait agar pasien atau keluarga pasien memperoleh pelayanan yang
optimal. Tujuannya sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk
melaksanakan kordinasi dan komunikasi antara unit pelayanan dengan efektif dan
efisien.

F. KOORDINASI DAN KOMUNIKASI INTERNAL


Komunikasi efektif adalah komunikasi yang dilakukan secara tepat waktu, akurat,
lengkap, jelas, dan dapat dipahami penerima dalam proses asuhan pasien
sehingga akan mengurangi kesalahan pembuatan keputusan klinis, tindakan, dan
pengobatan serta menghasilkan perbaikan keselamatan pasien. Komunikasi
efektif diterapkan dalam penyampaian pesan verbal, pesan verbal lewat telepon,
penyampaian nilai kritis hasil pemeriksaan penunjang diagnosis, serah terima
pasien pada serah terima jaga atau serah terima dari unit yang satu ke unit yang
lain, misalnya untuk pemeriksaan penunjang dan pemindahan pasien ke unit lain.
Pelaporan kondisi pasien dalam komunikasi verbal atau lewal telepon, antara lain,
dapat dilakukan dengan menggunakan teknik SBAR (situation, background,
asessment, recommendation). Sedangkan saat menerima instruksi lewat telepon
dapat menggunakan metode readback (write down, read back and confirmation).
Pelaksanaan komunikasi efektif verbal atau lewat telepon saat menerima instruksi
ditulis dengan lengkap (T), dibaca ulang oleh penerima perintah (B), dan
dikonfirmasi kepada pemberi perintah (K), yang dikenal dengan TBAK.
Proses komunikasi serah terima pasien yang memuat hal-hal kritikal dilakukan
secara konsisten sesuai dengan prosedur, metoda, dan menggunakan form yang
dibakukan.

G. PELAYANAN REKAM MEDIS


Rekam medis merupakan sumber informasi utama mengenai proses asuhan dan
perkembangan pasien, sehingga menjadi media komunikasi yang penting Rekam
medis harus tersedia selama asuhan pasien dan setiap saat dibutuhkan, serta
dijaga untuk selalu mencatat perkembangan terkini dari kondisi pasien.
Penyelenggaraan Rekam Medis dilakukan secara berurutan dari sejak pasien
masuk sampai pasien pulang, dirujuk atau meninggal, meliputi kegiatan :
✓ Registrasi pasien
✓ Pendistribusian rekam medis
✓ Isi rekam medis dan pengisian informasi klinis
✓ Pengolahan data dan pengkodean
✓ Klaim pembiayaan
✓ Penyimpanan rekam medis
✓ Penjaminan mutu
✓ Pelepasan informasi kesehatan
✓ Pemusnahan rekam medis.
Rekam Medis lengkap dan mencantumkan: Nama, Waktu, Tandatangan PPA
berurutan sesuai waktu pelayanan. Rekam medis dapat berbentuk manual
maupun elektronik. Rekam medis elektronik adalah rekam medis yang dibuat dan
disimpan dalam bentuk digital. Standarisasi kode diagnosa, kode
prosedur/tindakan, simbol dan singkatan yang digunakan dan tidak boleh
digunakan, serta dimonitor pelaksanaannya untuk mencegah kesalahan
komunikasi dan pemberian asuhan pasien serta dapat mendukung pengumpulan
dan analisis data. Standarisasi tersebut harus konsisten dengan standar lokal dan
nasional.

H. TRANSFER PASIEN
Transfer Pasien adalah upaya petugas dalam memberikan pelayanan sesuai
dengan kebutuhan dan hasil identifikasi pasien.
Tujuannya sebagai acuan penerapan langkah-langkah petugas dalammenerapkan
asuhan komperhensif kepada pasien sesuai dengan hasil identifikasi kebutuhan
dengan mengedepankan keselamatan pasien.
I. PEMERIKSAAN PASIEN
Petugas unit pelayanan memeriksan pasien, membuka rekam medis elektronik,
menegakkan diganosa medis dan keperawatan, memberikan tindakan, therapi
dan merujuk pasien ke unit terkait sesuai dengan kebutuhan pasien, setelah itu
petugas unit pelayanan memulangkan pasien (boleh pulang/rawat jalan atau rujuk
lanjut). Petugas unit pelayanan meminta pasien untuk menyerahkan resep ke unit
farmasi apabila pasien boleh pulang/rawat jalan dan menyerahkan resep ke unit
pendaftaran apabila pasien mendapat rujukan lanjut.

J. PELAYANAN FARMASI
Petugas unit farmasi menerima resep dan menyiapkan obat. Petugas unit farmasi
memberikan obat pada pasien dan memberikan informasi terkait obat yang
diterima pasien.

F. RAPAT ANTAR UNIT KERJA


Rapat antar Unit kerja adalah Suatu kegiatan koordinasi dan komunikasi antar unit
kerja sehingga petugas saling memahami prosedur.
Tujuannya sebagai pedoman petugas dalam melakukan rapat antar unit kerja.

G. ALUR PELAYANAN PASIEN


Alur pelayanan pasien adalah proses urutan pelayanan pasien di Puskesmas
Mulyaharja sesuai kebutuhan pasien berdasarkan dengan ketentuan yang
berlaku.

SKRINING
PASIEN
I.

INFORMASI
KONSELING
POLIKLINIK TERPADU
UMUM
PENDAFTARA GIGI PULANG
KIA/KB APOTEK OBAT
N
TB
JIWA LABORATORIUM
RUJUKAN
II. IDENTIFIKASI HAMBATAN
Identifikasi Hambatan adalah suatu proses untuk mengetahui hambatan yang ada
di puskesmas selama proses pendaftaran.
Tujuannya Sebagai pedoman dalam melaksanakan pelayanan untuk mencegah
hambatan yang terjadi pada proses pelayanan sehingga proses pelayanan bisa
berjalan maksimal tanpa mengalami kesulitan ataupun hambatan.

Ditetapkan di : Bogor
Pada Tanggal : 2 Januari 2023
KEPALA UPTD PUSKESMAS MULYAHARJA

HUSNUL KHATIMAH
LAMPIRAN II. SURAT KEPUTUSAN UPTD PUSKESMAS MULYAHARJA
NOMOR : 800/3.3.1.a-SKP/049a/02.01.23/PKMMH
TENTANG : LAYANAN KLINIS YANG BERORIENTASI PASIEN

A. PENGKAJIAN AWAL KLINIS


Pengkajian awal klinis adalah kegiatan yang memuat informasi yang harus
diperoleh selama proses pengkajian untuk mendapatkan informasi mengenai
masalah kesehatan yang dialami pasien.
Tujuannya untuk menjamin kesinambungan pelayanan terhadap pasien dan
mampu mengetahui riwayat penyakit pasien dengan mudah.

B. PELAYANAN MEDIS
Pelayanan medis adalah proses yang harus dilaksanakan sesuai standar
profesi dan dilakukan oleh tenaga yang kompeten.
Tujuannya sebagai acuan aktifitas medis yang di berikan kepada pasien.

C. ASUHAN KEPERAWATAN
Suatu rangkaian kegiatan praktik keperawatan yang langsung diberikan kepada
pasien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan dengan menggunakan
metodologi proses keperawatan, (Pengkajian, analisa data, diagnosis
keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan dan
evaluasi keperawatan) dalam lingkup dan wewenang serta tanggung jawab
keperawatan.
Tujuannya untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien secara
komprehensif.

D. ASUHAN KEBIDANAN
Prosedur yang dilakukan bidan/paramedis dalam memberikan asuhan kebidanan
meliputi : pengkajian, diagnosa kebidanan, rencana kebidanan, implementasi
kebidanan dan evaluasi kebidanan.
Tujuannya untuk memudahkan dalam mengetahui keadaan kesehatan pasien
dan upaya tindak lanjut yang dapat dilakukan oleh bidan/paramedis kepada
pasien.

E.
F. TRIASE
Triase adalah memilah – milah korban sesuai dengan tingkat kegawatannya
untuk menentukan prioritas tindakan. Keadaan darurat adalah keadaan yang
terjadinya mendadak, sewaktu-waktu / kapan saja, terjadi dimana saja, dan
dapat menyangkut siapa saja sebagai akibat dari suatu kecelakaan, suatu
proses medik atau perjalanan suatu penyakit.
Tujuannya adalah untuk menentukan prioritas tindakan penanganan pasien
sesuai dengan tingkat kegawatan pasien. Penderita dibedakan menurut
kegawatannya dengan memberi kode warna menggunakan pita:
a. hijau adalah warna untuk penderita tidak gawat dan tidak darurat. Misalnya :
Penderita Common Cold, gastritis, abses
b. Kuning adalah warna untuk penderita yang darurat tidak gawat dan gawat tidak
darurat, Misalnya : luka sayat dangkal
c. Merah adalah warna untuk penderita gawat darurat (pasien dengan kondisi
mengancam). Misalnya :Fraktur terbuka, trauma kepala, Penderita stroke
trombosis, luka bakar, Appendic acuta , CVA, AMI, asma bronchial dll
d. Hitam adalah warna untuk penderita yang telah meninggal dunia

G. PEMULANGAN PASIEN DAN TINDAK LANJUT


Pemulangan pasien adalah Prosedur untuk memulangkan pasien yang
sudah dinyatakan bisa meninggalkan Puskesmas oleh dokter, baik karena
sembuh, harus di rujuk ataupun karena meninggal dunia.
Tujuan pemulangan pasien dan tindak lanjut adalah menjamin kesinambungan
pelayanan, rujukan, maupun proses pemulangan yang sesuai prosedur.
Dokter yang menangani bertanggung jawab(DPJP) dan bidan untuk
melaksanakan proses pemulangan/rujukan. Adapun Kriteria merujuk pasien
meliputi: jenis pemeriksaan penunjang yang diperlukan pasien tidak tersedia di
puskesmas, penyakit yang diderita tidak dapat ditangani dengan obat-obatan
yang tersedia di puskesmas, membutuhkan tindakan lanjutan / operasi , yang
tidak bisa dilaksanakan di puskesmas, meneruskan proses pengobatan /
tindakan sebelumnya yang sudah dilaksanakan di RS yang tidak dapat
dilaksanakan/ diteruskan di Puskesmas.
Adapun dokter dan bidan yang dapat melaksanakan pemulangan/ rujukan
adalah :
1. dr. Erwini Suryaningsih
2. dr. Fitria Dewi Larassuci
3. drg. Eka Wardhana
4. HUSNUL KHATIMAH
5. Ira Syaidi, Amd.Keb
6. Gina Puspita, Amd. Keb
7. Mia Agyuta, Amd. Keb

H. ALTERNATIF PENANGANAN PASIEN YANG MEMERLUKAN RUJUKAN


TETAPI TIDAK MUNGKIN DILAKUKAN
Alternatif adalah cara atau pilihan lain yang bisa dilakukan sedangkan Rujukan
adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas kasus penyakit atau
masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik.
Tujuan tindakan ini Sebagai acuan dalam menentukan alternatif penanganan
pasien yang memerlukan rujukan tetapi tidak mungkin dilakukan.

I. TINDAK LANJUT TERHADAP UMPAN BALIK DARI SARANA KESEHATAN


RUJUKAN YANG MERUJUK BALIK
Pasien Dirujuk adalah pasien yang atas pertimbangan dokter / perawat /
bidan memerlukan pelayanan di RS baik untuk diagnostik  penunjang atau
terapi. Rujukan Balik adalah Respon berupa hasil atau instruksi selanjutnya dari
sarana kesehatan rujukan baik rumah sakit atau klinik terhadap kelanjutan
pengobatan pasien yang telah di tujuk sebelumnya
Tujuan tindakan ini adalah Sebagai acuan penatalaksanaan pasien yang
mendapat rujukan balik dari Rumah sakit atau Klinik yang di tunjuk.

J. RUJUKAN PASIEN UMUM


Rujukan Pasien umum adalah suatu proses pengiriman pasien ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang lebih tinggi untuk mendapatkan penanganan yang
tepat.
Tujuannya Sebagai acuan penerapan langkah-langkah agar pasien yang tidak
bisa ditangani di puskesmas mendapatkan penanganan dari fasilitas kesehatan
yang lebih tinggi.

K. PERSIAPAN PASIEN/KELUARGA UNTUK RUJUKAN


Persiapan pasien/ keluarga untuk rujukan adalah langkah-langkah yang
harus dilakukan sebelum pasien dikirim ke fasilitas pelayanan kesehatan
yang lebih tinggi.
Tujuannya Sebagai acuan penerapan langkah-langkah agar pasien dirujuk
dalam kondisi stabil dan aman selama perjalanan menuju fasilitas pelayanan
yang lebih tinggi.

L. RUJUKAN PASIEN BPJS


Sistem rujukan BPJS adalah suatu sistem untuk merujuk atau mengirim pasien
BPJS yang tidak dapat ditangani di Puskesmas ke Rumah sakit untuk
mendapatkan pelayanan spesialistik
Tujuannya Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk Rujukan Pasien
BPJS dari Unit Pelayanan Gigi dan Umum.

M. RUJUKAN PASIEN EMERGENSI


Rujukan pasien emergensi adalah suatu proses pengiriman pasien gawat ke
fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi karena pasien tidak mampu
ditangani saat ini dengan menstabilkan pasien terlebih dahulu.
Tujuannya agar pelaksanaan rujukan pasien emergensi yang tidak bisa ditangani
di puskesmas dapat segera dirujuk untuk mendapatkan pelayanan lebih lanjut.

N. KAJIAN AWAL YANG MEMUAT INFORMASI KLINIS


Suatu proses untuk mendapatkan informasi mengenai masalah kesehatan yang
dialami pasien. Tujuannya yaitu sebagai Acuan Penerapan langkah-langkah
Untuk menjamin kesinambungan pelayanan terhadap pasien dan mampu
mengetahui riwayat penyakit pasien dengan mudah.

O. PENYUSUNAN RENCANA LAYANAN MEDIS


Penyusunan rencana Layanan Medis adalah kegiatan menyusun terapi yang
dilakukan untuk pasien sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi
pasien agar pasien mendapatkan pengobatan yang tepat dan maksimal.
Tujuannya agar terapi yang dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan
pasien sesuai dengan kebutuhan yang bersangkutan.

P. RUJUKAN BPJS
Rujukan pasien BPJS adalah suatu proses pengiriman pasien BPJS ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang lebih tinggi (FASKES tingkat II atau FASKES tingkat
III) untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Tujuannya agar pasien yang tidak dapat ditangani di Puskesmas, mendapatkan
penanganan yang lebih lanjut dari fasilitas yang lebih tinggi.

Q. RUJUKAN INTERNAL
Rujukan Internal adalah suatu proses pengiriman pasien apabila memerlukan
konsultasi antar unit pelayanan di dalam puskesmas
Tujuannya Sebagai acuan penerapan langkah-langkah agar proses rujukan
berjalan efektif.
R. PERSIAPAN PASIEN RUJUKAN EMERGENSI
Persiapan pasien rujukan emergensi adalah langkah-langkah yang harus
dilakukan sebelum pasien emergensidikirim ke Unit Gawat Darurat fasilitas
pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.
Tujuannya agar pasien emergensi yang dirujuk dalam kondisi stabil dan
aman selama perjalanan menuju fasilitas pelayanan yang lebih tinggi.

S. PELAYANAN TERPADU
Pelayanan terpadu adalah suatu proses yang mengatur tentang rencana
tindakan dan pengobatan serta rencana layanan terpadu jika diperlukan
penanganan oleh tim kesehatan antar profesi disusun dengan tujuan yang jelas,
terkordinasi dan melibatkan pasien/keluarga.
Tujuannya sebagai acuan penerapan langkah-langkah agar terapi yang
dilakukan dapat mengatasi masalah kesehatan pasien sesuai dengan
kebutuhan yang bersangkutan.

T. IDENTIFIKASI DARI PENANGANAN KELUHAN


Proses pengumpulan keluhan dan cara mengatasi keluhan yang ada dari pasien
di Puskesmas Mulyaharja
Tujuannya adalah Sebagai acuan penerapan langkah-langkah agar keluhan dari
pasien dapat ditindaklanjuti segera untuk meningkatkan kualitas dan
kuantitas pelayanan klinis di UPTD PUSKESMAS MULYAHARJA.

U. LAYANAN KLINIS YANG MENJAMIN KESINAMBUNGAN LAYANAN


Layanana klinis yang menjamin kesinambungan layanan adalah pelayanan yang
diberikan kepada pasien secara komprehensif; pelayanan yang diawali dengan
anamnesa, pemeriksaan fisik, pembuatan diagnosa, rencana tindakan,
implementasi kegiatan hingga pemberiaan pelayanan berupa terapi atau
tindakan.
Tujuannya Sebagai acuan penerapan langkah-langkah agar pelayanan klinis
yang dilakukan, untuk menangani masalah kesehatan pasien dapat
dilakukan secara paripurna.

V. AUDIT KLINIS
Audit klinis adalah suatu proses peningkatan mutu yang mencoba memperbaiki
pelayanan pasien dan hasilnya melalui aktifitas tinjuan pelayanan sistematis
dibandingkan dengan kriteria yang jelas dan penerapan perubahan.
Tujuannya sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk meningkatkan
pelayanan pasien melalui tinjauan sistematis pelayanan terhadap langkah-
langkah eksplisit dan pelaksanaan perubahan dalam praktek jika diperlukan. Tim
Audit Klinis di UPTD PUSKESMAS MULYAHARJA dalah sebagai berikut :
1. Adevita Anggraeni, A.Md.Keb
2. Ajeng Ayuhardianti, A.Md.Kes
3. Putri Kusuma Jenari, A.Md.Gizi

W. KEWASPADAAN UNIVERSAL
Suatu cara untuk mencegah penularan penyakit dari cairan tubuh yang keluar
dari tubuh pasien/penderita penyakit baik dari pasien ke petugas kesehatan
ataupun dari pasien satu ke pasien lain.
Tujuannya sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk mencegah
penularan penyakit infeksi baik dari pasien ke petugas ataupun dari pasien ke
pasien lain melalui cairan tubuh pasien.

X. TINDAKAN PEMBEDAHAN
Tindakan pembedahan adalah tindakan pengobatan yang dilakukan dengan
cara menyayat untuk membuka atau menampilkan bagian tubuh yang sakit.
Tindakan pembedahan yang dilakukan di Puskesmas Mulyaharja adalah
tindakan bedah minor, yaitu pembedahan yang dilakukan secara sederhana,
tidak memiliki risiko terhadap nyawa pasien.
Tujuannya agar tindakan pembedahan dilakukan dengan aman baik bagi
pasien maupun bagi petugas
Tindakan Bedah yang bisa dilakukan di Puskesmas
A. Ekstraksi clavus
B. Ekstraksi Verucca Vulgaris
C. Ekstraksi Kuku
D. Eksplorasi Luka Tertusuk Paku

R. PENGULANGAN YANG TIDAK PERLU


Pengulangan yang tidak perlu adalah mengulangi tindakan yang sudah
dilaksanakan, semua jenis pelayanan yang sudah dilakukan harus dimasukan
dalam dokumen rekam medis supaya tidak terjadi pengulangan yang tidak perlu.
Pelaksana pelayanan dilaksanakan oleh semua petugas.Dilaksanakan setiap
hari kerja didalam gedung.
Tujuannya Untuk memberikan asuhan pelayanan klinis yang efektif dan efisien.

S. PENYULUHAN DALAM GEDUNG


Penyuluhan di dalam gedung adalah Penyampaian informasi kesehatan kepada
sasaran pengunjung Puskesmas (5-30 orang) oleh petugas di tempat
khusus/ruang tunggu, dengan waktu 10-15 menit dengan materi sesuai issu
aktual dengan dukungan media penyuluhan.
Tujuannya sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam memberitahu,
menyadarkan, dan memberi pengertian sehingga pengunjung dapat mengerti
tentang masalah kesehatan yang sedang menjadi topik pembicaraan pada saat
ini, sehingga pengunjung atau keluarga dapat mengerti tentang kesehatan yang
disampaikan oleh petugas kesehatan.

T. PENDIDIKAN/ PENYLUHAN PASIEN


Pendidikan/ Penyuluhan pasien adalah Tindakan memberikan pengertian
kepada pasien / keluarga yang berhubungan dengan keluhan atau penyakitnya,
untuk mempercepat proses penyembuhan.
Tujuannya adalah memberikan pengertian kepada pasien / keluarga agar
memahami masalah penyakitnya, dengan harapan membantu percepatan
penyembuhan dan menghindari perilaku / pola hidup yang keliru.

U. EVALUASI TERHADAP PROSEDUR PENYAMPAIAN INFORMASI


Evaluasi terhadap kejelasan informasi yang disampaikan petugas pelayanan
klinis adalah penilaian terhadap kejelasan informasi petugas pelayanan klinis
yang diterima oleh pasien selama pelayanan klinis.
Tujuan evaluasi terhadap prosedur penyampaian informasi adalah sebagai
pedoman dalam melaksanakan evaluasi terhadap penyampaian informasi ke
pasien pada saat pelayanan klinis.
V. TRANSPORTASI RUJUKAN AMBLUANCE DAN UMUM
Transportasi Rujukan adalah sarana yang digunakan untuk mengangkut
penderita/pasien dari sarana kesehatan yang satu kesarana kesehatan lainya
yang lebih memadai.
Tujuan transportasi rujukan adalah Sebagai Pedoman penatalaksanaan
pengantaran pasien rujukan sampai di fasilitas rujukan dengan selamat, cepat
dan aman)

Ditetapkan di : Bogor
Pada Tanggal : 2 Januari 2023
KEPALA UPTD PUSKESMAS MULYAHARJA

H
USNUL KHATIMAH
LAMPIRAN II. SURAT KEPUTUSAN UPTD PUSKESMAS MULYAHARJA
NOMOR : 800/3.3.1.a-SKP/049a/02.01.23/PKMMH
TENTANG : LAYANAN KLINIS LABOLATORIUM

LAYANAN KLINIS LABORATORIUM


DI UPTD PUSKESMAS MULYAHARJA

1. Tersedianya jenis-jenis pemeriksaan laboratorium dan petugas yang


kompeten sesuai kebutuhan dan jam buka layanan.
2. Jenis-jenis pemeriksaan Laboratorium yang tersedia di UPTD PUSKESMAS
MULYAHARJA adalah:
No Jenis Pemeriksaan Metode Tarif
HEMATOLOGI
1 Hemoglobin Sianmet Hb Rp. 6.500
2 Hitung Jumlah Lekosit Mikroskopis Rp. 6.500
3 Laju Endap Darah (LED) Westergren Rp. 9.000
4 Hitung Jumlah Trombosit Mikroskopis Rp. 10.000
5 Golongan Darah+ Rhesus ABO sitem Direct Rp. 15.000
7 Hematologi Rutin Imfedance Rp. 31.500
9 Hematologi Lengkap Imfedance Rp. 50.000
KIMIA KLINIK
10 Glukosa Strip/GOD-PAP Rp. 15.000
11 Asam Urat Strip/TBH- Rp. 20.000
12 Cholesterol Total Strip/CHOD-PAP Rp. 18.000
13 Trigliserida GPO - PAP Rp. 18.000
14 HDL Cholesterol Enzymatic Rp. 18.000
Colorimetric
15 SGOT/AST Kinetik rekomendasi Rp. 18.000
IFCC
16 SGPT/ALT Kinetik rekomendasi Rp. 18.000
IFCC
MIKROBIOLOGI
18 Sputum BTA Ziehl Neelsen Gratis
19 Sekret Uretra/Vagina (IMS) Sediaan Basah Rp. 12.500
20 Pewarnaan Rp. 12.500
sederhana( Methylen
Neisseria Gonnorhoe Blue )
21 Trichomonas vaginalis Sediaan Basah Rp. 9.000
IMUNOSEROLOGI
22 Tes Kehamilan Rapid Rp. 15.000
23 Widal 4 paket Aglutinasi Rp. 31.000
24 NS1, IgG/M Rapid Rp. 120.000
25 TPHA/Syphilis Rapid Rp. 25.000
26 Anti HIV (VCT) Rapid Rp. 56.000
27 HBs Ag Rapid Rp. 44.000
URINANALISA
28 Urin rutin Carik Celup, Rp. 15.000
mikroskopik
29 Urin lengkap Carik Celup, Rp. 20.000
mikroskopik

3. Hasil pemeriksaan harus diinterpretasikan oleh petugas yang terlatih


4. Pemeriksaan Laboratorium untuk tiap-tiap jenis pemeriksaan harus dipandu
dengan prosedur mulai dari permintaan pemeriksaan, penerimaan spesimen,
pengambilan dan penyimpanan spesimen, pemeriksaan sampai penyerahan
hasil
5. Pemeriksaan Laboratorium
Adalah suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan khusus dengan mengambil
bahan atau sampel dari pasien dalam bentuk darah, sputum, urin dan cairan
tubuh lainnya dengan tujuan untuk menentukan diagnosis atau membantu
menegakkan diagnosis penyakit.
6. Petugas melakukan pemantauan berkala terhadap pelaksanaan prosedur
pemeriksaan laboratorium
7. Petugas melakukan penilaian ketepatan waktu penyerahan hasil
8. Petugas Laboratorium wajib menggunakan APD dalam melaksanakan
prosedur pemeriksaan laboratorium yang berisiko tinggi
9. Petugas wajib melaksanakan langkah-langkah kesehatan dan keselamatan
kerja (K3)
10. Petugas laboratorium wajib menggunakan APD dan melakukan pemantauan
penggunaan APD
11. Bahan-bahan berbahaya dan beracun harus disimpan secara aman menurut
ketentuan yang berlaku
12. Limbah hasil pemeriksaan laboratorium harus dikelola sebagai limbah
infeksius hasil pemeriksaan laboratorium
13. Reagensia harus tersedia sesuai dengan jenis pemeriksaan yang disediakan
14. Reagensia harus disimpan dengan pelabelan yang jelas dan pada tempat dan
suhu sesuai dengan ketentuan yang berlaku
15. Ketersediaan reagen wajib dievaluasi paling lambat setiap bulan sekali
16. Waktu penyampaian laporan hasil pemeriksaan laboratorium untuk pasien
urgen (cito), lebih cepat dari pemeriksaan pasien bukan urgen (cito) dengan
mendahulukan pemeriksaan laboratorium

No Jenis Spesimen Pemeriksaan Estimasi Waktu


1 Darah 1. Darah Rutin 45 Menit
2. Widal 30 Menit
3. Kimia Darah 45 Menit
4. Darah Rutin, Widal 45 menit
2 Urin 1. Urin Lengkap 20 Menit

17. Pengambilan specimen pasien Cito di lakukan di laboratorium atau di unit


rujukan yang mengirim permintaan laboratorium bila pasien tidak
memungkinkan dengan memperhatikan kecepatan dan ketelitian
pemeriksaan.
18. Pelaporan nilai kritis hasil pemeriksaan laboratorium dilakukan sesuai dengan
prosedur, yaitu ditulis lengkap, dibaca ulang oleh penerima pesan, dan
dikonfirmasi oleh pemberi pesan, dan dicatat dalam rekam medis, termasuk
identifikasi kepada siapa nilai kritis hasil pemeriksaan laboratorium dilaporkan
Hasil pemeriksaan kritis diantar langsung ke unit rujukan dengan meminta
tanda tangan penerima hasil .
19. Hasil pemeriksaan laboratorium kritis harus dilakukan pemeriksaan duplo dan
disampaikan segera kepada tenaga kesehatan yang meminta, dengan acuan
nilai ambang kritis sebagai berikut:
NILAI AMBANG KRITIS
PEMERIKSAAN LABORATORIUM PUSKESMAS
LIMIT LIMIT
NO PARAMETER SATUAN
RENDAH TINGGI
1 Hemoglobin ≤ 8.0 ≥ 18.0 g/dL
2 Trombosit ≤ 100 ≥ 600 10³/ mm³
3 Lekosit ≤ 2.000 ≥ 15.000 10³/ mm³
4 Gula darah ≤ 45 ≥ 450 mg/dl
Sumber : e-JIFCC (The Jurnal Of The International Federation Of Clinical
Chemistry And Laboratory Medicine)
20. Harus dilakukan pemantauan terhadap pelaporan hasil pemeriksaan cito/
urgen dan kritis
21. Menetapkan jenis reagen esensial dan bahan lain yang harus tersedia
No Nama Reagen dan bahan Lain
1 Hemoglobin C
2 Turk
3 Ammonium Oxalat 1%
4 KOH 10%
5 Na Citrat 3,5 %
6 Asam Sulfosalisilat
7 Ziehl Neelsen
8 Gram
9 Alkohol 70%
10 Immersi Oil
11 Spirtus
12 Nacl 0,9 %
13 Aquadest
14 Glukosa
15 Asam Urat
16 Kolesterol
17 HDL Kolesterol
18 Trigliserida
19 Widal
20 Golongan darah
21 RPR
22 Larutan Natrium Hipoklorit
23 Strip Urin 10 Parameter
24 Strip Urin 3 parameter
25 Glukosa
26 Asam Urat
27 Kolesterol
28 HbsAg
29 HIV
30 Sifilis
31 Tes Kehamilan
32 Masker
33 Sarung tangan
34 Spuit 3 cc
35 Spuit 1 cc
36 Tip Kuning
37 Tip Biru
38 Tip putih
39 Tabung EDTA
40 Tabung Plan
41 Lancet
42 Alkohol Swab
43 Micropore
44 Deck Glass
45 Cover Glass
46 Pot Urine
47 Control Centronom
48 Dengue IgG, IgM & Ns1

22. Petugas laboratorium memantau ketersediaan reagen (buffer stock) dengan


melakukan pencatatan stok reagensia dan bahan lain dengan minimal
ketentuan yang sudah di tetapkan
No Reagent Sediaan Buffer Stok
1 Hemoglobin C Cairan 100 ml
2 Turk Cairan 10 ml
3 Ammonium Oxalat 1% Cairan 10 ml
4 KOH 10% Cairan 10 ml
5 Na Citrat 3,5 % Cairan 10 ml
6 Asam Sulfosalisilat Cairan 10 ml
7 Ziehl Neelsen Cairan 10 ml
8 Gram Cairan 10 ml
9 Alkohol 70% Cairan 100 ml
10 Immersi Oil Cairan 10 ml
11 Spirtus Cairan 100 ml
12 Nacl 0,9 % Cairan 100 ml
13 Aquadest Cairan 100 ml
14 Glukosa Cairan 10 ml
15 Asam Urat Cairan 10 ml
16 Kolesterol Cairan 10 ml
17 HDL Kolesterol Cairan 10 ml
18 Trigliserida Cairan 10 ml
19 Widal Cairan 1 ml
20 Golongan darah Cairan 1 ml
21 RPR Cairan 1 ml
22 Larutan Natrium Hipoklorit Cairan 100 ml
23 Strip Urin 10 Parameter Strip 100
24 Glukosa Strip 50
25 Asam Urat Strip 25
26 Kolesterol Strip 10
27 HbsAg Rapid 10
28 HIV Rapid 10
29 Sifilis Rapid 10
30 Tes Kehamilan Strip 10
32 Masker Buah 5
33 Sarung tangan Buah 10
34 Spuit 3 cc Buah 10
35 Spuit 1 cc Buah 10
36 Tip Kuning Buah 50
37 Tip Biru Buah 50
38 Tip putih Buah 50
39 Tabung EDTA Buah 20
40 Tabung Plan Buah 20
41 Lancet Buah 20
42 Alkohol Swab Buah 20
43 Micropore Buah 1
44 Deck Glass Box 1
45 Cover Glass Buah 20
46 Pot Urine Buah 10
47 Control Centronom Cup 3
48 Dengue IgG, IgM & Ns1 Rapid 3

23.
24. Menetapkan pelabelan reagensia yang memuat nama reagen, no bath/lot,
tanggal expired
25. Menetapkan warna sesuai kode kadaluwarsa, merah, hijau, dan kuning
26. Laporan hasil pemeriksaan laboratorium harus dilengkapi dengan nilai normal
Pemeriksaan Nilai Rujukan Pemeriksaan Nilai Rujukan
Hemoglobin L: 13,3-16,2 g/dL Salmonella Typhi Negatif
P: 12,0-15,8 g/dL O
Jumlah Lekosit 3500-9100/uL S. Paratyphi AO Negatif

Laju Endap Darah L: < 15 mm/jam Salmonella Typhi Negatif


P: < 20 mm/jam H
Jumlah trombosit 165.000- S. Paratyphi AH Negatif
415.000 /uL
Golongan Darah Aglutinasi Urin Rutin
Gula Darah Puasa 75-125 mg/dL Warna Kuning Muda
Gula 2 jam pp < 200 mg/dL Kekeruhan Jernih
Gula Sewaktu < 200 mg/dL Berat Jenis 1,002-1,035
Total Cholesterol < 200 mg/dL pH 5,0-9,0
Trigliserida < 150 mg/dL Protein Negatif
HDL-Cholesterol >35 mg/dL Reduksi Negatif
Asam Urat L: 3,1-7,0 mg/dL Lekosit Negatif
P: 2,5-5,6 mg/dL
NS1 Negatif Nitrit Negatif
Anti Dengue Negatif Blood Negatif
IgG/M
Anti HIV Non Reaktif Keton Negatif
HBs Ag Negatif Bilirubin Negatif
TPHA/Syphilis Non Reaktif Urobilinogen Negatif
Sputum BTA Negatif
Sekret Uretra Negatif
Sekret Vagina Negatif Tes Kehamilan
27. Hasil pemeriksaan laboratorium dilaporkan sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan
WAKTU SELESAI HASIL PEMERIKSAAN
LABORATORIUM UPTD PUSKESMAS MULYAHARJA
No Jenis Spesimen Pemeriksaan Estimasi Waktu
1 Darah Hemoglobin 10 menit
Darah Rutin 60 Menit
Darah Rutin, WIdal 60 Menit
LED 90 Menit
Widal 30 Menit
Hb, Gula darah 15 Menit
Hb, Golongan Darah, HIV, 60 Menit
HBs Ag, TPHA, Syphilis,
Gula Darah
Hb, Golongan Darah, HIV, 60 Menit
HBs Ag, TPHA, Syphilis,
Gula Darah
Kimia Darah 120 Menit
Gula darah stik 10 Menit
Kolesterol stik 10 Menit
Asam Urat Stik 10 Menit
Golongan Darah 15 Menit
Anti HIV 30 menit
syphilis 30 menit
Dengue IgG, IgM, 30 menit
NS-1
2 Urin Tes Kehamilan 10 Menit
Urine Rutin 10 Menit
Urin Lengkap 45 Menit
Sekret vagina 60 Menit
Sekret uretra 60 Menit
Spesimen dahak 3 hari

28. Melakukan pengendalian Mutu Laboratorium


a. Peralatan yang rusak dilaporkan oleh penanggung jawab ruangan kepada
penanggung jawab inventaris barang untuk dapat diperbaiki
b. Petugas laboratorium membuat prosedur dan melakukan pengendalian
mutu pelayanan laboratorium. Pengendalian mutu laboratorium
sebagaimana dalam keputusan ini meliputi:
1) Kalibrasi alat laboratorium diadakan setahun sekali
2) Cross check pada pemeriksaan BTA tiap triwulan
c. Harus dilakukan kendali mutu pelayanan laboratorium dengan
pemantauan mutu internal dan pemantauan mutu eksternal dan PDCA
d. Salah satu upaya untuk mencapai PME dan PMI laboratorium adalah
dengan membuat alur pasien, prosedur pengambilan spesimen serta
mengirimkan petugas laboratorium untuk mengikuti pendidikan dan
pelatihan laboratorium
e. Pemantapan mutu eksternal internal laboratorium menjadi tanggung jawab
Kepala Puskesmas, penanggung jawab laboratorium, penanggung jawab
layanan klinik, dan semua staf puskesmas
29. Program peningkatan mutu pelayanan laboratorium harus disusun dan
merupakan bagian tidak terpisahkan dari program peningkatan mutu
puskesmas dan keselamatan pasien
30. Melakukan pengiriman spesimen rujukan laboratorium ke unit / laboratorium
rujukan.
31. Alat/instrumen yang rusak dipilah dan di lihat kerusakannya, apabila rusak
ringan dan dapat diperbaiki sendiri oleh petugas dengan segera. Apabila
kerusakan alat/instrument tidak dapat diperbaiki oleh petugas, maka petugas
melapor kepada bendahara barang, dan bendahara barang mengusulkan
perbaikan alat/instrument
32. Risiko dalam pelayanan laboratorium harus dibuat dengan mengidentifikasi
resiko dan ditindaklanjuti sesuai dengan identifikasi masalah
33. Melakukan orientasi terhadap seluruh siswa magang tentang alat dan praktik
keselamatan keamanan kerja
34. Pelatihan dan pendidikan untuk prosedur, alat baru dan bahan berbahaya

Ditetapkan di : Bogor
Pada Tanggal : 2 Januari 2023
KEPALA UPTD PUSKESMAS MULYAHARJA

HUSNUL KHATIMAH
198004052006042009
LAMPIRAN III. SURAT KEPUTUSAN UPTD PUSKESMAS MULYAHARJA
NOMOR : 800/3.3.1.a-SKP/049a/02.01.23/PKMMH
TENTANG : PELAYANAN FARMASI

1. Penilaian pengendalian merupakan kegiatan untuk memastikan


tercapainya sasaran sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat
di unit pelayanan kesehatan dasar. Pengendalian obat di lakukan dengan
cara :
a. Menentukan kebutuhan obat puskesmas
b. Mengendalikan penggunaan berdasarkan formularium puskesmas
c. Melakukan pengawasan ketersediaan dan kekosongan obat setiap
bulan
d. Melakukan stock opname setiap 1 bulan untuk obat – obat yang dipakai
pada bulan tersebut dan 6 bulan sekali untuk keseluruhan obat untuk
memonitor mutu obat, kehilangan obat, kadaluwarsa obat, kesesuaian
fisik dan admin
e. Melakukan pelaporan mengenai ketersedian obat (LPLPO).
Menentukan stok optimum pada LPLPO dengan menggunakan rata
rata pemakaian obat selama 3 bulan di tambah 2 bulan buffer stok.

2. Penyediaan dan penggunaan obat adalah proses kegiatan yang dilakukan


dalam rangka memenuhi kebutuhan obat yang meliputi aspek teknis dan
non teknis mulai dari perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan,
distribusi, pelayanan, pengendalian obat, pencatatan dan pelaporan.
Rincian sebagai berikut :
a. Melakukan perencanaan jenis dan jumlah obat yang diperlukan sesuai
dengan kebutuhan dalam bentuk RKO (Rencana Kebutuhan Obat)
b. Melakukan pengadaan obat, vaksin, dan BMHP melalui Instalasi
Farmasi Dinas Kesehatan berdasarkan Laporan Pemakaian dan
Lembar permintaan Obat (LPLPO) dan pengadaan obat dan BMHP se
cara swakelola melalui dana JKN jika obat tidak tersedia di Instalasi
Farmasi Dinas Kesehatan
c. Melakukan penyimpanan serta pencatatan pada Kartu Stok Obat,
vaksin, dan BMHP berdasarkan SBBK atau faktur dan melakukan
pengarsipan dokumen.
d. Melakukan pendistribusian obat dari ruangan penyimpanan
perbekalan farmasi ke sub-sub unit: ruangan racik, laboratorium,
ruangan pelayanan kesehatan gigi dan mulut, ruangan pemeriksaan
umum, ruangan pelayanan KIA, ruangan pelayanan TB Paru dan unit
lainnya di lingkungan kerja Puskesmas
e. Melakukan penyerahan obat kepada pasien sesuai dengan
resep/permintaan dokter dan memberi informasi cara penggunaannya.

3. Ketersediaan obat harus di evaluasi paling lambat setiap sebulan sekali


dengan membandingkan jumlah obat yang tersedia di puskesmas dengan
jumlah jenis obat yang tercantum di formularium puskesmas apabila ada 1
R/ yang tidak sesuai dengan Formularium Puskesmas, rumus nya :
A x 100 % = C %

B
Ket : A = resep yang sesuai dengan formularium puskesmas
B = jumlah resep

4. Evaluasi kesesuaian peresepan dengan Formularium Puskesmas


dilakukan setiap bulan dengan menghitung presentase antara resep yang
sesuai Formularium dengan jumlah resep, peresepan tidak sesuai dengan
Formularium apabila ada 1 R/ yang tidak sesuai dengan Formularium
Puskesmas, rumus nya :
A x 100 % = C %

B
Ket : A = resep yang sesuai dengan formularium puskesmas
B = jumlah resep

5. Semua kegiatan pengobatan dan penulisan resep di UPTD


Puskesmas Mulyaharja dilaksanakan oleh dokter/dokter gigi/bidan
sesuai kompetensinya dengan persyaratan sebagai berikut:
a. Memiliki Surat Tanda Registrasi.
b. Memiliki Surat Ijin Praktik Dokter/Dokter gigi di UPTD Puskesmas
Mulyaharja
c. Yang berhak menuliskan resep obat narkotika dan psikotropika
adalah dokter dan dokter gigi.
Adapun nama dokter dan dokter gigi yang bertugas di UPTD
Mulyaharja adalah :

No. Nama Jabatan


1. HUSNUL KHATIMAH Kepala Puskesmas dan
dokter gigi fungsional
2. drg. Eka Wardana Jma’an dokter gigi fungsional
3. Dr. Erwini Suryaningsih dokter fungsional
4. Dr. Fitria Dewi Larassuci dokter fungsional

a. Tenaga bidan boleh menuliskan resep sesuai kasus kebidanan


kecuali obat–obatan lain harus melalui pemeriksaan dokter.
b. Apabila dokter/dokter gigi tidak dapat menjalankan tugasnya di
bidang pengobatan karena sesuatu hal (misal: menghadiri rapat,
dinas luar), maka tugas pengobatan dan pemberian resep
didelegasikan kepada petugas pelayanan kesehatan yang memiliki
pengetahuan dan pengalaman tentang farmasi, yaitu
perawat/perawat gigi yang bertugas pada hari itu.
Adapun nama bidan dan perawat yang bertugas di UPTD
Puskesmas Mulyaharja adalah :
No. Nama Jabatan
1. Rida Effendi, S.ST Bidan
2. Rina Adiati S.ST Bidan
3. Adevita Anggraeni A.Md Keb Bidan
4. Mia Agyuta A.Md. Keb Bidan
5. Dessy Sundari Suhendar A.Md Bidan
Keb
6. Gina Desti Nurahman A.Md Keb Bidan
7. Ira Rafida Syaidi A.Md Keb Bidan
8. Ajeng Ayuhardianti A.Md. Kes Perawat gigi
9. Enung Sulastri A.Md Kep Perawat
10. Anggraeni Rosiana W S A.Md Perawat
Kep
11. Viska Puspita Deviani A.Md Perawat
Kep
12. Kania Dwi Jatnika Perawat
13. Rudiyana S.Kep Ners Perawat
6. Petugas yang berhak menyediakan obat di Puskesmas
Nama NIP Jabatan
Apt. M. Fakhruddin Hafizh 1999312272022031006 Apoteker
S.Farm Apt

Penanggung jawab Pelayanan Obat di UPTDD Puskesmas Mulyaharja


Kota Bogor mempunyai tugas melaksanakan Pelayanan Kefarmasian
yang meliputi :
1. Pengelolaan Obat dan Bahan Medis Pakai, yang terdiri dari kegiatan:
a. Perencanaan kebutuhan obat dan Bahan Medis Habis Pakai
b. Pengadaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai
c. Penerimaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai
d. Penyimpanan obat dan Bahan Medis Habis Pakai
e. Pendistribusian obat dan Bahan Medis Habis Pakai
f. Pengendalian obat dan Bahan Medis Habis Pakai
g. Pencatatan, Pelaporan dan Pengarsipan
h. Pemusnahan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
i. Pemusnahan Resep
j. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat dan Bahan Medis
Habis Pakai

2. Pelayanan Farmasi Klinik yang terdiri dari :


a. pengkajian resep, penyerahan obat dan pemberian informasi obat
b. Pelayanan Informasi Obat
c. Konseling
d. Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat (ESO)
e. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
f. Evaluasi Penggunaan Obat
g. Pelayanan Kefarmasian di Rumah
Di dalam melaksakan tugas, Penanggung jawab Pelayanan Obat di
UPTD Puskesmas Mulyaharja Kota Bogor berpedoman pada Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku dan bertanggung jawab kepada
Kuasa Pengguna Anggaran UPTD Puskesmas Mulyaharja Kota Bogor.

7. Apabila persyaratan petugas yang diberi kewenangan melaksanakan


penyediaan obat tidak dapat dipenuhi, maka petugas tersebut harus
mengikuti pelatihan khusus yang diberikan oleh Dinas Kesehatan atau
diberikan oleh Apoteker.

8. Peresepan, pemesanan dan pengelolaan obat dilaksanakan di UPTD


Puskesmas Mulyaharja. Peresepan adalah proses permintaan obat tertulis
dari dokter, dokter gigi, dan praktisi lainnya yang berijin kepada pengelola
obat untuk menyediakan atau membuatkan obat dan menyerahkannya
kepada pasien. Isi resep merupakan refleksi dari proses pengobatan.
Untuk itu, agar obat berhasil, resep harus rasional. Kriteria resep yang
tepat, aman dan rasional yaitu:
1) Benar pasien
2) Benar obat
3) Benar dosis
4) Benar cara.
5) Benar waktu
6) Benar expire date
7) Benar pendokumentasian

9. Bahasa dalam penulisan resep menggunakan bahasa latin yang sudah


digunakan sebagai bahasa ilmu kesehatan karena bahasa latin tidak
mengalami perubahan (statis), sehingga resep obat yang ditulis dalam
bahasa latin tidak akan terjadi salah tafsir.
Penulisan resep yang baik harus lengkap dan jelas. Dalam resep untuk
pasien rawat jalan di UPTD Puskesmas Mulyaharja harus tercantum:
a. Tanggal penulisan resep.
b. Nama pasien.
c. Umur pasien.
d. Alamat pasien.
e. Diagnosis penyakit.
f. Berat Badan pasien
g. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan obat.
h. Nama obat, jumlah dan dosis obat yang diberikan per oral.
i. Tanda tangan dan nama terang petugas penulis resep.
j. Kode pasien Umum, dan BPJS.

10. Pengelolaan obat hendaknya dikelola secara optimal untuk menjamin


tercapainya tepat jumlah, tepat jenis, tepat penyimpanan, tepat waktu
pendistribusian, tepat penggunaan dan tepat mutunya di tiap ruangan
pelayanan kesehatan. Pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan
meliputi kegiatan:
1. Perencanaan dan pengadaan,
2. Penyediaan,
3. Penerimaan,
4. Penyimpanan dan distribusi,
5. Pencatatan dan pelaporan serta
6. Supervisi dan evaluasi pengelolaan obat.

11. Untuk menjaga agar tidak terjadi pemberian obat dan BMHP kadaluwa
rsa dengan pelaksanaan FEFO & FIFO serta adanya kartu stok/kendali,
prosedur yang dilakukan :
- Mencatat di kartu stok obat sumber anggaran, nomor batch, tanggal
kadaluwarsa dan jumlah obat yang diterima.
- Mengeluarkan obat yang lebih awal kadaluwarsa terlebih dahulu,
dan untuk mempermudah dan terlihat jelas, pada dus obat ditandai
dengan kode warna merah : Expired < 3 bulan
Sedangkan untuk menjaga agar tidak terjadi pemberian vaksin kadalu
warsa dengan metode VVM dan FEFO serta adanya kartu stok/kendal
i.

12. Peresepan, penggunaan, penyimpanan psikotropika narkotika harus d


i awasi dan dikendalikan secara ketat, antara lain :
a. Petugas yang berkompetensi melakukan peresepan obat
psikotropika dan narkotika adalah Dokter fungsional dan Dokter gigi
fungsional yang memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat
Ijin Praktek (SIP) Dokter / Dokter gigi.
b. Obat – obatan Narkotika dan Psikotropika yang tersedia di UPTD
Puskesmas Mulyaharja adalah sediaan berbentuk tablet, injeksi dan
suppositoria.
c. Penyerahan obat oleh petugas farmasi
d. Resep narkotika diberi penandaan khusus (digaris bawahi menggun
akan tinta merah) dan di beri tanda tangan dokter.
e. Penyimpanan obat narkotika dan psikotropika harus ditempatkan pa
da lemari khusus dengan kunci ganda
f. Yang memegang kunci lemari narkotika adalah Apoteker dan tenaga
kesehatan lain yang dikuasakan jika apoteker berhalangan hadir
g. Pencatatan pengeluaran dan pelaporan obat psikotropika –
narkotika.

13. Penyimpanan obat, vaksin, dan BMHP di gudang obat dilakukan sesuai
dengan ketentuan penyimpanan tiap-tiap obat.
a) Obat disusun berdasarkan golongan, alfabetis untuk setiap bentuk
sediaan
b) Obat LASA dan HIGH ALERT diberi label “LASA” dan “HIGH ALERT”
dan diselingi dengan obat lain
c) Obat dirotasi dengan sistem FEFO & FIFO
d) Obat disimpan pada rak.
e) Sediaan obat cairan dipisahkan dari sediaan padatan.
f) Beberapa jenis obat harus disimpan di dalam lemari pendingin pada
suhu 2-8ºC yang dilengkapi dengan pemantau suhu dan monitoring
suhu yang dicatat setiap hari , seperti : Injeksi oksitosin ,Injeksi metil
ergometrin, Injeksi ephinerprine, Serum anti Bisa Ular, dan suppositor
ia.
g) Vaksin disimpan pada lemari pendingin khusus vaksin (suhu 2-8°C)
dilengkapi dengan pemantau suhu dan monitoring suhu yang dicatat
setiap hari

14. Pemberian obat kepada pasien dan pelabelan


Petugas farmasi menuliskan nama pasien, tanggal dan aturan pemakaian
pada etiket obat sesuai dengan permintaan resep dengan jelas dan dapat
dibaca. Etiket putih untuk obat dalam dan etiket biru untuk obat luar dan
tanda kocok dahulu untuk sediaan suspensi. Sebelum obat diserahkan
kepada pasien petugas farmasi memeriksa kembali mengenai kesesuaian
obat dengan resep seperti jenis obat, jumlah obat, aturan pakai dan
identitas pasien sesuai dengan resep

15. Pemberian informasi penggunaan obat kepada pasien berisikan nama


obat, aturan pakai, indikasi obat, dosis obat, efek samping, dan
penyimpanan obat di rumah.
16. Informasi penyimpanan obat di rumah
Petugas farmasi memberikan informasi dengan jelas dan teliti kepada
pasien tentang cara penyimpanan obat di rumah yaitu :
a. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat
b. Menyimpan obat pada suhu optimal
c. Hindari sinar matahari langsung.
d. Menyimpan obat bentuk cair sesuai suhu yang tertera
e. Jangan menyimpan obat yang telah kadaluwarsa atau rusak.
f. Jauhkan obat dari jangkauan anak-anak
17. Penggunaan Obat Yang Dibawa Sendiri Oleh Pasien
Jika ada obat yang dibawa oleh pasien, maka obat harus diidentifikasi dan
ditindaklanjuti sesuai dengan instruksi dokter
FORMULIR DAFTAR OBAT YANG DIBAWA PASIEN ATAU KELUARGA
Nama Pasien : Ruang :
No. Rekam Medis : Dokter :
Tgl. Lahir :
Tgl Nama Obat Dosis Lama Alasan Minum
Pemakaian Obat

18. Penanganan obat, vaksin, dan BMHP kadaluwarsa


Dalam penanganan obat, vaksin, dan BMHP kadaluwarsa atau rusak
Kepala UPTD Puskesmas Mulyaharja menunjuk Apoteker Penanggung
Jawab di UPTD Puskesmas Mulyaharja Kota Bogor.

Penanggung jawab Penanganan Obat , Vaksin, dan BMHP Kadaluwarsa


atau Rusak
Nama NIP Jabatan
Apt. M. Fakhruddin Hafizh 1999312272022031006 Apoteker
S.Farm Apt

Tugas, wewenang dan tanggung jawab Apoteker Penanggung Jawab


adalah sebagai berikut :
a. Menyiapkan dokumen administrasi kegiatan maupun dokumen
administrasi yang terkait dengan penanganan obat, vaksin, dan BMHP
kadaluwarsa atau rusak yang ditetapkan sesuai dengan peraturan
yang berlaku
b. Apoteker Penanggung Jawab bertanggung jawab atas penyerahan
obat, vaksin, dan BMHP kadaluwarsa atau rusak kepada Dinas
Kesehatan Kota Bogor
c. Mengumpulkan, mengolah, merangkum dan melaporkan data obat,
vaksin, dan BMHP kedaluwarsa atau rusak
d. Dalam melaksakan tugasnya pelaksana kegiatan berpedoman pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan bertanggung jawab
kepada Kepala UPTD Puskesmas Mulyaharja

19. Efek samping obat harus dilaporkan, ditindaklanjuti, dan dicatat dalam fo
rm MESO.

20. Jika terjadi kesalahan dalam pemberian obat dan KNC, maka harus di ca
tat, dilaporkan dan ditindaklanjuti.

21. Obat-obat emergensi harus tersedia di tempat pelayanan untuk


mengatasi jika terjadi kedaruratan dalam pelayanan kesehatan. Obat
emergensi ada di ruangan pemeriksaan umum, ruangan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut, ruangan pelayanan TB paru, ruangan pelayanan
KIA.Penyimpanan obat emergensi harus mudah di akses dan terhindar dari
penyalahgunaan dan pencurian.

- Pengelolaan obat emergensi harus menjamin:


a. jumlah dan jenis obat sesuai dengan daftar obat emergensi yang te
lah di tetapkan
b. tidak boleh bercampur dengan persediaan obat untuk kebutuhan lai
n
c. bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera diganti
d. dimonitoring secara berkala apakah ada yang kadaluarsa
e. dilarang dipinjam untuk kebutuhan lain
- Obat emergensi dimonitoring ketersediaannya dan tanggal kadaluwarsa
oleh petugas farmasi secara periodik
- Daftar obat Emergensi di ruangan pelayanan kesehatan gigi dan mulut,
ruangan pelayanan KIA, ruangan pemeriksaan umum dan ruangan
pelayanan TB paru
DAFTAR EMERGENCY KIT DI RUANGAN PELAYANANAN
KESEHATAN GIGI DAN MULUT, RUANGAN PEMERIKSAAN UMUM,
RUANGAN PELAYANAN TB PARU DAN KIA

NAMA OBAT JUMLAH


Ephinefrine 1 mg 1 ampul
Dexamethason 5 mg 1 ampul
Diphenhydramine 10 mg 1 ampul
Oxytocin inj 2 ampul
Phenobarbital inj 1 ampul
Phytomenadion inj 1 ampul
Disposible syringe 3 cc 4 buah
Disposible syringe 1 cc 4 buah
Nacl 0.9% 500 ml 1 buah
Dextrose 5% 1 buah
Dextrose 10% 1 buah
Stesolid 10 g 2 buah
Infus set anak 1 buah
Infus set dewasa 1 buah
Alkohol swab 10 buah
Nasal Oksigen anak 1 buah
Nasal Oksigen dewasa 1 buah

Ditetapkan di : Bogor
Pada Tanggal : 2 Januari 2023
KEPALA UPTD PUSKESMAS MULYAHARJA

HUSNUL KHATIMAH
LAMPIRAN III. SURAT KEPUTUSAN UPTD PUSKESMAS MULYAHARJA
NOMOR : 800/3.3.1.a-SKP/049a/02.01.23/PKMMH
TENTANG : LAYANAN KLINIS YANG BERORIENTASI PASIEN

1. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA ALERGI MAKANAN (ICD X : L27.2)


Alergi makanan adalah Reaksi imun terhadap allergen asal makanan.Gejala
dapat timbul dalam beberapa menit atau beberapa jam, dapat terbatas pada satu
atau beberapa organ, kulit, saluran nafas dan cerna, local dan sistemik.
Tujuannya prosedur ini dibuat sebagai pedoman penatalaksanaan penanganan
segera pada kasus alergi makanan

2. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA ANEMIA (ICD X : D64.9 )


Anemia adalah penurunan kadar Hemoglobin yang menyebabkan penurunan
kadar oksigen yang didistribusikan ke seluruh tubuh sehingga menimbulkan
berbagai keluhan (sindrom anemia)
Tujuannya prosedur ini dibuat sebagai pedoman penatalaksanaan dan
pengobatan pasien dengan anemia defisiensi besi di puskesmas.

3. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA ANGINA PEKTORIS STABIL (ICD X : I20.9)


Angina pectoris adalah Keluhan nyeri dada yang khas, yaitu seperyi rasa
ditekan atau seperti ditimpa beban yang sangat berat.
Tujuannya prosedur ini dibuat sebagai pedoman penatalaksanaan penanganan
pada kasus angina pectoris stabil.

4. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA APENDISITIS AKUT (ICD X : K.35.9)


Apendis akut adalah Radang yang timbul secara mendadak pada apendik.
Tujuannya memberikan penanganan pada kasus apenditis akut.

5. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA ARTRITIS,OSTEOARTRITIS (ICD X : M19.9)


Artritis/osteoarthritis adalah Penyakit sendi degenerative yang berkaitan dengan
kerusakan kartilago sendi.
Tujuannya prosedur ini dibuat sebagai pedoman penatalaksanaan penanganan
pada kasus Artritis/osteoarthritis.
6. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA ARTRITIS REUMATOID
Artritis rheumatoid adalah Penyakit autoimun yang ditandai dengan terdapatnya
sinovitis erosive simetrik yang walaupun terutama mengenai jaringan persendian,
sering juga melibatkan organ tubuh lainnya.
Tujuannya prosedur ini dibuat sebagai pedoman penatalaksanaan penanganan
pada kasus Artritis reumaotoid.

7. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA ASKARIASIS (ICD X : B77.9)


Penyakit yang disebabkan oleh infestasi parasit Ascaris lumbricoides.
Tujuannya memberikan penanganan pada kasus arkariasis.

8. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA ASMA BRONKIAL (ICD X : J45)


Asma Bronkial adalah Inflamasi kronis di saluran nafas. Tujuannya Memberikan
penanganan pada kasus asma bronchial stabil.

9. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA ASTIGMATISM RINGAN (ICD X : H52.2)


Astigmatism adalah Keadaan dimana sinar sejajar tidak dibiaskan pada satu titik
focus yang sama pada semua meridian.
Tujuannya prosedur ini dibuat sebagai pedoman penatalaksanaan penanganan
pada kasus Astigmatism ringan.

10. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA BELL’S PALSY ( ICD X : G51.0 )


Bell’s palsy adalah Paralisis fasialis perifer idiopatik, yang merupakan penyebab
tersering dari paralysis fasialis perifer unilateral.
Tujuannya prosedur ini dibuat sebagai pedoman penatalaksanaan penanganan
pada kasus Bell’s Palsy.

11. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA BENDA ASING DI CONJUNCTIVA (ICD X :


T15.9)
Benda yang dalam keadaan normal tidak dijumpai di conjungtiva dan dapat
menyebabkan iritasi jaringan
Tujuannya memberikan penanganan pada kasus benda asing di konjungtiva.

12. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA BLEFARITIS (ICD X : H01.0)


Blefaritis adalah radang pada tepi kelopak mata (margo palpebra) dapat disertai
terbentuknya ulkus/ tukak pada tepi kelopak mata, serta dapat melibatkan folikel
rambut.
Tujuannya memberikan panduan tatalaksana pada pasien Blefaritis.

13. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA BRONKITIS AKUT (ICD X : J20.9)


Bronkitis Akut adalah Peradangan pada bronkus.
Tujuannya memberikan panduan tatalaksana pada pasien Bronkitis Akut.

14. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA BUTA SENJA (ICD X : H53.6)


Buta senja/ rabun senja disebut juga nyctalopia atau hemarolopia adalah
ketidakmampuan untuk melihat dengan baik pada malam hari atau pada
keadaan gelap. Kondisi ini lebih merupakan gejala dari kelainan yang mendasari.
Hal ini terjadi karena kelainan sel batang retina untuk penglihatan gelap.
Tujuannya memberikan panduan tatalaksana pada pasien Buta senja.

15. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA CARDIORESPIRATORY ARREST(ICD X :


R09.2)
Cardiorespiratory Arrest (CRA) adalah kondisi kegawatdaruratan karena
berhentinya aktivitas jantung paru secara mendadak yang mengakibatkan
kegagalan sistem sirkulasi. Hal ini disebabkan oleh malfungsi mekanik jantung
paru atau elektrik jantung. Kondisi yang mendadak dan berat ini mengakibatkan
kerusakan organ.
Tujuannya memberikan panduan tatalaksana pada pasien dengan
Cardiorespiratory Arrest.

16. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA CUTANEUS LARVA MIGRAN (ICD X : B76.9)


Cutanes larva migran adalah Merupakan kelainan kulit berupa peradangan
berbentuk linier atau berkelok-kelok, menimbul dan progresif yang disebabkan
oleh invasi larva cacing tambang yang berasal dari anjing dan kucing.
Tujuannya memberikan panduan tatalaksana pada kasus cutaneus larva migrant.

17. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA DEMAM DENGUE, DHF (ICD X : A90,A91)


Demam dengue adalah Penyakit dengan keluhan demam tinggi, mendadak,
terus menerus selama 2-7 hari, adanya manifestasi perdarahan, nyeri kepala,
mialgia,artralgia nyeri retroorbital, gejala gastrointestinal, kadang disertai gejala
local dan pada kondisi syok akan merasa lemah,gelisah atau mengalami
penurunan kesadaran dan pada bayi demam tinggi dapat menimbulkan kejang.
Tujuannya memberikan panduan tatalaksana pada kasus demam dengue.
18. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA DERMATITIS ATOPIK ( ICD X : L20.9 )
Dermatitis Atopik (DA) adalah peradangan kulit berulang dan kronis dengan
disertai gatal. Pada umumnya terjadi selama masa bayi dan anak-anak dan
sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum serta riwayat
atopi pada keluarga atau penderita.
Tujuannya sebagai acuan bagi tenaga kesehatan di puskesmas dalam
penatalaksanaan Dermatitis Atopik.

19. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA DERMATITIS KONTAK IRITAN ( ICD X :


L20.9 )
Dermatisis kontak iritan (DKI) adalah reaksi peradangan kulit non-imunologik.
Kerusakan kulit terjadi secara langsung tanpa didahului oleh proses sensitisasi.
DKI dapat dialami oleh semua orang tanpa memandang umur, jenis kelamin,
dan ras. Penyebab munculnya dermatitis jenis ini adalah bahan yang bersifat
iritan, misalnya bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam, alkali, dan
serbuk kayu yang biasanya berhubungan dengan pekerjaan.
Tujuannya memberikan kemudahan dan sebagai acuan bagi praktisi kesehatan
(Puskesmas) dalam penangan/ penatalaksanaan pertama Dermatitis Kontak
Iritan.

20. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA DERMATITIS NUMULARIS ( ICD X : L30 )


Dermatitis Numularis adalah dermatitis berbentuk lesi mata uang (koin) atau
lonjong, berbatas tegas, dengan efloresensi berupa papulo vesikel, biasanya
mudah pecah sehingga basah.
Tujuannya sebagai pedoman praktik klinis Dokter di pelayanan kesehatan
primer.

21. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA DERMATITIS SEBOROIK ( ICD X : L30 )


Dermatitis seboroik merupakan istilah yang digunakan untuk segolongan
kelainan kulit yang didasari oleh faktor konstitusi (predileksi di tempat-tempat
kelenjar sebum). Dermatitis seboroik berhubungan erat dengan keaktifan
glandula sebasea.
Tujuannya memberikan kemudahan dan sebagai acuan bagi praktisi kesehatan
(Puskesmas) dalam penanganan/penalaksanaan pertama pada Dermatitis
Seboroik.
22. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA DIABETES MELITUS (ICD X : E11)
Diabetes Melitus adalah gangguan metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia
akibat defek pada kerja insulin (resistensi insulin) dan sekresi insulin atau kedua-
duanya.
Tujuannya memberikan panduan tatalaksana pada pasien dengan Diabetes
Melitus.

23. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA DISLIPIDEMIA (ICD X : E78.5)


Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan maupun penurunan satu atau lebih fraksi lipid dalam darah.
Beberapa kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol
total, kolesterol LDL, dan atau trigliserida, serta penurunan kolesterol HDL.
Tujuannya memberikan panduan tatalaksana pada pasien dengan dislipidemia.

24. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA EPISKLERITIS ( ICD X : H15 )


Episkleritis Merupakan Reaksi radang jaringan ikat vaskular yang terletak antara
konjungtiva dan permukaan sklera, umumnya satu bola mata
Tujuannya sebagai acuan bagi tenaga kesehatan di puskesmas dalam
penatalaksanaan episkleritis

25. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA EPISTAKSIS ( ICD X : R04 )


Epistaksis adalah Perdarahan akut yang berasal dari lubang hidung,rongga
hidung atau nasofaring. Epistaksis bukan suatu penyakit, melainkan gejala dari
suatu kelainan yang hamper 90% dapat berhenti sendiri. Perdarahan dari hitung
dapat merupakan gejala yang sanggat mengganggu. Kaftor etiologi dapat local
atau sistemik. Sumber perdarahan harus dicari dan dikoreksi untuk mengobati
epistaksis secara efektif.
Tujuannya memberikan kemudahan dan sebagai acuan bagi praktisi kesehatan
(puskesmas) dalam penanganan / penata-laksanaan pertama pada Epistaksis.

26. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA FLUOR ALBUS/VAGINAL DISCHARGE (ICD


X : N98.9)
Vaginal discharge atau keluarnya duh tubuh dari vagina secara
fisiologismengalami perubahan sesuai dengan siklus menstruasi. Cairan kental
dan lengket pada seluruh siklus namun lebih cair dan bening ketika terjadi
ovulasi. Masih dalam batas normal bila duh tubuh vagina lebih banyak terjadi
pada saat stres emosi, kehamilan atau aktivitas seksual. Vaginal discharge yang
patologis bila terjadi perubahan-perubahan padawarna, konsistensi, volume, dan
baunya.
Tujuannya memberikan panduan tatalaksana pada pasien dengan Fluor
Albus( Vaginal discharge non gonore ).

27. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA FRAKTUR TERBUKA (ICD X : T14)


Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan
epifisis baik yang bersifat total maupun parsial. Fraktur terbuka adalah suatu
fraktur dimana terjadi hubungan dengan lingkungan luar melalui kulit sehingga
terjadi kontaminasi bakteri sehingga timbul komplikasi berupa infeksi.
Tujuannya memberikan panduan tatalaksana pada pasien dengan Fraktur
terbuka.

28. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA FURUNKEL ( ICD X : )


Furunkel adalah peradangan di folikel rambut dan jaringan sekitarnya. Jika lebih
dari satu disebut furunkulosis. Karbunkel adalah kumpulan furunkel. Etiologi :
Staphylococcus aureus.
Tujuannya sebagai acuan bagi dokter dan praktisi kesehatan di puskesmas
dalam menangani kasus penyakit furunkel / karbunkel.

29. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA GASTRITIS ( ICD X : K29 )


Gastritis adalah proses inflamasi/peradangan pada lapisan mukosa dan
submukosa lambung sebagai mekanisme proteksi mukosa apabila terdapat
akumulasi bakteri atau bahan iritan lain. Proses inflamasi dapat bersifat akut,
kronis, difus, atau lokal.
Tujuannya sebagai acuan bagi tenaga kesehatan di puskesmas dalam
penatalaksanaan Gastritis.

30. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA GLAUKOMA AKUT (ICD X : H40.9)


Glaukoma adalah penyebab kebutaan kedua terbesar di dunia setelah katarak.
Kebutaan karena glaukoma tidak bisa disembuhkan, tetapi pada kebanyakan
kasus glaukoma dapat dikendalikan. Umumnya penderita glaukoma telah
berusia lanjut, terutama bagi yang memiliki risiko. Hampir separuh penderita
glaukoma tidak menyadari bahwa mereka menderita penyakit tersebut.
Tujuannya Memberikan panduan tatalaksana pada pasien glaukoma akut.
31. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA GONNORHEA ( ICD X : A54.9 )
Gonore adalah semua penyakit yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae.
Penyakit ini termasuk Penyakit Menular Seksual (PMS) yang memiliki insidensi
tinggi. Cara penularan gonore terutama melalui genitor-genital, orogenital dan
ano-genital, namun dapat pula melalui alat mandi, thermometer dan sebagainya
(gonore genital dan ekstragenital). Daerah yang paling mudah terinfeksi adalah
mukosa vagina wanita sebelum pubertas.
Tujuannya memberikan kemudahan dan sebagai acuan bagi praktisi kesehatan
(puskesmas) dalam penanganan/ penatalaksanaan pertama pada penyakit
gonore.

32. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA HAEMMOROID ( ICD X : I84.5 )


Hemoroid adalah pelebaran vena-vena didalam pleksus hemoroidalis.
Tujuannya memberikan kemudahan dan sebagai acuan bagi praktisi kesehatan
(Puskesmas) dalam penanganan/penalaksanaan pertama pada Hemoroid
Grade 1 dan 2.

33. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA HERPES SIMPLEX ( ICD X : B00 )


Herpes Simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes
simpleks tipe I atau II yang ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok di
atas kulit sembab dan eritematosa pada daerah mukokutan. Penularan melalui
kontak langsung dengan agen penyebab.
Tujuannya memberikan kemudahan dan sebagai acuan bagi praktisi kesehatan
(puskesmas) dalam penanganan / penatalaksanaan pertama pada Herpes
Simpleks
34. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA HERPES ZOSTER ( ICD X : B02 )
Herpes Zoster adalah infeksi kulit dan mukosa yang disebabkan oleh virus
Varisela-zoster. Infeksi ini merupakan reaktivitas virus yang terjadi setelah
infeksi primer.
Tujuannya prosedur ini dibuat sebagai pedoman penatalaksanaan dan
pengobatan pasien dengan diagnosa Herpes Zoster di puskesmas.

35. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA HIPERGLIKEMIA (ICD X : R73.9)


Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketotik (HHNK) merupakan komplikasi akut
pada DM tipe 2 berupa peningkatan kadar gula darah yang sangat tinggi
(>600mg/dl - 1200mg/dl) dan ditemukan tanda-tanda dehidrasi tanpa disertai
gejala asidosis.
Tujuannya memberikan panduan tatalaksana pada pasien dengan Hiperglikemia
Hiperosmolar Non Ketotik.

36. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA HIPERMETROPIA (ICD X : H50.0)


Hipermetropia merupakan keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata
dimana sinar sejajar jauh tidak cukup kuat dibiaskan sehingga titik fokusnya
terletak di belakang retina. Kelainan ini menyebar merata di berbagai geografis,
etnis, usia dan jenis kelamin. Hipermetrop pada anak-anak tidak perlu dikoreksi
kecuali bila disertai dengan gangguan motor sensorik ataupun keluhan
astenopia.
Tujuannya memberikan panduan tatalaksana pada pasien Hipermetropia.

37. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA HIPERTENSI ESENSIAL (ICD X : I10)


Hipertensi adalah kondisi terjadinya peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari
≥ 140 mmHg dan atau diastolik ≥ 90 mmHg. Kondisi ini sering tanpa gejala.
Peningkatan tekanan darah yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan
komplikasi, seperti stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan
kerusakan ginjal.
Tujuannya memberikan panduan tatalaksana pada pasien dengan Hipertensi
esensial.
38. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA HIPERURICEMIA (ICD X : E79.0)
Kondisi kadar asam urat dalam darah melebihi “normal” yaitu lebih dari 7,0 mg/dl.
Hiperurisemia dapat terjadi akibat meningkatnya produksi ataupun menurunnya
pembuangan asam urat, atau kombinasi dari keduanya. Gout adalah radang
sendi yang diakibatkan deposisi Kristal monosodium urat pada jaringan di sekitar
sendi
Tujuannya memberikan panduan tatalaksana pada pasien dengan Hiperuricemia
- Gout Arthritis.

39. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA HIPOGLIKEMIA (ICD X : E16.2)


Hipoglikemia adalah keadaan dimana kadar glukosa darah <60 mg/dL, atau
dengan gejala klinis dan kadar glukosa darah <80 mg/dL. Hipoglikemia
merupakan komplikasi akut dari penyandang diabetes melitus dan geriatri.
Tujuannya memberikan panduan tatalaksana pada pasien dengan
Hipoglikemia.

40. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA HIV TANPA KOMPLIKASI (ICD X : Z21)


HIV adalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyerang sel-sel
kekebalan tubuh. AIDS atau Acquired Immunodefficiency Syndrome adalah
kumpulan gejala akibat penurunan kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi
HIV.
Tujuannya memberikan tatalaksana pada pasien HIV / AIDS tanpa komplikasi

41. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA HORDEOLUM (ICD X : H00.0)


Peradangan supuratif kelenjar kelopak mata. Biasanya merupakan infeksi
Staphylococcus pada kelenjar sebasea kelopak. dikenal dua bentuk hordeolum
internum dan ekternum. Hordeolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar
Zeiss atau Moll. Hordeolum internum merupakan infeksi kelenjar Meibom yang
terletak di dalam tarsus. Hordeolum mudah timbul pada individu yang menderita
blefaritis dan konjungtivitis menahun.
Tujuannya prosedur ini dibuat sebagai pedoman penatalaksanaan dan
pengobatan pasien dengan diagnosa Hordeolum di puskesmas.

42. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA IMPETIGO ( ICD X : L01 )


a. Impetigo krustosa (impetigo contagiosa) adalah peradangan yang
memberikan gambaran vesikel yang dengan cepat berubah menjadi pustul
dan pecah sehingga menjadi krusta kering kekuningan seperti madu.
Predileksi spesifik lesi sekitar lubang hidung, mulut, telinga atau anus.
b. Impetigo bulosa adalah peradangan yang memberikan gambaran
vesikobulosa dengan lesi bula hipopion (bula berisi pus).
Tujuannya memberikan kemudahan dan sebagai acuan bagi praktisi kesehatan
(Puskesmas) dalam penangan/ penatalaksanaan pertama Impetigo.

43. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA INFARK MIOKARD (ICD X : I21.9)


Infark miokard (IM) adalah perkembangan yang cepat dari nekrosis otot jantung
yang disebabkan oleh ketidakseimbangan yang kritis antara suplai oksigen dan
kebutuhan miokardium. Ini biasanya merupakan hasil dari ruptur plak dengan
trombus dalam pembuluh darah koroner, mengakibatkan kekurangan suplai
darah ke miokardium.
Tujuannya memberikan panduan tatalaksana pada pasien dengan Infark
Miokard.

44. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA INFARK SEREBRAL (ICD X : I63.9)


Stroke adalah defisit neurologis fokal yang terjadi mendadak, lebih dari 24 jam
dan disebabkan oleh faktor vaskuler.
Tujuannya memberikan panduan tatalaksana pada pasien dengan Infark serebral
/ stroke.

45. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA INFEKSI SALURAN KEMIH ( ICD X : N39)


Peradangan pada daerah mukosa saluran kencing yang biasanya disebabkan
oleh kuman gram negatif (E.colli, dll)
Tujuannya Memberikan kemudahan dan sebagai acuan bagi praktisi kesehatan
(Puskesmas) dalam penangan/ penatalaksanaan pertama pada Infeksi Saluran
Kemih.

46. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA KANDIDIASIS MULUT (ICD X : B37.9)


Kandidiasis mulut adalah rasa gatal dan perih di mukosa mulut, rasa metal dan
daya kecap penderita yang kurang.
Tujuannya memberikan panduan tatalaksana pada pasien dengan kandidiasis
mulut.
47. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA KATARAK (ICD X : H26.9)
Katarak adalah kekeruhan pada lensa yang menyebabkan penurunan tajam
penglihatan (visus) yang paling sering berkaitan dengan proses degenerasi lensa
pada pasien usia di atas 40 tahun (katarak senilis). Penyebab lain katarak adalah
glaukoma, uveitis, trauma mata, serta kelainan sistemik seperti Diabetes Mellitus,
riwayat pemakaian obat steroid dan lain-lain. Katarak biasanya terjadi bilateral,
namun dapat juga pada satu mata (monokular).
Tujuannya memberikan panduan tatalaksana pada pasien Katarak.

48. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA KONJUNGTIVITIS (ICD X : H10.9)


Konjungtivitis adalah radang konjungtiva yang dapat disebabkan oleh
mikroorganisme (virus, bakteri), iritasi atau reaksi alergi. Konjungtivitis ditularkan
melalui kontak langsung dengan sumber infeksi. Penyakit ini dapat menyerang
semua umur.
Tujuannya memberikan panduan tatalaksana pada pasien Konjungtivitis.

49. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA LIMFADENITIS (ICD X :B70)


Limfadenitis adalah peradangan pada satu atau beberapa kelenjar getah
bening. Limfadenitis bisa disebabkan oleh infeksi dari berbagai organisme, yaitu
bakteri, virus, protozoa, riketsia atau jamur.
Tujuannya memberikan panduan tatalaksana pada pasien Limfadenitis

50. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA LIMPOMA (ICD X : D17.9)


Limpoma adalah Benjolan di kulit.
Tujuannya memberikan panduan tatalaksana pada pasien dengan Limpoma.

51. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA MALNUTRISI ENERGI PROTEIN (ICD X :


E40-E46)
MEP adalah penyakit akibat kekurangan energi dan protein umumnya disertai
defisiensi nutrisi lain.
Tujuannya memberikan panduan tatalaksana pada pasien dengan Malnutrisi
Energi Protein( MEP ).

52. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA MASTITIS (ICD X : N61)


Mastitis adalah peradangan payudara yang terjadi biasanya pada masa nifas
atau sampai 3 minggu setelah persalinan. Kejadian mastitis berkisar 2-3% dari
ibu meneteki dan lebih kurang 10% kasus mastitis akan berkembang menjadi
abses (nanah), dengan gejala yang makin berat.
Tujuannya memberikan panduan tatalaksana pada pasien dengan Mastitis.

53. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA MATA KERING (ICD X : H04.1)


Mata kering adalah suatu keadaan keringnya permukaan kornea dan konjungtiva
yang diakibatkan berkurangnya produksi komponen air mata (musin, akueous,
dan lipid). Mata kering merupakan salah satu gangguan yang sering pada mata,
persentase insiden sekitar 10-30% dari populasi, terutama pada orang yang
usianya lebih dari 40 tahun dan 90% terjadi pada wanita.
Tujuannya memberikan panduan tatalaksana pada pasien Mata kering / dry
eyes.

54. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA MIOPIA (ICD X : H52.1)


Miopia ringan adalah kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang masuk ke mata
dalam keadaan istirahat (tanpa akomodasi) akan dibiaskan membentuk
bayangan di depan retina. Dapat dikoreksi dengan lensa sferis negative S –
0.25 sampai S – 3.00 D.
Tujuannya memberikan panduan tatalaksana pada pasien Miopia ringan.

55. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA MORBILI (ICD X : B05.9


Penyakit yang disebabkan oleh virus Measles, dengan gejala prodromal berupa
demam, malaise,gejala respirasi atas (pilek,batuk) dan konjungtivitis. Pada
demam hari keempat biasanya muncul lesi macula dan papula eritem yang
dimulai pada kepala daerah perbatasan dahi rambut, dibelakang telinga, dan
menyebar secara sentrifugal ke bawah hingga muka,badan,ekstremitas dan
mencapai kaki pada hari ketiga.
Tujuannya memberikan panduan tatalaksana pada pasien morbili.

56. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA OBESITAS (ICD X : E66.9)


Obesitas merupakan keadaan dimana seseorang memiliki kelebihan kandungan
lemak (body fat) sehingga orang tersebut memiliki risiko kesehatan. Obesitas
terjadi disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan antara energi yang masuk
dengan penggunaan energi.
Tujuannya memberikan panduan tatalaksana pada pasien obesitas.
57. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA TUBERKULOSIS (ICD X : A15)
Tuberkulosis adalah penyakit paru-paru akibat kuman Mycobacterium
tuberculosis.
Tujuannya memberikan panduan tatalaksana pada pasien Tuberkulosis.

58. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA PERDARAHAN SUBKONJUNGTIVA ( ICD


X : H57.8 )
Perdarahan subkonjungtiva adalah perdarahan akibat rupturnya pembuluh darah
dibawah lapisan konjungtiva yaitu pembuluh darah konjungtivalis atau episklera.
Dapat terjadi secara spontan atau akibat trauma.
Tujuannya memberikan panduan tatalaksana pada pasien perdarahan
subkonjungtiva.

59. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA POLIMIALGIA REUMATIK ( ICD X : M53.3)


Polymyalgia rheumatica (PMR) adalah suatu sindrom klinis dengan etiologi yang
tidak diketahui yang mempengaruhi individu usia lanjut. Hal ini ditandai dengan
mialgia proksimal dari pinggul dan gelang bahu dengan kekakuan pagi hari yang
berlangsung selama lebih dari 1 jam.
Tujuannya memberikan panduan tatalaksana pada pasien polimialgia reumatik.

60. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA PRESBIOPIA ( ICD X : M52.4 )


Presbiopia adalah suatu kondisi yang berhubungan dengan usia dimana
penglihatan kabur ketika melihat objek berjarak dekat. Presbiopia merupakan
proses degeneratif mata yang pada umumnya dimulai sekitar usia 40 tahun.
Kelainan ini terjadi karena lensa mata mengalami kehilangan elastisitas dan
kemampuan untuk berubah bentuk.
Tujuannya memberikan panduan tatalaksana pada pasien presbiopia.

61. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA RABUN SENJA ( ICD X : H52 )


Buta senja/rabun senja disebut juga nyctalopia atau hemarolopia adalah
ketidakmampuan untuk melihat dengan baik pada malam hari atau pada
keadaan gelap. Kondisi ini lebih merupakan gejala dari kelainan yang
mendasari. Hal ini terjadi karena kelainan sel batang retina untuk penglihatan
gelap
Tujuannya prosedur ini dibuat sebagai pedoman penatalaksanaan dan
pengobatan pasien dengan diagnosa buta senja di puskesmas.
62. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA TAKIKARDIA ( ICD X : R00.0 )
Takikardi adalah suatu kondisi dimana denyut jantung istirahat seseorang
secara abnormal lebih dari 100 kali per menit. Sedangkan Supraventikular
Takikardi (SVT) adalah takikardi yang berasal dari sumber di atas ventrikel
(atrium), dengan ciri gelombang QRS sempit(< 0,12ms) dan frekuensi lebih dari
150 kali per menit.
Tujuannya memberikan panduan tatalaksana pada pasien takikardia.

63. DIAGNOSIS DAN TATALASANA TIROTOKSIKASIS ( ICD X : E05.9 )


Tirotoksikosis adalah manifestasi klinis akibat kelebihan hormon tiroid yang
beredar didalam sirkulasi. Sebagian besar kejadian tiroroksikosis akibat
hipertiroidisme sehingga kelenjar tiroid memperoleh perintah salah untuk
menghasilkan hormon tiroid yang banyak.
Tujuannya memberikan panduan tatalaksana pada pasien tirotksikasis.

64. DIAGNOSIS DAN TATALASANA VARISELA ( ICD X : B01.9 )


Infeksi akut primer oleh virus varicella zoster yang menyerang kulit dan mukosa,
klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf terutama berlokasi
dibagian sentrall tubuh. Penularan melalui udara (air-borne) dan kontak
langsung.
Tujuannya memberikan panduan tatalaksana pada pasien dengan varisela.

65. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA ABORTUS MENGANCAM/INSIPIENS (ICD X


: O06.4)
Abortus mengancam/insipiens adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan, dan sebagai batasan digunakan
kehamilan urang dari 20 minggu atau berat anak kurang dari 500 gram. Abortus
insipiens adalah abortus yang sedang mengancam dimana serviks telah
mendatar dan osteum uteri telah membuka akan tetapi hasil konsepsi masih
dalam kavum uteri.
Tujuannya adalah Memberikan penanganan segera pada kasus abortus.

66. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA ABORTUS SPONTAN INKOMPLIT (ICD X :


O06.4)
Abortus spontan inkomplit adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan, dan sebagai batasan digunakan
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat anak kurang dari 500 gram.
Abortus spontan inkomplit adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari
kavum uteri masih ada yang tertinggal.
Tujuannya adalah Memberikan penanganan segera pada kasus abortus.

67. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA ABORTUS SPONTAN KOMPLIT ( ICD X :


O03.9 )
Abortus spontan komplit adalah Ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan, dan sebagai batasan digunakan
kehamilan urang dari 20 minggu atau berat anak kurang dari 500 gram. Abortus
spontan komplit adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri
pada kehamilan kurang dari 20 minggu.
Tujuannya adalah Memberikan penanganan segera pada kasus abortus.

68. DIAGNOSA DAN TATALAKSANA ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA


KEHAMILAN(ICD X : D50)
Kelainan pada ibu hamil dengan kadar hemoglobin < 11 g/dl pada trimester I
dan III atau <10,5 g/dl pada trimester II. Penyebab tersering anemia pada
kehamilan adalah defisiensi besi, perdarahan akut, sedisiensi asam folat.
Tujuannya memberikan penanganan pada kasus anemia defisiensi besi pada
kehamilan.

69. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA EKLAMPSIA (ICD X : O15.9)


Eklampsia merupakan kasus akut pada penderita Pre-eklampsia, yang disertai
dengan kejang menyeluruh dan atau koma.Sama halnya dengan Pre-eklampsia,
eklampsia dapat timbul pada ante, intra, dan post partum. Eklampsia post partum
umumnya hanya terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah persalinan.
Tujuannya memberikan panduan tatalaksana pada pasien dengan Eklampsia.

70. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA HIPEREMESIS GRAVIDARUM (ICD X :


H40.9)
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan
sampai umur kehamilan 20 minggu. Mual dan muntah mempengaruhi hingga >
50% kehamilan. Keluhan muntah kadang-kadang begitu hebat dimana segala
apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi
keadaan umum dan mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun,
dehidrasi dan terdapat aseton dalam urin bahkan seperti gejala penyakit
appendisitis, pielitis, dan sebagainya.Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tapi
dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Mual dan muntah ini terjadi pada
60-80% primigravida dan 40-60% multigravida.
Tujuannya memberikan panduan tatalaksana pada pasien Hiperemis
Gravidarium.

71. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA HIPERTENSI KEHAMILAN ( ICD X : O14.9)


Hipertensi kehamilan adalah Meningkatnya tekanan darah pada ibu hamil
dimana tekanan darah diastolic ≥ 90 mmHg dan sistolik ≥ 140 mmHg pada dua
pengukuran berjarak 1 jam/lebih.
Tujuannya memberikan panduan tatalaksana pada pasien dengan hipertensi
kehamilan.

72. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA HIPEREMESIS GRAVIDARUM (ICD X :


O21.0)
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan
sampai umur kehamilan 20 minggu. Mual dan muntah mempengaruhi hingga >
50% kehamilan. Keluhan muntah kadang-kadang begitu hebat dimana segala
apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi
keadaan umum dan mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun,
dehidrasi dan terdapat aseton dalam urin bahkan seperti gejala penyakit
appendisitis, pielitis, dan sebagainya. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tapi
dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Mual dan muntah ini terjadi pada
60-80% primigravida dan 40-60% multigravida.
Tujuannya adalah memberikan panduan tatalaksana pada pasien Hiperemis
Gravidarium.

73.DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA IMUNISASI


Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap suatu
penyakit dengan cara memasukkan kuman atau bibit kuman yang telah
dilemahkan atau dimatikan kedalam tubuh dengan memasukkan kuman atau
bibit penyakit tersebut, tubuh dapat menghasilkan zat anti yang pada saatnya
digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit penyakit penyerang tubuh.
Tujuannya adalah memberikan pelayanan berupa pemberian imunisasi pada
bayi 0-24 bulan secara bertahap dan optimal.
74. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA KEHAMILAN NORMAL (ICD X : O80.9)
Kehamilan normal adalah masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahir.
Lama kehamilan normal 40 minggu dihitung dari hari pertama haid terahir
(HPHT).
Tujuannya adalah Memberikan panduan tatalaksana pada pasien dengan
Kehamilan normal.

75. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA KETUBAN PECAH DINI (ICD X : O42.9)


Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu
disebut ketuban pecah dini pada kehamilan prematur. Dalam keadaan normal 8-
10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini. Ketuban
pecah dini prematur terjadi pada 1% kehamilan.
Tujuannya memberikan panduan tatalaksana pada pasien dengan Ketuban
Pecah Dini.

76. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA KONTRASEPSI/KONDOM


Kontrasepsi/kondom Pelayanan kontrasepsi kondom merupakan pelayanan
kontrasepsi yang memberi manfaat menunda, menjarangkan, dan mencegah
kehamilan bagi wanita usia subur serta mencegah penularan IMS termasuk
HIV/AIDS.
Tujuannya adalah Agar akseptor dapat menggunakan kontrasepsi kondom
dengan baik.

77. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA KB SUNTIK ( ICD X : Z30.9 )


Kontrasepsi suntik adalah suatu proses dimana pasien harus mendapatkan
pelayanan KB Suntik (1 atau 3 bulan).
Tujuannya adalah Sebagai pedoman baku dalam pelayanan KB suntik di klinik
KB sehingga akseptor KB Suntik dapat menjarangkan kehamilannya.

78. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA MEMERIKSA DENYUT JANTUNG JANIN


(DJJ) DENGAN DOPPLER
Memeriksa denyut jantung janin(DJJ) dengan dopler adalah Pemeriksaan
denyut jantung janin adalah suatu pemeriksaan untuk mengetahui kondisi
kesehatan janin dengan menggunakan doppler.
Tujuannya adalah Mengetahui secara lebih jelas denyut jantung janin.
79. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA PALPASI ABDOMEN
Palpasi Abdomen adalah asuhan kebidanan pada ibu hamil untuk menentukan
tinggi fundus uteri, letak punctum maksimum denyut jantung janin, presentasi
janin dan penurunan bagian terendah janin.
Tujuannya adalah Sebagai pedoman bagi bidan dalam melakukan asuhan
kebidanan pada ibu hamil (ANC , dapat memperkirakan usia kehamilan, dapat
mendiagnosis dini kelainan letak dan merujuknya sesuai kebutuhan, dan dapat
mendiagnosis dini kehamilan ganda dan kelainan lain serta merujuknya sesuai
kebutuhan.

80. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA PELAYANAN ANTENATAL CARE (ANC)


( ICD X : O09 )
Antenatal care adalah pemeriksaan berkala yang dilakukan kepada ibu hamil
untuk memeriksa keadaan kesehatan ibu dan bayi selama hamil dan
mempersiapkan proses kelahiran.
Tujuannya adalah Menurunkan angka kesakitan dan kematian bagi ibu dan
anak dalam masa hamil, kelahiran dan nifas.

81. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA PELAYANAN KB


Pelayanan KB adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami
istri untuk menghindari kelahiran yang tidak di inginkan, mendapatkan kelahiran
yang diinginkan, mengukur interval diantara kelahiran.
Tujuannya adalah Memberi pengetahuan dan pengenalan alat kontrasepsi pada
pasien, membantu mengambil keputusan dan memilih alat kontrasepsi, dan
agar pasien bahagia dan sejahtera dengan memakai alat kontrasepsi.

82. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA PEMAKAIAN ORAL PIL KB


KB Pil adalah jenis kontrasepsi yang berbentuk tablet yang mengandung
hormon estrogen dan progesterone dan penggunaannya diminum setiap hari
dalam waktu yang sama.
Tujuannya adalah agar akseptor KB Pil dapat menjarangkan kehamilannya
sehingga menekan angka kelahiran.
83. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA PEMASANGAN ALAT KONTRASEPSI
DALAM RAHIM (AKDR) ( ICD X : Z97.5 )
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah alat kecil yang dipasang dalam
rahim sangat efektif dan aman dapat dicabut kapan saja sesuai yang
dinginkan ,bekerja selama 8 sampai 10 tahun.
Tujuannya adalah sebagai pedoman baku dalam pemasangan AKDR.

84. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA PEMASANGAN IMPLANT ( ICD X : Z97.5 )


Implant adalah alat kontrasepsi berupa batang putih lentur yang berisi hormon
dan diletakan di bawah kulit lengan atas
Tujuannya adalah sebagai pedoman baku dalam pemasangan implant.

85. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA PEMERIKSAAN IVA DAN CBE ( ICD X : Z12
)
Pemeriksaan IVA adalah pemeriksaan dengan cara mengamati dengan
menggunakan speculum, melihat leher rahim yang telah dipulas dengan asam
asetat atau asam cuka (3-5%). CBE adalah pemeriksaan payudara klinis oleh
tenaga kesehatan.
Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dini kanker leher rahim dan kanker
payudara.

86. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA PEMERIKSAAN REFLEK PATELA


Pemeriksaan reflek patela adalah Pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengetahui reflek tendon lutut dengan cara memposisikan tungkai pada
keadaan fleksi atau menggantung dengan menggunakan patella hammer.
Tujuannya adalah untuk mengetahui reflek patella inferolateral/inferomedial.

87. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA PENCABUTAN ALAT KONTRASEPSI


DALAM RAHIM (AKDR)
Pencabutan AKDR adalah melakukan pencabutan alat kontrasepsi yang
diletakan di dalam rahim yang berbentuk T diselubungi oleh kawat halus yang
terbuat dari tembaga untuk mencegah sperma dan ovum bertemu.
Tujuannya adalah sebagai pedoman dalam pencabutan AKDR.

88. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA PENGELOLAAN VAKSIN


Vaksin adalah antigen yang telah dilemahkan atau dimatikan bertujuan
membuat aktif sistem imun spesifik.
Tujuannya adalah sebagai pedoman baku dalam pengelolaan vaksin.

89. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA PERAWATAN PAYUDARA


Perawatan payudara adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk merawat
payudara pada ibu menyusui.
Tujuannya adalah Membersihkan puting susu, Memperlancar laktasis dan
Mencegah mastitis dan infeksi.

90. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA GANGREN RADIKS (ICD X : KO4.5 )


Adalah tertinggalnya akar gigi,dimana jaringan akar gigi yang tertinggal
merupakan jaringan mati yang merupakan tempat subur bagi perkembang
biakan bakteri.
Tujuannya sebagai acuan dalan menegakkan diagnosa dan memberikan terapi

91. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA HIPEREMI PULPA (ICD X :K02.9)


Adalah gangguan rasa sakit/ ngilu pada gigi sehubungan adanya proses
kerusakan jaringan email dan dentin diikuti terjadinya tahap awal inflamasi pulpa
yaitu pelebaran pembuluh darah pulpa.
Tujuannya adalah mengembalikan fungsi dan bentuk gigi, menghambat karies
serta mempertahankan gigi selama mungkin didalam mulut.

92. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA IRITASI PULPA (ICD X : KO2.1 )


Adalah kerusakan jaringa keras gigi yang mengenai email.
Tujuannya adalah mengembalikan fungsi dan bentuk gigi,menghambat karies
serta mempertahankan gigi selama mungkin didalam mulut.

93. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA GINGIVITIS (ICD X :K05.0)


Adalah peradangan pada gusi yang disebabkan oleh faktor lokar dan sistemik,
faktor lokal diantaranya karang gigi, bakteri,sisa makanan , rokok dan
pemakaian sikat gigi yang salah, sedang sistemik diantaranya diabetes melitus,
ketidak seimbangan hormon, dll.
Tujuannya adalah sebagai acuan dalam menegakkan diagnosa dan
memberikan terapi.
94. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA NEKROSE PULPA (ICD X : K04.1)
Adalah keadaan gigi dimana jaringan pulpa sudah mati sebagai sistem
pertahanan,pulpa sudah tidak dapat menahan rangsangan sehingga jumlah sel
pulpa yang rusak semakin banyak dan menempati sebagian ruangan pulpa.
Tujuannya adalah sebagai acuan dalam menegakkan diagnosa dan
memberikan terapi.

95. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA PERIAPIKAL ABSES (ICD X : K04.7)


Adalah gangguan rasa sakit akibat adanya pembengkakan pada gingival /
adanya pus(nanah) yang sudah menembus jaringan periosteum dan terlokalis
dibawah lipatan mucobuccal.

Tujuannya sebagai acuan dalan menegakkan diagnosa dan memberikan terapi.


96. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA PERIODONTITIS KRONIS DENGAN
KEHILANGAN JARINGAN PERIODONTAL RINGAN SEDANG ( ICD X : K05.3 )
Adalah inflamasi gingiva yang meluas di jaringan sekitarnya. Penyakit ini
ditandai dengan kehilangan perlekatan klinis akibat destruksi ligamen
periodontal dan kehilangan tulang pendukung sekitarnya.
Tujuannya dalah sebagai acuan penerapan langkah-langkah penyembuhan
infeksi pada gingiva dan menentukan perawatan lebih lanjut.

97. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA PERSISTENSI (ICD X :K00)


Adalah keadaan gigi susu belum tanggal sedangkan gigi tetap sudah tumbuh.
Tujuannya sebagai acuan dalam menegakkan diagnosa dan memberikan
therapy.

98. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA PULPITIS ( ICD X :K04.0)


Pulpitis akut adalah gangguan rasa sakit pada gigi sehubungan dengan adanya
kerusakan jaringan keras gigi yang telah mencapai pulpa atau pulpa masih
dilapisi dinding tipis sehingga terjadi inflamasi akut pada pulpa gigi.
Tujuannya dalah sebagai acuan penerapan langkah-langkah penyembuhan
infeksi pulpitis dan menentukan perawatan lebih lanjut.

99. DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA STOMATITIS ( ICD X : K12 )


Stomatitis adalah penyakit yang terjadi di rongga mulut berupa ulserasi pada
mukosa, bisa tunggal atau multiple yang disertai rasa sakit.
Tujuannya adalah sebagai acuan dalam melakukan diagnosa dan memberikan
therapy stomatitis.
Ditetapkan di : Bogor
Pada tanggal : 2 Januari 2023
KEPALA UPTD PUSKESMAS MULYAHARJA

HUSNUL KHATIMAH

Anda mungkin juga menyukai