Pancasila Sebagai Dasar Negara
Pancasila Sebagai Dasar Negara
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK VIII
NAMA : 1. BAIQ NURHIDATAYI KARTIWI P.R
(18051009)
2. EMI SUNDARI (18051007)
3. GHINA AZZIZAH (18051018)
DOSEN : M. SAMSUL HADI , M.P
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………
1.2 Rumusan masalah……………………………………………………………...
1.3 Tujuan penulisan……………………………………………………………….
1.4 Manfaat penulisan……………………………………………………………...
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Hubungan antara Filsafat dan Idiologi…………………………………………
2.2 Perbandingan antara Idiologi Pancasila, Liberalisme dan Komunisme………..
2.3 Pancasila Sebagai Idiologi Negara……………………………………………..
BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1 PENDAHULUAN
Pancasila selain sebagai dasar negara juga merupakan pandangan hidup bangsa
Indonesia. Sejarah telah mengungkapkan bahwa pancasila adalah jiwa dari seluruh bangsa
Indonesia yang mampu memberikan kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta
membimbingnya dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin bak, didalam masyarakat
Indonesia yang adil dan makmur.
Pancasila yang diterima dan ditetapkan sebagai dasar Negara seperti yang tercantum
dalam pembukaan UUD 1945 merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa.
Pembelajaran pancasila menjadi sangat penting. Karena mengingat pancasila merupakan jiwa
dari seluruh rakyat Indonesia. Hal ini mengandung makna bahwa didalam pancasila
mengandung jiwa yang luhur, nilai-nilai yang luhur dan sarat dengan ajaran moralitas.
Kadang kala nilai-nilai lihur yang ada dalam pancasila yang merupakan penjelmaan dari
seluruh bangsa indonesia tidak dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi
diabaikan sehingga akibatnya dari itu nilai-niali terebut akan hilang. Menyadari bahwa untuk
kelestarian nilai-nilai pancasila itu perlu diusahakan secara nyata sehingga tidak tergerus oleh
idiologi-idiologi asing yang tak sesuai dengan nilai yang terkandung didalam pancasila itu sendiri
. oleh karenanya kita butuh kesadaran yang tinggi sehingga kedepannya kita bisa menangkis
pengaruh-pengaruh buruk dari idiologi-idiologi asing tersebut.
Pengertian lainnya :
1. Plato (427 SM – 348 SM). Ahli filsafat Yunani : Filasafat ialah ilmupengetahuan yang
berminat mencapai kebenaran asli.
2. (382 – 322), Aristoteles : filsafat ialah ilmu pengetahuan yang meliputikebenaran yang
terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika. Logika,retorika, etika, ekonomi, politik
dan estetika.
3. Al- farabi (870 – 950 M), ahli filsafat islam : filsafat ialah ilmu pengetahuantentang alam
wujud bagaimana hakikat yang sebenarnya.
4. Immanuel Kant (1724 – 1804) ahli filsafat katolik : filsafat ialah ilmupengetahuan yang
menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yangdi dalamnya tercakup empat persoalan:
a. Apakah yang dapat diketahui? (jawabnya: metefisika)
b. Apakah yang harus kita kerjakan? (jawabnya: etika)
c. Sampai dimanakah harapan kita? (jawabnya: agama)
d. Apakah yang dinamakan manusia? (jawabnya: antropologi)
5. Drs. Hasbullah Bakry seorang ahli filsafat Indonesia: ilmu filsafat ialah ilmu yang
menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan
manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia itu
seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.
6. Prof. H. Muhammad Yamin, S.H. berpendapat: “filsafat ialah pemusatan pikiran,
sehingga manusia kepribadiannya itu dialami kesungguhan.
Dengan demikian dapatlah disimpulkan, bahwa apa yang disebut filsafat adalah suatu usaha
pemikiran manusia yang sungguh-sungguh, secara sistematis dan radikal untuk
mencari kebenaran sesuai dengan ruang dan waktu.
Jikalau ditinjau dari lingkup pembahasannya, maka filsafat meliputi banyak bidang bahasan
antara lain tentang manusia, masyarakat, alam, pengetahuan, etika, logika, agama, estetika dan
lainnya. Oleh karena itu seiringdengan perkembangan ilmu pengetahuan maka muncul dan berkembang
juga ilmufilsafat yang berkaitan dangan bidang-bidang ilmu tertentu, misalnya filsafatsosial,
filsafat hukum, filsafat politik, filsafat bahasa, filsafat ilmu pengetahuan,filsafat lingkungan,
filsafat agama dan filsafat yang berkaitan dengan bidang ilmu lainnya.
B. Pengertian ideologi
Secara umum, Pengertian Ideologi adalah suatu kumpulan gagasan, ide-ide dasar,
keyakinan serta kepercayaan yang bersifat sistematis dengan arah dan tujuan yang hendak
dicapai dalam kehidupan nasional suatu bangsa dan negara.
Istilah ideologi berasal dari kata 'idea' (inggris) yang berarti gagasan, konsep, pengertian
dasar, cita-cita; dan kata 'logi' yang dalam bahasa Yunani logos artinya ilmu atau pengetahuan.
Secara Harfiah, Pengertian Ideologi adalah pengetahuan tentang gagasan-gagasan, pengetahuan
tentang ide-ide, science of ideas atau ajaran tentang pengertian-pengertian dasar.
Dalam pengertian sehari-hari "idea" yang berarti 'cita-cita'. Cita-cita yang dimaksud
adalah cita-cita yang bersifat tetap yang harus dicapai sehingga cita-cita yang bersifat tetap itu
sekaligus merupakan dasar, pandangan atau paham. Ideologi mencakup pengertian tentang ide-
ide, pengertian dasar, gagasan dan cita-cita. Ideologi dapat dianggap sebagai visi yang luas,
sebagai cara memandang segala sesuatu. Ideologi adalah sistem pemikiran abstrak (tidak
hanya sekadar pembentukan ide) yang diterapkan pada masalah publik sehingga pembuat konsep
ini menjadi intisari politik.
Ada beberapa pengertian ideologi menurut beberapa kalangan, yaitu :
1. Maswardi Rauf (srijanti, dkk, 2008) adalah rangkaian/ kumpulan nilai yangdisepakati
bersama untuk menjadi landasan atau pedoman dalam mencapaitujuan atau kesejahteraan
bersama.
2. Carl J. Friederich (kamal Pasha. 2002), ideologi sebagai suatu sisitempemikiran yang
berkaitan dengan tindakan.
3. Alfian (1981), ideologi adalah pandangan atau sistem nilai yang menyeluruh dan
mendalam yang dipunyai dan dipegang oleh masyarakat tentang bagaimana, yaitu secara
moral dianggap benar dan adil, mengatur tingkah laku mereka bersama dalam berbagai
segi kehidupan duniawi mereka.
4. Kunto Wibisono (kamal pasha, 2002) menyebut tiga unsur yang sangat dominan dalam ideologi
yaitu :
a. Adanya keyakinan, yakni gagasan vital yang diyakini kebenarannya.
b. Mitos, ada yang dimitoskan secara optik dan deterministik pasti akan menjamin
tercapainya tujuan.
c. Loyalitas, yakni menuntut adanya keterlibatan secara optimal dari parapendukungnya.
Peranan ideologi dalam kehidupan bermasyarakat dapat dilihat dari tiga dimensi yaitu :
Filsafat dan ideologi memiliki keterkaitan, sebelum lahirnya sebuah ideologi maka ada
filsafat terlebih dahulu, filsafat berubah menjadi ideologi setelah filsafat tersebut digunakan
untuk cita-cita dan dikerjakan atau dipatuhi oleh manusia tersebut. Seperti yang diungkapkan
Roeslan Abdulgani (1986) “ Filsafat sebagai pandangan hidup pada hakikatnya merupakan
sistem nilai yang secara epistemologis kebenarannya telah diyakini sehingga dijadikan dasar atau
pedoman bagi manusia dalam memandang realitas alam semesta, manusia, masyarakat, bangsa,
dan negara tentang makna hidup serta sebagai dasar dan pedoman bagi manusia dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh hidup dan kehidupan. Filsafat dalam pengertian ini
telah menjadi suatu sistem cita-cita atau keyakinan-keyakinan (belief-system) yang telah
menyangkut praksis, karena di jadikan landasan bidang kehidupannya. Hal itu berarti filsafat
telah beralih dan menjelma menjadi ideologi”.
Filasafat adalah sebuah pemikiran kritis untuk melogikakan sesuatu, sehingga filsafat
menjadi akar dari setiap ilmu pengetahuan, sedangkan ideologi adalah suatu ilmu yang
mempelajari tentang cita-cita. Sudah tentu keterkaitan antara keduanya sangat terlihat, apabila
tidak ada sistem filsafat akankah ideologi ada? Tanpa adanya filsafat, ideologi tidak akan
ada. Setiap ideologi bersumber dari filsafat. Filsafat lahir dari perenungan dan pencarian jadi diri
sehingga lahirlah cita-cita dan tujuan yang menjadi landasan hidup seseorang atau suatu
kelompok sehingga hal tersebut menjadi identitas bagi pemilik ideologi tersebut.
Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai dan pemikiran yang dapat
menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi Pancasila. Pancasila dikatakan sebagai filsafat
karena Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang mendalam yang dituangkan dalam suatu
sistem. Sila-sila Pancasila yang merupakan sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu
kesatuan organis. Pancasila sebagai ideologi mengandung nilai-nilai yang berakar pada
pandangan hidup bangsa.
Pancasila lahir dari hasil perenungan mendalam para founding father, dan kemudian hasil
perenungan tersebut dijadikan tujuan bersama atau dijadikan suatu sistem keyakinan yang
menjadi landasan bagi bangsa dan negara Indonesia. Dan Pancasila juga telah menjadi identitas
bangsa Indonesia, bukan hanya sebagai landasan bangsa. Seperti halnya liberal dan sosialis hal
tersebut pula lahir dari sebuah sistem filsafat dan menjadi ideologi di negara-negara penganut
sistem tersebut sehingga hal tersebut kini menjadi landasan-landasan kehidupan bangsa yang
menganutnya , yang akhirnya menjadi jati diri negara mereka sehingga dapat dibedakan dari
bangsa-bangsa yang lain yang menganut ideologi yang berbeda pula.
Berdasarkan pengertian liberalisme diatas, kita dapat membuat kesimpulan bahwa negara
yang menganut politik liberalism memiliki ciri-ciri:
1. Menjamin kemerdekaan dan kebebasan berekspresi setiap individu
2. Persaingan ekonomi dijalankan oleh golongan swasta
3. Setiap orang berhak menganut maupun tidak menganut agama
4. Kekuasaan politik berdasarkan suara dominan
5. Negara tidak mencampuri urusan pribadi warga negaranya
6. Solidaritas social tidak berkembang karena tumbuhnya persaingan bebas
B. Ideologi Pancasila
Ideologi Pancasila merupakan dasar negara yang berfungsi, baik dalam
menggambarkan tujuan negara maupun dalam proses pencapaian tujuan negara. Artinya,
tujuan negara yang secara material dirumuskan untuk melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksankan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial harus mengarah kepada
terwujudnya masyarakat adil,makmur,serta sejahtera dengan tetap memperhatikan
bahkan merealisasikan dimensi-dimensi yang mencerminkan watak dan ciri wawasan
Pancasila.
Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah sebagai suatu sistem pemikiran terbuka.
Ideologi terbuka adalah nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan, melainkan digali
dan diambil dari kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakatnya itu sendiri.
Sedangkan ideologi tertutup adalah ajaran atau pandangan dunia yang menentukan
tujuan-tujuan dan norma-norma politik dan social, yang ditasbihkan sebagai kebenaran
yang tidak boleh dipersoalkan lagi, tetapi harus diterima sebagai sesuatu yang sudah jadi
dan harus dipatuhi.
Ideologi Pancasila :
Peran negara ada untuk tidak terjadi monopoli, yang dirugikan rakyat.
H. ASPEK PANDANGAN TERHADAP INDIVIDU DAN MASYARAKAT
Ideologi Liberalisme :
- Individu lebih penting dari pada masyarakat,
- Masyarakat diabdikan bagi individu.
Ideologi Pancasila :
- Individu diakui keberadaanya,
- Masyarakat diakui keberadaannya,
- Individu akan punya arti apabila hidup di tengah masyarakat
I. PERS
Ideologi Liberalisme :
Di bidang pers, politik liberalis memungkinkan seorang wartawan bebas memuat
berita apa pun yang ia ketahui, sementara, para sastrawan bebas mengeluarkan pendapat
dan ungkapan hatinya. Masyarakat umum berhak membaca dan menilai sendiri tulisan-
tulisan pada wartawan dan sastrawan tersebut.
Ideologi pancasila:
Pers Pancasila adalah pes yang melihat segala sesuatunya proporsional. Pers
Pancasila hendaknya mencari keseimbangan dalam berita atau tulisannya demi
kepentingan semua pihak sesuai dengan konsensus demokrasi Pancasila. Pers sebagai
lembaga kemasyarakatan yang bergerak dibidang pengumpulan dan penyebaran
informasi mempunyai misi ikut mencerdaskan masyarakat, menegakkan keadilan dan
memberantas kebatilan. Selama melaksanakan tugasnya, pes terkait erat dengan tata nilai
sosial yang berlaku dalam masyarakat. Dalam kehidupan sosial, masyarakat mempunyai
hak untuk mengetahui segala hal yang berkaitan dengan hajat hidup mereka. Untuk
itulah, pes sebagai lembaga kemasyarakatan dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan
infomasi bagi masyarakatnya. Etika pers adalah etika dari semua orang yang terlibat
dalam kegiatan pers. Etika pers adalah filsafat dibidang moral pers, yaitu mengenai
kewajiban-kewajiban pers, baik dan buruknya pers, pers yang benar, dan pers yang
mengatur tingkah laku pers atau dengan kata lain, etika pers itu berbicara tentang apa
yang seharusnya dilakukan oleh orangorang yang terlibat dalam kegiatan pers. Etika pers
mempermasalahkan bagaimana seharusnya pers itu dilaksanakan agar dapat memenuhi
fungsinya dengan baik.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pancasila sebagai dasar negara merupakan hasil pemikiran dari tokoh-tokoh pembangun bangsa
yang didalamnya memuat nilai-nilai yang sarat makna yang bertujuan untuk membentuk negara
yang berdaulat dan sejahtera serta untuk menciptakan warga negara yang mememiliki budi
pekerti yang luhur berdasarkan isi dari Pancasila tersebut serta melindungi warga negara dari
pedoman-pedoman atau ideologi-ideologi asing yang tidak sesuai dengan Pancasila.
DAFTAR PUSTAKA
Nopirin. 1980. Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila, Cet. 9. Jakarta: Pancoran Tujuh.
Notonagoro. 1980. Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila, Cet. 9. Jakarta: Pantjoran Tujuh.
Salam, H. Burhanuddin, 1998. Filsafat Pancasilaisme. Jakarta: Rineka Cipta.
Oesman oetojo A.1991.Pancasila Sebagai Ideologi. Jakarta: BP-7 Pusat.