Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHANKEPERAWATAN

PRAKTIKKLINIKKEPERAWATANANAK

JUDUL:

LAPORAN PENDAHULUAN KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DI


PUSKESMAS MANDURO KEC. NGORO KAB. MOJOKERTO

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


UNIVERSITASBINASEHATPPNIKAB.MOJOKERTO
TA2022/2023
BAB I
KONSEP TUMBUH KEMBANG
1.1 Pengertian
Pertumbuhan (Growth) dan perkembangan (Development) memiliki
pengertian yang sama yaitu sama-sama mengalami perubahan, tetapi secara khusus
keduanya berbeda. Pertumbuhan menunjukkaan perubahan yang bersifat kuantitas
sebagai akibat pematangan fisik yg ditandai dengansemakin kompleksnya sistem
jaringan otot, sistem syaraf dan fungsi sistem organ tubuh lainnya dan bisa diukur
( Yuniarti 2019).
Menurut (Depkes 2019) ,pertumbuhan adalah peningkatan ukuran dan jumlah sel
dan jaringan subselular, peningkatan sebagian atau keseluruhan ukuran fisik dan struktur
tubuh. Pertumbuhan dapat diukur secara kuantitatif dengan mengukur berat badan, tinggi
badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas dan umur untuk mengetahui pertumbuhan fisik.
Perkembangan berarti perubahan kualitatif. Perkembangan adalah penambahan
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks pada bidang motorik kasar dan halus,
bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian (Yuniarti 2019).
Perkembangan (development) adalah peningkatan kapasitas dalam struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diprediksi sebagai
hasil dari proses pematangan, termasuk perkembangan emosional, termasuk
perkembangan intelektual dan perilaku. lingkungan. Menciptakan pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal bertumpu pada potensi biologis, psikososial, dan perilaku.
Ini adalah proses yang khas dengan hasil akhir yang berbeda, memberikan karakter yang
unik pada setiap anak (SoetSoetjiningsih 2020). Dari pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa pertumbuhan adalah pertambahan ukuran dan jumlah sel dan
pertumbuhan dapat diukur secara kuantitatif. Perkembangan adalah perubahan kualitatif
yang ditandai dengan penambahan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks.

1.2 Etiologi
Dalam kehidupan manusia, setiap orang memiliki siklus yang berbeda-beda, dan
siklus tersebut bisa cepat atau lambat tergantung pada orang tersebut dan
lingkungannya.Proses cepat dan lambat ini dapat dipengaruhi oleh faktor genetik,
lingkungan, dan hormonal. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang
seorang anak( Hidayat 2018).
1. Faktor Genetik
Faktor genetik meliputi faktor genetik, jenis kelamin, ras dan suku. Faktor
ini ditentukan oleh kekuatan dan kecepatan pembuahan sel telur, derajat
kepekaan jaringan terhadap rangsangan, usia pubertas, dan berhentinya
pertumbuhan tulang. Setelah lahir, anak laki-laki cenderung tumbuh dan
berkembang lebih cepat dibandingkan anak perempuan dan berlanjut hingga
usia tertentu. Baik anak laki-laki maupun perempuan mengalami pertumbuhan
yang pesat saat mencapai pubertas (Hidayat 2018).
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan merupakan faktor yang memegang peranan penting
dalam tercapai tidaknya suatu potensi yang ada. Faktor lingkungan tersebut
meliputi lingkungan prenatal dan postnatal. Lingkungan prenatal atau rahim
juga meliputi pola makan, lingkungan mekanis, bahan kimia atau racun, dan
hormon selama kehamilan. keluarga, pola makan, iklim atau cuaca, olah raga,
kedudukan anak dalam keluarga, status kesehatan(Hidayat 2018).
3. Hormon
Hormon somatotropin (growth hormone) berperan dalam mempengaruhi
pertumbuhan tinggi badan dengan merangsang proliferasi sel kartilago dan
sistem rangka. Hormon tiroid berperan dalam merangsang metabolisme tubuh.
Hormon glukokortikoid berfungsi untuk merangsang pertumbuhan sel stroma
pada testis (yang menghasilkan testosteron) dan ovarium (yang menghasilkan
estrogen). Hormon-hormon ini kemudian merangsang perkembangan seksual
baik pada pria maupun wanita sesuai dengan perannya( Hidayat 2018).

1.3 Tahap Tumbuh Kembang


Pertumbuhan dan perkembangan anak secara teratur, konsisten, dan
berkesinambungan dari konsepsi sampai dewasa. Meskipun berbeda, setiap anak
mengikuti pola tertentu, atau tahapan pertumbuhan dan perkembangan(Potter & Perry
2019) sebagai berikut :
1. Periode prenatal atau intrauterin (saat janin berada di dalam rahim)
a. Periode embrio/embrionik berlangsung dari konsepsi sampai usia
kehamilan 8 minggu. Sel telur yang dibuahi dengan cepat berkembang
menjadi organisme, diferensiasi cepat terjadi, dan sistem organ
terbentuk di dalam tubuh.
b. Periode janin-janin adalah dari minggu ke-9 kehidupan hingga
kelahiran. Periode ini terdiri dari dua periode:
1) Selama periode janin awal, dari usia 9 minggu hingga TM II
kehidupan intrauterin, terjadi percepatan pertumbuhan dan
pembentukan tubuh manusia yang lengkap, pembentukan dan
fungsi organ.
2) Tahap janin lanjut, akhir TM, ditandai dengan pertumbuhan
yang cepat dan perkembangan fungsional. Pada titik ini,
imunoglobulin G (IgG) ditransfer dari ibu melewati plasenta.
Asam lemak esensial omega-3 (asam docosahexaenoic) dan
omega-6 (asam arakidonat) menumpuk di otak dari retina.
2. Usia bayi : 0-1 tahun
a. Selama periode neonatal (0-28 hari) terjadi adaptasi terhadap
lingkungan dan perubahan sirkulasi darah, dan fungsi organ tubuh
lainnya dimulai.
b. Setelah masa neonatus, proses berlangsung dengan cepat, dengan
proses perkembangan yang berkesinambungan terutama peningkatan
fungsi sistem saraf (29 hari sampai 1 tahun).
3. Periode Prasekolah
Selama periode ini, terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang stabil
melalui peningkatan aktivitas fisik dan peningkatan keterampilan dan proses
berpikir.
4. Anak usia sekolah berkembang lebih cepat dari usia prasekolah,
mengembangkan keterampilan dan perkembangan intelektual lebih cepat, dan
lebih suka bermain dalam kelompok sesama jenis (usia 6 - 18/20 tahun).
a. Masa pra remaja : 6 – 10 tahun.
b. Masa remaja :
1) Masa remaja dini (8-13 tahun untuk wanita, 10-15 tahun untuk
pria).
2) Masa remaja lanjut (perempuan: 13–18 tahun, laki-laki: 15–20
tahun)

1.4 Ciri – ciri Tumbuh Kembang


1. Ciri-ciri pertumbuhan, antara lain (Potter & Perry, 2019) :
a. Pertumbuhan adalah perubahan ukuran dalam arti bertambahnya dimensi
tubuh seperti berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan, dan
lingkar dada.
b. Pertumbuhan dapat terjadi dalam bentuk perubahan proporsi yang tampak
pada proporsi tubuh dan organ tubuh manusia mulai dari konsepsi hingga
dewasa.
2. Ciri-ciri perkembangan meliputi(Yusuf, 2019).
a. Terjadinya perubahan dalam :
1) aspek fisik: perubahan tinggi badan, berat badan dan organ tubuh
lainnya.
2) spek psikologis: perubahan kosa kata. Bertambah, matang berpikir,
meningkatkan daya ingat dan melatih imajinasi kreatif.
b. Terjadinya perubahan proporsi :aspek fisik (proporsi tubuh anak berubah
seiring perkembangannya).
c. Tahapan perkembangan diawali dengan kemampuan melakukan gerakan-
gerakan sederhana, tahap perkembangan berlanjut menuju kesempurnaan.

1.5 Penilaian Tumbuh Kembang


1. Ukuran Antropometri
Pertumbuhan fisik seorang anak biasanya dinilai dengan menggunakan
pengukuran antropometri. Pengukuran tubuh dibagi menjadi dua kelompok :
a. Berat badan tergantung usia (BB), tinggi badan tergantung usia (TB), lingkar
kepala tergantung usia (LK), dan lingkar humerus (ALL) tergantung usia.
Informasi yang tepat tentang tanggal lahir anak diperlukan untuk dapat
memberikan arti klinis untuk parameter tersebut. Kesulitannya, di beberapa
daerah orang tua tidak mengingat atau bahkan mencatat tanggal lahirnya,
sehingga tidak akurat untuk menentukan usia anak.
b. Tidak tergantung usia, berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB), lingkar
lengan atas (ALL), dan ketebalan lipatan kulit (TLK). Hasil pengukuran
antropometri ini dibandingkan dengan standar tertentu seperti NCHS
Universitas Harvard dan Standar Nasional (Indonesia), seperti yang terdapat
dalam Kartu Menuju Sehat (KMS). Dengan membandingkan hasil evaluasi
dengan kriteria tersebut maka dapat diketahui status gizi anak. Patokan ini
menunjukkan berapa persentil (%) seorang anak pada skala pertumbuhan
antropometri, sehingga dapat digunakan untuk menilai pertumbuhan fisik
anak, apakah anak tersebut normal, dengan variabilitas kecil atau besar.
terletak. Anda juga dapat mengamati tren (transisi) pertumbuhan anak Anda
kapan saja.
2. Berat Badan (BB)
Berat badan (BB) adalah parameter pertumbuhan paling sederhana yang mudah
diukur dan diulang. BB adalah ukuran yang paling penting untuk penilaian
pertumbuhan fisik pada anak-anak dari segala usia, karena merupakan indikator yang
cocok untuk pemeriksaan (akut) untuk menentukan status gizi, pertumbuhan dan
perkembangan anak. Pasalnya, BB sangat sensitif terhadap perubahan kecil seperti
penyakit atau pola makan. Selain itu, dari perspektif implementasi, pengukuran
bersifat objektif, dapat diulang pada skala apa pun, dan relatif murah, mudah, dan
cepat.
Namun, pengukuran berat badan tidak dipengaruhi oleh proporsi tubuh seperti
pendek, gemuk, atau tinggi dan kurus. Selain itu, berbagai kondisi medis dapat
memengaruhi pengukuran BB, seperti: Pembengkakan (edema), pembesaran organ
(hipertrofi organ),hidrosefalus, dll. Dalam situasi ini, penimbangan tidak dapat
menilai status gizi.
Penilaian status gizi yang akurat juga memerlukan data tambahan berupa usia,
jenis kelamin, dan acuan standar yang sesuai. Data beserta pengukuran BB diplot
pada kurva standar BB/U dan BB/TB atau diukur sebagai persentase dari standar
acuan. Nyatakan BB/U sebagai persentase dibandingkan dengan standar.
a. 120% dianggap makan berlebihan.
b. 80-120% dianggap cukup makan.
c. 60-80% tanpa edema = malnutrisi
d. Edema = malnutrisi. 25%
e. <60% disebut gizi buruk Perubahan BB perlu mendapat perhatian
karenamerupakan petunjuk adanya masalah nutrisi akut
Kehilangan BB dapat dikategorikan menjadi :
a. Ringan = kehilangan 5-15%
b. Sedang = kehilangan16-25%
c. Berat = kehilangan >25%
3. Tinggi Badan (TB)
Tinggi Badan (TB) merupakan skala antropometri terpenting kedua. Mengukur
TB itu sederhana dan mudah. Bersama dengan hasil pengukuran BB, ini memberikan
informasi penting tentang status gizi dan perkembangan fisik anak Anda. Ukuran
perawakan tumbuh dapat terus bertambah hingga tinggi maksimum tercapai. TB
merupakan indikator proses pertumbuhan jangka panjang (kronis) dan membantu
mendeteksi kegagalan pertumbuhan fisik di masa lalu. Kelebihan indikator ini adalah
pengukurannya berulang dan objektif, alatnya dapat dibuat sendiri, murah dan mudah
dibawa. Kelemahannya adalah perubahan ketinggian relatif lambat, sehingga sulit
untuk mengukur ketinggian secara akurat. TB diukur dengan posisi berbaring pada
anak di bawah usia 2 tahun dan posisi berdiri pada anak di atas usia 2 tahun. Mirip
dengan BB, pengukuran TB memerlukan informasi seperti usia, jenis kelamin, dan
standar referensi yang benar. TB kemudian dipetakan pada kurva TB atau dihitung
dari standar dan dinyatakan sebagai persentase. TB/U dibandingkan dengan standar
baku (%).
a. 90-110% = baik/normal
b. 70-89% = kurangi tinggi badan
c. <70% = tinggi sangat kurang
Rasio BB ke TB (BB/TB)
Rasio BB/TB yang dikombinasikan dengan BB/umur dan TB/umur sangat
penting dalam menilai status gizi dan lebih akurat karena menunjukkan proporsi
tubuh. Indeks ini hanya digunakan untuk anak perempuan dengan tinggi hingga 138
cm dan anak laki-laki dengan tinggi hingga 145 cm. Setelah itu ada masa percepatan
pertumbuhan, sehingga perbandingan BB/TB tidak ada artinya karena ada tahap
percepatan pertumbuhan(growth spurt) pada masa pubertas.
Interpretasi BB/TB (dalam %)
a. 120%: Obesitas
b. 110-120%: Kegemukan
c. 90-110%: biasa
d. 70-90%: gizi kurang
e. <70%: gizi yang baik
4. Lingkar Kepala (LK)
Lingkar kepala (LK) mewakili pertumbuhan otak dari perkiraan volume kepala.
Lingkar kepala dipengaruhi oleh status gizi anak sampai usia 36 bulan. Pengukuran
berkala dilakukan untuk menilai kemungkinan penyebab lain yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan otak, namun pengukuran LK secara teratur diperlukan
bukan hanya sekali. Apabila pertumbuhan otak mengalami gangguan yang dideteksi
dari hasil pengukuran LK yang kecil (mikrosefali) maka halini bisa mengarahkan si
anak pada kelainan retardasi mental. Sebaiknya kalau ada gangguan pada sirkulasi
cairan otak (liquor cerebrospinal) maka volume kepala akan membesar (makrosefali),
kelainan ini dikenal dengan hidrosefalus. Pengukuran LK paling berguna selama 6
bulan hingga 2 tahun pertama, karena pertumbuhan otak terjadi dengan cepat selama
6 bulan hingga 2 tahun pertama. Namun kelainan nilai LK baik kecil maupun besar
disebabkan oleh faktor genetik (keturunan) dan dapat bersifat bawaan pada bayi. Nilai
LK pada usia 6 bulan adalah 34-44 cm, usia 1 tahun sekitar 47 cm, usia 2 tahun
sekitar 49 cm, dan dewasa sekitar 54 cm.
5. Lingkar Lengan Atas (LLA)
Lingkar lengan atas (LLA) menggambarkan pertumbuhan dan perkembangan
jaringan lemak di bawah kulit dan otot dan kurang dipengaruhi oleh status cairan
dibandingkan dengan berat badan (BB). LLA cocok untuk menilai status
gizi/pertumbuhan dan perkembangan anak prasekolah (usia 1-5 tahun). Pengukuran
LLA mudah dan murah, alatnya dapat dikerjakan sendiri dan siapa saja dapat
melakukannya. Pita pengukur elastis biasanya digunakan sebagai alat. Namun,
penggunaan LLA sangat cocok untuk mengidentifikasi anak dengan malnutrisi
berat/gangguan pertumbuhan fisik. Selain itu, pengukuran dapat menekan pusat LLA,
yang membuat anak merasa tidak nyaman. Interpretasi hasilnya adalah dalam bentuk:
a. LLA (cm): < 12.5 cm = gizi buruk (merah), 12.5 – 13.5 cm = gizi
kurang(kuning), >13.5cm = gizi baik (hijau).
b. Bila umur tidak diketahui, status gizi dinilai dengan indeks LLA/TB: <75% =
gizi buruk,75-80% = gizi kurang, 80-85% =borderline, dan >85% = gizi
baik(normal).
6. Denver II
Denver II adalah modalitas skrining perkembangan yang ditujukan untuk
mendeteksi sedini mungkin gangguan perkembangan pada anak sehat atau tanpa
gejala berusia 0 bulan- 6 tahun. Dilakukan secara rutin dan sebagai bagian dari
pemeriksaan kesehatan bayi sehat untuk memantau perkembangan terutama pada
anak yang berisiko tinggi.
Denver II lebih teliti, tetapi lebih sederhana, lebih andal, dan dibagi menjadi
empat sektor: yaitu, sektorperilaku sosial(Personal Social), sektor motorik halus(Fine
Motor Adaptive), sektor bahasa(Language), dan sektor motorik kasar(Gross Motor).
Setiap tugas perkembangan dijelaskan dalam bentuk persegi dan persegi panjang
mendatar yang berurutan menurut umur.
Tes ini bukanlah tes diagnostik dan tidak dapat menunjukkan adanya kelainan.
Hanya tersangka/tersangka yang dirujuk/diperiksa untuk diagnosa. Dan, tes ini bukan
tes IQ karena tidak dapat memprediksi IQ masa depan. Juga tidak untuk menilai
ketidakmampuan belajar, gangguan perilaku, dan gangguan afektif juga tidak dinilai
Juga bukan pengganti tes diagnostik fisik, neurologis, atau lainnya. Tes ini
membutuhkan waktu sekitar 15-20 menit.

1.6 Gangguan Tumbuh Kembang


Menurut (Chamidah, 2018), beberapa masalah pertumbuhan dan perkembangan
umum pada anak-anak meliputi gangguan pada pertumbuhan fisik, perkembangan
motorik, bahasa, emosi dan perilaku.
1. Gangguan Pertumbuhan Fisik
Gangguan pertumbuhan fisik meliputi pertumbuhan abnormal dan
Kegagalan pertumbuhan di bawah rata-rata. Pemantauan berat badan dengan
KMS untuk mengetahui pola pertumbuhan anak. Jika berat badan anak adalah
lebih dari120% ada kemungkinanbahwa anak tersebut mengalami obesitas
atau mengalami ketidakseimbangan hormon. di samping itu,Jika berat badan
di bawah normal, anak mungkin mengalami kekurangan gizi, menderita
penyakit kronis atau gangguan hormonal. Lingkar kepala juga menjadi
parameter penting untuk mendeteksi gangguan pertumbuhan dan
perkembangan anak. Ukuran lingkar kepala menggambarkan isi kepala,
termasuk otak dan cairan serebrospinal. Jika lingkar kepala Anda lebih besar
dari biasanya,Anak-anak menderita hidrosefalus, megaencephaly, tumor otak
atau hanya sakit variasi normal. Sebaliknya, jika lingkar kepala lebih kecil
dari normal, dicurigai ada anak.Mereka menderita kecacatan intelektual,
kekurangan gizi kronis, atau hanya kecacatan normal. Gangguan penglihatan
dan gangguan pendengaran juga perlu dikenali sejak diniUntuk mencegah
kebingungan yang lebih serius. jenis gangguan penglihatan masalah yang
mungkin diderita anak-anak termasuk penglihatan yang tertunda,Kelainan
refraksi, juling, nistagmus, ambliopia, buta warna, dan kebutaan
terkaitKatarak, neuritis optik, glaukoma, dll. disamping itugangguan
pendengaran pada anak dapat dibagi menjadi gangguan pendengaran
konduktif dan sensorineural. Gangguan pendengaran pada anak dapat
disebabkan oleh penyebab prenatal dan prenatal.setelah lahir. Faktor prenatal
termasuk faktor keturunan dan berkembangnya infeksi TORCH yang terjadi
pada saat hamil. Faktor pascanatal sering menyebabkan gangguan
pendengaran,Infeksi bakteri atau virus dengan otitis media.
2. Gangguan Perkembangan Motorik
Ada banyak kemungkinan penyebab keterlambatan perkembangan
motorik. satu dari gangguan perkembangan motorik disebabkan oleh kelainan
pada tonus otot dan penyakit neuromuskular. Anak-anak dengan cerebral
palsy mungkin memiliki keterbatasan perkembangan motorik sebagai akibat
dari spastisitas, atetosis, ataksia, atau hipotensi. Gangguan sumsum tulang
belakang seperti spina bifida juga bisa menjadi penyebabnyaperkembangan
motorik tertunda. Penyakit neuromuskuler seperti distrofi ototmenunjukkan
keterlambatan dalam kemampuan berjalan. Tapi tidak selamanya gangguan
perkembangan motorik selalu didasarkan pada adanya penyakit.
faktorlingkungan dan kepribadian anak juga dapat mempengaruhi
keterlambatan pengembangan motorik. anak yang tidak memiliki kesempatan
untuk belajar Keterlambatan bisa terjadi karena sering digendong atau
diletakkan ke dalam baby walker dalam memperoleh kemampuan atletik.
3. Gangguan Perkembangan Bahasa
Kemampuan bahasa merupakan kombinasi seluruh system perkembangan anak.
Kemampuan berbahasa melibatkan kemapuan motorik, psikologis, emosional, dan
perilaku. Gangguan perkembangan bahasa pada anak dapat diakibatkan berbagai
faktor, yaitu adanya faktor genetik, gangguan pendengaran, intelegensia rendah,
kurangnya interaksi anak dengan lingkungan, maturasi yang terlambat, dan faktor
keluarga. Selain itu, gangguan bicara juga dapat disebabkan karena adanya kelainan
fisik seperti bibir sumbing dan serebral palsi. Gagap juga termasuk salah satu
gangguan perkembangan bahasa yang dapat disebabkan karena adanya tekanan dari
orang tua agar anak bicara jelas.
4. Gangguan Emosi dan Perilaku
Selama tahap perkembangan, anak juga dapat mengalami berbagai gangguan
yang terkait dengan psikiatri. Kecemasan adalah salah satu gangguan yang muncul
pada anak dan memerlukan suatu intervensi khusus apabila mempengaruh interaksi
sosial dan perkembangan anak. Contoh kecemasan yang dapat dialami anak adalah
fobia sekolah, kecemasan berpisah, fobia sosial, dan kecemasan setelah mengalami
trauma. Gangguan perkembangan pervasif pada anak meliputi autisme serta
gangguan perilaku dan interaksi sosial. Autism adalah kelainan neurobiologis yang
menunjukkan gangguan komunikasi, interaksi, dan perilaku. Autisme ditandai
dengan terhambatnya perkembangan bahasa, munculnya gerakan-gerakan aneh
seperti berputar-putar, melompat-lompat, atau mengamuk tanpa sebab.
BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian

Menurut (Supartini, 2020), penelitian tumbuh kembang anak bertujuan untuk


mengumpulkan data tumbuh kembang anak dan memperoleh pengetahuan tentang
kondisi anak dari data yang tersedia. Berikut hal-hal yang perlu dikaji ketika melakukan
pengkajiaan pada anak adalah

1. Identitas Anak dan/atau Orang Tua


a. Nama
b. Alamat
c. Tempat dan tanggal lahir
d. Ras/kelompok entries
e. Jenis kelamin
f. Agama
g. Tanggal wawancara
h. Informan
2. Riwayat Pranatal
Perlu ditanyakan pada ibu apakah ada tanda-tanda resiko tinggi saat
hamil. seperti terinfeksi TORCH, berat badan tidak naik, preeksklamsi, dan
lain-lain, serta apakah ehamilannya dipantau berkala Kehamilan risiko
tinggi yamg tidak ditangani dengan benar dapat mengganggu tumbuh
kembang anak. Dengan mengetahui riwayat prenatal maka keadaan anaknya
dapat diperkirakan.
3. Riwayat Kelahiran
Perlu ditanyakan pada ibu mengenai cara kelahiran anaknya, apakah
secara nomal dan bagaimana keadaan anak sewaktu lahir. Anak yang
dalam kandungan terdeteksi sehat, apabila kelahirannya mengalami
gangguan (cara kelahiran dengan tindakan seperti forceps. partuss lama,
atau kasep), maka gangguan tersebut dapat mempengaruhi keadaan tumbuh
kembang anak.
4. Pertumbuhan Fisik
Untuk menentukan keadaan pertumbuhan fisik anak, perlu
diperlakukan pengukuran antropometri dan pemeriksaan fisik.
Sebagaimana dalam pembahasan sebelumnya, pengukuran antropometri
yang sering digunakan di lapangan untuk memantau tumbuh kembang
anak adalah TB. BB. dan lingkar kepala. Sedangkan lingkar lengan dan
lingkar dada baru digunakan bila dicurigai adanya gangguan pada anak.
Apabila petugas akan mengkaji pertubuhan fisik anak, maka petugas
tersebut cukup mengukur BB. TB, dan lingkar kepala
5. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dapat dimulai dari rambut, kepala, leher, dada,
perut, genetalia, ekstremitas. Selain itu, tanda-tanda vital dan keadaan
umum perlu dikaji. Pemeriksaan fisik pada pertumbuhan dan perkembangan
ini adalah sama seperti cara pemeriksaan fisik pada bayi dan anak.
6. Perkembangan Anak
Untuk mengkaji keadaan perkembangan anak, dapat digunakan buku
Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita. Dari pedoman ini dapat
diketahui mengenai keadaan perkembangan anak saat ini, apakah anak
berada dalam keadaan normal, meragukan atau memerlukan rujukan.

Interpretasi Hasil Pengukuran dan Tindakan yang Diperlukan

Setelah dilakukan pengkajian terhadap pertumbuhan dan perkembangan


pada bayi dan balita, terdapat interpretasi hasil sebagai berikut :

1. Pertumbuhan dan perkembangan normal


Menurut (S. Soetjiningsih et al., 2020), pertumbuhan anak dikatakan
normal apabila grafik berat badan anak berada pada jalur berwarna hijau pada
kalender balita (KMS) atau sedikit di atasnya. Arah grafik harus
naik dan sejajar mengikuti lengkungan jalur (kurva) berwarna hijau.
Sementara, pertumbuhan anak dikatakan ideal jika pertumbuhan yang
ditetapkan dengan pengukuran antropometri adalah BB/U, BB/M dan lingkar
kepala/U. Perkembangan anak tergolong normal apabila umur dan
kemampuan anaksesuai dengan patokan yang berlaku. Berdasarkan Pedoman
Deteksi Tumbuh Kembang Balita skor yang diperoleh saat pemeriksaan harus
berjumlah 9-10.Apabila menggunakan kalender balita (KMS), maka
kemampuan anak sesuaiusia yang terdapat pada gambar. Sementara apabila
menggunakan tes DDST, anak dapat melewati tugas-tugas perkembangannya
sesuai usia. Demikian juga untuk pemeriksaan lainnya.
2. Pertumbuhan dan perkembangan tidak normal
Pertumbuhan anak mengalami penyimpangan apabila grafik berat badan
anak berada jauh di atas warna hijau atau berada dibawah jalur hijau,
khususnya pada jalur merah. Ukuran antropometri lain yang mengikuti
biasanya adalah lingkar lengan atas dan lingkar lengan dada. Perkembangan
anak mengalami penyimpangan apabila kemampuan kepandaian anak tidak
dicapai sesuai dengan usianya, sehingga anak mengalami keterlambatan.
Padates DDST, anak tidak dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya atau
padagambar kalender balita (KMS), kemampuan anak tidak sesuai dengan
usianya.

2.2 Diagnosa Keperawatan


Menurut(PPNI, 2016), diagnosa yang dapat diambil yakni:
1. D.0106 Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan defisiensi stimulus.
2. D.0119 Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan hambatan
lingkungan (ketidakcukupan informasi).
3. D.0111 Defisit pengetahuan nutrisi berhubungan dengan kurang terpapar
informasi.
4. D.0019 Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan
untuk makan)

2.3 Intervensi Keperawatan


Diagnosa Tujuan & Kriteria
Intervensi
No Keperawata Hasil Rasional
(Tim Pokja, n.d.)
n (PPNI, 2019)

1. D.0106 Setelah dilakukan Observasi : Observasi :


Gangguan intervensi selama a. Untuk
a. Identifikasi
tumbuh 3×24 jam, mengetahui
pencapaian tugas
kembang diharapkan status pencapaian
perkembangan
berhubungan perkembangan perkembangan
anak.
dengan membaik dengan anak.
b. Identifikasi isyarat
defisiensi kriteria hasil : b. Untuk
perilaku dan
stimulus  Keterampila mengetahui hal-
fisiologis yang
n / perilaku hal yang
ditunjukkan bayi.
sesuai usia dirasakan oleh
meningkat Terapeutik : bayi.
 Kemampuan
a. Minimalkan Terapeutik :
melakukan
kebisingan
perawatan a. Supaya anak
ruangan.
diri tidak merasa
b. Motivasi anak
meningkat terganggu.
untuk berinteraksi
 Respon b. Agar anak
dengan anak
sosial semakin percaya
lainnya.
meningkat diri untuk
c. Sediakan aktivitas
 Kontak mata berinteraksi
yang memotivasi
meningkat dengan orang
anak berinteraksi
 Kemarahan lain.
dengan anak
menurun c. Supaya anak
lainnya.
memiliki
d. Dukung anak
kegiatan yang
mengekspresikan
mendukung
diri melalui
untuk
penghargaan
positif atau umpan berinteraksi.
balik atas d. Supaya anak
usahanya, lebih percaya
e. Pertahankan diri.
kenyamanan anak e. Supaya anak
f. Fasilitasi anak tidak merasa
melatih terganggu.
keterampilan f. Supaya anak
pemenuhan bisa melakukan
kebutuhan secara kegiatan pribadi
mandiri. secara mandiri.

Edukasi : Edukasi :

a. Anjurkan orang a. Supaya orang


tua berinteraksi tua lebih
dengan anaknya. mengenal dan
b. Ajarkan anak lebih
keterampilan memperhatikan
berinteraksi sang anak.
b. Supaya anak
Intrevensi pendukung
menjadi lebih
Dukungan pemulihan senang
penyalahgunaan zat melakukan
Observasi interaksi.

a. Identifikasi
penerimaaan dan a. Mengdentifikasi
pengakuan penerimaaan dan
ketidakberdayaan pengakuan
terhadap adiksi yang ketidakberdayaan
dialami terhadap adiksi yang
Terapeutik dialami

a. Fasilitasi mengubah b.Memfasilitasi


perilakuadiksi secara mengubah
bertahap perilakuadiksi secara
bertahap
b.Fasilitasi
mengembangkan koping c.Memfasilitasi
produktif dan tanggung mengembangkan
jawab koping produktif dan
tanggung jawab
c. Libatkan kelompok
pendukung d.Melibatkan
kelompok pendukung
Edukasi

a. Jelaskan pentingnya
pulih dari
penyalahgunaan zat

b. Ajarkan pemulihan
trauma akibat
penyalahgunaan zat

2. D.0119 Setelah dilakukan Observasi : Observasi :


Gangguan intervensi selama a. Monitor a. Untuk
komunikasi 3×24 jam, kecepatan, mengetahui
verbal diharapkan tekanan, kuantitas, bagaimana
berhubungan komunikasi verbal volume, dan diksi bicara pasien.
dengan meningkat dengan bicara. b. Untuk
kurang kriteria hasil : b. Identifikasi mengetahui apa
terpapar  Kemampuan perilaku emosional yang akan
informasi berbicara dan fisik sebagai disampaikan
meningkat bentuk pasien.
 Kesesuaian komunikasi.
Terapeutik :
ekspresi
Terapeutik :
wajah/tubuh a. Utuk lebih
meningkat a. Gunakan metode mudah
 Kontak mata komunikasi memahami
meningkat alternatif maksud pasien.

 Gagap (menulis). b. Untuk

menurun b. Ulangi apa yang memvalidasi

 Pemahaman disampaikan oleh maksud yang

komunikasi pasien. diinginkan


c. Berikan dukungan pasien.
psikologis. c. Supaya pasien
lebih semangat
Edukasi :
dalam
a. Anjurkan melakukan
berbicara perlahan terapi

Edukasi :
INTERVENSI
a. Supaya pasien
PENDUKUNG
merasa lebih
Dukungan pengambiilan nyaman dan
keputusan tidak terburu-
buru.
Observasi

a.Identifikasi
Observasi
presepsi mengenal
masalah dan a.Identifikasi
informasi yang presepsi
memicu konflik mengenal
masalah dan
Terapeutik informasi yang
memicu konflik
a. Diskusi kelebihan dan
kekurangan dari Terapeutik
setiap solusi
a. Diskusi kelebihan
b. fasilitasi melihat dan kekurangan
situasi secara dari setiap solusi
realistic
b. fasilitasi melihat
Edukasi situasi secara
realistic
a. informasikan
alternative solusi Edukasi
secra jelas
a. informasikan
alternative solusi
secra jelas

3. D.0111 Setelah dilakukan Observasi : Observasi :


Defisit intervensi selama a. Identifikasi a. Supaya para
pengetahuan 3×24 jam, kemampuan dan penerima
nutrisi diharapkan tingkat waktu yang tepat informasi
berhubungan pengetahuanmembai menerima merasa lebih
dengan k dengan kriteria informasi. nyaman
faktor hasil :
Terapeutik : Terapeutik :
psikologis  Perilaku
(keengganan sesuai a. Persiapkan materi a. Supaya lebih
untuk anjuran dan media seperti memahami
makan) meningkat jenis-jenis nurtisi, tentang nutrisi.
 Kemampuan tabel makanan b. Supaya kegiatan
menjelaskan penukar,cara menjadi lebih
pengetahuan mengelola, cara terjadwal.
tentang suatu menakar makanan. c. Supaya tidak
topik b. Jadwalkan merasa
meningkat pendidikan kebingungan
 Perilaku kesehatan sesuai
Edukasi :
sesuai kesepakatan.
dengan c. Berikan a. Supaya pasien
pengetahuan kesempatan untuk dan keluarga
meningkat bertanya. lebih mengerti
 Pertanyaan tentang nutrisi
Edukasi :
tentang b. Supaya pasien
masalah a. Jelaskan pada dan keluarga
yang pasien dan lebih paham
dihadapi keluarga alergi tentang cara
menurun makanan, makanan membersihkan

 Persepsi yang harus mulut

yang keliru dihindari,kebutuha f. Supaya pasien

terhadap n jumlah kalori, dan keluarga

masalah jenis makanan lebih paham

menurun yang dibutuhkan tentang cara


pasien. mengatur posisi
b. Demonstrasikan saat makan
cara c. Supaya pasien
membersihkan dan keluarga
mulut tidak ada yang
c. Demonstrasikan mengalami
cara mengatur defisit nutrisi
posisi saat makan d. Supaya lebih
d. Ajarkan pasien dan paham
keluarga
memantau kondisi
kekurangan nutrisi Observasi
e. Anjurkan a. identifikasi
mendemostrasikan indikasi dan
cara memberi kontra indikasi
makan, mobilisasi
menghitung kalori, b. identifikasi
menyiapkan kesiapan dan
makanan sesuai kemampuan
program diet menerima
INTERVENSI informasi
PENDUKUNG Terapeutik
Edukasi nutrisi a. Persiapan
anak materi, media
Observasi dan alat
a. identifikasi b. berikan
indikasi dan kontra kesempatan
indikasi mobilisasi pada keluarga
b. identifikasi untuk bertanya
kesiapan dan Edukasi
kemampuan
a. jelaskan
menerima
prosedur dan
informasi
tujuan
Terapeutik
mobilisasi dan
a. Persiapan
dampak
materi, media dan
imobilisasi
alat
b. berikan
kesempatan pada
keluarga untuk
bertanya
Edukasi
a. jelaskan
prosedur dan
tujuan mobilisasi
dan dampak
imobilisasi

4. D.0019 Setelah dilakukan Observasi : Observasi :


Defisit intervensi selama a. Identifikasi a. Untuk
nutrisi 3×24 jam, makanan yang mengetahui
diharapkan nafsu diprogramkan makanan apa
makan membaik saja yang
Terapeutik :
dengan kriteria hasil diprogramkan
: a. Lakukan
Terapeutik :
 Keinginan kebersihan tangan
makan dan mulut sebelum a. Untuk menjaga
meningkat makan kebersihan
 Kemampuan b. Sediakan tangan dan
menikmati lingkungan yang mulut
makanan menyenangkan b. Supaya nafsu
meningkat selama waktu makan pasien

 Stimulus makan lebih baik

untuk makan c. Berikan posisi c. Supaya pasien

meningkat duduk atau semi- merasa lebih

 Kelaparan fowler saat makan nyaman

meningkat d. Berikan makanan d. Supaya nafsu


sesuai keinginan makan pasien
e. Tawarkan meningkat
mencium arom e. Supaya nafsu
makanan untuk makan pasien
merangsang nafsu meningkat
makan f. Untuk menjaga
f. Cuci muka dan kebersihan
tangan setelah
Edukasi :
makan.
a. Supaya pasien
Edukasi :
lebih mudah
a. Anjurkan orang untuk makan
tua atau keluarga
membantu
memberi makan
kepada pasien

2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan
yang spesifik yaitu membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan
mempasilitasi koping.(Lyer et al., 2019)

2.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi asuhan keperawatan merupakan fase akhir dari proses keperawatan. Hal-
hal yang dievaluasikan adalah keakuratan, kelengkapan, kualitas data, teratasi atau
tidaknya masalah klien, dan pencapaian tujuan serta ketepatan intervensi keperawatan.
(Nursalam, 2019)
Adapun komponen soap yaitu S (Subjektif) dimana perawat menemui keluhan
pasien yang masih dirasakan setelah dilakukan tindakan keperawatan, O (Objektif)
adalah data yang berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat secara langsung
pada pasien yang dirasakan pasien setelah tindakan keperawatan, A (Assessment) adalah
interpretasi dari data subjektif dan data objektif, P (planning) adalah perencanaan
keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi, atau ditambah dari rencana
tindakan keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya.
Setelahdilakukanpengkajianterh
adappertumbuhandanperkemba
ngan
padabayidanbalita,
terdapatinterpretasihasilsebagai
beriku
Riwayat Pranatal
Perlu ditanyakan pada ibu
apakah ada tanda-tanda resiko
tinggi saat hamil.
seperti terinfeksi TORCH, berat
badan tidak naik, preeksklamsi,
dan lain-lain, serta
apakah ehamilannya dipantau
berkala Kehamilan risiko tinggi
yamg tidak ditangani
dengan benar dapat
mengganggu tumbuh kembang
anak. Dengan mengetahui
riwayat
prenatal maka keadaan anaknya
dapat diperkirakan.
DAFTAR PUSTAKA
Chamidah, A. N. (2018). Deteksi dini gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. Jurnal
Pendidikan Khusus, 5(2), 83–93.
Depkes, R. I. (2019). Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh
kembang anak di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Jakarta: Depkes RI, 7–49.
Hidayat, A. A. (2018). Ilmu kesehatan anak untuk pendidikan kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika.
Lyer, R. P., Roland, A., Zhou, W., & Ghosh, K. (2019). Modified oligonucleotides--synthesis,
properties and applications. Current Opinion in Molecular Therapeutics, 1(3), 344–358.
Nursalam, D. (2019). Manajemen Keperawatan" Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Salemba Medika.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2019). Fundamental of nursing: Concepts, process, and practice.
Philadelphia: Mosby Years Book Inc.
PPNI, T. P. S. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) Edisi 1. Dpp Ppni.
Jakarta.
PPNI, T. P. S. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Dpp Ppni.
Soetjiningsih, R. (2020). IGN. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC, 237–248.
Soetjiningsih, S., Moersintowarti, T., Hariyono, S., & Gde, I. G. N. (2018). Buku Ajar Tumbuh
Kembang Anak dan Remaja. Edisi 1. Jakarta: Sagung Seto.
Supartini, Y. (2020). Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta: Egc, 212.
Tim Pokja, S. (n.d.). DPP PPNI,(2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.(SIKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia. Tim Pokja SLKI DPP PPNI.
Yuniarti, S. (2019). Asuhan Tumbuh Kembang Neonatus Bayi-Balita dan Anak Pra-Sekolah.
Bandung: Refika Aditama.
Yusuf, S. (2019). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai