tp
s:
//p
eg
un
un
ga
na
rfa
kk
ab
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
s:
//p
eg
un
un
gan
ar
fak
ka
b.
bp
s .g
o.
id
COVER WARNA
ht
tp
s:
//p
eg
un
un
gan
ar
fak
ka
b.
bp
PUTIH
s .g
o.
id
COVER HITAM
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
MENURUT PENGELUARAN KABUPATEN PEGUNUNGAN ARFAK
TAHUN 2018-2022
ISSN :-
Nomor Publikasi : 91050.1703
Nomor katalog : 9302023.9112
Ukuran Buku : 21 cm x 29,7 cm
id
Jumlah Halaman : viii + 59 Halaman
o.
.g
s
bp
Naskah:
b.
ka
Badan Pusat Statistik Kabupaten Manokwari
ak
f
ar
g an
un
Ilustrasi Gambar:
ht
Diterbitkan oleh:
© BPS Kabupaten Manokwari
Dicetak oleh:
Badan Pusat Statistik Kabupaten Manokwari
Penyunting:
Henny Eka Wardhani, S.ST
Penulis:
id
Corsensia Takerubun, S.Tr.Stat
o.
.g
s
bp
Pengolah Data:
b.
ka
Henny Eka Wardhani, S.ST
ak
Corsensia Takerubun,S.Tr.Stat
f
ar
gan
un
Gambar Kulit:
un
eg
//p
s:
tp
ht
BADAN PUSAT STATISTIK
KABUPATEN MANOKWARI
KATA PENGANTAR
id
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
o.
.g
terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Menurut Pengeluaran
s
bp
Kabupaten Pegunungan Arfak Tahun 2018-2022. Publikasi ini dimaksudkan untuk
b.
ka
memenuhi permintaan para konsumen data sekaligus sebagai media informasi
fak
Domestik Regional Bruto (PDRB) dari sisi penggunaan beserta analisisnya baik
s:
tp
secara time series (dari waktu ke waktu) maupun analisis rasio lainnya.
ht
Kepada semua pihak telah memberikan bantuan dan dukungan dalam upaya
penyusunan publikasi ini, kami sampaikan terima kasih. Semoga publikasi ini
bermanfaat bagi kita semua dalam menyusun perencanaan dan melaksanakan
pembangunan.
id
1.2 Perubahan Tahun Dasar PDRB ................................................................ 5
o.
s .g
bp
Bab II Metode Estimasi dan Sumber Data ................................................................... 10
2.1
b.
Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah Tangga ....................................... 11
ka
ak
Bab V Penutup................................................................................................................. 50
Lampiran .............................................................................................................................. 53
id
o.
s .g
bp
b.
ka
f ak
ar
g an
un
un
eg
//p
s:
tp
ht
Halaman
id
o.
Tabel 4 Laju Pertumbuhan PDRB ADHK 2010 Menurut Pengeluaran
s .g
Kabupaten Pegunungan Arfak Tahun 2018-2022 ......................................... 35
bp
b.
Tabel 5 Indeks Implisit PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Pegunungan Arfak
ka
Tahun 2018-2022 .............................................................................................. 35
f ak
ar
id
o.
s .g
bp
b.
ka
f ak
ar
g an
un
un
eg
//p
s:
tp
ht
id
o.
s .g
bp
b.
ka
fak
ar
g an
un
un
eg
//p
s:
tp
ht
Halaman
id
o.
(Persen) ........................................................................................................ 57
s .g
Lampiran 4 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar
bp
b.
Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran Kabupaten Pegunungan
ka
Arfak (Persen) ............................................................................................. 58
f ak
ar
id
o.
s.g
bp
b.
ka
ak
f
ar
an
g
un
un
eg
//p
s:
tp
ht
id
“akhir” dari proses produksi yang berlangsung dalam batas-batas teritori suatu wilayah.
o.
.g
Berbagai jenis barang dan jasa akhir tersebut akan digunakan untuk memenuhi permintaan
s
bp
akhir oleh pelaku ekonomi domestik maupun pelaku ekonomi dari luar wilayah bahkan
b.
ka
dari luar negeri. Beberapa agregat penting dapat diturunkan dari PDRB Pengeluaran ini
ak
seperti variabel Pengeluaran Konsumsi Akhir, pembentukan modal tetap bruto atau
f
ar
dasar yang relatif berbeda. PDRB Produksi menggambarkan aktivitas produksi, serta
s:
tp
pendapatan yang diterima pemilik faktor produksi yang terlibat (balas jasa faktor
ht
1 Termasuk di dalamnya penyusutan dan pajak tidak langsung “neto” (pajak tidak langsung dikurangi subsidi)
2 Handbook of National Accounting. Accounting for Production: Sources and Methods (Series F no 30 United Nations)
id
o.
Akhir Pemerintah (PK-P), Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), Perubahan Inventori
.g
(PI), serta komponen Ekspor barang dan jasa.
s
bp
Dalam menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi permintaan akhir masyarakat
b.
ka
tersebut, tidak terlepas dari ketergantungan pada produk yang berasal dari dari luar
ak
wilayah atau luar negeri (impor). Berbagai barang dan jasa yang menjadi konsumsi akhir
f
ar
an
besarnya nilai tambah domestik (PDRB), komponen impor barang dan jasa harus
un
un
Tingginya permintaan tidak selalu diimbangi oleh penyediaan domestik, sehingga kondisi
//p
s:
ini menjadi peluang bagi masuknya produk impor. Data empiris menunjukkan bahwa dari
tp
waktu ke waktu, perdagangan produk impor terus berkembang baik secara kuantitas,
ht
id
o.
s .g
bp
Y = C + GFCF + Δ Inventori + X – M
b.
ka
ak
X = Ekspor
//p
M = Impor
s:
tp
ht
Persamaan di atas menunjukkan pendapatan atau nilai tambah bruto dari hasil
penghitungan PDRB Produksi akan “identik” dengan PDRB Pengeluaran. Jika Y adalah
pendapatan, C adalah konsumsi akhir, dan GFCF serta Δ Inventori merupakan bentuk
investasi fisik, maka selisih antara ekspor dengan impor menggambarkan surplus atau
defisit dari aktivitas perdagangan barang dan jasa antar wilayah, baik dengan wilayah lain
ataupun dengan luar negeri.
Melalui pendekatan ini dapat diketahui perilaku masyarakat dalam menggunakan
pendapatan, apakah hanya untuk tujuan konsumsi (akhir) atau juga untuk tujuan investasi
(fisik). Selain itu juga dapat diketahui besarnya ketergantungan ekonomi wilayah
3. - Yang dimaksud adalah rumahtangga, pemerintah, lembaga non profit yang melayani rumah tangga serta sektor produksi
(produsen) di wilayah domestik
- Disebut sebagai pendekatan “riil”
- Siklus ekonomi secara umum yang menjelaskan tentang hubungan antara balas jasa faktor produksi (pendapatan) dengan
pengeluaran atas penggunaan berbagai produk barang dan jasa oleh faktor produksi tersebut
id
o.
Mengapa Tahun Dasar PDRB Perlu Diubah?
s .g
Selama sepuluh tahun terakhir, banyak perubahan yang terjadi pada kondisi
bp
b.
perekonomian global maupun lokal, yang sangat berpengaruh terhadap perekonomian
ka
nasional. Krisis finansial global yang terjadi tahun 2008, penerapan perdagangan bebas
fak
serta semakin meluasnya jasa layanan pasar modal merupakan beberapa contoh
g
un
perubahan yang perlu diantisipasi dalam mekanisme pencatatan data statistik nasional.
un
Satu bentuk implementasi dari System of National Accounts (SNA) adalah melakukan
eg
//p
perubahan tahun dasar PDB/PDRB. Di Indonesia kegiatan perubahan tahun dasar dari
s:
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang tertuang dalam buku panduan SNA 2008.
Kegiatan ini diawali dengan menyusun kerangka kerja dalam bentuk Supply and Use Tables
(SUT) Indonesia untuk tahun data 2010. Dari kerangka SUT tersebut diperoleh nilai
estimasi PDB dan komponen-komponennya. Selanjutnya nilai PDB maupun
komponennya ini dijadikan sebagai acuan (benchmark) ketika BPS Provinsi maupun BPS
Kabupaten/Kota menyusun PDRB-nya. Untuk itu, guna menjaga konsistensi dengan hasil
penghitungan PDB, maka perubahan tahun dasar PDRB dilakukan secara simultan dengan
perubahan tahun dasar PDB.
id
o.
a. Menginformasikan kondisi ekonomi terkini, seperti terjadinya perubahan struktur
.g
dan pertumbuhan ekonomi;
s
bp
b. Meningkatkan kualitas PDRB;
b.
ka
c. Menjadikan PDRB dapat diperbandingkan secara nasional.
fak
ar
g an
b. Perubahan besaran indikator makro seperti rasio pajak, rasio hutang, rasio investasi
dan tabungan, neraca perdagangan, serta struktur dan pertumbuhan ekonomi;
c. Perubahan input data untuk keperluan modeling dan forecasting.
id
o.
Implementasi SNA 2008 dalam PDRB tahun dasar 2010
.g
Terdapat 118 revisi di SNA 2008 dari SNA sebelumnya, dan 44 diantaranya
s
bp
merupakan revisi yang utama. Beberapa revisi yang diadopsi dalam penghitungan
b.
ka
PDB/PDRB tahun dasar 2010 antara lain adalah:
ak
aset alam hasil budidaya manusia, yang diperlakukan sebagai bagian dari output
un
pertanian dan PMTB. Contoh nilai tegakan padi, kelapa sawit dan karet yang
eg
diperlakukan sebagai bagian dari output industri peralatan militer dan PMTB
seperti pesawat tempur, kendaraan lapis baja, dan peluru kendali.
c. Penelitian dan pengembangan (research and development/RnD). RnD merupakan
nilai pengeluaran untuk aktivitas penelitian dan pengembangan, yang
diperlakukan sebagai bagian dari output industri yang melakukannya dan PMTB
seperti RnD tentang varietas padi, produk otomotif, dan riset pemasaran.
d. Eksplorasi dan evaluasi mineral (mineral exploration and evaluation/MEE). MEE
merupakan nilai pengeluaran untuk aktivitas eksplorasi dan evaluasi barang
tambang dan mineral, tanpa memperhitungkan apakah berhasil atau tidak
menemukan cadangan tambang atau mineral. Biaya eksplorasi dan evaluasi
diperlakukan sebagai bagian dari output industri pertambangan dan PMTB.
4 SNA1993, para 16.76: “constant price series should not be allowed to run for more than five, or at the most, ten years without
rebasing”
id
o.
h. pengeluaran untuk aktivitas eksplorasi dan evaluasi barang tambang dan
.g
mineral, tanpa memperhitungkan apakah kegiatan tersebut berhasil ataupun
s
bp
tidak berhasil menemukan cadangan tambang atau mineral. Biaya eksplorasi dan
b.
ka
evaluasi diperlakukan sebagai bagian dari output industri pertambangan dan
ak
PMTB.
f
ar
g an
un
Metodologi
un
Output jasa intermediasi keuangan. Output industri ini diestimasi dengan metoda
eg
(loans), dan suku bunga referensi (reference). Metoda ini menggantikan metoda
ht
Valuasi
Nilai tambah bruto lapangan usaha dinilai dengan harga dasar (Basic Price). Harga
dasar merupakan harga keekonomian suatu barang atau jasa pada tingkat produsen,
sebelum ada intervensi pemerintah dalam bentuk pajak dan subsidi atas produk.
Klasifikasi
Klasifikasi yang digunakan adalah Internasional Standard Industrial Classification
(ISIC rev.4) dan Central Product Classification (CPC rev.2). BPS mengadopsi kedua
jenis klasifikasi tersebut menjadi KBLI 2009 dan KBKI 2010.
id
o.
s .g
bp
b.
ka
ak
f
ar
g an
un
un
eg
//p
s:
tp
ht
id
o.
s.g
bp
b.
SUMBER DATA
ka
ak
f
ar
an
g
un
un
eg
//p
s:
tp
ht
I. Pendahuluan
Sektor rumah tangga mempunyai peran yang cukup besar dalam perekonomian. Hal
ini tercermin dari besarnya sumbangan konsumsi rumah tangga dalam pembentukan
PDRB pengeluaran. Di samping berperan sebagai konsumen akhir barang dan jasa, rumah
tangga juga berperan sebagai produsen dan penyedia faktor produksi untuk aktivitas
produksi yang dilakukan oleh sektor institusi lain.
id
o.
.g
II. Konsep dan definisi
s
bp
Pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga (PKRT) adalah pengeluaran atas barang
b.
ka
dan jasa oleh rumah tangga untuk tujuan konsumsi. Rumah tangga didefinisikan sebagai
ak
individu atau kelompok individu yang tinggal bersama dalam suatu bangunan tempat
f
ar
an
tinggal. Mereka mengumpulkan pendapatan, dapat memiliki harta dan kewajiban, serta
g
mengkonsumsi barang dan jasa secara bersama-sama, utamanya kelompok makanan dan
un
un
perumahan.
eg
//p
s:
III. Cakupan
tp
PKRT mencakup seluruh pengeluaran atas barang dan jasa oleh residen suatu
ht
wilayah, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar wilayah domestik suatu region.
Jenis-jenis barang dan jasa yang dikonsumsi diklasifikasikan menurut COICOP
(Classifications of Individual Consumption by Purpose) seperti yang direkomendasikan oleh
UN (United Nations), sebagai berikut:
1. Makanan dan minuman tidak beralkohol
2. Minuman beralkohol, tembakau dan narkotik
3. Pakaian dan alat kaki
4. Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar lainnya
5. Furniture, perlengkapan rumahtangga dan pemeliharaan rutin
6. Kesehatan
7. Angkutan
8. Komunikasi
9. Rekreasi/hiburan dan kebudayaan
id
o.
5. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya
.g
6. Hotel dan Restoran
s
bp
7. Lainnya
b.
ka
ak
Nilai perkiraan sewa rumah milik sendiri harus diperhitungkan karena rumah
un
tangga pemilik, dianggap menghasilkan jasa persewaan rumah bagi dirinya sendiri.
eg
Imputasi sewa rumah diperkirakan atas dasar harga pasar, meskipun status rumah
//p
s:
tersebut milik sendiri. Apabila rumah tangga benar-benar menyewa, maka yang
tp
dihitung adalah biaya sewa yang dibayar, baik dibayar penuh maupun tidak penuh
ht
Terdapat beberapa catatan yang perlu dikatahui berkaitan dengan PKRT ini, yaitu:
Pembelian langsung oleh non-residen, diperlakukan sebagai ekspor dari wilayah
tersebut
Pembelian barang yang tidak diproduksi kembali (diduplikasi), seperti barang
antik, lukisan, dan hasil karya seni lainnya diperlakukan sebagai investasi atas
barang berharga, bukan konsumsi rumah tangga.
id
o.
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS, dalam bentuk pengeluaran
.g
konsumsi per-kapita seminggu untuk makanan, dan pengeluaran per-kapita
s
bp
sebulan untuk kelompok bukan makanan,
b.
ka
Jumlah penduduk pertengahan tahun,
ak
Data Sekunder (dari BPS maupun dari luar BPS), dalam bentuk data atau
f
ar
an
2. Metode penghitungan
//p
s:
id
o.
4. Diperoleh nilai PKRT tahun 2010 yang telah di-adjust;
.g
5. Susun Indeks Implisit berdasarkan IHK Kota (Provinsi/Kota terdekat) dan 7
s
bp
kelompok COICOP;
b.
ka
6. PKRT atas dasar harga konstan 2010 diperoleh dengan membagi hasil poin ke 4
ak
I. Pendahuluan
//p
Sektor Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) muncul sebagai
s:
tp
sektor tersendiri dalam suatu perekonomian wilayah. Sektor ini berperan dalam
ht
menyediakan barang dan jasa bagi anggotanya maupun bagi rumahtangga secara gratis
atau pada tingkat harga yang tidak berarti secara ekonomi. Harga yang tak berarti secara
ekonomi artinya harga tersebut biasanya dibawah harga pasar (tidak mengikuti harga
pasar yang berlaku).
id
o.
LNPRT merupakan lembaga yang melayani anggotanya atau rumahtangga, serta
.g
tidak dikontrol oleh pemerintah. Anggota dari lembaga yang dimaksud disini adalah yang
s
bp
bukan berbentuk badan usaha. LNPRT dibedakan atas tujuh jenis lembaga, yaitu:
b.
ka
Organisasi kemasyarakatan, Organisasi sosial, Organisasi profesi, Perkumpulan sosial/
ak
III. Cakupan
eg
Nilai PK-LNPRT sama dengan nilai output non-pasar yang dihasilkan LNPRT. Nilai
//p
s:
output non pasar tersebut dihitung berdasarkan nilai seluruh pengeluaran LNPRT dalam
tp
2. Metode penghitungan
PK-LNPRT diestimasi dengan menggunakan metode langsung, yaitu
menggunakan hasil SKLNP. Tahapan estimasi PK-LNPRT adalah sebagai berikut :
id
o.
Menghitung rata-rata pengeluaran menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran
.g
(barang dan jasa). Barang dan jasa yang diperoleh secara cuma-cuma, nilainya
s
bp
diperkirakan sesuai harga pasar yang berlaku. Rata-rata pengeluaran lembaga
b.
ka
menurut jenis-nya dihitung dengan rumus sebagai berikut:
f ak
xij
ar
x ij
an
ni
g
un
un
xij : PK-LNPRT hasil survei menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran
//p
s:
I. Pendahuluan
Unit pemerintah adalah unit institusi yang dibentuk melalui proses politik, serta
mempunyai kekuasaan di bidang lembaga legislatif, yudikatif maupun eksekutif atas unit
institusi lain yang berada di dalam batas-batas wilayah suatu negara/wilayah. Pemerintah
juga mempunyai berbagai peran dan fungsi lainnya, seperti sebagai penyedia barang dan
jasa bagi kelompok atau individu rumah tangga, sebagai pemungut dan pengelola pajak
id
atau pendapatan lainnya, berfungsi mendistribusikan pendapatan atau kesejahteraan
o.
.g
melalui aktivitas transfer, serta terlibat di dalam produksi non-pasar.
s
bp
Dalam suatu perekonomian, unit pemerintah bisa berperan sebagai konsumen
b.
ka
maupun produsen, serta sebagai regulator yang menetapkan berbagai kebijakan di bidang
ak
fiskal dan moneter. Sebagai konsumen, pemerintah akan melakukan aktivitas konsumsi
f
ar
atas barang dan jasa akhir. Sedangkan sebagai produsen, pemerintah akan melakukan
g an
Besarnya nilai pengeluaran konsumsi akhir pemerintah (PK-P) sama dengan nilai
s:
tp
produksi barang dan jasa yang dihasilkan pemerintah untuk dikonsumsi pemerintah itu
ht
sendiri. PK-P mencakup pembelian barang dan jasa yang bersifat rutin, pembayaran upah
dan gaji pegawai, transfer sosial dalam bentuk barang, perkiraan penyusutan barang
modal, dan nilai output dari Bank Indonesia, dikurangi dengan nilai penjualan barang dan
jasa yang dihasilkan unit produksi yang tak dapat dipisahkan dari aktivitas pemerintahan.
Aktivitas unit produksi pemerintah yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas
pemerintahan secara umum, mencakup kegiatan sebagai berikut:
1. Memproduksi barang yang sama atau sejenis dengan barang yang diproduksi oleh
perusahaan. Contoh, aktivitas pencetakan publikasi, kartu pos, reproduksi karya
seni, pembibitan tanaman di kebun percobaan dan sebagainya. Aktivitas menjual
barang-barang semacam itu bersifat insidentil dari fungsi pokok unit pemerintah.
2. Memproduksi jasa. Contoh, aktivitas penyelenggaraan rumah sakit, sekolah,
perguruan tinggi, museum, perpustakaan, tempat rekreasi dan penyimpanan hasil
karya seni yang dibiayai oleh pemerintah. Dalam hal ini pemerintah memungut biaya
III. Cakupan
Sektor pemerintahan terdiri dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dalam
melakukan aktivitasnya, unit pemerintah pusat akan mengacu pada dokumen Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sedangkan unit pemerintah daerah (baik
Provinsi, Kabupaten/Kota, maupun Desa) mengacu pada Anggaran Pendapatan dan
Belanja Pemerintah Daerah (APBD).
id
o.
Pengeluaran konsumsi akhir pemerintah (PK-P) Provinsi mencakup :
.g
a. PK-Pemerintah Kabupaten/Kota yang berada di wilayah provinsi;
s
bp
b. PK-Pemerintah Provinsi yang bersangkutan;
b.
ka
c. PK-Pemerintah Pusat yang merupakan bagian dari pemerintah Provinsi;
ak
bersangkutan.
g
un
un
1. Sumber Data
//p
Data dasar yang digunakan untuk menghitung PK-P Provinsi Tahunan adalah:
s:
tp
2. Metode Penghitungan
a. PK-P adh Berlaku
Secara umum, PK-P atas dasar harga Berlaku dihitung menggunakan
rumusan berikut :
id
o.
desa/kelurahan/nagari yang ada di wilayah kabupaten tersebut ditambah
.g
pengeluaran pemerintah pusat yang menjadi bagian dari kabupaten yang
s
bp
bersangkutan.
b.
ka
ak
Harga Perdagangan Besar (IHPB) umum tanpa ekspor, Indeks Upah, Indeks
eg
I. Pendahuluan
Aktivitas investasi merupakan salah satu faktor utama yang akan mempengaruhi
perkembangan ekonomi suatu negara/wilayah. Investasi disini terdiri dari investasi fisik
dan investasi finansial. Dalam konteks PDB/PDRB, aktivitas investasi fisik ini tercermin
pada komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan Perubahan Inventori.
PMTB erat kaitannya dengan keberadaan aset tetap (fixed asset) yang dilibatkan
dalam proses produksi. Secara garis besar aset tetap dapat diklasifikasi menurut jenis
barang modal seperti: bangunan dan konstruksi lain, mesin dan perlengkapan, kendaraan,
tumbuhan, ternak, dan barang modal lainnya.
id
o.
dalamnya masih mengandung unsur penyusutan. Penyusutan atau konsumsi barang
.g
modal (Consumption of Fixed Capital) menggambarkan penurunan nilai barang modal yang
s
bp
digunakan dalam proses produksi secara normal selama satu periode.
b.
ka
ak
III. Cakupan
f
ar
an
barang bekas, seperti bangunan tempat tinggal, bangunan bukan tempat tinggal,
eg
bangunan lainnya, mesin & perlengkapan, alat transportasi, aset tumbuhan dan
//p
2. Biaya alih kepemilikan aset non-finansial yang tidak diproduksi, seperti lahan
dan aset yang dipatenkan;
3. Perbaikan besar aset, yang bertujuan meningkatkan kapasitas produksi dan usia
pakai-nya (seperti overhaul mesin produksi, reklamasi pantai, pembukaan,
pengeringan dan pengairan hutan, serta pencegahan banjir dan erosi).
id
o.
.g
2. Metode penghitungan
s
bp
Penghitungan PMTB dapat dilakukan melalui metode langsung maupun tidak
b.
ka
langsung, tergantung pada ketersediaan data yang mungkin diperoleh di wilayah masing-
ak
(harta tetap) yang dilakukan oleh berbagai sektor ekonomi (produsen) secara langsung.
g
dari total penyediaan produk (barang dan jasa) yang menjadi barang modal di berbagai
eg
industri, atau disebut sebagai pendekatan “arus komoditas”. Dalam hal ini penyediaan
//p
atau “supply” dari barang modal dapat berasal dari produksi dalam negeri (domestik)
s:
tp
Pendekatan Langsung
Penghitungan PMTB secara langsung dilakukan dengan cara menjumlahkan seluruh
nilai PMTB yang terjadi di setiap industri (lapangan usaha). Barang modal tersebut dinilai
atas dasar harga (adh) pembelian, di dalamnya sudah termasuk biaya-biaya yang
dikeluarkan, seperti biaya transportasi, biaya instalasi, pajak-pajak, serta biaya lain yang
terkait dengan pengadaan barang modal tersebut. Bagi barang modal yang berasal dari
impor di dalamnya termasuk bea masuk dan pajak-pajak yang terkait dengan pengadaan
atau alih kepemilikan barang modal tersebut.
Pada dasarnya data untuk penghitungan PMTB secara langsung dapat diperoleh dari
laporan keuangan perusahaan. Data yang tersedia meliputi informasi/data tentang
perubahan atas aset tetap (PMTB) yang dinilai adh berlaku atau harga pembelian
(perolehan). Untuk memperoleh nilai PMTB adh Konstan, maka PMTB adh Berlaku
id
industri konstruksi, baik adh Berlaku maupun adh Konstan.
o.
.g
Penghitungan PMTB dalam bentuk mesin, alat angkutan dan barang modal lainnya
s
bp
dibedakan atas barang modal yang berasal dari produksi domestik, dan yang berasal dari
b.
ka
impor. Untuk barang modal domestik, dapat diperoleh dengan dua cara. Pertama, dengan
ak
mengalokasi output mesin, alat angkutan dan barang modal lain yang menjadi
f
ar
an
pembentukan modal. Nilai tersebut masih harus ditambah dengan biaya angkut dan
g
margin perdagangan, sehingga diperoleh PMTB adh Berlaku. Untuk memperoleh nilai
un
un
adh Konstan adalah dengan men-deflate PMTB (adh Berlaku) dengan IHPB yang sesuai
eg
Pendekatan ke dua, yang harus dilakukan bila data output tidak tersedia adalah
s:
tp
dengan cara “ekstrapolasi” atau mengalikan PMTB adh Konstan dengan indeks produksi
ht
jenis barang modal yang sesuai. Untuk itu penghitungan PMTB diawali dengan
menghitung PMTB adh Konstan terlebih dahulu. Selanjutnya untuk memperoleh PMTB
adh Berlaku, nilai PMTB adh Konstan tersebut di “reflate”(dikalikan) dengan indeks harga
masing-masing jenis barang modal yang sesuai (sebagai inflator). Hal ini mensyaratkan
bahwa PMTB adh Konstan di tahun-tahun sebelumnya sudah tersedia secara lengkap.
Penghitungan PMTB dalam bentuk mesin, alat angkutan dan barang modal lain yang
berasal dari impor, dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) cara.
Pertama, PMTB adh Berlaku diperoleh dari total nilai barang impor. Selanjutnya,
barang modal tersebut dirinci menurut kelompok utama seperti mesin-mesin, alat
angkutan dan barang modal lain. Apabila rician tersebut tidak tersedia dapat digunakan
rasio tertentu sebagai alokator (barang modal impor kode HS 2 digit). Ke dua, untuk
memperoleh PMTB adh Konstan adalah dengan cara men“deflate” PMTB adh Berlaku
dengan menggunakan indeks harga yang sesuai.
id
o.
diperoleh dengan men-deflate nilai adh Berlaku dengan indeks implisit industri jasa
.g
perusahaan.
s
bp
Penghitungan PMTB hasil karya hiburan, sastra, dan seni original (entertainment,
b.
ka
literary, or artistic original products), data dikumpulkan adalah nilai sinetron dan program
ak
acara televisi yang dapat dibuat. Sedangkan data Impor film diperoleh dari nilai impor
f
ar
an
film. PMTB adh Konstan-nya diperoleh dengan cara mendeflate nilai adh Berlaku dengan
g
a. Rasio penggunaan output industri yang menjadi barang modal cenderung statis. Untuk
tp
b. Nilai margin perdagangan dan angkutan (Trade and Transport Margin) sulit diperoleh.
c. Selang (Lag) waktu antara data tahun pengukuran (referensi) dengan data publikasi
yang diperoleh dari sumber data tertentu, terlalu lama.
I. Pendahuluan
Dalam aktivitas ekonomi, inventori berfungsi sebagai salah satu komponen yang
dibutuhkan untuk keberlangsungan proses produksi, di samping tenaga kerja dan barang
modal.
Dalam PDB/PDRB, komponen Perubahan Inventori merupakan bagian dari
Pembentukan Modal Bruto, atau yang lebih dikenal sebagai investasi fisik yang terjadi
pada kurun waktu tertentu di dalam suatu wilayah. Perubahan inventori menggambarkan
id
o.
serta barang jadi yang belum dipasarkan dan masih dikuasai oleh pihak produsen.
.g
Perubahan inventori adalah selisih antara nilai inventori pada akhir periode
s
bp
akuntansi dengan nilai inventori pada awal periode akuntansi. Perubahan inventori
b.
ka
menjelaskan tentang perubahan posisi barang inventori, yang dapat bermakna
ak
proses produksi, sehingga perlu pencadangan baik dalam bentuk bahan baku atau bahan
un
un
Bagi pedagang, pengadaan inventori lebih dipengaruhi oleh unsur spekulatif dengan
tp
harapan untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar. Sedangkan bagi pemerintah,
ht
III. Cakupan
Inventori dapat diklasifikasikan menurut jenis barang adalah sebagai berikut :
a. Inventori menurut industri, seperti produk atau hasil perkebunan, kehutanan,
perikanan, pertambangan, industri pengolahan, gas kota, air bersih, serta
konstruksi;
b. Berbagai jenis bahan baku & penolong (material & supplies), yaitu semua bahan,
id
o.
bahan bakar atau persediaan; dan
.g
h. Persediaan pada pemerintah, yang mencakup barang strategis seperti beras,
s
bp
kedelai, gula pasir, dan gandum.
b.
ka
ak
1. Sumber data
g
adalah :
eg
id
Pendekatan Langsung
o.
.g
Dengan menggunakan pendekatan langsung, akan diperoleh nilai posisi inventori di
s
bp
suatu waktu tertentu (umumnya di akhir tahun). Sumber data utama adalah laporan
b.
ka
neraca akhir tahun (balance sheet) perusahaan. Untuk memperoleh nilai perubahan
ak
inventori adh berlaku, diperlukan data inventori di tahun yang berurutan. Langkah
f
ar
an
menghitung posisi inventori adh Konstan, dengan cara mendeflate stok awal dan
un
un
id
o.
2.6 EKSPOR IMPOR
s .g
bp
b.
I. Pendahuluan ka
Aktivitas ekspor-impor dalam suatu wilayah diyakini telah terjadi sejak lama,
fak
bahkan sebelum wilayah itu ditetapkan sebagai wilayah pemerintah. Ragam barang dan
ar
an
jasa yang diproduksi serta disparitas harga, menjadi faktor utama munculnya aktivitas
g
un
ekspor impor. Daerah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan-nya sendiri berusaha
un
mendatangkan dari daerah atau bahkan negara lain. Di sisi lain, daerah yang memproduksi
eg
//p
barang dan jasa melebihi dari kebutuhan domestik, terdorong untuk memperluas pasar ke
s:
III. Cakupan
Ekspor-Impor pada suatu wilayah terdiri dari:
a. Ekspor/impor barang dari/ke Luar Negeri ke/dari kabupaten tersebut.
id
b. Data Statistik Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dari BPS (dalam US$)
o.
.g
c. Neraca Pembayaran Indonesia dari BI
s
bp
d. Laporan Simopel, yaitu laporan (bulanan) bongkar muat barang di
b.
ka
pelabuhan;
ak
timbang;
g
2. Metode Penghitungan
s:
tp
Ekspor-Impor barang luar negeri dinilai menurut harga free on board (fob) dalam US$.
ht
Penghitungan ekspor barang luar negeri dilakukan dengan mengalikan nilai barang
(sesuai PEB) dengan kurs transaksi beli rata-rata tertimbang. Sedangkan Impor barang luar
negeri dilakukan dengan mengalikan nilai barang (sesuai PIB) dengan kurs transaksi jual
rata-rata tertimbang.
Nilai ekspor-impor jasa berasal dari Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang
dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Disamping itu nilai ekspor-impor tersebut masih
ditambah/dikurangi dengan nilai pembelian langsung (direct purchase) dan transaski
yang tidak terdokumentasi (undocumented trasnsaction) baik oleh residen maupun non
residen. Sedangkan net ekspor antar wilayah merupakan nilai sisa (residu) antara PDRB
lapangan usaha dengan PDRB pengeluaran.
id
o.
PEREKONOMIAN
s.g
bp
b.
ka
PEGUNUNGAN ARFAK
ak
f
ar
an
g
un
BERDASARKAN PDRB
un
eg
//p
s:
tp
PENGELUARAN
ht
EGUNUNGAN ARFAK
TAHUN 2018-2022
id
Dasar Harga Konstan (ADHK). Adapun PDRB ADHB Kabupaten Pegunungan Arfak pada
o.
.g
periode 2018 hingga 2022 tersaji pada tabel 1.
s
bp
b.
ka
Tabel 1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran,
ak
Kabupaten Pegunungan Arfak Tahun 2018-2022
(Juta Rp)
f
ar
an
Pada periode tahun 2018-2022 PDRB Kabupaten Pegunungan Arfak atas dasar harga
Berlaku selalu meningkat. Peningkatan ini dipengaruhi baik oleh perubahan harga
maupun perubahan volume. Peningkatan PDRB sisi produksi diikuti oleh peningkatan
PDRB dari sisi permintaan akhir atau PDRB pengeluaran. Dalam periode 5 tahun terakhir,
PDRB atas dasar harga berlaku Kabupaten Pegunungan Arfak tercatat meningkat sebesar
91.791,46 juta Rupiah.
350,000.00
300,000.00
250,000.00
200,000.00
150,000.00
100,000.00
50,000.00
0.00
-50,000.00 2018 2019 2020 2021 2022
-100,000.00
id
-150,000.00
o.
-200,000.00
s .g
PKRT PKLNPRT PKP PMTB Inventori Net Ekspor PDRB ADHB
bp
b.
ka
Di sisi lain, PDRB pengeluaran Kabupaten Pegunungan Arfak juga dinilai atas dasar
ak
harga Konstan 2010 atau atas dasar harga dari berbagai jenis produk yang divaluasi dengan
f
ar
an
harga tahun 2010. Melalui pendekatan ini, nilai PDRB pada masing-masing tahun
g
memberikan gambaran tentang perubahan PDRB secara volume atau kuantitas (tanpa
un
un
dipengaruhi oleh perubahan harga). PDRB pengeluaran atas dasar harga Konstan 2010
eg
terkait dengan peningkatan volume permintaan atau konsumsi akhir. Peningkatan nilai
tp
PDRB atas dasar harga Konstan 2010 Kabupaten Pegunungan Arfak pada periode 2018-
ht
* Angka Sementara
** Angka sangat sementara
id
o.
.g
Grafik 2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran,
s
bp
Kabupaten Pegunungan Arfak 2018-2022 (Juta Rupiah)
b.
ka
200,000.00
fak
ar
150,000.00
g an
100,000.00
un
un
50,000.00
eg
//p
0.00
s:
-50,000.00
ht
-100,000.00
Pergerakan PDRB atas dasar harga konstan beserta seluruh komponen penyusunnya
disajikan pada Grafik 2. Pada grafik tersebut terlihat perkembangan masing-masing
komponen penyusunan PDRB selama 5 tahun terakhir. Komponen Pengeluaran Konsumsi
Rumah Tangga terlihat menjadi komponen yang selalu tertinggi diantara komponen
lainnya. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa perekonomian Kabupaten
Pegunungan Arfak masih cukup bergantung dari pola konsumsi rumah tangga
penduduknya. Selain konsumsi rumah tangga, perekonomian Kabupaten Pegunungan
Arfak juga didukung oleh konsumsi pemerintah. Meskipun demikian, perekonomian
masih dapat diimbangi oleh besar nilai komponen lainnya.
300,000.00
279,441.37
242,690.85
250,000.00 226,967.77
207,470.35
187,679.91 180,201.08
200,000.00
151,225.06 158,112.79
142,569.45
150,000.00 133,354.14
id
100,000.00
o.
.g
50,000.00
s
bp
b.
0.00 ka
2018 2019 2020 2021 2022
ak
Grafik 3 menyandingkan PDRB atas dasar harga berlaku serta PDRB atas dasar
un
harga konstan 2010 Kabupaten Pegunungan Arfak sepanjang 2018 hingga 2022. Dari
eg
//p
ilustrasi tersebut nampak bahwa pada umumnya nilai PDRB adh berlaku selalu lebih besar
s:
dari nilai PDRB adh konstan. Perbedaan tersebut disebabkan karena ada pengaruh
tp
ht
perubahan harga dalam perhitungan PDRB adh Berlaku. Dalam PDRB adh konstan
pengaruh faktor harga telah ditiadakan. Terbentuknya keseluruhan PDRB atau total PDRB
merupakan kontribusi dari semua komponen pengeluarannnya, yang terdiri dari
konsumsi akhir rumah tangga (PK-RT), konsumsi akhir LNPRT (PK-LNPRT), konsumsi
akhir pemerintah (PK-P), pembentukan modal tetap bruto (PMTB), ekspor neto (E) atau
ekspor dikurangi impor.
id
* Angka Sementara
o.
** Angka sangat sementara
s .g
bp
Tabel 3 menyajikan distribusi atau peranan masing-masing komponen penyusun
b.
PDRB menurut pengeluaran. Dari tabel tersebut, terlihat bahwa selama periode 2018-
ka
ak
2022, peranan konsumsi rumah tangga sangat besar dalam PDRB Kabupaten Pegunungan
f
ar
Arfak. Hal ini berarti produk yang dikonsumsi di wilayah domestik sebagian besar masih
an
selama 5 tahun terakhir. Peranan tertinggi terjadi pada tahun 2018 sebesar 60,10 persen,
//p
dan pada tahun 2022 mengalami penurunan sehingga kontribusi pengeluaran pada
s:
tp
Komponen lain juga memiliki distribusi yang besar seperti komponen konsumsi
pemerintah. Proporsi konsumsi akhir pemerintah selalu berada di atas 50 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa peran pemerintah dalam menyerap produk domestik sangat besar.
Komponen lainnya seperti Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) juga mempunyai
peran relatif besar dengan kontribusi sekitar 14 s.d 37 persen seiring banyaknya proyek
fisik yang dikerjakan. Sementara itu, konsumsi akhir LNPRT Pegunungan Arfak hanya
berada di kisaran 1 persen selama tahun analisis. Di sisi lain, pada tahun 2018-2022
perdagangan antar daerah di Pegunungan Arfak yang direpresentasikan oleh transaksi
net ekspor antardaerah yang selalu bernilai negatif, menunjukkan bahwa nilai impor
cenderung lebih tinggi dari nilai ekspor.
id
o.
Tabel 4 merangkum laju pertumbuhan PDRB adh konstan 2010 Kabupaten
s .g
bp
Pegunungan Arfak beserta komponen yang menyusunnya sepanjang periode 2018 hingga
b.
2022. Laju pertumbuhan menunjukkan kinerja perekonomian suatu daerah. Nilai laju
ka
ak
daerah dibandingkan kinerjanya pada periode atau tahun lalu. Di sisi lain, bila nilainya
an
sepanjang periode 2018 hingga 2022 kinerja perekonomian Kabupaten Pegunungan Arfak
un
6,91 persen (2019); 6,07 persen (2020); 4,17 persen (2021) dan 13,97 persen (2022). Laju
s:
pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2022 yakni sebesar 13,97 persen, sebaliknya yang
tp
ht
id
o.
s .g
Komponen Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumahtangga (PK-RT) merupakan
bp
pengeluaran terbesar kedua atas berbagai barang dan jasa yang tersedia. Data berikut
b.
ka
menunjukkan bahwa dari seluruh nilai tambah bruto (PDRB) yang diciptakan di
ak
Kabupaten Pegunungan Arfak, ternyata sebagian besar masih digunakan untuk memenuhi
f
ar
an
kebutuhan konsumsi rumahtangga. Dengan kata lain, sebagian besar produk (domestik)
g
un
yang dihasilkan di wilayah Kabupaten Pegunungan Arfak maupun produk (impor) yang
un
didatangkan dari luar wilayah atau luar negeri akan digunakan untuk memenuhi
eg
Dalam suatu perekonomian, fungsi utama dari institusi rumahtangga adalah sebagai
tp
konsumen akhir (final consumer) atas barang dan jasa yang tersedia, termasuk konsumsi
ht
oleh rumahtangga khusus (seperti penjara, asrama dan lain-lain). Selanjutnya, berbagai
jenis barang dan jasa yang dikonsumsi tersebut akan diklasifikasikan menurut 7 (tujuh)
kelompok COICOP (Classification of Individual Consumption by Purpose), yaitu kelompok
makanan dan minuman selain restoran; pakaian, alas kaki dan jasa perawatannya;
perumahan dan perlengkapan rumah tangga; kesehatan dan pendidikan; angkutan dan
komunikasi; restoran dan hotel; serta kelompok barang dan jasa lainnya.
Data pada tabel 6 menunjukkan bahwa pada periode tahun 2018-2022 pengeluaran
konsumsi akhir rumahtangga mengalami peningkatan baik dari sisi nominal (atas dasar
harga berlaku) maupun secara riil (atas dasar harga konstan). Kenaikan jumlah penduduk
menjadi salah satu pendorong terjadinya kenaikan nilai pengeluaran konsumsi
rumahtangga. Masa pemulihan ekonomi juga telah mendorong rumah tangga untuk
memperbaiki serta mengembalikan perilaku dan kebiasaan konsumsinya setelah sekian
lama mengalami masa- masa krisis. Melimpahnya penawaran dan persediaan berbagai
id
o.
* Angka Sementara
.g
** Angka sangat sementara
s
bp
Secara umum, total Konsumsi Akhir Rumah Tangga terus mengalami peningkatan
b.
ka
dari tahun ke tahun, baik menurut adh berlaku maupun adh konstan 2010. Pada tahun
ak
2022, tercatat total Konsumsi Rumah Tangga berdasarkan harga berlaku sebesar 128,18
f
ar
miliar rupiah, atau meningkat sebanyak 15,39 miliar rupiah jika dibandingkan dengan
g an
tahun 2018. Namun hal sebaliknya terjadi untuk proporsinya yang mengalami penurunan
un
un
setiap tahunnya pada lima tahun terakhir. Sedangkan untuk pertumbuhannya sendiri
eg
berfluktuatif, namun pertumbuhan paling rendah terjadi di tahun 2020 yakni sebesar 1,15
//p
persen.
s:
tp
id
elektronik, pembelian alat transportasi, jasa komunikasi, jasa transportasi, jasa kesehatan,
o.
.g
perjalanan wisata, restoran, sewa bangunan tempat tinggal, jasa hiburan dan sebagainya.
s
bp
Pola konsumsi masyarakat yang masih fokus pada pemenuhan kebutuhan makanan
b.
berarti menunjukan tatanan ekonomi sosial masyarakat yang belum menyentuh level
ka
ak
(Persen)
eg
c. Perumahan, Perkakas,
Perlengkapan dan 10,49 1,22 2,40 5,05 0,45
Penyelenggaraan Rumah Tangga
id
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
o.
a. Makanan, Minuman, dan Rokok 1,41 1,33 -0,78 1,15 1,96
s .g
b. Pakaian dan Alas Kaki 1,01 1,22 1,08 0,57 2,28
bp
b.
c. Perumahan, Perkakas, Perlengkapan
1,87 ka 2,50 -0,85 6,97 2,30
dan Penyelenggaraan Rumah Tangga
ak
dan Budaya
g
* Angka Sementara
//p
id
konsumsi LNPRT terhadap PDRB tidak pernah lebih dari dua persen.
o.
s .g
bp
Tabel 10. Perkembangan Penggunaan Konsumsi LNPRT
b.
Kabupaten Pegunungan Arfak, 2018-2022
ka
ak
Pertumbuhan Total Konsumsi LNPT (Persen) 4,94 6,80 3,63 -3,87 4,67
ht
* Angka Sementara
** Angka sangat sementara
Konsumsi akhir pemerintah bersama dengan pengeluaran akhir rumah tangga dan
LNPRT merupakan jumlah dari konsumsi akhir dalam suatu perekonomian suatu wilayah.
Peranan konsumsi pemerintah dalam perekonomian Kabupaten Pegunungan Arfak serta
bagaimana perkembangannya akan dijelaskan dalam uraian dibawah ini.
Secara total pengeluaran konsumsi akhir pemerintah menunjukan peningkatan
baik untuk adh Berlaku maupun adh Konstan 2010. Pada tahun 2018 total pengeluaran
konsumsi akhir pemerintah adh Berlaku sebesar 103.985,99 juta Rupiah dan kemudian
meningkat terus hingga pada tahun 2022 nilainya mencapai 161.107,92 juta Rupiah.
id
Total Konsumsi Pemerintah (Juta Rp)
o.
.g
a. ADHB 103.985,99 121.031,37 134.463,78 139.731,86 161.107,92
s
bp
b. ADHK 2010 65.016,00 71.411,25 76.492,46 76.439,96 86.733,61
b.
Proporsi terhadap PDRB 55,41 58,34ka 59,24 57,52 57,65
(% ADHB)
ak
* Angka Sementara
g
Jika dilihat dari segi proporsinya terhadap PDRB, konsumsi Akhir Pemerintah
//p
memiliki nilai proporsi yang fluktuatif. Namun proporsi tertinggi ada pada tahun 2020
s:
tp
yaitu sebesar 59,24 persen dan proporsi terendah ada pada tahun 2018 yaitu sebesar 55,41
ht
persen. Sedangkan jika dilihat dari laju pertumbuhannya, total konsumsi pemerintah
memiliki laju pertumbuhan yang cenderung menurun dan mengalami perlambatan di
tahun 2020. Pertumbuhan Konsumsi Pemerintah sebesar 4,39 persen pada tahun 2018, lalu
terus meningkat hingga menjadi sebesar 9,84 persen di tahun 2019. Namun pada tahun
2020 mengalami perlambatan menjadi sebesar 7,12 persen dan pada tahun 2021 menjadi -
0,07 persen dan pada tahun 2022 mengalami peningkatan menjadi sebesar 13,47 persen .
Komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) pada sajian PDRB menurut
pengeluaran. lebih menjelaskan tentang bagian dari pendapatan (income) yang
direalisasikan menjadi investasi (fisik). Atau pada sisi yang berbeda dapat pula diartikan
id
o.
meskipun selalu bernilai positif. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2022 dengan
.g
pertumbuhan sebesar 73,26 persen. Percepatan mulai terjadi pada tahun 2018 dengan laju
s
bp
pada tahun sebelumnya sebesar 3,19 persen. Selama lima tahun terakhir laju pertumbuhan
b.
ka
total PMTB mengalami percepatan.
ak
f
ar
an
* Angka Sementara
** Angka sangat sementara
6 Selain bagian lain yang menjadi konsumsi antara, konsumsi akhir, ataupun diekspor
id
o.
dua posisi nilai persediaan (konsep stok).
.g
Tabel 13. Perkembangan dan Struktur Perubahan Inventori
s
bp
Kabupaten Pegunungan Arfak, 2018-2022
b.
ka
Uraian 2018 2019 2020 2021* 2022**
ak
* Angka Sementara
** Angka sangat sementara
s:
tp
Berbeda dengan komponen pengeluaran lain yang dapat dianalisis agak rinci.
ht
perubahan inventori baru dapat dianalisis dari sisi proporsinya saja. Perbedaan dalam
pendekatan dan tata cara estimasi menyebabkan komponen inventori tidak banyak dikaji
lebih. Hal utama yang dapat dilihat dari komponen ini adalah bahwa proporsi dalam
PDRB pada umumnya mempunyai besaran atau nilai yang berfluktuasi baik dalam level
maupun tandanya (positif atau negatif). Pada Tahun 2018 perubahan inventori
Kabupaten Pegunungan Arfak tercatat sebesar -1.668,69 juta Rupiah. selanjutnya terus
mengalami fluktuasi hingga akhirnya pada tahun 2022 mengalami perubahan inventori
secara sebesar 22.816,51 juta Rupiah. Perubahan yang drastis ini berkaitan dengan adanya
perubahan yang signifikan pada tingkat produksi dibeberapa lapangan usaha seperti di
sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor.
id
Impor terdiri dari produk barang maupun jasa. meskipun rincian penggolongan-nya bisa
o.
.g
berbeda dengan ekspor.
s
bp
Net ekspor didefinisikan sebagai ekspor dikurangi impor. Pada penghitungan
b.
ka
ekspor-impor tidak tersedia sumber data yang sesuai dengan konsep dan definisi yang
ak
ditentukan. Sumber data yang tersedia selama ini hanya menunjukkan adanya transaksi
f
ar
namun tidak diketahui berapa nilai uang yang terjadi dalam transaksi tersebut.
gan
kabupaten menjadikan komponen ini (dalam series PDRB adh Konstan 2010) diperlakukan
eg
sebagai item penyeimbang (residual). Ketersediaan data yang ada lebih sesuai untuk
//p
Hasil net ekspor dapat memiliki dua angka. positif atau negatif. Jika komponen ini
ht
bertanda “positif” berarti nilai ekspor lebih besar dari pada impor. demikian pula
sebaliknya. Begitupun dengan persentase pertumbuhannya. Jika pertumbuhan bernilai
positif berarti nilai net ekspor (ekspor – impor) tahun tersebut lebih besar daripada net
ekspor (ekspor – impor) tahun sebelumnya.
Tabel 14. Perkembangan Net Ekspor Kabupaten Pegunungan Arfak,
Tahun 2018-2022
id
o.
s .g
bp
b.
ka
fak
ar
g an
un
un
eg
//p
s:
tp
ht
id
o.
s.g
PENGELUARAN
bp
b.
ka
KABUPATEN
ak
f
ar
an
PEGUNUNGAN ARFAK
g
un
un
eg
TAHUN 2018-2022
//p
s:
tp
ht
Agregat ini menjelaskan nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan di dalam
suatu wilayah ekonomi domestik di mana di dalamnya masih terkandung nilai
penyusutan. PDRB dapat digunakan sebagai ukuran “produktivitas” karena menjelaskan
kemampuan wilayah dalam menghasilkan produk domestik. yang dihitung melalui tiga
id
o.
pendekatan. yaitu pendekatan nilai tambah, pengeluaran, dan pendapatan. Dari series data
.g
PDRB pengeluaran dapat dilihat pada tabel berikut ini.
s
bp
b.
ka
ak
Tahun 2018-2022
g an
un
* Angka Sementara
** Angka sangat sementara
id
persen.
o.
s.g
Tabel 16. Perbandingan Konsumsi Rumah Tangga terhadap PMTB
bp
b.
Tahun 2018-2022 ka
ak
(Juta Rp)
un
Perbandingan Konsumsi RT
s:
* Angka Sementara
ht
id
o.
Barang dan jasa yang berada di wilayah domestik yang digunakan untuk
s .g
memenuhi permintaan konsumsi akhir selalu meningkat nilainya setiap tahun. Namun
bp
b.
walaupun konsumsi akhir Pegunungan Arfak cenderung meningkat namun proporsinya
ka
terhadap PDRB cenderung stabil sekitar 1,09 hingga 1,17 namun terus mengalami
fak
ar
investasi tersebut. ICOR juga bisa diartikan sebagai dampak penambahan kapital terhadap
ht
Yt = Output tahun ke t
id
o.
Kabupaten Pegunungan Arfak, Tahun 2018-2022
.g
Uraian 2018 2019 2020 2021* 2022**
s
bp
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
b.
PDRB ADHK 2010 ka
133.354,14 142.569,45 151.225,06 158.112,79 180.201,08
ak
(Juta Rp)
f
Penambahan
ar
(Juta Rp)
g
* Angka Sementara
//p
Data di atas menunjukkan besaran ICOR mengalami fluktuasi dari tahun 2018
ht
hingga 2022. Besaran ICOR pada tahun 2018 adalah sebesar 1,35 kemudian selalu naik
hingga menjadi 4,73 di tahun 2021. Kemudian mengalami penurunan hingga menjadi 2,56
di tahun 2022.
5
id
o.
s.g
bp
b.
ka
ak
f
ar
an
g
un
un
eg
//p
s:
tp
ht
id
rumah tangga, lembaga non-profit yang melayani rumah tangga (LNPRT),
o.
.g
pemerintah, dan perusahaan.
s
bp
2. Publikasi ini menyajikan analisis sederhana tentang perilaku konsumsi,
b.
ka
investasi, dan perdagangan luar negeri maupun antar daerah yang dimaksud.
ak
f
penduduk dan rumah tangga) sehingga hasil analisis yang disajikan menjadi
un
lebih informatif.
eg
//p
3. Data dapat disajikan dalam bentuk series data dari tahun 2018-2022, sehingga
s:
tp
id
o.
s .g
bp
b.
ka
fak
ar
g an
un
un
eg
//p
s:
tp
ht
id
o.
s.g
bp
b.
ka
ak
f
ar
an
g
un
un
eg
//p
s:
tp
ht
id
o.
Produk Domestik Regional Bruto (1 s.d 6) 187.679,91 207.470,35 226.967,77 242.960,85 279.441,37
.g
*Angka sementara
s
bp
** Angka sangat sementara
b.
ka
f ak
ar
gan
un
un
eg
//p
s:
tp
ht
1. Pengeluaran Konsumsi
82.434,14 84.679,21 85.652,90 87.609,29 89.585,18
Rumah Tangga
2. Pengeluaran Konsumsi
1.732,28 1.850,01 1.917,24 1.842,98 1.928,96
LNPRT
3. Pengeluaran Konsumsi
65.016,00 71.411,25 76.492,46 76.439,96 86.733,61
Pemerintah
4. Pembentukan Modal Tetap
17.283,23 18.828,15 18.918,56 32.588,97 56.462,79
Bruto
5. Perubahan Inventori -830,66 289,03 256,50 -5.347,16 18.420,78
6. Net Ekspor -32.280,86 -34.488,20 -32.012,61 -35.021,26 -72.930,25
id
Produk Domestik Regional
o.
133.354,14 142.569,45 151.225,06 158.112,79 180.201,08
Bruto (1 s.d 6)
s .g
*Angka sementara
bp
** Angka sangat sementara
b.
ka
ak
f
ar
g an
un
un
eg
//p
s:
tp
ht
1. Pengeluaran Konsumsi
60,10 56,65 52,13 50,64 45,87
Rumah Tangga
2. Pengeluaran Konsumsi
1,26 1,24 1,19 1,08 1,00
LNPRT
3. Pengeluaran Konsumsi
55,41 58,34 59,24 57,51 57,65
Pemerintah
4. Pembentukan Modal Tetap
14,79 14,80 14,05 24,39 37,12
Bruto
5. Perubahan Inventori -0,89 0,29 0,24 -4,17 8,17
id
o.
6. Net Ekspor -30,66 -31,32 -26,85 -29,45 -49,81
.g
Produk Domestik Regional
100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
s
Bruto (1 s.d 6)
bp
*Angka sementara
b.
** Angka sangat sementara ka
fak
ar
g an
un
un
eg
//p
s:
tp
ht
id
6. Net Ekspor
o.
.g
Produk Domestik Regional Bruto (1 s.d 6) 10,62 6,91 6,07 4,17 13,97
s
*Angka sementara
bp
** Angka sangat sementara
b.
ka
ak
f
ar
g an
un
un
eg
//p
s:
tp
ht
1. Pengeluaran Konsumsi
136,82 138,81 138,14 140,44 143,08
Rumah Tangga
2. Pengeluaran Konsumsi
136,53 138,86 140,37 142,53 145,25
LNPRT
3. Pengeluaran Konsumsi
159,94 169,49 175,79 182,80 185,75
Pemerintah
4. Pembentukan Modal Tetap
160,61 163,11 168,18 180,59 183,10
Bruto
- - - - -
id
5. Perubahan Inventori
o.
- - - - -
.g
6. Net Ekspor
s
bp
Produk Domestik Regional
140,74 145,52 150,09 153,66 155,07
Bruto (1 s.d 6)
b.
*Angka sementara ka
** Angka sangat sementara
fak
ar
g an
un
un
eg
//p
s:
tp
ht
1. Pengeluaran Konsumsi
1,96 1,45 -0,48 1,66 1,88
Rumah Tangga
2. Pengeluaran Konsumsi
1,50 1,71 1,09 1,53 1,91
LNPRT
3. Pengeluaran Konsumsi
3,50 5,97 3,72 3,99 1,61
Pemerintah
4. Pembentukan Modal Tetap
1,90 1,56 3,32 7,88 1,04
Bruto
5. Perubahan Inventori - - - - -
id
o.
6. Net Ekspor - - - - -
.g
Produk Domestik Regional
1,29 3,40 3,14 2,38 2,76
s
Bruto (1 s.d 6)
bp
*Angka sementara
b.
** Angka sangat sementara ka
f ak
ar
g an
un
un
eg
//p
s:
tp
ht