Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PRINSIP PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROKIK


(Disusun Guna Memenuhi Tugas Keterampilan Dasar Praktik Kebidanan)

Dosen Pengampu: Silfi Ema Fitriani S.Tr.Keb,

Oleh:
Kelompok 1
Eneng Stefania (221FI08002)
Ira Amalia As-Syifa (221FI08003)
Lia Kartika (221FI08004)
Masruroh (221FI08006)

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA PSDKU SERANG
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tanpa ada
halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Terimaksih kepada dosen pengampu mata kuliah yang telah memberikan arahan
serta ilmu yang bermanfaat sehingga penyususn dapat menulis makalah ini dengan baik.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan
saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang membutuhkan.

Serang, 11 Desember 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Hlm
COVER…………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR……………………………………………………. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………… iii
DAFTAR TABEL..................................................................................... iv
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………. 5
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………… 6
1.4 Tujuan Penulisan ………………………………………………….......... 6
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Konsep Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit.............................................. 7
2.1.1 Kebutuhan Cairan Tubuh…………………………………………. 8
2.1.2 Kebutuhan Elektrolit………….………………………………….. 8
2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit…….. 9
2.3 Gangguan Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit………………………… 10
2.4 Tata Laksana Pemberian Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit……… 12
BAB III: PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………………… 20
3.2 Saran………………………………………………………………… 20
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 21

3
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komposisi Elektrolit…………………………………………… 10


Tabel 2.2 Kebutuhan Air Berdasarkan Usia Dan Berat Badan …………. 10

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perinsip pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan kebutuhan
fisiologis yang digunakan untuk alat transportasi nutrien, elektrolit dan sisa
metabolisme, sebagai komponen pembentuk sel, plasma, darah, dan komponen
tubuh lainnya, sebagai pengatur suhu tubuh dan seluler. (Uliyah, 2011). Dalam
pemenuhan terdapat sistem organ tubuh yang berperan diantarannya ginjal, kulit,
paru, dan gastrointestinal serta sistem endokrin yakni ADH ( anti uretic hormone),
sistem aldosterone, prostaglandin, dan glukokortikoid.
Presentasi cairan tubuh bervariasi atnra individu sesuai dengan jenis kelamin dan
umur individu tersebut. Presentasi cairan dalam tubuh adalah 60% dari total berat
badan laki-laki dewasa sedangkan pada wanita dewasa presentasi cairan 50% dari
total berat badan, sementara pada bayi dan anak-anak presentasi cairan relativ lebih
besar dibandingkan dengan orang dewasa. Dalam pengaturan kebtuhan cairan dan
elektrolit dalam tubuh diatur oleh beberapa organ yakni ginjal, kulit, paru-paru dan
gastrointestinal.
Untuk bertahan hidup, seseorang harus menjaga volume dan komposisi cairan
tubuh, baik ekstraseluler (CES) maupun cairan Intraseluler (CIS). Keseimbangan
cairan dan elektrolit amatlah penting, jika ini terganggu dan tidak segera ditolong
dapat menimbulkan kematian.
Peran bidan sebagai tenaga kesehatan dalam memenuhi kebutuhan cairan dan
elektrolit pada pasien amatlah penting, dan bidan harus memiliki pengetahuan
terkait rumus kebutuhan cairan dan elektrolit dan rumus tetesan infus sehingga
kebutuhan cairan diberikan sesuai. Pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit
diberikan oleh bidan harus sesuai dengan indikasi medis, dimana peran kolaboratif
bidan sangat penting dalam penentuan jenis cairan dan jumlah kebutuhan cairan.
Untuk itu tujuan makalh yang disusun ini diharapkan bidan harus mengetahui

5
jumlah kebutuhan cairan yang dibutuhkan oleh pasien yang didapat berdasarkan
penilaian/pengkajian oleh bidan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan maka dapat di rumuskan
beberapa rumusan masalah, sebagai berikut:
a. Apa yang dimaksud dengan prinsip pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit?
b. Apa saja faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit?
c. Apa saja gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit?
d. Bagaimana tata laksana pemberian kebutuhan cairan dan elektrolit?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisa makalah ini berdasarkan rumusan masalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui prinsip pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolik
b. Untuk mengetahui faktor–faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan
elektrolit
c. Untuk mengetahui gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit
d. Dapat mengetahui tatalaksana pemberian kebutuhan cairan dan elektrolit

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit


Perinsip pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan kebutuhan
fisiologis yang digunakan untuk alat transportasi nutrien, elektrolit dan sisa
metabolisme, sebagai komponen pembentuk sel, plasma, darah, dan komponen
tubuh lainnya, sebagai pengatur suhu tubuh dan seluler. (Uliyah, 2011). Dalam
pemenuhan terdapat sistem organ tubuh yang berperan diantarannya ginjal, kulit,
paru, dan gastrointestinal serta sistem endokrin yakni ADH ( anti uretic hormone),
sistem aldosterone, prostaglandin, dan glukokortikoid.
Ginjal merupakan organ yang memiliki peran yang cukup besar dalam mengatur
cairan dan elektrolit, hal ini terlihat pada fungsi ginjal yakni sebagai pengaturan air,
pengaturan konsentrasi garam dalam darah dan keseimbangan asam basa darah dan
eksresi bahan buangan atau kelebihan garam.
Kulit merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang terkait dengan
proses pengaturan panas, proses ini diatur oleh pusat pengaturan panas yang disarafi
oleh vasomotorik yakni kempuan mengendalikan arteriol kutan dengan cara
vasodiltasi dan vasokonstriksi.proses pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara
penguapan yakni jumlah keringat yang dikeluarkan tergantung dengan banyaknya
darah yang mengalir melalui pembuluhdarah dalam kulit, cara pemancaran dengan
melepaskan panas dilepas nudara sekitarnya,cara konduksi panas dialihkan kebenda
yang disentuh dan cara konveksi dengan mengalirkan udara yang telah panas
dengan permukaan yang lebih dingin.
Peru juga memiliki peran dalam pengeluasan cairan dengan menghasilkan
insensible water loss kuranglebih 400 ml/hari dan proses pengeluaran cairan terkait
dengan respon akibat perubahan terhadap upaya kemampuan bernafas.
Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan yang juga memiliki peran
dalam pengeluaran cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air, dalam
kondisi normal cairan yang hilang dalam sistem ini sekitar 100-200 ml/hari

7
ADH (anti diuretik hormon) merupakan hormone, yang memiliki peran dalam
peningkatan reabsorbsi air yang mampu mengendalikan keseimbangan airhormon
ini dibentuk hipotalamus yang ada di hipofisis posterior yang mengseksi ADH
dengan peningkatan osmonlaritas dan penurunan cairan ekstrasel.
2.1.1 Kebutuhan cairan tubuh
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara
fisiologis. Kebutuhan cairan dalam tubuh hapir 90% dari total berat badan.
Sementara itu, sisanya merupakan bagian padat dari tubuh.presentase cairan
berat badan, wanita dewasa 55% dari total berat badan dan dewasa tua 45% dari
total berat badan. Presentase cairan tubuh yang bervariasi juga tergantung pada
lemak dalam tubuh dan jenis kelamin. Jika lemak dalm tubuh sedikit maka
cairan tubuhpun lebih besar. Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh
lebih sedikit dibanding pria, karena jumlah lemak dalam tubuh wanita dewasa
lebih banyak dibandingkn dengan tubuh pria dewasa. Berikut kebutuhan air
berdasarkan usia dan berat badan.
2.1.2 Kebutuhan elektrolit
Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung
oksigen, nutrien, dan sisa metabolisme (sepeti karbon dioksida). Yang
semuanya disebut dengan ion. Beberapa jenis gram dalam air akan dipecah
dalam bentuk ion elektrolit. Contohn NaCl akan dipecah menjadi ion Na + dan
Cl- . pecahan elektrolit tersebut merupakan ion yang dapat menghasilkan arus
listrik.ion yang bermuatan negatif disebut anion sedangkan ion bermutan
positif disebut kation. Contoh kation antara lain natrium, kalium, kalsium, dan
magnesium, sedangkan contoh anion antara lain kelorida, bikarbonat, dan
fosfat. Berikut adalah tabel komposisi elektrolit.

8
Tabel 1.1 Komposisi Elektrolit

KOMPOSISI ELEKTROLIT
Komposisi elektrolit dalam plasma darah
Natrium : 135-145 m Eq/L
Kalium :3,5-5,3 m Eq/L
Klorida :100-106 m Eq/L
Bikarbonat arteri : 22-26 m Eq/L
Bikarbonat vena : 24-30 m Eq/L
Kalsium : 4-5 m Eq/L
Magnesium : 1,5-2,5 m Eq/L
Fosfat : 2,5-4,5 m Eq/L

2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit


Presentase cairan tubuh yang bervariasi juga tergantung pada lemak dalam
tubuh dan jenis kelamin. Jika lemak dalm tubuh sedikit maka cairan tubuhpun lebih
besar. Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh lebih sedikit dibanding pria,
karena jumlah lemak dalam tubuh wanita dewasa lebih banyak dibandingkn dengan
tubuh pria dewasa. Berikut kebutuhan air berdasarkan usia dan berat badan.

Tabel 2.1 Kebutuhan air berdasarkan usia dan berat badan


Kebutuhan Air
Usia
Jumlah Air dalam 24 Jam ml / kg Berat Badan
3 hari 250-300 80-100
1 tahun 1150-1300 120-135
2 tahun 1350-1500 115-125
4 tahun 1600-1800 100-110
10 tahun 2000-2500 70-85
14 tahun 2200-2700 50-60
18 tahun 2200-2700 40-50
Dewasa 2400-2600 20-30
9
Sedangkan faktor yang memepengaruhi cairan dan elektrolit adalah:
1. Usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, aktifitas organ, serta jumlah
kebutuhan metabolismenya sehingga kebutuhan cairan dan elektrolitnya juga
berbeda.
2. Temperatur atau suhu tubuh
3. Diet dapat berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan cairan, sebagaimana
contoh apabila seorang mengalami kekurangan zat gizi atau nutrisi, maka tubuh
akan memecah cadangan makanan yang tersimpan dalam tubuh sehingga dalam
tubuh terjadi pergerakan cairan dari intersitisial ke interseluler, yang dapat
mempengaruhi kebutuhan cairan dalam sel tersebut.
4. Seteres dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit,
melalui proses peningkatan produksi ADH karena pada proses setres ini dapat
meningkatkan metabolisme, terjadi glikolisis otot yang dapat menimbulkan
retensi sodium dan air.
5. Sakit menyebabkan sel-sel rusak, sehingga untuk pembentukan sel
membutuhkan proses kebutuhan cairan yang cukup.

2.3 Gangguan Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit


1. Hipovolemia atau dehidrasi.
Ada tiga macam kekurangan volume cairan eksternal atau dehidrasi, yaitu 1)
dehidrasi isotonic, jika terjadi kehilangan sejumlah cairan dan elektrolitnya yang
seimbang. 2) Dehidrasi hipertonik, jika terjadi kehilangan sejumlah air yang lebih
banyak dari pada elektrolitnya. 3) dehidrasi hipototik, yaitu keadaan dimana
lebihbanyak kehilangan elektrolitnya di banding airnya. Kemudian berdasarkan
derajatnya dehidrasi terdiri atas 1) dehidrasi berat, ditandai dengan pengeluaran/
kehilangan cairan 4-6lt, serum natrium 159-166mEq/l, hipotensi, turgor kulit
buruk, oliguria, nadi dan pernapasan meningkat, dan kehilangan cairan mencapai
> 100% mEq/l. 2) dehidrasi sedang, ditandai dengan kehilangan cairan 2-4 atau
di antara 5-10% BB, serum tanrium 152-158mEq/l, dan mata cekung. 3)
dehidrasi ringan ditandai dengan kehilangan cairan mencapai 5% BB atau 1,5-2lt.
10
2. Hiper volume atau over hidrasi ditandai dengan peningkatan volume darah dan
edema (kelebihan cairan pada intersetisial).
3. Hiponatremia
Merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah.
Keadaan ini dapat terjadi pada pasien yang kelebihan cairan tubuh ditandai
dengan adanya rasa kehausan yang berlebihan, rasa cemas, takut dan bingung,
kejang perut, denyut nadi cepat dan lembab, hipotensi, konvulsi,
membranemokosa kering, kadar natrium dalam plasma kurang dari 135 mEq/l.
4. Hipernatremia
Merupakan suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma tinggi yang
ditandai dengan adanya mukosa kering, rasa haus, turgor kulit buruk dan
permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan, lidah kering dan kemerahan,
konvulsi, suhu badan naik, kadar natrium dalam plasma lebih dari 145 Meq/l.
5. Hipokalemia
Suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah. Ditandai dengan denyut
nadi lemah, tekanan darah menurun, tidak napsu makan dan muntah-muntah,
perut kembung, otot lemah dan lunak, denyut jantung tidak beraturan (aritmia),
penurunan bising usus, kadar kalim plasma menurun kutang dari 3,5 mEg/1.
6. Hiperkalemi
Merupakan suatu keadaan dimana kadar kalium dalam darah tinggi, yang
ditandai dengan adanya mual, hypraktivitas system pencernaan, aritmia,
kelemahan, jumlah urine sedikit sekali, diare, kemacemasan dan irritable, kadar
kalim dalam plasma lebih dari 5 mEq/l.
7. Hipokalsenia
Merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah yang ditandai dengan
adanya keram otot dan keram perut, kejang, bingung, kadar kalsium dalam
plasma kurang dari 4,3 mEq/l.
8. Hiperkalsemia
Merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium dalam darah yang di tandai
dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, mual-mual koma dan
kadar kalsium dalam plasma lebih dari 4,3 mEq/l.
11
9. Hipomagnesia
Merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah yang ditandai dengan
adanya iritabiltas, tremor, keram pada kaki tangan tachykard, hypertensi,
disoriyensi dan konpulasi dan kadar magnesium dalam darah kurang dari 1,3
mEq/l.
10. Hipermagnesia kadar magnesium
Hipermagnesia kadar magnesium yang kelebihan dalam darah yang ditandai
dengan adanya koma gangguan bernafas dan kadar magnesium lebih dari 2,5
mEq/l

2.4 Tata Laksana Pemberian Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit


2.4.1 Cara Perpindahan cairan
1. Difusi
Difusi merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas,
atau zat padat secara bebas atau acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua
zat bercampur dalam sel membran dalam tubuh, proses difusi air,
elektrolit, dan zat lain terjadi melalui membran kapiler yang permeabel.
Kecepatan proses difusi bervariasi. Bergantung pada faktor ukuran
moleku, konsentrasi cairan, dan temperatur cairan.
Zat dengan molekul yang besar akan bergerak lambat dibanding molekul
kecil. Molekul akan lebih mudah berpindah dari larutan berkonsentrasi
tinggi ke lrutan berkonsentrasi rendah. Larutan dengan konsentrasi yang
tinggi kan mempercepat pergerakan molekul, sehingga proses difusi
berjalan lebih cepat.
2. Osmosis
Osmosis adalah proses perpindahan pelarut murni (seperti air) melalui
membran semi permeabel, biasanya terjadi dari larutan dengan konsentrasi
yang kurang pekat ke larutan dengan konsentrasi lebioh pekat, sehingga
larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan berkurng, sedangkan
larutan yang berkonsentrasi tinggi akan bertambah volumenya. Solute
adalah zat terlarut, sedangkan solvenet adalah pelarutnya. Garam adalah
12
Solute, sedangkan air merupakan solvenet. Proses osmosis ini penting
dalam pengaturan keseimbangan cairan ekstra dan intrasel. Osmolaritas
adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan menggunakan
satuan mol.
Natrium dalam NaCI berperan penting dalam pengaturan keseimbangan
cairan dalam tubuh. Apabila ada tiga jenis larutan garam dengan
kepekatan yang berbeda dan didalamnya dimasukan sel darah merah,
maka larutan yang mempunyai kepekatan sama dengan sel tersebut yang
akan seimbang dan berdifusi terlebih dahulu. Larutan isotonik merupakan
larutan yang mempunyai kepekatan yang sama dengan larutan yang
dicampur. Larutan NaCI 0,9 % merupakan larutan yang isotonik karena
larutan tersebut mempunyai kepekatan yang sama dengan larutan dalam
sistem vaskular. Larutan hipotenik mempunyai kepekatan lebih rendah
dibanding dengan larutan intrasel.
3. Transfor Aktif
Proses perpindahan cairan tubuh dapat menggunakan mekanisme
transfor aktif. Transfor merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan
brosmosis yang memerlukan aktifitas metabolik dan pengeluaran energi
untuk menggerakan berbagai materi guna menembus membran sel (Potter,
1997). Proses ini dapat menerima/ memindahkan molekul dari konsentrasi
rendah ke konsentrasi tinggi. Proses ini penting untuk mempertahankan
natrium dalam cairan intra dan ekstrasel. Sebagai contoh natrium dan
kalium, dimana natrium dipompa keluar sel dan kalium dipompa masuk
kedalam sel.
2.4.2 Jenis Cairan
1. Cairan Zat Gizi (Nutriren)
Pasien yang beristirahat ditempat tidur memerlukan kalori 450 kalori
setiap hari cairan nutrien dapat diberikan melalui intravena dalam
bentuk karbohidrat, nitrogen, dan vitamin untuk metabolisme. Kalori
yang terdapat dalam cairan nutrien dapat berkisar antara 200-1500
kalori per liter. Cairan nutrien terdiri atas:
13
a. Karbohidrat dan air, contoh : dekstrosa (glukosa), levulosa
(fruktusa) serta invert sugar (½ dektrosa dan ½ levulosa)
b. Asam amino, contohnya : amigen, aminosol dan travamin.
c. Lemak, contoh: lipomul dan liposyn.
2. Blood Volume Expanders
Blood volume expanders merupakan jenis cairan yang berfungsi
meningkatkan volume darah sesudah kehilangan darah atau plasma.
Hal ini terjadi pada saat pasien mengalami perdarahan berat, maka
pemberian plasma akan mempertahankan jumlah volume darah. Pada
pasien dengan luka bakar yang berat, sebagian besar cairan akan hilang
dari pembuluh darah di daerah luka. Plasma sangat perlu diberikan
untuk menggantikan cairan ini. Jenis blood volume exspanders antara
lain. Human serum albumin dan dextran dengan konsentrasi yang
berbeda. Kedua cairan ini mempunyai tekanan osmotik, sehinggat
secara langsung dapat meningkatkan jumlah volume darah.

2.4.3 Keterampilan Dasar Pemenuhan Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit


Dalam mengatasi gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit maka
dilakukan tindakan pemenuhan kebutuhan sebagai berikut:

1. Pemberian cairan melalui infus

Merupakan tindakan yang dilakukan pada pasien dengan cara


meemasukan caian melalui intra vena dengan bantuan infus set,
dengan tujuan memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit, sebagai
tindakan pngobatan dan pemberian nutrisi perantral.

 Persiapan alat / bahan

1. Standar infus

2. Infus set

3 .Cairan sesuai dengan kebutuhan pasien

4. Jarum infus dengan ukuran yang sesuai

14
5. Pengalas

6. Torniket / karet pembendung

7. Kapas alcohol

8. Plester

9. Gunting

10. Kasa steril

11. Betadin

12. Sarung tangan

 Prosedur pelaksanaan :

1. Cuci tangan

2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

3. Hubungkan cairan dan infus set dengan menusukan kedalam botol


infus ( cairan )

4. Isi cairan kedalam infus set denan menemukan bagian ruang


tetesan hingga ruangan tetesan berisi sebagian dan buka penutup
hingga selang terisi dan udara selang keluar.

5. Letakan pengalas di bawah vena yang akan di lakukan infus .

6. Lakukan pembendungan dengan torniket atau karet pembendung


10 – 12 cm di atas tempat penusukan dan anjurkan pasien untuk
menggenggam

7. Gunakan sarung tangan steril

8. Desin feksi daerah yang akan di tusuk dengan kapas alkohol

9. Lakukan penusukan pada vena dengan posisi jarum mengarah ke


atas

10. Cek keluarnya darah melalui jarum . apabila saat penusukan terjadi
pengeluaran darah maka Tarik keluar bagian dengan jarum sambil
meneruskan tusakan ke pena
15
11. Setelah jarum infus bagian dalam di keluarkan, tahan bagian atas
vena dengan menemukan menggunakan jari tangan agar darah tidak
keluar, dan hubungkan bagian infus dengan selang infus .

12. Buka pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dengan dosis yang
di berikan.

13. Lakukan fiksasi dengan kasa kecil

14. Lepaskan sarung tangan

15. Cuci tangan

16. Tulislah tanggal jam pelaksanaan infus pada plester, catat ukuran,
tipe jarum, jenis cairan, letak infus, dan kecepatan aliran.

 Menghitung cairan dan tetesan infus:

1. Berdasarkan luas permukaan tubuh ( BSA = Body Surface Area) =


( mL/m2) /24 jam, paling tepat untuk > BB 10 kg

Normal :

( 1500 ml / m2 ) 24 jam ( kebutuhan maintenance / kebutuhan


rumatan )

2. Berdasarkan kebutuhan kalori = 100 – 150 cc / 100 KAL

3. Berdasarkan berat badan

a) 100 ml/ kg = 10 kg pertama

b) 50 ml / kg = 10 kg kedua

c) 20 ml / kg = > 20 kg

Contoh

Anak dengan BB 25 kg, maka kebutuhan cairannya adalah sebagai


berikut :

Ml / kg x 10 kg = 1000 cc = 10 kg ( I )

16
50 ml / kg x 10 kg = 500 cc = 10 kg (II)

25 ml / kg x 5 kg = 100 cc = 5 kg ( sisa )

Total = 1600 cc / 24 jam

Cara menghitung tetesan infus

Dewasa : ( Makro dengan 20 tetes / ml )

Atau :

Keterangan faktor tetesan infus bermacam – macam : lihat tabel dalam


cairan, ada yang 10 tetes / menit, 15 tetes / menit dan 20 tetes / menit .

Anak:

2. Melaksanakan tranfusi darah

Merupakan tindakan yang dilakukan pada pasien yang


membutuhkan darah dengan cara memasukkan darah melalui vena
dengan menggunakan alat tranfusi set. Tujuannya untuk memenuhi
kebutuhan darah dan memperbaiki perfusi jaringan.

 Persiapan alat/ Bahan :

1. Strandar infus

17
2. Transfusi set

3. NaCL 0,9%

4. Darah sesuai kebutuhan pasien

5. Jarum infus/ Abocatha atau sejenisnya sesuian dengan ukuran

6. Pengalas

7. Toniket/ Pembendung

8. Kapas alkhol

9. Plester

10. Gunting

11. Kasa steril

12. Betadin

13. sarung tangan

 Prosedur plaksanaan :

1. Cuci tangan

2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

3. Gunakan selang infus yang mempunyai filter (selang y atau


tunggal)

4. Lakukan pemasangan sebagaimana prosedur infus, terlebih


dahulu masukan cairan NaCL 0,9% sebelum memberian transfuse

5. Periksa indentifukasi kebenaran produk darah, kompatibilitas


dalam kantong darah, periksa sesuia dengan identifikasi pasien,
periksa kadaluarsa dan periksa adanya bekuan

6. Buka set pemberian darah , untuk selang y atau ketiga klem dan
bentuk selang tunggal klem pengatur pada posisi off

3. Cara trasfusi dengan selang Y

18
a. Lakukan penusukan pada botol berisi cairan NaCL 0,9% dan isi
selang dengan NaCL 0,9%

b. Buka klem pengatur pada selang Y dan hubungkan ke kantong


NaCL 0,9%

c. Tutup atau klem pada selang yang tidak di gunakan

d. Tekan sisi bilik dengan ibu jari dan jari telunjuk (biarkan ruang
filter terisi sebagian)

e. Buka klem pengantur bagian bawah dan biarkan selang terisi


NaCL 0,9%

f. Kantong darah perlahan di balik-balik 1-2kali agar sel-selnya


tercampur. Kemudian tusuk kantong darah dan buka klem pada
selang dan filter terisi darah.

4. Cara transfusi dengan selang tunggal

a. Lakukan penusukan pada kantong darah

b. Tekan sisi bilik dengan ibu jari dan jari telunjuk sehingga filter
terisi sebagian

c. Setelah darah masuk, pantau tanda fital tiap 5menit selama


15menit pertama, dan tiap 15menit selama 1jam berikutnya.

d. Setelah dilakukan transfusi bersikan selang dengan


memasukkan cairan NaCI 0,9%

e. Cuci tangan

f. Catat tipe, jumlah , komponen darah yang di berikan

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perinsip pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan kebutuhan
fisiologis yang digunakan untuk alat transportasi nutrien, elektrolit dan sisa
metabolisme, sebagai komponen pembentuk sel, plasma, darah, dan komponen
tubuh lainnya, sebagai pengatur suhu tubuh dan seluler. (Uliyah, 2011).
Untuk bertahan hidup, seseorang harus menjaga volume dan komposisi cairan
tubuh, baik ekstraseluler (CES) maupun cairan Intraseluler (CIS). Keseimbangan
cairan dan elektrolit amatlah penting, jika ini terganggu dan tidak segera ditolong
dapat menimbulkan kematian.
Tata laksana memenuhi kebutuhan cairan tubuh manusia untuk mengTatasi
masalah atau gangguan adalah dengan melakukan oemberian cairan melalui infus
dan transfusi darah melalui vena.

3.2 Saran
Bagi penyususun tentunya makalah ini jauh dari kata sempurna. Diperlukan
lebih banyak lagi acuan dan sumber rujukan dalam menjelaskan permasalahan
pemberian kebutuhan cairan dan elektrilit ini. Bagi pembaca alangkah baiknya tidak
merasa cukup dan puas setelah membaca makalah ini. Cari dan pahami berbagai
sumber yang lebih kaya akan memberikan berbagai ragam informasi.

20
DAFTAR PUSTAKA

Kusniati, Y. (2007). Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan. Yogyakarta:


Fitramaya.

Samba, S. (2006). Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta: EGC

Uliyah, M, & Hidayat, AA. (2008). Keterampilan Dasar Praktik Klinik Untuk
Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.

__________________________(2005). Buku Saku Keterampilan Dasar Praktikum


Kebutuhan Dasar Manusia, Jakarta : EGC.

__________________________(2011). Buku Ajar Keterampilan Dasar Praktik Klinik


(KDPK). Surabaya : Kelapa Pariwara.

21

Anda mungkin juga menyukai