Laporan Akhir Hasil Penyelidikan Anti Dumping Terhadap Barang Impor Partially Oriented Yarn (Poy)
Laporan Akhir Hasil Penyelidikan Anti Dumping Terhadap Barang Impor Partially Oriented Yarn (Poy)
A. PENDAHULUAN
1. Pada tanggal 2 Agustus 2013, KADI melakukan inisiasi penyelidikan anti dumping
atas Barang Impor Partially Oriented Yarn (POY), pos tarif 5402.46.00.00 yang
berasal dari Malaysia, RRT, Republik Korea, Taiwan, dan Thailand, berdasarkan
permohonan dari PT. Indorama Polyester Industries Indonesia (IPII), PT. Asia
Pasific Fibers Tbk. (APF), dan PT. Indorama Synthetic Tbk. (IRS),
2. Berdasarkan Artikel 6.9 ADA, pada tanggal 6 Juni 2014 Komite Anti Dumping
Indonesia (KADI) menerbitkan Laporan Data Utama (Essential Facts) hasil
penyelidikan dan telah menyampaikan kepada pihak yang berkepentingan untuk
diminta tanggapan/masukan.
A.2. PROSEDUR
a. Malaysia
Recron (Malaysia) Sdn.Bhd.
Level 9, Wisma Goldhill 67,Jalan Raja Chulan 50200, Kuala Lumpur
T: 602-2031-6000,
F: 602-2031-5000
b. RRT
1) Hangzhou Xiangsheng Import And Export Co.
Dangshan Industry Zone, Hangzhou City Zhejiang Province
T: +86-57382228285
3) Suzhou Huayi Machine Co., Ltd.
No.88, Nan-Ma Industrial Zone Wu-Jiang City, Jiang-Su China.
T:86-512-63832688,
F:86-512-63836186
4) Tongkun Group Zhejiang Hengsheng Chemical
2nd Industrial Park Tongxiang Economic Development Zone, Wutong Street,
Jiaxing, Tongxiang, 314500, China
T: 86 57 3881 82561,
F: 86 57 3881 87895
5) Tongxiang Zhongchen Chemical Fiber Co., Ltd.
Zhouquan Industrial Park, Tongxiang ,Zhejiang Province, China
T: 86-573-88519777,
F: 86-573-88519777
6) Zhejiang Hengyi Petrochemicals Co., Ltd.
Yaqian, Xiaoshan, Hangzhou, Zhejiang
T: 0086-571-82701993,
F: 0086-571-82768565
c. Republik Korea
1) Huvis Corporation
151-7, Samsung-Dong, Gangnam-Gu, Seoul
2) Hyosung Corporation
Polyester Yarn Division (Pu) Overseas Sales Team 450, Kongduk-Dong
T: 82-2-7077000,
13. Berdasarkan prakuesioner yang diterima KADI dan karena rendahnya Eksportir
Produsen yang menjawab prakuesioner, maka seluruh Eksportir Produsen yang
menjawab prakuesioner ditetapkan sebagai Eksportir Produsen yang diselidiki.
14. Pada tanggal 23 Agustus 2013, KADI mengirimkan kuesioner untuk Eksportir
Produsen yang diselidiki dan memberikan waktu 30 (tigapuluh) hari untuk
Komite Anti Dumping Indonesia
Jl. M.I. Ridwan Rais No.5, Jakarta 10110-Indonesia
Telp (021) 3850541, (021) 3841961 EXT 1316, Faximili (021) 3850541
6
TIDAK RAHASIA
15. Untuk negara RRT, Hangzhou Xiangsheng Import And Export Co, Ltd dan
Hangzhou Xiangsheng Textile Co, Ltd tidak menjawab kuesioner sampai batas
waktu yang telah ditentukan, sehingga KADI menetapkan bahwa perusahaan
tersebut dan seluruh Eksportir Produsen POY lainnya di RRT tidak kooperatif.
16. Untuk negara Korea, Huvis Corporation menjawab kuesioner, sehingga ditetapkan
sebagai pihak yang bekerjasama. Perusahaan lainnya dinyatakan tidak
bekerjasama dalam penyelidikan.
17. Untuk negara Taiwan, Far Eastern New Century Corporation (FENC) menjawab
kuesioner, sehingga ditetapkan sebagai pihak yang bekerjasama. Perusahaan
lainnya dinyatakan tidak bekerjasama dalam penyelidikan.
18. Untuk negara Thailand, Thai Polyester Co., Ltd. menjawab kuesioner, sehingga
ditetapkan sebagai pihak yang bekerjasama. Perusahaan lainnya dinyatakan tidak
bekerjasama dalam penyelidikan.
19. Dengan demikian, Eksportir Produsen yang bekerja sama dalam penyelidikan ini
adalah:
a. Pemohon:
1) IPII tanggal 18-20 November 2013
2) IRS tanggal 9-11Desember 2013
3) APF tanggal 16-18 Desember 2013.
b. Eksportir Produsen:
1) Recron (Malaysia) Sdn, Bhd tanggal 19-21 Februari 2014
2) Huvis Corporation (Korea) tanggal 20-21 Maret 2014
3) Far Eastern New Century Corporation (Taiwan) tanggal 10-12 Maret 2014
4) Thai Polyester Co., Ltd. (Thailand) tanggal 10-12 Februari 2014.
22. Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dan verifikasi lapangan yang telah
dilakukan, pada tanggal 6 Juni 2014, KADI menerbitkan Essential Facts Hasil
Penyelidikan dan telah disampaikan kepada pihak yang berkepentingan untuk
memberikan kesempatan penyampaian tanggapan dan masukan dengan batas
waktu paling lambat tanggal 18 Juni 2014.
23. Berdasarkan Artikel 6.2 ADA, KADI memberikan kesempatan kepada pihak yang
berkepentingan untuk menyampaikan tanggapan secara oral dengan
mengadakan dengar pendapat (public hearing) pada tanggal 27 Juni 2014. KADI
memberikan waktu 4 (empat) hari kepada pihak yang berkepentingan untuk
menyampaikan tanggapan dalam dengar pendapat secara tertulis. Dalam dengar
pendapat tersebut Eksportir Produsen, importir pengguna, Asosiasi Pertekstilan
Indonesia (API), perwakilan negara yang dituduh menyampaikan isu like product,
hubungan afiliasi Pemohon dengan Eksportir Produsen dari Thailand, dan
kerugian yang dialami Pemohon.
24. KADI juga mengadakan dengar pendapat khusus (specific hearing) atas
permintaan Recron (Malaysia) Sdn, Bhd. yang telah dilaksanakan pada tanggal
26 Juni 2014. Recron (Malaysia) Sdn, Bhd. menyampaikan isu perhitungan marjin
dumping.
26. Untuk mempertimbangkan tanggapan maupun masukan yang diterima dari pihak
yang berkepentingan, KADI memperpanjang waktu penyelidikan yang seharusnya
berakhir pada tanggal 2 Agustus 2014 menjadi tanggal 1 September 2014.
B. PENYELIDIKAN
27. Barang Yang diselidiki adalah POY yang berasal dari negara Malaysia, Republik
Korea, RRT, Taiwan, dan Thailand dengan nomor pos tarif dan uraian barang
sesuai dengan Buku Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI) 2012 sebagai berikut:
28. POY yang diproduksi oleh Pemohon identik, sejenis, dan juga closely resembling
dengan POY yang diimpor dari negara-negara yang dituduh dumping karena
memiliki kesamaan antara lain dalam hal bahan baku, karakter fisik, teknis,
kegunaan, dan proses produksi.
29. Selanjutnya diperoleh masukan dan tanggapan dari pihak yang berkepentingan
yang menyatakan bahwa Pemohon tidak mampu memproduksi POY yang sejenis
dengan POY yang diimpor karena adanya perbedaan-perbedaan seperti
manufacturing process, physical characteristic, perbedaan harga, dan perbedaan
kualitas.
32. Pada Essential Facts penyelidikan ini, KADI menyatakan bahwa Pemohon dalam
penyelidikan berjumlah 3 (tiga) perusahaan yang mewakili 61,3% dari total
produksi nasional. Selanjutnya diperoleh masukan dan tanggapan pihak yang
berkepentingan yang menyatakan bahwa Pemohon bukan merupakan bagian dari
33. Berdasarkan resital 32, KADI melakukan analisa lebih lanjut mengenai hubungan
afiliasi IPII dan IRS dengan Eksportir Produsen Thailand yaitu Indorama Polyester
Industries, Pcl Thailand (IPI Thailand). Dalam Undang-Undang No 7 tahun 1994
tentang Pengesahan Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia
tidak dijelaskan lebih rinci mengenai pengertian “afiliasi”. Oleh karena itu, KADI
menggunakan Undang-Undang No.8 tahun 1995 tentang Pasar Modal sebagai
referensi untuk menentukan pengertian “afiliasi”.
“Afiliasi adalah:
a. Hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat
kedua, baik secara horizontal maupun vertikal;
b. Hubungan antara pihak dengan pegawai, direktur, atau komisaris dari
pihak tersebut;
c. Hubungan antara 2 (dua) perusahaan dimana terdapat satu atau lebih
anggota direksi atau dewan komisaris yang sama;
d. Hubungan antara perusahaan dan pihak, baik langsung maupun tidak
langsung, mengendalikan atau dikendalikan oleh perusahaan tersebut;
e. Hubungan antara 2 (dua) perusahaan yang dikendalikan, baik langsung
maupun tidak langsung, oleh pihak yang sama; atau
f. Hubungan antara perusahaan dan pemegang saham utama”
34. Berdasarkan resital 32, 33, dan penyelidikan lebih lanjut yang dilakukan oleh
KADI terhadap IPI Thailand dan IPII, ditemukan adanya kepemilikan saham
langsung maupun tidak langsung IPI Thailand terhadap IPII sebesar 99,975%
melalui KP Equity partners inc dan PT. Indorama Ventures Indonesia. Selain itu
juga ditemukan adanya hubungan afiliasi berdasarkan kesamaan pemegang
jabatan baik sebagai komisaris atau direksi dalam IPI Thailand dan IPII. Dengan
demikian IPI Thailand dan IPII terafiliasi dan dapat saling mengontrol.
36. Berdasarkan resital 34, 35, Artikel 4.1 ADA dan Pasal 1 angka 17, PP 34 tahun
2011, KADI menetapkan bahwa terdapat hubungan afiliasi antara IPII dengan IPI
Thailand dan antara IRS dengan IPI Thailand, sehingga IPII dan IRS tidak dapat
menjadi bagian dari Industri Dalam Negeri yang dapat mengajukan permohonan
dalam penyelidikan ini.
37. Dengan dikeluarkannya IPII dan IRS sebagai Pemohon, maka yang menjadi
Pemohon dalam penyelidikan ini adalah APF. Selanjutnya KADI melakukan
perhitungan kembali standing petitioner APF untuk menetapkan persyaratan
mewakili Industri Dalam Negeri. Hasil perhitungan adalah sebagai berikut:
Tabel 2.
Standing Petitioner setelah dikeluarkannya IPII dan IRS
Industri Dalam Negeri Produksi 2012 Presentase Produksi (%)
38. Bahwa sampai dengan berakhirnya penyelidikan ini tidak ada Industri Dalam
Negeri barang sejenis yang menolak penyelidikan, sehingga berdasarkan tabel 2
di atas, APF memenuhi persyaratan sebagai Pemohon (standing petitioner).
Additives
PTA
Polyester POY
PET Chips Polimerisasi
MEG
0 0
Partially
Diatur lebih lanjut Diatur lebih lanjut
Oriented Yarn
5 0 dalam PMK dalam PMK
5402.46.00.00
No.117/PMK.011/2012 No.118/PMK.011/2012
5 5
40. Besaran Bea Masuk Impor POY sesuai dengan Free Trade Agreement dan PMK
No.117/PMK.011/2012 dan PMK No.118/PMK.011/2012 dapat dilihat pada tabel
41. Selama tahun 2010-2012 terlihat bahwa konsumsi nasional POY terus meningkat.
Namun peningkatan konsumsi nasional tersebut tidak dapat dinikmati oleh
Pemohon terlihat dari tabel 4 di atas dimana impor barang dumping meningkat
signifikan dari tahun 2010-2012, sedangkan penjualan Pemohon pada periode
yang sama meningkat namun tidak signifikan. Peningkatan konsumsi nasional
untuk POY seharusnya dapat menjadi kesempatan bagi Pemohon untuk
meningkatkan penjualan, tetapi kesempatan tersebut tidak diperoleh karena
tekanan dari impor barang dumping.
42. Periode penyelidikan dumping menggunakan data satu tahun terakhir yaitu 1
Januari 2012 sampai dengan 31 Desember 2012.
43. Dalam melakukan perhitungan marjin dumping, KADI menggunakan data jawaban
kuesioner dan hasil verifikasi yang dibatasi pada Eksportir Produsen yang
45. Nilai normal dihitung berdasarkan data penjualan dalam jawaban kuesioner.
Harga penjualan Eksportir Produsen dapat dipergunakan dalam perhitungan nilai
normal apabila memenuhi persyaratan perdagangan yang wajar (ordinary course
of trade) yaitu:
46. Dalam perhitungan nilai normal, data penjualan Eksportir Produsen dapat
digunakan apabila total volume penjualan domestik lebih dari 5% dari total volume
penjualan ekspor ke Indonesia.
47. Jika ada penjualan ekspor untuk PCN tertentu, namun tidak dijual di domestik,
maka nilai normal dihitung dengan metode konstruksi berdasarkan biaya produksi
ekspor untuk PCN tertentu, biaya penjualan, biaya umum dan administrasi
domestik, serta keuntungan yang wajar.
49. Allowances yang diusulkan yang dapat diterima adalah yang terkait dengan biaya
penjualan langsung (direct selling expenses), dan dapat ditelusuri dalam data
perusahaan terkait dengan penjualan produk yang dimaksud. Allowances dapat
diterima jika merupakan bagian dari biaya pemasaran dan penjualan dari barang
yang diselidiki yang telah dibebankan, yang umumnya diklasifikasikan dalam
biaya penjualan, biaya umum dan administrasi (selling, general and administrative
expenses), seperti: inland freight, bank charge, credit cost, dan adjustment.
50. Harga ekspor ditentukan berdasarkan harga rata-rata tertimbang dari seluruh
transaksi penjualan ekspor ke Indonesia selama Periode Penyelidikan.
51. Allowances dapat dipertimbangkan dalam perhitungan marjin dumping jika sudah
terdapat di jawaban kuesioner dan disertai dengan penjelasan, cara perhitungan,
serta bukti pendukung dan yang terkait langsung dengan transaksi penjualan
tersebut.
52. Seluruh allowances yang disampaikan oleh Eksportir Produsen dapat diterima
karena telah sesuai dengan catatan historis atau alokasi yang rasional dan telah
dibebankan serta didukung bukti yang relevan, seperti: international freight, inland
freight, handling charge, insurance, harbour service fee, trade promotion fee, bank
charge, commission, credit cost, letter of credit, dan shipping.
a. Malaysia:
Nilai normal
Harga Ekspor
Marjin Dumping
1) Huvis Corporation
Nilai Normal
Harga Ekspor
Marjin Dumping
d. Taiwan
Nilai Normal
Marjin Dumping
e. Thailand
Nilai Normal
Penjualan domestik Thai Polyester Co., Ltd. lebih dari 5% dari penjualan
ekspor ke Indonesia, maka penjualan domestik digunakan dalam perhitungan
nilai normal. Perhitungan nilai normal (normal value) dilakukan berdasarkan
harga aktual seluruh transaksi like product di pasar domestik. Perhitungan nilai
normal dilakukan dengan menggunakan data yang terdapat dalam jawaban
kuesioner. Barang Sejenis yang digunakan dalam perhitungan nilai normal
adalah barang yang diproduksi yang sejenis dengan penjualan ekspor ke
Indonesia. Thai Polyester Co., Ltd. menyampaikan sejumlah allowances yang
seluruhnya dapat diterima.
Harga Ekspor
Marjin Dumping
55. Periode penyelidikan kerugian meliputi data 3 tahun terakhir yaitu 1 Januari 2010
sampai dengan 31 Desember 2012 berdasarkan data dari APF yang pada
penyelidikan ini diputuskan sebagai satu-satunya Pemohon. Mengingat data
kerugian Pemohon dan angka-angka di bawah ini bersifat sensitif secara
komersial, maka disajikan dalam bentuk indeks. Berikut ini adalah indikator kinerja
Pemohon selama Periode Penyelidikan yang telah diperiksa dan diverifikasi.
56. Penjualan Pemohon, pangsa pasar Pemohon, dan konsumsi nasional dari tahun
2010 sampai 2012 berangsur-angsur naik. Namun, impor dumping dari tahun
2010 sampai 2012 mengalami peningkatan yang sangat tajam sehingga kenaikan
konsumsi nasional lebih banyak dinikmati oleh produk impor dumping.
59. Dari tabel di atas terlihat bahwa Pemohon mengalami kerugian dari tahun 2010-
2011 dan mengalami kerugian yang lebih parah lagi di tahun 2012. Indikator-
indikator kemampuan Pemohon untuk menghasilkan keuntungan dari investasi
yang ditanam, indikator untuk menghasilkan keuntungan dari modal yang disetor,
kemampuan untuk meningkatkan asset, dan kemampuan untuk menghasilkan
keuntungan dari kegiatan operasional Pemohon, menunjukan penurunan kinerja
yang signifikan.
61. Berdasarkan resital 56 sampai dengan 60, KADI menyimpulkan bahwa selama
tahun 2010-2012 dan utamanya pada periode investigasi (2012) Pemohon
mengalami kerugian material.
B.6.1.1 . Absolut
62. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa total impor dumping POY
mengalami peningkatan yang luar biasa sebesar 75,6% dari tahun 2010-2011 dan
lebih meningkat pada tahun 2011-2012 sebesar 110% atau dari tahun 2010-2012
terjadi peningkatan (tren) sebesar 91. Kenaikan Impor POY tersebut didominasi
oleh impor POY yang mengandung dumping sebesar 98% dari total impor pada
tahun 2012.
63. Berdasarkan tabel di atas, pangsa pasar Pemohon dari tahun 2010 ke 2012
mengalami peningkatan sebesar 8 poin, namun pangsa impor POY yang
mengandung dumping mengalami kenaikan yang signifikan pada periode yang
sama sebesar 247 poin. Kenaikan konsumsi nasional secara relatif dinikmati oleh
impor POY yang mengandung dumping.
Price Undercutting
Malaysia (11) (7) (7)
Thailand 2 (6) (8)
Taiwan 62 72 64
RRT 21 21 15
Rep. Korea 48 27 14
Total Impor Dumping 27 14 (1)
Sumber: Pemohon, BPS diolah
64. Dari tabel di atas terlihat bahwa terjadi price undercutting barang impor dari
Malaysia tahun 2010 sampai 2012, dan dari Thailand tahun 2011 hingga 2012,
namun tidak terjadi price undercutting dari negara Taiwan, RRT, dan Republik
Korea dalam periode yang sama.
65. Pemohon mengalami price suppression dari tahun 2010 - 2012 akibat adanya
tekanan dari barang impor dumping yang menyebabkan Pemohon terpaksa
menjual POY di bawah biaya produksi. Harga Pemohon dari tahun 2011-2012
mengalami penurunan sebesar 15 poin, sehingga Pemohon mengalami price
depression.
66. Dari tabel di atas terlihat bahwa volume impor POY dari negara lain pada tahun
2010 sampai dengan 2012 terus mengalami peningkatan, namun dari segi jumlah
sangat kecil dibandingkan dengan impor dumping dari negara tertuduh. Dapat
disimpulkan bahwa impor dari negara lain bukan merupakan penyebab Kerugian
yang dialami oleh Pemohon.
67. Secara umum dalam proses produksi Pemohon menggunakan teknologi yang
sama dengan yang digunakan oleh Eksportir Produsen yang diselidiki. Dengan
demikian teknologi tidak berpengaruh terhadap kerugian yang dialami oleh
Pemohon.
“GOM observes that injury analysis prepared by petitioners and essential facts are
insufficient and have not satisfactorily examined all other known factors as
required under Article 3.5 ADA.
The petisioner and Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) have failed to provide
clearly all evidence and the analysis of the examination of evidence as laid down
under Articles 5.2 (iv) and 3.4 of the WTO ADA to justify the initiation of the
investigation. In addition, the GOM is of the view that petisioner did not suffer
injury on most of the economic factors listed above and is inconsistent with Article
3.4 of the WTO ADA”
Jawaban KADI
KADI mempunyai bukti yang cukup dan akurat yang diperlukan dalam
penyelidikan baik yang diperoleh dari Pemohon maupun pihak berkepentingan
lainnya sesuai dengan Artikel 5.2 ADA. Hal-hal mengenai dampak volume dan
dampak harga telah dikaji dan dianalisa sebagaimana yang disajikan pada sub
bab B 6.1 mengenai dampak volume dan B 6.2 mengenai dampak harga, dam
berkesimpulan bahwa terdapat hubungan antara dumping dan kerugian yang
diderita oleh Pemohon. KADI juga telah melakukan pengkajian terhadap faktor
lain selain barang impor dan dampaknya terhadap kerugian Pemohon sesuai
dengan yang diatur dalam Artikel 3.5 ADA, dan berkesimpulan bahwa tidak ada
faktor lain yang menyebabkan kerugian bagi Pemohon.
“GOM’s concerns on normal value and dumping margin have not been
satisfactorily addressed by the Essential Facts. Recron (Malaysia) Sdn. Bhd. The
sole producer and exporter of POY did not sell this product during period of
investigation (POI) in domestic market. Thus, GOM is doubtful on the method of
constructing the normal value and adjustment factors used have not been
disclosed as the information has been deemed confidential. In addition, by doing
so, Malaysian producers/exporters could have been wrongly alleged based on the
non-representative normal value. Interested parties are also not able to ensure
that the calculation of the normal value has been carried out in a fair manner”.
Jawaban KADI
Konstruksi nilai normal yang dilakukan KADI telah sesuai dengan Artikel 2.2 ADA
dimana apabila tidak ada penjualan di pasar domestik di Negara pengekspor
maka nilai normal dapat ditentukan dengan menggunakan harga ekspor ke
Negara ke-3 atau dikonstruksi berdasarkan biaya produksi ditambah biaya
administrasi, biaya penjualan, dan biaya umum ditambah dengan profit yang
wajar. Perhitungan nilai normal telah dilakukan secara transparan; KADI telah
menyampaikan data, metode, dan hasil perhitungan kepada Recron (Malaysia)
Sdn Bhd. Sesuai dengan Artikel 6.5 ADA, KADI tidak memberikan data yang
dipergunakan dalam perhitungan kepada GOM karena data tersebut bersifat
rahasia.
71. Causation
“…from the annual reports obtained for two petisioners i.e. P.T. Asia Pacific Fibers
Tbk and P.T. Indorama Synthetic Tbk indicates that both of these companies have
strong financial performance in 2012. … The petisioner has failed to prove the
existence of injury”
Laporan keuangan APF dan IRS yang digunakan oleh MITI sebagai dasar untuk
membuat tanggapan adalah laporan keuangan konsolidasi, dan laporan keuangan
tersebut mencerminkan kinerja perusahaan untuk seluruh produk yang di
produksi. Dalam penyelidikan ini analisa kerugian dilakukan hanya terhadap
barang yang diselidiki yaitu POY. Analisa kerugian disampaikan secara rinci pada
resital 56-60.
“The excessive demand for filament yarn was met from increased volume of
import… Increased in imports from Malaysia for POY is in tandem with DTY due to
POY is raw material used to produce DTY. Malaysia’s export volume increased
into Indonesian market was to meet the local demand and not injuring the
domestic industry.”
Jawaban KADI
73. “… Suggest KADI to fully consider the needs of downstream industry while making
the decision”
“Clear violation of article 12.2 ADA, in which the interested parties were denied
from their rights of receiving a sufficient explanation from the investigating
authorities regarding the rejection of their argument”.
Jawaban KADI
KADI telah menyampaikan Essential Facts sesuai dengan Artikel 6.9 ADA, yang
memuat hasil penyelidikan dan semua tanggapan yang telah dianalisa yang
disampaikan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Demikian pula sesuai dengan
Artikel 12.2 ADA, KADI menyampaikan Laporan Akhir yang memuat hasil
penyelidikan yang telah mempertimbangkan masukan dan tanggapan dari pihak
yang berkepentingan dalam keputusan hasil penyelidikan.
a. ... “The rest of the industry indicators such as production, market share, wages,
capacity, employment, cash flow, and productivity in the disclosure show a
relatively stable trend over the period assigned and there appears no injury
experienced by the petitioners”;
Komite Anti Dumping Indonesia
Jl. M.I. Ridwan Rais No.5, Jakarta 10110-Indonesia
Telp (021) 3850541, (021) 3841961 EXT 1316, Faximili (021) 3850541
31
TIDAK RAHASIA
e. ...The petitioners could still manage to expand their PSF production line by
13%”;
f. In fact, it is highly possible that the negative profit was caused by the expansion
itself”.
Jawaban KADI
"KADI generalized the analysis without excluding the certain produt type which
could not be produced by the domestic industry which disallowed any fair
comparison, the comparison should have been done on type per type basis in
order to arrive at an objective comparison, this lack of analysis has clearly
invalidated the claim of any volume effect caused by imports which was stated by
KADI in its disclosure”.
Jawaban KADI
Pada Artikel 2.6 ADA yang dimaksud like product adalah bukan hanya identik
tetapi juga yang menyerupai (closely resembling), sehingga sudah tepat KADI
menggunakan volume dan harga jual rata-rata barang impor yang dituduh
dumping yang diperoleh dari BPS. Sehingga klaim KADI mengenai dampak
volume dan dampak harga sudah sesuai dengan ADA.
c. “The petitioners actual inability to meet the domestic demand were also failed
to be analyzed properly by KADI”.
a. Karena Pemohon hanya APF, maka tidak ada persaingan antar Pemohon yang
perlu dianalisa. Tidak ada persaingan antara Pemohon dan Industri Dalam
Negeri barang sejenis lainnya karena industri dalam negeri barang sejenis
lainnya tersebut mendukung penyelidikan ini.
b. Bahwa Pemohon dalam Laporan Akhir ini hanya APF, sedangkan 2 (dua)
perusahaan lainnya sudah bukan lagi sebagai bagian dari Pemohon. Bahwa
APF selama periode penyelidikan tidak melakukan ekspansi kapasitas.
c. Bahwa berdasarkan bukti yang dimiliki KADI, POY yang diproduksi Pemohon
adalah sejenis dengan barang impor, sehingga Pemohon mampu memenuhi
permintaan pasar dalam negeri.
d. Dalam penyelidikan, tidak ditemukan dasar bagi KADI untuk membedakan
berbagai jenis POY berdasarkan standar yang ada, dan tidak ada bukti spesifik
yang dapat disampaikan eksportir produsen, importir, dan asosiasi pengguna.
Jawaban KADI
a. “The product scope of the current ongoing investigation is too wide as it only
refers to HS number 5402.46.00.00, despite the fact there are various types of
products included in the same HS number which cannot be produced by the
petitioners, as KADI only refers to HS code , there are several types product
which was a result of combination between POY and SDY, which is not within
the scope investigation still being included in the HS code of POY”.
b. “As there are numbers of categories/grades of imported POY from the alleged
countries which cannot be produced by the petitioners, the examination of
material injury cannot be made on objective basis, therefore we request such
exclusion and otherwise KADI should terminate the investigation without any
imposition of measure”.
Jawaban KADI
Produk yang diselidiki adalah POY dengan pos tarif 5402.46.00.00 dengan uraian
produk sesuai dengan buku tarif kepabeanan Indonesia tahun 2012. Tidak ada
kriteria spesifik yang membedakan berbagai tipe pada pos tarif 5402.46.00.00.
Tidak ditemukan dasar bagi KADI untuk mengecualikan beberapa tipe POY tanpa
adanya bukti spesifik berdasarkan standar yang ada yang dapat disampaikan
pihak yang berkepentingan.
80. “Benang POY yang diimpor adalah benang scrap dari produk POY dengan
kualitas B grade yang tidak akan menciderai Pemohon... Dan digunakan oleh
industri kecil dengan pangsa pasar low segment grade yang cukup potensial di
Indonesia”
“Terdapat tipe benang POY yang tidak diproduksi oleh Pemohon ataupun belum
memenuhi permintaan pasar”.
Jawaban KADI
Jawaban KADI
Jawaban KADI
KADI telah melakukan analisa dengan bukti yang cukup terhadap indikator-
indikator kerugian sebagaimana diatur dalam Artikel 3.4 ADA yang dapat dilihat
pada resital 56-60. Berdasarkan hasil penyelidikan KADI, Pemohon mengalami
kerugian material yang ditandai dengan adanya penurunan pangsa pasar, tenaga
kerja, ROI, pertumbuhan, kemampuan meningkatkan modal, dan Pemohon masih
mengalami kerugian operasional. Berdasarkan Artikel 3.4 ADA tidak harus seluruh
indikator mengalami kerugian dan tidak ada indikator yang dominan antara satu
dengan yang lain. Kerugian material Pemohon menunjukan perbaikan dari tahun
2010-2012, namun tidak dapat mencapai keuntungan yang diharapkan akibat
tidak dapat bersaing secara fair dengan barang impor dumping.
KADI juga telah mengkaji dampak volume dan dampak harga barang dumping
terhadap kerugian yang dialami oleh Pemohon sesuai dengan yang diamanatkan
oleh Artikel 3.1 ADA yang disajikan pada sub bab B 6.1 dan 6.2 dalam laporan ini.
Jawaban KADI
84. “Untuk price depression yang menjadi penyebabnya adalah adanya tekanan dari
barang impor yang menyebabkan petisioner menjual dibawah biaya produksi dan
klaim adanya price suppression juga semakin tidak berdasar ketika pada
kenyataanya terjadi penurunan harga secara global pada periode IP yang
disebabkan adanya harga bahan baku utama PTA”.
Jawaban KADI
Price deppression dan price suppression terjadi karena adanya tekanan barang
dumping. Terbukti dengan terjadinya dumping dan price undercutting
85. “Petisioner merupakan produsen yang berorientasi ekspor, dimana ISI selaku
salah satu petisioner tercatat mengalokasikan sebesar 59% dari hasil produksinya
pada periode 2012 untuk tujuan ekspor”.
Jawaban KADI
Sebagaimana yang diuraikan pada resital 27 dan 28 barang sejenis adalah POY
dengan nomor pos tarif dan uraian barang sesuai dengan BTKI pos tarif
5402.46.00.00. Berdasarkan hasil penyelidikan, angka 59% yang digunakan oleh
API yang bersumber dari annual report ISI adalah penjualan seluruh produk yang
diproduksi oleh ISI. Dengan demikian penjualan ekspor peranannya tidak
dominan dalam penjualan POY.
Jawaban KADI
87. “... Impor yang tidak bersaing dengan produk lokal tidak mungkin menyebabkan
kerugian bagi Industri Dalam Negeri”.
Jawaban KADI
Jawaban KADI
89. “KADI tidak memberikan analisa ekonomi yang dapat menjelaskan terjadinya
price undercutting”
Jawaban KADI
KADI telah melakukan analisa price undercutting sesuai dengan Artikel 3.2 ADA.
Price undercutting terjadi dimana harga Pemohon berada di atas harga impor
barang dumping. Hal ini dapat dilihat pada tabel 12 dan resital 64. Pemohon
terpaksa menurunkan harganya akibat tekanan barang impor dumping
sebagaimana terlihat pada tabel 13 dan resital 65.
90. “... Analisa hubungan kausal yang dilakukan KADI tidak tepat dan tidak
memenuhi persyaratan mengenai perlunya analisa yang objektif terhadap data
dan bukti yang terkait dengan efek volume dan harga sebagaimana diamanatkan
oleh Article 3.1 ADA.”
Jawaban KADI
Sesuai dengan Artikel 3.1 ADA, KADI telah menganalisa data dan bukti secara
objektif dan menyimpulkan telah terjadi dampak volume baik secara absolut
maupun relatif sebagaimana tercantum pada tabel 10-11 dan terjadi dampak
91. “Bahwa mengenai analisa hubungan kausal yang dilakukan oleh KADI tidak tepat
dan tidak memenuhi persyaratan mengenai perlunya analisa yang objektif
terhadap data dan bukti yang terkait dengan efek volume dan harga sebagaimana
yang diamanatkan oleh Artikel 3.5 ADA”.
Jawaban KADI
Dari jawaban KADI pada resital 62-65 tersebut di atas, KADI telah menganalisa
terjadinya dampak volume baik secara absolut maupun relatif dan dampak harga
akibat barang dumping yang dialami oleh Pemohon. KADI juga telah menganalisa
faktor lain yang mempengaruhi dampak kepada Pemohon baik secara volume
maupun harga.
92. “Artikel 3.5 ADA mensyaratkan otoritas untuk menganalisa faktor-faktor lain yang
menyebabkan kerugian secara terpisah dengan impor yang diselidiki... Kami tidak
menemukan analisa mengenai efek persaingan antara para petisioner sendiri
maupun petisioner dengan Industri Dalam Negeri lainnya”.
Jawaban KADI
KADI telah menganalisa faktor lain yang mengakibatkan dampak negatif kepada
Pemohon seperti persaingan Antara Pemohon dan Industri Dalam Negeri lainnya.
Kesimpulan KADI bahwa tidak terjadi persaingan antara sesama Industri Dalam
Negeri. Hal ini terlihat dari pangsa pasar industri dalam negeri lainnya mengalami
penurunan pada periode 2011-2012 dan industri dalam negeri lainnya tersebut
mendukung penyelidikan ini. Sedangkan pangsa pasar impor barang dumping
93. “KADI tidak menganalisa kondisi supply dan demand di pasar dalam negeri
dimana KADI hanya mengklaim bahwa petisioner mampu memenuhi kebutuhan
dalam negeri, walaupun pada kenyataanya berdasarkan kondisi dan laporan dari
anggota API bahwa petisioner sama sekali tidak mampu memenuhi permintaan
yang ada”.
Jawaban KADI
94. “Fakta bahwa secara teknologi petisioner masih tertinggal dengan Eksportir
Produsen juga sama sekali tidak dianalisa oleh KADI”.
Jawaban KADI
Jawaban KADI
96. Cakupan produk dalam penyelidikan yang terlalu luas karena hanya
mengacu pada nomor HS
“...Cakupan produk dalam penyelidikan KADI terlalu luas karena hanya mengacu
pada kode HS 5402.46.0000 dimana faktanya dalam satu kode HS yang sama
terdapat banyak sekali produk yang tidak dapat diproduksi oleh Industri Dalam
Negeri atau dapat diproduksi namun dengan kualitas yang tidak memadai...
Dengan adanya perbedaan-perbedaan seperti manufacturing process, physical
characteristic, perbedaan harga, dan perbedaan kualitas, KADI tidak dapat
mengeneralisir semua tipe produk tersebut kedalam satu jenis produk dalam
penyelidikan dengan mengacu kepada kode HS”.
“Akibat luasnya cakupan produk, terdapat tipe-tipe produk yang tidak dapat
diproduksi Petisioner yang masuk ke dalam lingkup penyelidikan, sehingga pada
akhirnya analisa atas hubungan kausal dan faktor lain yang menyebabkan
kerugian menjadi tidak objektif sebagaimana diamanatkan oleh Article 3.1 ADA”
Jawaban KADI
Dalam menentukan barang yang diselidiki yaitu POY, KADI mengacu pada buku
tarif kepabeanan Indonesia tahun 2012 dengan pos tarif 5402.46.00.00.
Meskipun pos tarif 5402.46.00.00 terdiri dari banyak tipe produk, namun yang
diproduksi oleh Pemohon sejenis dengan barang impor dumping. Pengertian
barang sejenis tidak selalu identik tetapi juga termasuk menyerupai (closely
resembling). Untuk itu permintaan API agar KADI menghentikan penyelidikan
KADI telah melakukan analisa atas hubungan kausal dan faktor lain yang
menyebabkan kerugian sesuai dengan Artikel 3.1. ADA yang dapat dilihat pada
bab B6 dan B7.
97. “... Terkait isu yang disampaikan pihak importir bahwa yang mereka impor adalah
produk khusus yang berada dalam nomor HS yang sama, kami menegaskan
bahwa Produsen Dalam Negeri telah mampu memproduksi semua jenis barang
yang tercakup dalam HS ini baik dalam variasi warna, kekuatan tarik, mulur,
nomor kecil hingga besar dan spesifikasi khusus lainnya yang selama ini
diimpor.... ”.
Jawaban KADI
Marjin Dumping
98. “Pemohon memohon agar KADI dapat meng-evaluasi ulang perhitungan agar
dapat ditemukan marjin dumping lebih tinggi, sebagaimana yang telah diajukan
dalam permohonan”
99. “... Marjin dumping yang ditetapkan KADI untuk Eksportir dan/atau Eksportir
Produsen lainnya di Republik Korea adalah sebesar 13,7%, hal ini belum
menggunakan perhitungan marjin dumping berdasarkan Best Information
Available. Pemohon berharap agar marjin sebesar 33% sesuai permohonan dapat
diterapkan...”.
Jawaban KADI
Jawaban KADI
Allowances yang dapat diterima telah dijelaskan pada resital 49, 51 dan 52.
101. “Memohon agar KADI dapat memeriksa kembali permohonan dan data
verifikasi yang berkaitan dengan kinerja ekonomi”.
Data dan informasi yang disajikan dalam indikator kinerja Pemohon dalam
laporan ini merupakan data dan informasi yang diperoleh dari Pemohon yang
telah diverifikasi dan diinformasikan kepada Pemohon.
Dampak Harga
102. “Petisioner tidak sependapat dengan temuan KADI atas perhitungan price
undercutting dan Meminta penjelasan KADI mengenai price depression dan
price suppression”.
Jawaban KADI
103. “Memohon agar KADI dapat menggunakan harga ekspor dari para Eksportir
dan bukan harga ekspor rata-rata dari Badan Pusat Statistik (BPS)... Agar
didapatkan perbandingan yang fair atau objektif serta akurat sesuai Artikel 3.1
ADA”.
Jawaban KADI
a. Terjadi dumping atas impor barang yang diselidiki yang dilakukan oleh
Eksportir dan/atau Eksportir Produsen yang berasal dari Malaysia,
Republik Korea, Republik Rakyat Tiongkok, Taiwan, dan Thailand;
b. Pemohon masih mengalami kerugian yang dapat dilihat dari profit yang
masih negatif, meningkatnya persediaan, menurunnya tenaga kerja,
penurunan arus kas, Return on Investment, ability to raise capital, dan
pertumbuhan yang menurun;
Adanya dampak volume impor baik secara absolut maupun relatif dari
negara yang dituduh dumping;
D. REKOMENDASI
Marjin
No. Negara Eksportir dan/atau Eksportir Produsen
Dumping (%)
Huvis Corporation 0
2. Korea
Eksportir dan/atau Eksportir Produsen lainnya 13,7
106. Bea Masuk Anti Dumping diusulkan berlaku selama 5 (lima) tahun sejak tanggal
diundangkan.