Disusun oleh :
1. Yoel Arianda Adrian (02211440000051)
2. Afifatul Jannah (02211540000097)
Dosen Pembimbing :
Prof. Dr. Ir. Achmad Roesyadi, DEA (195004281979031002)
Disusun Oleh:
Yoel Arianda Adrian (02211440000051)
Afifatul Jannah (02211540000097)
- LEMBAR PENGESAIIAN I
LAPORAN KERJA PRAKTEK
DI PT SEMEN INDONESIA (PERSERO) TbK
Unit kerja Department of Process, Tech & QSHE Dev
Periode : 01 Agustus 2018 s.d 31 Agustus 2018
Disusun oleh :
Pembimbing
Praktik
Fadlilatul TaufanY, S.T., Ph.D. Prof. Dr. Ir. Achmad Roesyadi. DEA
-
LEMBAR PEI\GESAHAI\ II
Disusun oleh :
Mengetahui,
Ka. Biro Pusat Pembelajaran Grup
INTISARI
PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. merupakan industri semen yang memiliki
kapasitas terbesar di Indonesa yaitu sebesar 30,8 juta ton semen per tahun. Perseroan ini
merupakan Strategic Holding Company yang membawahi PT. Semen Gresik, PT. Semen
Tonasa, PT. Semen Padang dan Than Long Cement Joint Stock Company, Vietnam. Proses
produksi pada PT. Semen Indonesia menggunakan proses kering. Secara umum, produksi
semen adalah penambangan, penyiapan bahan baku, pemanasan, pembakaran, pendinginan,
penggilingan akhir dan pengemasan. Alat – alat yang digunakan dalam proses ini diantarnya,
Mining, Crusher, Raw Mill, Cyclone, Rotary Kiln, Cooler, Finish Mill dan Packer. Setiap
proses diuji oleh Quality Control untuk mengendalikan kualitas semen yang dibutuhkan.
Selanjutnya Quality Assurance bertugas mengendalikan jaminan mutu pada tahap awal dan
tahap akhir produksi. Semen yang diproduksi PT. Semen Indonesia memiliki beberapa tipe
yang diklasifikasikan berdasarkan standar SNI dan kebutuhan konsumen. Tipe – tipe
tersebut adalah Semen Portland Tipe I, II, III, IV, V, Special Blendend Cement (SPC),
Portland Pozzoland Cement (PPC), Portland Composite Cement (PCC), Super Masonry
Cement (SMC), Oil Well Cement (OWC) dan Super White Cement. Utilitas merupakan
pendukung produksi dalam pabrik diantaranya air, listrik, udara, bahan bakar. Selain itu, PT.
Semen Indonesia memiliki manajemen dalam pengolahan limbah. Limbah yang dihasilkan
digunakan kembali dalam proses produksi. PT. Semen Indonesia, Tbk memiliki manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk menjaga pekerja dan mencegah kejadian yang tidak
diinginkan dalam pabrik. Manajemen K3 dalam perusahaan adalah peraturan, APD dan
pelatihan K3.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas limpahan rahmat
dan hidayahnya serta kesempatan dan kekuatan yang diberikanNya laporan Kerja Praktek di
PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. ini dapat penulis selesaikan. Laporan ini dibuat
berdasarkan data dan pengalaman selama melakukan kerja praktek di Semen Indonesia
pabrik Gresik dalam rangka membandingkan teori yang didapatkan mahasiswa di
perkuliahan dengan realita di lapangan.
Pada kesempatan ini penulis ucapkan terimakasih kepada
1. Tony Gunawan, S.T., M.T., selaku Kepala Biro Pusat Pembelajaran Grup PT
Semen Indonesia (Persero) Tbk.
2. Farandy Irawan, S.T., selaku Pembimbing Lapangan di PT. Semen Indonesia
(Persero) Tbk.
3. Irfan Zuchrufudin, S.T., M.M., selaku Co Pembimbing Lapangan di PT. Semen
Indonesia (Persero) Tbk.
4. Prof. Dr. Ir. Achmad Roesyadi, DEA, selaku dosen pembimbing Kerja Praktek.
5. Juwari, S.T., M.Eng., Ph.D, selaku Ketua Departemen Teknik Kimia FTI-ITS
6. Fadlilatul Taufany, S.T., Ph.D, selaku Sekretaris Program Studi S-1 Departemen
Teknik Kimia FTI-ITS
7. Segenap staff dan karyawan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. serta semua pihak
yang telah membantu kelancaran kerja praktek ini.
Disadari bahwa dalam penulisan laporan praktek kerja ini masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak yang membangun sangat
penulis harapkan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca yang membutuhkan,
khususnya dapat membantu menyelesaikan permasalahan yang terjadi di PT Semen
Indonesia pabrik Gresik.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN I
LEMBAR PENGESAHAN II
INTISARI ............................................................................................................................... i
IX.1 Kesimpulan........................................................................................................ 83
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
hal-hal yang terjadi di dunia industri mulai konstruksi pabrik, peralatan pabrik, bahkan
hingga manajemen pabrik.
Untuk memenuhi kurikulum kerja praktik, maka kami memilih PT Semen
Indonesia yang terletak di Tuban Jawa Timur. PT Semen Indonesia merupakan perusahaan
semen terbesar di Indonesia. Pada tanggal 20 Desember 2012, PT Semen Indonesia (Persero)
Tbk resmi berganti nama dari yang sebelumnya bernama PT Semen Gresik (persero) Tbk.
Perusahaan ini berdiri sejak 1957 di Gresik dengan kapasitas terpasang 250.00 ton semen
per tahun, dan pada tahun 2014 kapasitas terpasang mencapai 31,8 juta ton per tahun. dalam
proses pembuatan semen tentunya diterapkan proses-proses kimia dan unit operasi kimia
yang sesuai dengan meteri kuliah yang dipelajari. Dengan demikian nantinya diharapkan
dapat menambah pemahaman dan pengetahuan kami dalam mempelajari proses-proses
industri kimia, khususnya industri semen.
2. Bagi Perusahaan
Hasil analisa dan penelitian yang dilakukan selama kerja praktik dapat tmenjadi bahan
masukan bagi perusahaan untuk menentukan kebijakan perusahaan di masa yang akan
datang. Selain itu terbuka kesempatan bagi perusahaan untuk dapat bekerja sama dengan
Departemen Teknik Kimia FTI ITS.
3. Bagi Mahasiswa
a. Mendapatkan gambaran tentang kondisi sebenarnya di dunia industri dan memiliki
pengalaman terlibat langsung dalam akivitas industri, serta mendapatkan kesempatan
untuk mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah diperoleh di bangku perkuliahan untuk
mendapat pemahaman yang lebih baik mengenai dunia industri.
b. Kegiatan praktik dapat mengembangkan wawasan berpikir, bernalar, menganalisa dan
mengantisipasi suatu problema dengan mengacu pada materi teoritis dari disiplin ilmu
yang ditempuh dan mengaitkannya dengan kondisi sesungguhnya, sehingga mahsiswa
dapat lebih sigap dan siap menghadapi berbagai problema di lapangan, serta
mempunyai kemampuan untuk mengembangkan ide-ide kreatif dan inovatif.
sampai pada tahun 1980an. Pada 1932, Preheater dikembangkan menjadi cyclone preheater
kiln oleh KHD. Tahun 1937, Fuller menemukan grate cooler. Tahun 1950an, mechanical
separator diaplikasikan. KHD menemukan kiln bypass yang bisa menggunakan raw
material yang memiliki kadar volatilitas yang tinggi pada tahun 1960. 6 tahun setelahnya,
precalciner diperkenalkan, dilanjutkan aplikasi high-efficiency separator pada tahun 1970an
dan terakhir, IHI menemukan flash calciner dengan teritiary air duct.
Pabrik semen pertama kali dibangun di Indonesia pada tahun 1910 di Indarung,
Sumatera Barat yang sekarang dikenal dengan PT. Semen Padang. Sejak saat itu pula
kebutuhan akan semen di Indonesia semakin meningkat. Beberapa pabrik dibangun untuk
memenuhi kebutuhan semen nasional mulai dari PT. Semen Gresik, PT. Indocement yang
lebih dikenal dengan Semen Tiga Roda yang memiliki pabrik di Ceteureup Bogor sebanyak
9 pabrik, Paliman Cirebon sebanyak 2 Pabrik, dan satu pabrik di Tarjun, Kalimantan Selatan,
serta PT. Semen Kujang yang memiliki pabrik-pabrik di Cibinong Bogor sebanyak 4 pabrik
dan Cilacap sebanyak 2 Pabrik, PT. Semen Baturaja yang memiliki pabrik di Baturaja
sebagai pabrik penuh yaitu mulai tambang hingga semen, Palembang, Sumatera Selatan dan
Pajang, Lampung yang masing-masing hanya pabrik penggilingan terak hingga menjadi
semen, PT. Semen Kupang di NTT dan PT. Semen Bosowa di Maros Sulawesi Selatan
masing-masing dengan satu pabrik semen.
mempunyai sifat memberikan kekuatan penyokong pada beton dalam periode 1-3 hari
pertama
Reaksi hidrasi tergantung pada keberadaan Gypsum di dalam semen. Hidrasi C3A tanpa
adanya Gypsum di dalam semen jika tidak terdapat Ca(OH)2,
C3A+H C2AH8+C3AH6
C3 A + H C4AH19 +C3AH6
jika terdapat Ca(OH)2
C3A + H → C4AH19 → C3AH6
Pada saat awal pencampuran C 3A dengan air, kinetika hidrasinya
berlangsung lambat karena terbentuknya hexagonal hydrate (C2AH8 dan C4AH19) di
permukaan C3A yang berfungsi sebagai lapisan pelindung. Ketika terjadikonversi
senyawa menjadi C3AH6, lapisan tersebut menjadi rusak dan proses hidrasi menjadi sangat
cepat. Hidrasi C3A jika terdapat Gypsum,
C3A+3CSH2+26H → C6AS3H32(ettringite)
Reaksi hidrasi awal berlangsung sangat cepat dan dilanjutkan reaksi dengan laju
hidrasi semakin lambat. Oleh karena itu, untuk semen dengan kadar C3A rendah justru akan
mempercepat setting. Apabila terdapat ketidakseimbangan antar reaktifitas C 3A dengan
laju pelarutan Gypsum maka akan terbentuk sejumlah kecil senyawa C4ASH12 atau C4AH19.
Apabila seluruh Gypsum telah bereaksi, ettringite akan bereaksi dengan C3A sisa.
2C3A + C6AS3H32 + 2H2 → 3C4ASH12
4. Tetracalsium aluminate ferrit (C4AF)
C4AF terbentuk pada suhu 900℃ mempunyai sifat :
• Kurang berpengaruh terhadap kekuatan semen
• Cepat bereaksi dengan air dan cepat pula mengeras
• Memberikan warna pada semen
• Reaksi hidrasi C4AF hampir serupa dengan hidrasi C3A yaitu tergantung pada ada
atau tidaknya Gypsum dalam campuran semen. Hidrasi C4AF tanpa adanya
Gypsum di dalam semen,
C2(A,F) + H → C2(A,F)H8 → C3(A,F)H6
C2(A,F) + H → C2(A,F)Hx. → C3(A,F)H6
Jika dalam campuran terdapat CaO, reaksi yang terjadi hanya reaksi 2
Sedangkan, hidrasi C4AF jika terdapat Gypsum,
C2(A,F) + H → C6(A,F)S3H32 → C4(A,F)SH12
Pada tahun 1991, tepatnya 8 juli 1991 saham Semen Gresik tercatat di Bursa Efek
Jakarta dan Bursa Efek Surabaya serta merupakan BUMN yang Go Public dengan menjual
saham kepada masyarakat dengan komposisi pemegang saham 73% milik pemerintah dan
27% masyarakat umum.
Pada tahun 1995, PT Semen Gresik (Persero) melakukan akuisisi perusahaan semen
dalam negeri, yakni PT Semen Padang (Persero) dan PT Semen Tonasa (Persero). Setelah
melakukan akuisisi pengembangan kapasitas terus meningkat, pada tahun 1997 pabrik
semen Tuban II diresmikan. Saat itu total kapasitas Semen Gresik adalah 6,4 juta ton per
tahun.
Kemudian pada tahun 1998, Negara RI melepas kepemilikan sahamnya di
Perseroan sebesar 14% melalui penawaran terbuka dan dimenangkan oleh Cemex S.A de
C.V., perusahaan semen global yang berpusat di Meksiko. Sehingga komposisi saham
menjadi Pemerintah Indonesia 51%, Publik 35% dan Cemex 14%. Satu tahun kemudian,
tepatnya 30 September 1999, Cemex menjadi strategic patner sehingga kepemilkan saham
Cemex mennjadi 25,53%, masyarakat 23,46% dan Pemerintah RI 51,01%.
Pada tahun 2006 terjadi transaksi penjualan saham Cemex Asia Holding Ltd.
kepada Blue Valley Holding PTE Ltd. sehingga komposisi kembali berubah. Hingga pada
Maret 2010, Blue Valley Holding PTE Ltd. menjual seluruh sahamnya melalui private
placement, sehingga komposisi pemegang saham menjadi Pemerintah RI 51,01% dan
masyarakat 48,99%.
Pada April 2012 pembangunan pabrik Tuban IV telah selesai dengan kapasitas 2,5
juta ton per tahun. selain pabrik Tuban IV, pembangunan pabrik Semen Tonasa V juga telah
selesai. Pada desember 2012, Semen Indonesia resmi mengambil alih saham Than Long
Cement Joint Stock Company (TLCC) di Vietnam dengan kapasitas 2,3 juta ton per tahun.
Aksi korporasi ini menjadikan PT Semen Indonesia tercatat sebagai BIMN Multinasional
pertama di Indonesia.
Pada 20 Desember 2012, PT Semen Gresik resmi berperan menjadi Stategic
Holding Company sekaligus merubah nama dari PT Semen Gresik (Persero) menjadi PT
Semen Indonesia (Persero) Tbk. pada 7 Januari 2013. Pada akhir Desember 2013, PT Semen
Indonesia mendirikan PT Krakatau Semen Indonesia, Joint Venture Company dibidang
pengolahan limbah slag powder sebagai bahan baku semen. PT Semen Indonesia juga
melanjutkan proses Transformasi Korporasi dan memantapkan peran fungsi Strategic
Holding dengan membentuk anak perusahaan baru yakni PT Semen Gresik.
Gambar III.2 Tata Letak Pabrik PT. Semen Gresik Pabrik Tuban
Keterangan:
1. Limestone Crusher 13. Klinker Cooler
2. Clay Crushing 14. Klincer Storage
3. Clay Storage 15. Central Control Room
4. Limestone Storage 16. Gypsum / Trass Bin
5. Raw Material Storage 17. Cement Finish Mill
6. Iron Silica Storage 18. Cement Storage Cilo
7. Raw Mill 19. Cement packing & Load Out
8. Electrostatic Precipitator 20. Masjid
9. Coal Mill 21. Dormitory
10. Blending Silo 22. Main Office
11. Suspention Preheater 23. Utilitas
12. Rotary Kiln 24. Bengkel Pemeliharaan Mesin
Untuk tata letak / lay out pabrik seperti dpat dilihat pada gambar diatas disusun
dengan pertimbangan sebagai berikut :
1. Unit-unit penyiapan bahan baku seperti Limestone dan clay crusher, Limestone
dan clay storage terletak tidak jauh dari area penambangan, hal ini bertujuan untuk
memudahkan dalam penyimpanan sementara sebelum material dibawa ke pabrik
untuk diproses, selain itu belt yang digunakan sebagai alat transportasi bahan baku
yaitu belt conveyor juga tidak terlalu panjang yakni hanya sekitar ± 1 km dari pile
(storage) ke raw material bin.
2. Roller mill dan unit pembakaran seperti blending silo, coal grinding, preheater,
kiln, dan cooler terletak disatu area yang saling berdekatan, hal ini dimaksudkan
agar proses aliran material dari alat-alat tersebut menjadi lebih mudah dan singkat.
Selain itu proses produksi akan berlangsung lebih cepat karena alat-alat tersebut
saling terkait satu sama lainnya.
3. Di dekat unit penggilingan bahan baku / roller mill dan didekat coller dipasang
Electrostatic Precipitator sebagai alat pemisah debu. Alasan mengapa Electrostatic
Precipitator hanya dipasang di dekat kedua alat itu adalah :
Pada roller mill dan cooler, debu yang keluar bersama gas pada alat ini meiliki suhu
yang cukup tinggi yaitu 95oC dimana hanya EP (Electrostatic Precipitator) yang
dapat bertahan pada suhu tersebut sebab bag filter hanya mampu menangkap debu
yang bercampur gas dengan suhu sekitar 40oC. Harga alat ini jauh lebih mahal
dibandingkan dengan bag filter yang mempunyai fungsi yang sama.
4. Dum klinker dan Gypsum storage terletak di dekat unit finish mill sehingga
transportasi material untuk penggilingan akhir sampai menjadi semen akan lebih
mudah dan singkat.
5. Semen silo dan unit packer berada pada satu tempat dan letaknya dekat dengan
jalan yang merupakan jalur transportasi utama di pabrik yang mengarah ke
pelabuahan, hal ini bertujuan untuk memudahkan truk-truk pengangkut semen
berlalu lalang keluar masuk pabrik untuk mendistribusikan ke konsumen.
6. Gedung utama dibangun pada arah yang berlawanan dengan arah angin. Hal ini
dilakukan agar udara kotor keluaran cerobong tidak tertiup ke arah gedung utama.
Demikian pula halnya dengan gedung Dormitory, klinik dan kantin.
Warna batu kapur adalah putih dan akan berubah menjadi agak kecoklatan jika
terkontaminasi tanah liat atau senyawa besi. Komponen terbanyak pada batu kapur adalah:
CaCO3, A12O3, Fe2O3,SiO2 dan mineral lain dengan persentase kecil (RH Perry,1984).
B. TanahLiat (Clay)
Semua jenis tanah liat adalah hasil pelapukan kimia yang disebabkan adanya
pengaruh air dan gas CO2, batuan adesit, granit, dsb. Batu-batuan ini menjadi bagian yang
halus dan tidak larut dalam air tetapi mengendap berlapis-lapis, lapisan ini tertimbun tidak
beraturan. Sifat dari tanah liat jika dipanaskan atau dibakar akan berkurang sifat keliatannya
dan menjadi keras bila ditambah air .Warna tanah liat adalah putih jika tidak mengandung
zat pengotor, tetapi tanah liat akan berubah warna menjadi coklat kekuningan jika
mengandung senyawa besi organik (Kohlhaas, 1983).
Sifat fisis:
• Fase : padat
• Warna : coklat dan abu-abu kehitaman
• Kadar air : 18-25%
• Kandungan oksida
o Al2O3 : 18 – 22 %
o SiO2 : 60 – 70 %
o Fe2O3 : 5 – 10 %
• Bulk density : 1,4 ton/m3
• Spesifik gravity : 2,36 gr/cm3
• Ukuran material : 0-30 mm
• Silika ratio : 2,30
• Alumina ratio : 2,70
(Purnomo, 1994)
Sifat kimia:
Mengalami pelepasan air hidrat bila dipanaskan pada suhu 500– 6000C,
Al2SiO7.xH2O → Al2O3 +SiO2 +xH2O
mengandung oksida silika,oksida alumina, dan oksida yang diperoleh dari pasir silika, tanah
liat, dan pasir besi. Misalnya kekurangan :
a. CaO : Bisa ditambahkan limestone, Marble (90%CacO3)
b. Al2O3 : Bisa ditambahkan tanah liat
c. SiO2 : Bisa ditambahkan quatz dan sand
d. Fe2O3 : Bisa ditambahkan pasirbesi, pyrite
Beberapa bahan koreksi yang sering digunakan di industri semen adalah sebagai
berikut
A. Pasir Silika (Silica Sand)
Bahan ini sebagai pembawa oksida silika (SiO2) dengan kadar yang cukup tinggi
yaitu sekitar 90 %, dalam keadaan murni berwarna putih sampai kuning muda. Selain
mengandung SiO2, pasir silika juga mengandung oksida aluminium dan oksida besi (
Kohlhaas, 1984).
Sifat fisis:
• Fase : padat
• Warna : abu-abu
• Kadar Air : 10-25 %
• Alumina ratio : 2,37
• Silika ratio : 5,29
• Kandungan SiO2 : 80 – 90 %
• Spesifik gravity : 2,37 gr/cm3
• Bulk density : 1,45 ton/m3
• Ukuran material : 0-30 mm
(Puja Hadi Purnomo, 1994 )
Sifat kimia:
• Dapat bereaksi dengan CaO membentuk garam kalsium silika pada suhu
800-9300C,
2CaO+SiO2 → 2CaO. SiO2
Pasir silika banyak terdapat di daerah pantai. Derajat kemurnian pasir silika dapat
mencapai 95-99,8%. Warnadari pasir silikaabu-abu karenaadanya pengotor oksidalogam
dan bahan organik.
B. Pasir besi
Sifat fisis
• Fase : padat
• Warna : hitam
• Bulk density : 1,8 ton/m3
• Ukuran material : 0-50 mm
• Kandungan Fe2O3 : 78 – 90 %
Sifat kimia:
• Dapat bereaksi dengan Al2O3 dan CaO membentuk garam kalsium aluminat
ferrit. Reaksinya adalah sebagai berikut :
4CaO+Al2O3+ Fe2O3 (CaO)4.Al2O3.Fe2O3
Pasir besi warnanya merah berasal dari pelapukan bahan gunung berapi, seringkali
mengandung tanah liat. Kadar oksida besi yang baik bila kandungan Fe2O3 80 %.
C. Limestone High Grade (CaCO3)
Jika dalam proses pembuatan semen diindikasikan kadar CaO-nya kurang maka
dapat digunakan Limestone.
• Gypsum : 4%
B. Copper slag
Pasir besi dengan Fe2O3 ( Ferri Oksida ) sebagai komposisi tertinggi (70–80 %)
terdapat di sepanjang pantai laut selatan Pulau Jawa. Pasir besi berfungsi juga sebagai
penghantar panas dalam pembentukan luluhan klinker semen. Pasir besi disebut juga iron
ore yang depositnya terdapat di sepanjang pantai dan berkadar Fe2O3 15 % dan berwarna
hitam.
Bahan ini sebagai pembawa oksida besi. Copper slag ini sebagai pengganti
pasir besi. Digunakan karena mempunyai kandungan besi yang tinggi sehingga
menyebabkan material ini mempunyai densitas yang tinggi dan juga berat jenis yang lebih
tinggi dibandingkan pasir alam. Material ini mempunyai sifat fisik yang sangat keras dan
porositas optimum (Kohlhaas,1983).
Sifat Fisika:
• Fase : Padat
• Warna : Putih
• Bulk density : 1,8 ton/m3
• Ukuran material : 0-50 mm
• Kandungan Fe2O3 : 85-93 %
(Sumber: Dokumen PT.Smelting, 2006)
Sifat Kimia:
Bereaksi dengan Al2O3danCao membentuk calcium aluminaferrit pada suhu
1100– 12000C,
4CaO+Al2O3 +Fe2O3 → 4CaO.Al2O3.Fe2O3
(Sumber : RHPerry, 1984 )
IV.2 Uraian Proses Produksi
Pada awal berdirinya pabrik semen proses produksi semen menggunanakan proses
basah. Namun seiring perkembangan jaman dan teknologi, proses basah sudah tidak lagi
efektif dan kini beralih menggunakan proses kering.
a. Proses basah
Pada proses ini bahan baku dihancurkan dalam raw mill, kemudian digiling dengan
ditambahkan air dalam jumlah tertentu. Hasilnya berupa slarry/bubur kemudian dikeringkan
dalam rotary driyer sehingga terbentuk umpan tanur dengan kadar air sebesar 25-40%.
Padaumunya proses ini menggunakan long rotary kiln untuk menghasilkan terak atau
Tahap ini dilakukan dengan cara membabat dan mengupas tanah yang berada di
lapisan permukaan batuan dengan menggunakan bulldozer dan zhovel.
• Pengeboran (Drilling)
Pengeboran dilakukan untuk membuat lubang pada batu kapur sebagaitempat
meletakkan bahan peledak. Jarak dan kedalaman lubangpengeboran disesuaikan
dengan kondisi batuan dan lokasi penambangan.Umumnya dibuat dengan diameter 3 inchi
dan kedalaman 6-9 inchi.Peralatan yang digunakan dalam proses ini yaitu alat penggerak
bor.
• Peledakkan (Blasting)
Peledakkan dilakukan untuk penambangan batu kapur. Tahap ini dilakukan
untuk melepaskan batuan keluar dari batuan induknya. Langkah pertama adalah mengisi
lubang yang telah dibuat dengan bahan peledak. Beberapa lubang sengaja dikosongkan
untuk meredam getaran akibat peledakan. Bahan yang digunakan adalah alat peledak dan
alat ukur daya ledak. Untuk menghindari kecelakaan akibat percikan dan lontaran batuan
yang diledakkan, maka disekitar lokasi peledakkan diberi pengaman.Bahan-bahan
peledak yang digunakan adalah:
o Damotion (Dynamit ammonium gelatin) yang merupakan bahan
peledak primer
o Anfo (campuran 96% ammonium nitrat dan 4% fuel oil)
yangmerupakan bahan peledak sekunder.
o Cap detonator
• Pengecilan ukuran batuan
Batuan hasil ledakan dipecah menggunakan rock breaker. Hal ini dikarenakan
diameter maksimum batu kapur yang dapat dihancurkan oleh crusher batu kapur adalah 1200
mm.
• Penggerukan dan pengangkutan
Batu kapur dengan ukuran yang sesuai diangkut menggunakan slovel atau loader.
Selanjutnya dibawa ke crusher batu kapur menggunakan drump truck (Aris, 2001).
• Pengolahan Bahan Baku Awal
Batu kapur mula-mula dimasukkan dalam crusher untuk memperhalus. Semua
bahan baku semen yang terdiri dari batu kapur, tanah liat, copper slag dan pasir silika dengan
komposisi tertentu sesuai dengan rawmix design diumpan ke dalam rawmill. Komposisi
bahan baku tersebut secara umum dapat dilihat pada Tabel IV.1.
Bahan Prosentase
Batu Kapur 80
Tanah Liat 15
Copper slag 1
Pasir Silika 4
D. Proses Pengantongan
Semen dari produk finish mill kemudian diangkut oleh air slide masuk ke semen
silo. Dari silo, semen dilewatkan ke vibrating screen untuk memisahkan semen dari kotoran
pengganggu. Setelah bersih, semen masuk ke dalam bin semen. Untuk semen curah langsung
dibawa ke bin semen dan selanjutnya diangkut oleh truk untuk didistribusikan ke konsumen.
Sedangkan untuk semen kantong, semen dibawa ke roto packer untuk dilakukan pengisian
dan pengantongan semen. Kapasitas harian atau jumlah kantong semen yang dihasilkan tiap
harinya bervariasi sesuai dengan Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP), kebijakan
pemerintah dan kemampuan pabrik. Sehingga sifatnya tergantung pada permintaan pasar.
Pabrik semen dalam 2 kemasan yaitu 40 kg dan 50 kg.
impact yang cukup besar yang selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk menghancurkan
material yang masuk crusher. Batu kapur dimasukkan ke dalam feed opening. Batu-batu ini
dipukul oleh hammer yang berputar dan terbanting pada beaker plate. Proses ini berlangsung
cepat dan hasil pemecahannya keluar dari discharge opening pada hammer mill, yang keluar
dengan ukuran 2,5 inchi langsung jatuh ke bawah dan diangkut oleh apron conveyor ke
Limestone storage melalui belt conveyor.
Mekanisme Kerja. Batu kapur diumpankan lewat hopper, selanjutnya batu kapur
akan dibawa oleh wobler feeder masuk kedalam ruangan hammer crusher. Adapun batu
kapur yang berukuran < 90 mm akan dapat melewati celah wobbler feeder dan ditampung
oleh hopper di bawahnya. Hal ini untuk meningkatkan efisiensi pemecahan dari crusher.
Batu kapur yang masuk ke dalam crusher selanjutnya dipukul atau dipecah oleh hammer
yang berputar. Untuk mengatur besar kecilnya produk crusher, maka jarak antara hammer
dengan breaker plate bisa diatur sesuai keinginan. Untuk material yang sudah halus akan
keluar lewat discharge opening yang sebelumnya telah melewati screen terlebih dahulu.
Sedangkan material yang masih besar ukurannya akan kembali dipukul oleh hammer sampai
kehalusan yang diinginkan dan akan keluar melewati screen. Proses pemecahan ini
berlangsung cepat dengan hasil produk crusher yang keluar dari discharge opening pada
hammer mill memiliki ukuran 90-108 mm. Produk crusher akan langsung jatuh kebawah
dan diangkut oleh belt convenyor untuk diproses lebih lanjut.
IV.3.2 Clay Cutter
Tanah liat yang telah ditampung dalam storage dimasukkan ke hopper lalu
dilewatkan apron menuju crusher tanah liat yang berupa double roll crusher, yang
digunakan bergigi tajam dan memiliki kapasitas 350 ton per produk basis kering dengan
spesifikasi 95% lolos 90 mm. Bagian-bagian dari clay cutter meliputi ;
a. Hopper Feeder : Merupakan tempat masuknya feed atau umpan
crusher sekaligus memperkirakan berat umpan masuk tersebut.
b. Wobbler Feeder : Membawa tanah liat masuk ke ruangan clay cutter
untuk pemisahan material.
c. Rantai : Untuk menahan tanah liat yang telah dihancurkan agar tidak
terlempar ke luar crusher.
d. Cleaning Bar : Untuk membersihkan material yang menempel pada dinding
sekitar clay cutter agar tidak mengganggu.
e. Screen : Sebagai saringan untuk memperoleh ukuran produk crusher
yang dikehendaki, letaknya di bawah clay cutter.
Prinsip Kerja. Prinsip pemecahan material adalah dengan energi kinetik atau
impact dari clay cutter.Main shaft diputar oleh suatu motor penggerak dan dengan adanya
gerakan shaft maka clay cutter yang terbuat dari baja akan membuat gerakan memotong
naik turun. Gaya putar dari clay cutter ini akan menghasilkan suatu energi kinetik atau
impact yang cukup besar yang selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk menghancurkan
material yang masuk crusher.
Ke dalam feed opening dimasukkan tanah liat. Tanah liat kemudian akan terpotong-
potong. Proses ini berlangsung cepat dan hasil pemecahannya keluar dari discharge opening
pada clay cutter, yang keluar dengan ukuran 90 mm langsung jatuh ke bawah dan diangkut
oleh apron conveyor ke Limestone storage melalui belt conveyor.
Mekanisme Kerja. Batu kapur diumpankan lewat hopper, selanjutnya tanah liat
akan dibawa oleh wobler feeder masuk kedalam ruangan clay cutter. Adapun tanah liat yang
berukuran < 90 mm akan dapat melewati celah wobbler feeder dan ditampung oleh hopper
di bawahnya. Hal ini untuk meningkatkan efisiensi pemecahan dari clay cutter.
Tanah liat yang masuk ke dalam crusher selanjutnya di hancurkan dengan cara di
potong-potong oleh clay cutter. Untuk material yang sudah halus akan keluar lewat
discharge opening yang sebelumnya telah melewati screen terlebih dahulu. Sedangkan
material yang masih besar ukurannya akan kembali di potong-potong oleh clay cutter sampai
kehalusan yang diinginkan dan akan keluar melewati screen.
Proses pemecahan ini berlangsung cepat dengan hasil produk crusher yang keluar
dari discharge opening pada clay cutter memiliki ukuran 90 mm. Produk crusher akan
langsung jatuh kebawah dan diangkut oleh belt convenyor untuk diproses lebih lanjut.
4. Clasiffier. Terletak dibagian atas mill berfungsi untuk mengatur kehalusan produk atau
untuk memisahkan antara material yang sudah halus dari material yang masih kasar.
5. ID Fan Mill. Fan ini digunakan untuk menarik material dari dalam mill sehingga
bercampur dengan udara lalu masuk ke cyclone separator.
6. Cyclone Separator. Berfungsi untuk memisahkan produk dari udara dengan
memanfaatkan gaya centrifugal, gaya gravitasi dan gaya angkat ke atas.
Prinsip Kerja. Berdasarkan pada pergerakan 2 sampai 4 conical grinding roller
dengan sumbunya pada lengan berengsel yang menumbuk material pada grinding table yang
berputar berlawanan arah dengan arah bahan masuk.
Mekanisme Kerja. Umpan kiln yang telah ditentukan komposisinya lebih dahulu,
masuk melalui cerobong feed pada roller mill, dan jatuh ditengah-tengah grinding table.
Material tersebut selanjutnya terlempar ke bawah grinding roller akibat adanya gaya
sentrifugal yang timbul karena perputaran grinding table. Grinding roller menekan ke bawah
menumbuk material yang ada diantara grinding roller dan grinding table.
Gas panas yang berasal dari preheater dan cooler yang masing-masing bersuhu
masuk 330oC dan 400oC masuk ke roller mill melauli celah-celah grinding table,
selanjutnya gas panas ini akan mengeringkan material yang ada diatas grinding table.
Kehalusan produk roller mill diatur oleh clasifier yang berputar dengan kecepatan 90 rpm
sehingga akan dihasilkan produk dengan kehalusan 90% lolos ayakan 90 mikron dan
kandungan air maksimal 1%.
Material yang halus akan ditarik ke atas menuju cyclone separator oleh ID Fan Mill
dan akan mengalami pemisahan antara material dan gas. Sedangkan untuk material yang
belum halus karena pengaruh gaya beratnya akan turun kebawah dan dibawa oleh belt
conveyor untuk diumpankan lagi ke Roller mill untuk digiling kembali.
Alat ini dilengkapi dengan preheater sebagai pemanas awal dan prekalsiner.
Gerakan antara material dan gas panas hasil pembakaran batubara berlangsung secara
counter current. Karena panas yang ditimbulkan batubara tinggi maka rotary kiln perlu
dilapisi batu tahan api pada bagian dalamnya untuk mencegah agar baja tidak meleleh.
Prinsip Kerja. Perputaran kiln yang berlawanan arah dengan arah jarum jam dan
dengan posisi kiln yang miring menyebabkan terjadinya gaya dorong umpan sehingga
material bisa bergerak keluar kearah clinker cooler setelah mengalami kontak dengan gas
panas.
Mekanisme Kerja. Umpan kiln dari preheater akan masuk melalui inlet chamber.
Tenaga gerak dari motor dan main gear menyebabkan kiln berputar. Perputaran pada kiln
diatur oleh girth gear yang berfungsi sebagai pengaman dan mengurangi beban main gear.
Karena pengaruh kemiringan dan gaya putar kiln, maka umpan kiln akan bergerak perlahan
disepanjang kiln.
Dari arah yang berlawan gas panas hasil pembakaran batubara dihembuskan oleh
burner, sehingga terjadi kontak panas dan perpindahan panas antara umpan kiln dengan gas
panas. Kontak panas tersebut akan mengakibatkan terjadinya reaksi kimia untuk membentuk
komponen semen. Pembakaran akan terus berlangsung sampai terbentuk clinker dan akan
keluar menuju clinker cooler. Selama proses pembakaran, material akan melewati 4 zone
dalam kiln dengan range suhu yang berbeda-beda sehingga dalam kiln akan terjadi reaksi
kimia pembentukan senyawa penyusun semen.
yang sudah agak halus dan mencegah bercampurnya bola-bola logam yang ada di
kompartemen I dan II.
Prinsip Kerja. Penghancuran material terjadi karena tumbukan dan gesekan antara
bola-bola baja dan material.
Mekanisme Kerja. Umpan yang berupa clinker dan bahan pembantu masuk ke
finish mill melalui feed chute. Karena perputaran mill maka akan menyebabkan gerakan pada
bola-bola baja dan material. Karena adanya tumbukan dan gesekan antara bola-bola baja dan
material maka material akan mengalami penghancuran dan penghalusan. Diantara
kompartement I dan II dipisahkan dengan sekat diafragma. Material setelah dihancurkan di
kompartemen I masuk ke celah diafragma karena adanya gaya putaran dari mill menuju ke
kompartemen II. Pada kompartemen II material akan dihaluskan oleh bola-bola baja namun
ukurannya lebih kecil daripada bola-bola baja yang ada di kompartemen I. Adanya
perputaran mill menyebabkan bola-bola baja berbutar sehingga material terjepit dan
mengalami gesekan. Material yang sudah halus akan ditarik oleh fan masuk separator untuk
dilakukan pemisahan antara material halus dan yang kasar. Material semen yang halus akan
langsung dibawa ke semen silo, sedangkan yang masih kasar akan direcycle ke finish mill
untuk digiling lagi.
melalui vibrating screen untuk memisahkan semen dengan material asing kemudian dibawa
ke bin pusat yang berjumlah dua buah secara bergantian. Aliran material setelah bin pusat
terbagi menjadi 2 aliran yaitu aliran untuk semen curah dan aliran untuk semen yang dijual
kantongan.
Aliran semen curah masuk ke air slide kemudian dari bin semen curah lalu dialirkan
ke truk dan dibawa ke konsumen. Aliran semen kantong setelah melewati bin pusat semen
dibawa ke air slide ke bin roto packer kemudian ke rotary feeder dan akhirnya ke roto
packer.
Pada alat ini terdapat spot tube, semacam suntikan untuk memasukkan semen ke
dalam kantong. Pemasukan semen ke dalam kantong di atur dengan rentang berat 49,5 –
50,5 kg. Jika berat semen < 49,5 maka akan terpantu oleh penimbang dan akan diayak di
bawa screw conveyor dan dikembalikan ke bucket elevator. Sementara semen yang lolos uji
dibawa ke belt conveyor ke truck dan didistribusikan ke konsumen.
IV.4 Produk Yang Dihasilkan
PT Semen Indonesia memiliki 10 tipe produk semen dengan 4 merek semen dan 11
produk pendukung non-semen. Produk semen yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
1. Semen Portland Tipe I
Umumnya dikenal sebagai Ordinary Portland Cement (OPC) yang digunakan secara umum
untuk semua mutu beton seperti kontruksi bangunan perumahan, gedung-gedung bertingkat,
landasan pacu dan jalan raya. Semen jenis ini di produksi oleh Semen Padang, Semen Gresik
dan Semen Tonasa. Produk OPC ini memenuhi SNI 2049:2015. Produk ini tesedia dalam
kemasan zak 40kg, zak 50kg, jumbo bag 1 ton dan curah.
2. Semen Portlan Tipe II
Semen portland tipe II memiliki ketahanan terhadap sulfat sedang dan panas hidrasi sedang.
Misal untuk bangunan di tepi pantai, tanah rawa, dermaga, saluran irigasi, beton massa dan
bendungan. Produk ini telah memenuhi SNI 0302:2014 dan tersedia kemasan zak 40kg, zak
50kg, jumbo bag 1 ton dan curah dengan merek Semen Padang.
3. Semen Portland Tipe III
Semen jenis ini merupakan semen yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan
bangunan yang memerlukan kekuatan tekan awal yang tinggi setelah proses pengecoran
dilakukan dan memerlukan penyelesaian secepat mungkin seperti pembuatan jalan raya dan
jalan bebas hambatan. bangunan tingkat tinggi dan bandar udara.
4. Semen Portland Tipe V
Semen Portland Tipe V dipakai untuk konstruksi bangunan-bangunan pada tanah/air yang
mengandung sulfat tinggi dan cocok untuk instalasi pengolahan limbah pabrik, konstruksi
dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan dan pembangkit tenaga nuklir. Produk ini
diproduksi dengan merek Semen Padang dan telah memenuhi SNI 15-2049-2004 dan ASTM
C150-07. Tersedia kemasan zak 40kg, zak 50kg, jumbo bag 1 ton dan curah.
5. Special Blended Cement (SBC)
Semen khusus yang diciptakan untuk pembangunan mega proyek jembatan Surabaya-
Madura (Suramadu) dan sesuai digunakan untuk bagunan di lingkungan air laut dikemas
dalam bentuk curah. Memenuhi SNI 0302:2014 IP-K yang diproduksi oleh Semen Gresik,
semen ini memiliki ketahanan sulfat tinggi, panas hidrasi rendah setara dengan portland tipe
V, dan pengembangan kuat tekan jangka panjang.
6. Portland Pozzolan Cement (PPC)
Semen yang dibuat dengan mencampur terak, gypsum dan bahan pozzolan. Digunakan untuk
bangunan umum dan bangunan yang memerlukan ketahanan sulfat dan panas hidrasi sedang,
seperti jembatab, jalan raya, perumahan, dermaga, beton massa, bendungan, bangunan
irigasi, dan fondasi pelat penuh. Dipasarkan dengan merek Semen Padang, Semen Gresik
dan Semen Tonasa, poduk ini memenuhi SNI 0302:2014.
7. Portland Composite Cement (PCC)
Semen PCC merupakan hasil penggilingan terak, gypsum, dan satu atau leih bahan
anorganik. Semen jenis ini digunakan untuk konstruksi beton umum, pasangan batu bata,
plesteran, selokan, beton pra-cetak, beton pra-tekan, dan paving block. Produk ini telah
memenuhi SNI 15-7064-2014 dan dipasarkan oleh Semen Padang,Semen Gresik dan Semen
Tonasa.
8. Super Masonry Cement (SMC)
Semen ini digunakan untuk konstruksi perumahan dan irigasi yang struktur betonnya
maksimal K225, dapat juga digunakan untuk bahan baku genteng beton hollow brick, paving
block dan tegel.
9. Oil Well Cement (OWC)
Umumnya digunakan untuk membentuk dinding sumur bor minyak yang membutuhkan
kecepatan setting tinggi dan mudah dialirkan. Dipasarkan dengan merek Semen Padang.
Semen ini juga memiliki ketahanan sulfat yang tinggi.
10. Super White Cement
Diproduksi oleh Semen Gresik, super white cement adalah semen yang digunakan untu
finishing dan aplikasi dekoratif maupun arsitektual pada bangunan umum. Semen ini
diproduksi dengan membatasi Fe2O3 dalam bahan baku rendah.
Selain produk semen, PT Semen Indonesia yang ditunjang oleh anak perusahaannya
memiliki berbagai produk non-semen seperti beton, concrete, bahan baku semen, kemasan
semen, dan sebagainya.
Pemasaran produk-produk semen dari Semen Indonesia tersebar luas di seluruh
Indonesia dan Vietnam. Untuk menunjang proses pemasaran, PT Semen Indonesia memiliki
17 pelabuhan dan 25 packing plant.
V.1 Utilitas
V.1.1 Penyediaan Air
Untuk memenuhi kebutuhan air di PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Tuban
digunakan sumber air dari waduk atau bozem yang berkapasitas 3.800 m3 dan dari 1 buah
sumur bor 500 m3. Air dari bozem dan dari sumur di pompa dan ditampung dalam raw water
sebelum digunakan.
Adapun penggunaan air di PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. pabrik Tuban
meliputi:
A. Air Sanitasi
Untuk memenuhi kebutuhan air sanitasi/air bersih yang cukup besar sebanyak 3.000
m3 per hari maka PT. Semen Gresik (persero) Tbk. Pabrik Tuban mengadakan pengolahan
sendiri. Air sanitasi digunakan untuk :
a. Melayani kebutuhan pabrik
b. Memberikan bantuan penduduk sekitar
Secara terperinci air minum diambil dari :
a. Air baku : Waduk atau bozem
b. Air tanah : 1 buah sumur bor
Proses Pengolahan Air Sanitasi :
Air tanah disedot dari sumur bor dengan kedalaman 42 - 47 meter, kemudian
dipompa menuju 2 buah bak penampungan sementara yang masing-masing berkapasitas
1.500 m3 yang terletak di bawah tanah. Dari tangki penampungan sementara air dialirkan
menuju tangki air sanitasi yang berkapasitas 400 m3.
Dari tangki air bersih kemudian air tersebut dapat didistribusikan untuk memenuhi
kebutuhan pegawai PT. Semen Gresik (persero) Tbk. Pabrik Tuban. Air sanitasi yang
diperlukan oleh PT. Semen Gresik (persero) Tbk. Pabrik Tuban harus memenuhi persyaratan
sebagai air bersih. Syarat-syarat air bersih antara lain :
a. Tidak beracun dan bebas dari bahan beracun.
b. Tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak berasa.
c. PH air sama dengan 7.
B. Air Proses
Kebutuhan air proses rata-rata 36 m3/jam. Air sebagian besar digunakan untuk
pendingin. Untuk proses kering hanya digunakan pada pendingin. Sumber air dari sumur
artesis.
Syarat-syarat dari air proses adalah:
a. Bebas dari lumpur dan endapan
b. Mempunyai pH netral
Proses Pengolahan Air Proses :
Sistem pengolahan air yang digunakan adalah sistem kapur soda, yaitu :
a. Dengan menambahkan larutan kapur jenuh [Ca(OH)2] untuk
menurunkan kesadahan dan untuk mengurangi kadar kapur dalam air
dan mengurangi kadar CO2 yang dapat merusak pipa.
b. Dengan menambahkan larutan soda (Na2CO3) untuk menurunkan
kesadahan air.
Penurunan kandungan kapur dan kesadahan diperlukan karena air daerah Tuban
mempunyai kandungan kapur dan kesadahan total yang cukup tinggi, yaitu 200-350 ppm,
sehingga diturunkan sampai 60-70 ppm.
Pengolahan air proses setelah melewati tangki penampung air dipompa menuju
tangki clarifier, kemudian ditambahkan larutan kapur 10% dan larutan soda 30%, pada
bagian pipa bengkok yang disebut elbow jet mixer. Di tangki clarifer, air dipisahkan dari
kandungan kapurnya. Proses pengendapan dipercepat dengan tawas. Air yang jernih akan
keluar dengan sebagai over flow dari clarifer sedangkan kapur dan material-matenial lain
dikeluarkan dalam bentuk lumpur. Akibat dari penambahan larutan kapur maka pH menjadi
tinggi yaitu antara 9,5-11, oleh karena itu perlu ditambahkan larutan HCI (30% berat).
Penambahan ini dilakukan pada pipa dari clarifier.
saringan 170 mesh dengan kadar air 3%. Udara pemanas masuk mill pada suhu 327 oC
dengan laju alir 55 ton per jam.
Batu bara hasil gilingan terbawa masuk ke bag filter. Udara bersih keluar sedangkan
batu bara dimasukkan pulverised coal bin dengan screw feeder dan diumpankan ke weigher
feeder. Kecepatan screw dikontrol sesuai dengan kecepatan belt dari weight feeder. Batubara
hasil timbangan menuju double rotary feeder dan diumpankan dalam. udara tekan pipa pada
ejector, Blower transportasi mensuplai udara untuk pembakaran batu bara ke kiln dan ke
kalsiner.
Debu merupakan pencemaran yang paling besar ditimbulkan pada proses produksi
semen. Debu yang tersuspensi di udara lingkungan sekitar pabrik sebesar 40-60 mg/Nm3,
Sedangkan baku mutu udara emisi untuk lingkungan sebesar 80 mg/Nm3 (Wisnu Arya
Wardana, 2001). Dengan demikian udara sekitar pabrik masih tergolong sebagai udara yang
cukup bersih dari polusi.
Untuk mengurangi polusi udara yang di akibatkan oleh banyaknya debu selama
proses produksi semen, maka digunakan alat penangkap debu yaitu bag filter dan
electrostatic precipitator, serta denganpenghijauan sehingga polusi udara yang berlebihan
dapat di cegah. Selain itu untuk mengontrol polusi udara yang ditimbulkan oleh PT. Semen
Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban setiap 3 bulan dilakukan pengukuran udara emisi oleh
HIPERKES Surabaya.
1) Penggunaan Alat Penangkap Debu
Berikut ini keterangan mengenai alat penangkap debu yang digunakan di PT.
Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban :
a) Bag Filter
Bag filter merupakan alat penangkap debu yang terdiri dari ruangan yang
didalamnya terdapat kantong – kantong yang terbuat dari cotton glass woll yang berfungsi
untuk menangkap debu.
b) Electrostatic Precipitator
Electrostatic precipitator adalah alat penangkap debu yang digunakan apabila suhu
debu yang keluar bersama gas cukup tinggi yaitu lebih dari 85 oC, Sehingga tidak dapat
digunakan bag filter. Konsentrasi debu tersuspensi masuk di dalam electrostatic precipitor
sebesar 499,8 mg/Nm3 dan konsentrasi udara bersih keluar dari electrostatic precipitator
sebesar 37 mg/Nm3. Menurut ISO 14000 baku mutu emisi udara untuk industri semen yang
berlaku mulai tahun 2000 maksimal 80 mg/Nm3.
2) Penghijauan
Sesuai dengan produk yang dihasilkan yakni semen dimana pada prosesnya
menghasilkan limbah debu maka diperlukan suatu penangan untuk keseimbangan
lingkungan di kawasan pabrik semen dengan melakukan penghijauan.
Untuk daerah sekitar tambang dilakukan revegetasi dan setelah selesai
penambangan dilakukan reklamasi untuk lahan yang ditinggalkan. Sementara itu juga
ditanami pohon – pohon, misal pohon mangga ditanam dekat perkantoran pabrik. Dan
terbukti pohon tersebut dapat berbuah menjadi penangkal polusi yang dihasilkan pabrik
semen. Selain itu juga ditanami pohon dengan jenis lain seperti sengon dan asam londo yang
mampu mengadsorbsi debu dan lebih tahan terhadap panas.
Sementara itu pihak pabrik juga melakukan kesepakatan dengan Pemda Tuban
untuk melakukan perencanaan pada tempat-tempat atau lahan-lahan yang ditinggalkan yang
telah ditinggalkan tidak terlantar tapi masih dapat dimanfaatkan lagi.
b. Sampah Kertas
PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. Pabrik Tuban juga menghasilkan limbah padat
berupa sampah kertas yang berasal dari kertas-kertas arsip perkantoran yang di buang karena
sudah tidak terpakai dan kertas kantong semen yang pecah dan tidak dapat dipakai lagi.
Kapasitas sampah kertas ini rata – rata sebanyak 5 – 7 kg/hari. Untuk limbah kertas arsip
dan kantong semen penangannya dengan cara pengelompokan sampah-sampah tersebut
dikelompokan oleh unit K3. Di lingkungan pabrik sudah tersedia tempat sampah atau tabung
sampah yang sudah disesuaikan warnanya sesuai dengan jenis atau kelompok sampah
sehingga sampah tidak dapat bercampur.
Dalam menjaga kualitas dari produk dan terus pengembangkan inovasi, tentu
dibutuhkan suatu pengujian dan penelitian yang berada dalam laboratorium. Berikut adalah
beberapa laboratorium yang ada di PT Semen Indonesia baik di Pabrik Tuban maupun Pabrik
Gresik:
VI.1 Laboratorium Kimia
Pada laboratorium kimia, dilakukan pengujian senyawa kimia yang terkandung
dalam semen. Pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
• Lost of Ignition (LOI)
Lost of Ignition atau hilang pijar merupakan peristiwa hilangnya beberapa mineral
akibat pemijaran. Senyawa yang hilang adalah air dan CaO, karena kristal-kristalnya mudah
terurai yang mengakibatkan perubahan bentuk dalam jangka waktu panjang sehingga
menimbulkan kerusakan pada beton. Maka uji kadar LOI digunakan untuk mengetahui
berapa banyak mineral yang hilang.
• Uji Insoluble
Uji insoluble ini ditujukan untuk mengetahui seberapa besar bagian semen yan tidak
larut dalam asam. Dalam pengujian ini, semen akan dicampurkan dalam asam kuat seperti
HCl, kemudian disaring. Setelahnya akan dicampurkan kembali dengan NaOH. Bila semen
terurai seluruhnya, maka penguaraian dalam asam dianggap sempurna.
• Uji Free Lime
Uji ini dilakukan pada batu kapur untuk mengetahui kadar batu kapur bebas yang
tidak bereaksi ketika proses klinkerisasi dikarenakan ukuran partikel bahan baku yang terlalu
besar, hasil pembakaran tidak sempurna, kandungan alkali dalam bahan baku tinggi atau
dekomposisi mineral terak selama proses pedinginan. Adanya kadar CaO bebas akan
menurunkan kualitas semen.
Pada analisa XRD sampel ditempatkan pada suatu plat kaca. Sinar-X diperoleh dari
elektron yang keluar dari filamen panas dalam keadaan vakum pada tegangan tinggi, dengan
kecepatan tinggi menumbuk permukaan logam, biasanya tembaga (Cu). Sinar-X tersebut
menembak sampel padatan kristalin, kemudian mendifraksikan sinar ke segala arah dengan
memenuhi hukum Bragg. Detektor bergerak dengan kecepatan sudut yang konstan untuk
mendeteksi berkas sinar-X yang didifraksi oleh sampel. Sampel serbuk atau padatan kristalin
memiliki bidang-bidang kisi yang tersusun secara acak dengan berbagai kemungkinan
orientasi, begitu pula partikel-partikel kristal yang terdapat di dalamnya. Setiap kumpulan
bidang kisi tersebut memiliki beberapa sudut orientasi sudut tertentu, sehingga difraksi sinar-
X memenuhi hukum Bragg.
n λ = 2 d sin θ
dengan: n : orde difraksi (1,2,3,...); λ : Panjang sinar-X; d : Jarak kisi; θ : Sudut difraksi.
Bentuk keluaran dari difraktometer dapat berupa data analog atau digital. Rekaman
data analog berupa grafik garis-garis yang terekam per menit sinkron dengan detektor dalam
sudut 2θ per menit, sehingga sumbu-x setara dengan sudut 2θ. Sedangkan rekaman digital
menginformasikan intensitas sinar-X terhadap jumlah intensitas cahaya per detik.
Pola difraktogram yang dihasilkan berupa deretan puncak-puncak difraksi dengan
intensitas relatif bervariasi sepanjang nilai 2θ tertentu. Besarnya intensitas relatif dari deretan
puncak-puncak tersebut bergantung pada jumlah atom atau ion yang ada, dan distribusinya
di dalam sel satuan material tersebut. Pola difraksi setiap padatan kristalin sangat khas, yang
bergantung pada kisi kristal, unit parameter dan panjang gelombang sinar-X yang digunakan.
Dengan demikian, sangat kecil kemungkinan dihasilkan pola difraksi yang sama untuk suatu
padatan kristalin yang berbeda (Warren, 1969).
• X-Ray Flourensense (XRF)
XRF merupakan salah satu alat instrumen yang digunakan untuk menganalisis
unsur logam maupun non logam dalam suatu sampel (bahan) secara kualitatif dan kuantitatif.
Hasil analisa kualitatif ditunjukkan oleh puncak-puncak spektrum yang mewakili jenis unsur
sesuai dengan energi sinar-X karakteristiknya. Sedangkan, analisa kuantitatif diperoleh
dengan cara membandingkan intensitas sampel dengan standar. Secara umum, XRF
mengukur panjang gelombang material dari emisi fluoresensi yang dihasilkan sampel saat
diradiasi dengan sinar-X (Solovyov, 2009). Prinsip kerja XRF menggunakan sinar-X,
dimana atom-atom yang mengalami tumbukan pada permukaan sampel akan disinari oleh
sinar-X, elektron akan mengalami kekosongan dan diisi oleh elektron bagian luar dengan
melepaskan energi yang spesifik untuk setiap unsur (Saksono, 2002). Elektron dari kulit
yang lebih tinggi akan mengisi kekosongan tersebut. Hasil XRF dapat digunakan untuk
menentukan komposisi unsur dari sampel (Vicklund, 2008). Dalam penggunaannya metode
XRF mempunyai kelebihan, yaitu sampel yang akan diuji tidak perlu dirusak, tingkat nilai
akurasi XRF tinggi, dapat menentukan unsur yang terkandung dalam sampel tanpa
menggunakan standar, dapat menentukan kandungan mineral dalam bahan biologis maupun
dalam tubuh secara langsung. Namun, XRF juga memiliki kekurangan dalam
penggunaannya, yaitu tidak dapat menganalisa unsur di bawah nomor atom 10 (Jamalludin,
2007).
Setelah dilakukan pengujian melalui X-Ray, akan tampak hasil kandungan dari
sampel yang diuji. Kandungan dalam sampel yang diuji harus memenuhi standar yang
ditetapkan, beberapa modulus yang digunakan sebagai acuan adalah sebagai berikut:
a. Modulus hidrolik
Modulus hidrolik merupakan perbandingan antara seluruh CaO yang ada dalam
semen atau pun raw meal dengan jumlah seluruh oksida silika alumina dan besi.
𝐶𝑎𝑂
𝐻𝑀 =
SiO2 + Al2 O3 + Fe2 O3
Harga HM bervariasi dari 1,7 sampai dengan 2,3. Semen yang bermutu baik HM
nya berkisar antar 2,0. Jika kurang dari 1,7 termasuk semen yang mempunyai kekuatan
rendah. Bila HM lebih dari 2,3 semen cenderung mudah retak karena adanya pemuaian, hal
ini disebabkan terbentuknya CaO bebas dalam jumlah yang banyak.
b. Modulus silika
Modulus silika atau Silica Ratio (SR) adalah perbandingan antara kadar SiO2
dengan jumlah kadar oksida alumina dan oksida besi
SiO2
𝑆𝑀 =
Al2 O3 + Fe2 O3
Harga SM bervariasi antara 1,9 sampai 3,2. Umumnya dijaga pada 2,2-2,4, karena
bila SM semakin tinggi akan menyulitkan pembakaran Raw Meal sehingga membutuhkan
energi yang lebih besar.
c. Modulus Alumina
Modulus alumina atau alumina ratio merupakan perbandingan antara kadar oksida
alumina dengan oksida besi
Al2 O3
𝐴𝑀 =
Fe2 O3
d. Lime Saturation Factor (LSF)
LSF merupakan perbandingan antara seluruh CaO yang terdapat dalam campuran
bahan baku dengan CaO standar yang diperlukan untuk pembentukan senyawa-senyawa
mineral potensial, harga LSF dapat dihitung dengan persamaan:
100 𝑥 𝐶𝑎𝑂
𝐿𝑆𝐹 =
2,8 x SiO2 + 1,1 x Al2 O3 + 0,7 x Fe2 O3
Semakin tinggi harga LSF raw meal, maka akan semakin sulit untuk dibakar dan
energi yang dibutuhkan mningkat. Selain itu, bila LSF tinggi akan mempengaruhi kuat tekan
semen yang menurun.
e. Burnability index dan factor(BI dan BF)
Burnability index dan burnability factor digunakan sebagai indikator mudah atau
tidaknya pembakaran clinker. Bila BI dihtung dari kandungan C3S, C3A dan C4AF, BF
dihitung dari LSF, SR dan kandungan alkali dalam sampel.
Kandungan zat kimia yang dijaga masing-masing jenis semen dalam finish mill
dalam laboratorium pengendalian proses adalah:
Tabel VI.1 Kandungan Kimia Semen
Unit Keselamatan Kerja PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. bertugas untuk
mencegah segala keadaan atau tindakan yang bisa mengakibatkan kecelakaan kerja yaitu
dengan cara :
1. Melakukan pengawasan terhadap tindakan yang membahayakan
2. Menjaga pelaksanaan ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja
a. Menertibkan pemakaian alat pelindung
b. Menyediakan fasilitas alat pelindung diri
c. Membuat rambu-rambu norma keselamatan kerja dan lalu lintas
d. Mengadakan pelatihan-pelatihan dan pemadaman kebakaran
3. Memeriksa dan merawat mobil pemadam kebakaran
4. Memeriksa dan merawat hydrant di semua tempat
5. Mencegah dan mengatasi terjadinya kebakaran
6. Memeriksa dan merawat semua alat pemadam api ringan di semuatempat
7. Mencegah dan menolong terjadinya kecelakaan kerja
8. Melaksanakan program TQC (TotalQuality Control)
9. Dalam melaksanakan tugasnya bagian keselamatan kerja dibantu alat - alat
keselamatan antara lain:
• Helm Proyek
Digunakan oleh setiap orang yang memasuki area proyek. Warna helm dibedakan
menurut area kerja, yaitu :
o Hijau : Bagian operasi
o Biru : Bagian Umum
o Kuning : Bagian kebersihan
o Merah : Petugas pemadam kebakaran
o Putih : Ketua regu, ketua seksi, pimpinan dan tamu.
• Pelindung Mata
Alat ini digunakan untuk pekerja yang pekerjaannya berhubungan dengan
pemijaran. Macam-macam pelindung mata :
o Kacamata bening : semua bagian
o Kacamata las : bagian pemeliharaan mesin dan utilitas
o Kacamata gerinda : bagian pemeliharaan mesin dan utilitas
• Pelindung badan
o Baju tahan panas : bagian produksi,pembakaran, pemeliharaan mesin
dan bagian bengkel
o Jaket dan rompi kulit: bagian bengkel listrik dan mesin
o Jaket karet : bagian bengkel listrik
o Jaket hujan : digunakan untuk semua bagian
• Pelindung tangan
o Kaos tangan karet : bagian bengkel listrik dan pengolahan air.
o Kaos tangan kulit : bagian bengkel mesin.
o Kaos tangan kain :bagian bagian lain yang berhubungan dengan debu.
o Kaos tangan kombinasi (kain dan kulit) digunakan untuk bagian
pembakaran (digunakan pada saat penggantian batu tahan api).
• Pelindung kaki
Macam-macam pelindung kaki :
o Sepatu tahan api (dengan sol mengandung unsur carbon) untuk bagian
produksi.
o Sepatu karet pada bagian bengkel listrik.
• Pelindung pernafasan
o Masker plastik (untuk pekerja di bagian berdebu berat) pada bagian
pemeliharaan dan produksi.
o Masker kain (untuk pekerja pada bagian berdebu ringan) untuk semua
bagian.
• Pelindung telinga
o Ear plug (untuk pekerja pada alat bersuara ringan) : semua bagian.
o Ear muff (untuk pekerja pada alat bersuara berat) yaitu pada bagian
pendingin udara, genset dan penggilingan.
o Sabuk pengaman (safety belt)
Selain alat-alat diatas, disediakan pula untuk menanggulangi dan mengatasi
kecelakaan, contohnya:
o Alat-alat P3K di tiap seksi
o Poliklinik
o Rumah sakit
o Hydrant di tiap seksi (35 buah)
Sebanyak 75% batubara dari produksinya diekspor, sedangkan cadangan batubara berupa
lignite sebesar 58,5% tidak dapat diekspor. Sayangnya penggunaan lignite di Indonesia juga
masih rendah. Kebijakan dewan energi memiliki rencana aksi untuk meningkatkan kualitas
batubara lignite agar dapat dimanfaatkan secara maksimal sebagai sumber energi dalam
negeri. Kebutuhan batubara dalam negeri terus meningkat setiap tahunnya.
Saat ini di industri semen, utamanya PT Semen Indonesia masih mengandalkan
batubara sebagai bahan bakar utama dalam proses produksi. Karena harga batubara high
grade semakin tinggi dan lebih banyak di ekspor, PT Semen Indonesia menggunakan
batubara low grade/lignite. Penggunaan lignite ini ditujukan untuk mengurangi biaya
produksi. Lignite sendiri memiliki kandungan air hampir 50% dan kadar karbon paling
rendah dibandingkan bituminous dan anthracite.
Karena perkembangan zaman yang semakin pesat. Teknologi canggih pun semakin
banyak tercipta, salah satunya pirolisis. Pirolisis merupakan proses dekomposisis termal dari
biomasa yang terjadi tanpa adanya oksigen. Proses dengan suhu paling rendah dan residence
time vapor paling lama akan menghasilkan charcoal. Suhu tinggi dan residence time vapor
yang lama akan menghasilkan gas, sedangkan pada suhu sedang dan residence time cepat
akan menghasilkan liquid. (Brigwater,2011) Teknologi pirolisis memiliki kemampuan untuk
menghasilkan bio-fuel yang memliki kialitas tinggi. Maka dari itu pirolisis mendapatkan
perhatian khusus karena merupakan metode yang cukup efisien untuk menghasilkan bahan
bakar alternatif.
Pirolisis kini dianggap proses yang paling efektif untuk mendapatkan bahan bakar
alternative. Selain itu pirolisis yang menghasilkan padatan dengan nilai karbon yang tinggi
serta dapat menghilangkan kandungan air diharapkan dapat diterapkan untuk meningkatkan
kualitas batu bara dengan moisture content yang cukup tinggi.
VIII.1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Mempelajari peningkatan kualitas batu bara menggunakan pirolisis
b. Membuat rekomendasi untuk peningkatan batubara di PT. Semen Indonesia
(Persero) Tbk.
c. Memenuhi tugas khusus praktik kerja lapangan di PT Semen Indonesia
Periode Karbon disebut untuk sumber daya berbasis karbon yang dihasilkannya.
Juga ketika lautan yang luas menutupi sebagian besar planet ini. Selama jutaan tahun,
ganggang (kecil, tanaman bersel satu) dan protozoa (hewan mikroskopis) di perairan ini
mati. Jenazah mereka diubah menjadi jenis lain dari bahan bakar fosil - minyak bumi.
Bahan bakar fosil dikategorikan dalam beberapa jenis antara lain :
1. Batubara
Batubara adalah batu yang mudah terbakar. Batubara terdiri dari setidaknya 50%
(berdasarkan berat) berbasis karbon. Karbon dalam batubara berasal dari pemadatan dan
pengerasan tanaman yang terkubur. Sebagian besar batu bara adalah fosil (sangat kuno
namun diawetkan) gambut. Gambut cukup longgar, seperti spons endapan sisa tanaman dari
lingkungan yang jenuh air, seperti rawa atau lumpur. Pada gambut anda dapat melihat
beberapa struktur materi tanaman kuno yang sudah lapuk. Ketika kering, gambut mudah
terbakar. Ketika generasi tanaman rawa mati, mereka jatuh ke tanah, kemudian membusuk,
yang terkubur dan menjadi padat seiring waktu. Jika tidak ada oksigen, tanaman ini akan
menjadi gambut.
Batubara dibentuk oleh perubahan fisik dan kimiawi pada gambut. Proses yang
mengubah gambut melibatkan beberapa langkah. Ini dimulai dengan pembusukan tanaman
mati, diikuti oleh dekomposisi oleh bakteri, pemadatan di bawah lapisan tanah dan tanaman
mati lainnya, dan pengaruh panas dalam jangka waktu yang lama. Proses ini disebut
coalification (atau karbonisasi), dan itu ditunjukkan pada Gambar. Batubara merupakan
gabungan dari banyak karbon dan senyawa hidrokarbon kompleks. Hidrokarbon adalah zat
yang terbuat dari hidrogen dan karbon. Beberapa senyawa ini datang dari zat-zat yang
membentuk gambut itu sendiri. Deposit gambut sebenarnya cukup bervariasi. Gambut
mungkin mengandung segala sesuatu dari bagian tanaman yang diawetkan (akar, kulit kayu,
dll.) ke tanaman yang membusuk. Jika gambut pernah terbakar, bahkan mungkin arang.
Endapan gambut biasanya terbentuk dalam air yang tergenang lingkungan tempat sampah
tanaman terakumulasi, seperti di rawa gambut. Dalam lingkungan, akumulasi puing-puing
tanaman lebih cepat daripada tingkat di mana bakteri membusuk itu. Laju peluruhan bakteri
rendah di rawa dan rawa karena hanya ada sedikit oksigen. Oksigen yang tersedia, digunakan
dalam proses dekomposisi. Jadi, peluruhan utama proses di rawa dan rawa adalah anaerobik,
atau tanpa oksigen. Ini adalah proses pembusukan yang jauh lebih lambat dari proses secara
aerobik, atau dengan oksigen.
batubara juga ditentukan oleh umur pembentukannya, dimana semakin lama batubara
terkubur dalam lapisan sedimen maka senyawa-senyawa selain karbon akan terlepas sebagai
akibat dari tingginya tekanan dan pemanasan yang berjalan lebih lama sehingga terbentuk
batubara yang kualitasnya semakin tinggi (Williams, 2002).
2. Minyak Bumi
Bahan bakar fosil selain batu bara terbentuk dari penguburan dan pemadatan alga
mikroskopis, bakteri, dan protozoa. Dua jenis bahan bakar fosil (minyak dan gas alam)
terbentuk dengan cara ini. Sebagian besar deposit minyak dan gas alam terbentuk di
lingkungan yang dulunya adalah laut. Banyak organisme mati tenggelam ke dasar laut.
Mereka terperangkap atau tertutup sedimen dan membusuk di lingkungan anaerobik (tanpa
oksigen). Di bawah pengaruh tekanan, pembusukan, panas, waktu, dan kondisi anaerobik,
sisa-sisa sejumlah besar organisme laut berubah menjadi bahan bakar fosil. Transformasi ini
terjadi serangkaian reaksi kimia kompleks mengubah bahan organik menjadi hidrokarbon,
senyawa yang terutama terdiri dari karbon dan hidrogen.
Sisa-sisa organik di dasar laut terakumulasi dalam lapisan hingga setebal 1000
meter, berada dibawah tekanan dari air laut di atasnya, akumulasi bahan organik, dan
endapan. Tekanan dan peluruhan secara lambat juga pada temperatur suhu antara 150 ° dan
350 ° F. Pada suhu ini, bahan organik menjadi cair dan terbentuk menjadi cairan. cairan ini
terperangkap di sekitar endapan lempung. Seiring waktu, memadat menjadi batuan serpih.
Shale disebut "source rock." Karena semakin banyak mendapat tekanan, maka batu
mengeras. Tetesan minyak diperas keluar dari serpih dan menjadi batu yang lebih berpori di
dekatnya, seperti batu pasir atau batu kapur. Minyak terakumulasi di pori-pori "batuan
reservoir" ini. Jika ada penghalang di sekitar batu sumber yang mencegah minyak bocor
keluar, minyak menjadi terkonsentrasi. Penghalang ini disebut jebakan. Ini dapat terbentuk
karena warping dari batuan di sekitarnya atau dengan adanya lapisan yang tidak dapat
menembus minyak.
3. Gas Alam
Gas alam dapat ditemukan dengan bahan bakar fosil lainnya, seperti minyak dan
batu bara. Minyak terbentuk ketika suhu antara 150 ° dan 350 ° F. Gas alam terbentuk jika
suhu mencapai lebih dari 350 ° F tetapi tidak melebihi 500 ° F. Sebagai hasil dari suhu tinggi
tersebut, beberapa senyawa organik yang terdiri dari minyak atau batubara dipanaskan
sampai menjadi gas. Gas pertama yang terbentuk adalah metana (CH4). Gas metana lebih
ringan dari minyak cair atau batu bara padat, sehingga gas naik dan terakumulasi di atas
minyak. Waduk gas alam, mirip dengan minyak juga harus dikelilingi oleh batu kedap air.
Jika tidak terperangkap oleh batu yang tak bisa diredam, gas akan lolos.
Gas alam tidak berbau dan tidak berwarna. Biasanya terdiri dari sekitar 85% metana
dan 15% etana. Kedua senyawa ini adalah jenis hidrokarbon yang disebut alkana. Alkana
terdiri dari rantai hidrogen dan karbon jenuh. Ini adalah rantai yang mengandung
kemungkinan jumlah atom hidrogen maksimum. Anggota keluarga alkane termasuk metana
(CH4), etana (C2H6), propana (C3H8), dan oktan (C8H18). Propana adalah bahan bakar
yang digunakan untuk memanaskan rumah atau dijual dalam kaleng untuk kompor berkemah
(LPG, atau cairan 18 propana gas). Octane adalah komponen bensin, produk olahan yang
terbuat dari minyak cair, atau minyak mentah (Williams, 2002).
Volatilematter % 40 - 50 10 - 40 5
Ash (debu) % 5 - 25 10 - 20 5 - 10
Komposisi Kimia:
C % 56 70 78
H % 4 3 2
S % 1 1 1
N+O % 19 3 2
Kualitas batubara ditentukan oleh nilai kalornya, sedangkan nilai kalor dipengaruhi
oleh kandungan dalam batubara. Batubara diklasifikasikan sebagai berikut menurut
kualitasnya :
a. Peat/Gambut
Merupakan tahapan awal pembentukan batubara. Kandungan airnya sangat tinggi
dan nilai kalornya yang sangat rendah.
Kata lignit berasal dari bahasa latin lignum yang berarti kayu. Rangking terendah
dari batubara ini mempunyai kandungan air dan zat terbang (volatile matter) yang tinggi,
mempunyai nilai kalor rendah. Karena kandungan zat terbangnya tinggi, lignit mudah
terbakar.
Gambar VIII.10 Perbandingan Nilai Kalor berbagai Jenis Batubara dan Kandungan
Airnya
Nilai kalor batubara akan semakin tinggi jika nilai karbon semakin menigkat, selain
itu nilai kalor suatu batubara juga disimpan dalam wujud material terbangnya, sehingga pada
gambar VIII.9. dapat dilihat bahwa nilai kalor tertinggi batubara bukan terletak pada
batubara antrasit yang hampir seluruhnya merupakan senyawa karbon melainkan pada
batubara bituminus yang masih memiliki material terbang lebih banyak dari antrasit. Selain
itu kandungan air dapat secara drastis menurunkan nilai kalor batubara karena penghilangan
air dalam batubara memerlukan supai kalor yang cukup tinggi dibandingkan dengan kalor
yang dihasilkan dari pembakaran batubara itu sendiri.
C. Teknologi Pirolisis
pirolisis sudah digunakan dalam produksi tar untuk perakitan kapal dan sebagai salah satu
agent balsam yang digunakan jaman Mesir Kuno. Penggunaan pirolisis semakin
berkembang sehingga digunakan dalam pembuatan arang. Hal ini karena pembakaran pada
arang menghasilkan panas yang dapat melelehkan timah dengan tembaga membentuk
perunggu. Pada jaman sekarang, pirolisis digunakan untuk mengkonversi biomasa menjadi
bio-oil. Tujuan utama dari pirolisis saat ini adalah untuk memproduksi bio-oil dengan
kualitas tinggi sehingga dapat bersaing dengan bahan bakar fosil yang tidak dapat
diperbaharui.
Dalam ekstraksi energi dari biomasa, ada tiga cara yang digunakan yaitu
combustion (pembakaran), gasification dan pirolisis. Combustion adalah oksidasi bahan
bakar dimana biomasa teroksidasi sepenuhnya dan ditransferkan menjadi panas. Proses ini
hanya mempunyai efisiensi sebesar 10% dimana kebanyakan proses ini menghasilkan
polusi. Gasification adalah oksidasi sebagian dari biomasa dimana mengkonversi bahan
bakar padat menjadi bahan bakar gas. Sedangkan, pirolisis merupakan gabungan dari kedua
proses combustion dan gasification. Sehingga pirolisis terdiri dari degradasi termal dari
bahan bakar solid menjadi gas dan liquid tanpa adanya agent oksidasi.
Gambar VIII.10. menunjukkan jalur reaksi yang terjadi dalam pirolisis. Proses yang terjadi
tidak dapat dibatasi hanya dalam reaksi tunggal karena bergantung pada struktur dan
komposisi dalam biomasa. Gambar VIII.11. menunjukkan perbandingan dari hasil akhir
pirolisis dengan variasi suhu.
Secara umum, pirolisis dibagi menjadi dua bagian yaitu slow pirolisis dan fast
pirolisis.
1. Slow Pirolisis
Karakteristik dalam proses ini adalah suhu yang rendah, laju pemanasan rendah dan
residence time yang panjang. Vapor residence time besar (5 – 30 menit) sehingga komponen
pada fase uap bereaksi dengan uap yang lain membentuk solid dan liquid. Cracking dengan
residence time yang panjang dapat mempengaruhi kualitas dan yield produk liquid. Proses
ini membutuhkan energi yang besar.
2. Fast Pirolisis
Pada proses ini, diperlukan pemanasan yang cepat, maka membutuhkan ukuran
biomass yang halus yaitu kurang dari 3 mm. Suhu operasi dijaga 500°C untuk
memaksimalkan hasil cair. Waktu tinggal uap kurang dari 2s untuk menghindari reaksi
samping. Char yang terbentuk dihilangkan secara mendadak untuk menghindari cracking of
vapor. Pendinginan mendadak dari uap pyrolysis untuk mendapatkan bio-oil Produk utama
fast pirolisis adalah bio-oil yang merupakan campuran terlarut zat organik polar (75-80%
berat) dan air (20-25% berat), dapat membentuk hasil lebih dari 80 wt% dry feed, bersama
produk samping arang dan gas.
Metode utamanya adalah sebagai berikut
Perpindahan panas melalui permukaan yang ada pada reaktor
Temperature gasnya harus tinggi atau aliran gasnya yang tinggi
Hot spots harus dihindari dan pemanasan harus dilakukan menyeluruh
Produk dari fast pirolisis adalah yield yang dihasilkan dapat diubah distribusi
komposisi liquid, padatan, dan gas dengan mengatur kondisi operasi. Liquid dihasilkan pada
suhu rendah, laju pemanasan tinggi, gas residence time pendek. Charcoal di hasilkan pada
suhu rendah, laju pemanasan rendah. Gas duhasilkan pada suhu tinggi, laju pemanasan
rendah dan gas residence time tinggi
Energi dari biomasa menjadi salah satu sumber energi terbesar secara global.
Biomasa merupakan material yang terbuat dari benda – benda organik yang memiliki
komponen karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan sedikit komponen inorganik. Gambar 3
merupakan komposisi kimia dalam berbagai macam biomasa.
Komponen utama pembentukan biomasa adalah selulosa, hemiselulosa dan
lignin yang ditunjukkan pada tabel VIII.3. Dekomposisi komponen tersebut bergantung pada
heating rate, suhu, dan kontaminan dalam komponen. Hemiselulosa merupakan komponen
yang mudah terdekomposisi, diikuti selulosa dan yang terakhir adalah lignin. Namun, hanya
selulosa dan lignin yang berpengaruh pada yield produk pirolisis. Selulosa terdekomposisi
membentuk bio-oil atau liquid sedangkan lignin membentuk bio-char atau padatan.
4. Pemisahan Char
Char adalah padatan residu yang dihasilkan pirolisis. Char dapat bersifat sebagai
vapour cracking catalyst sehingga harus segera dipisahkan dari gas yang terbentuk.
Pemisahan sederhana yang dapat dilakukan adalah menggunakan metode cyclone. Metode
yang lebih dikembangkan adalah menggunakan in-bed vapour filtration dan rotary particle
separation.
5. Pengambilan Liquid
Gas produk pirolisis berupa uap murni, aerosol, dan non-condensable gas.
Pendinginan cepat dibutuhkan untuk mendapatkan hasil liquid dan meminimalkan
secondary reaction atau contionus cracking. Metode yang dapat digunakan adalah heat
exchanger sederhana, quenching dalam minyak atau pelarut hidrokarbon, dan alat
penangkap orthodox aerosol seperti demister atau electric precipitator.
Distribusi produk yang dihasilkan dipengaruhi oleh kondisi operasi. Untuk
mendapatkan produk liquid maka suhu rendah, laju pemanasan tinggi dan gas residence time
yang pendek. Untuk produk padat dibutuhkan suhu rendah, laju pemanasan rendah dan solid
residence time yang panjang. Sedangkan produk gas diatur suhu tinggi, laju pemanasan
rendah dan gas residence time yang panjang. Distribusi produk tertera pada tabel dan gambar
dibawah.
Reaktor merupakan alat utama pada proses pirolisis reaktor. Reaktor mempunyai
kelebihan dan kelemahan serta distribusi produk yang tertera pada tabel VIII.7.
Heating dalam bubbling fluid beds mudah maka pemanasan dalam skala lab tidak
jauh berbeda dengan scale up nya
b. Char
Aliran uap dan solid dikontrol dengan aliran gas dan itu lebih tinggi dari aliran
charnya. Char dapat di bakar kembali dalam proses, char yang baru terbentuk jika terkena
udara akan mudah terbakar.
Reaktor jenis ini memiliki kelebihan Operasi mudah, pengendalian suhu baik,
cocok untuk skala besar, proses untuk fast pirolisis, laju pemanasan tinggi, namun memiliki
kekurangan ukuran partikel harus kecil, reaktor ini menghasilkan produk : 70 – 75 % bio-
oil.
Mekanisme reaktor ini hampir sama dengan reaktor Bubbling fluids beds namun
residence time char dan vapour rendah. Di reaktor ini residentif char dan vapornya sama,
kandungan char dalam bio-oil lebih banyak, kecuali penghilang char lebih banyak di
tambahkan.
a. Heating
Terdapat 2 pembakaran , heat supply dari resirkulasi dari pembakaran char.
b. Char
Tidak ada charyang di buang, semua di bakar di dalan reaktor sekunder dan ketika
char di habis di bakar akan menghasilkan ash. Reaktor ini memiliki kelebihan yaitu
pengendalian panasnya baik, partikel dengan ukuran besar dapat digunakan namun memiliki
kekurangan yaitu tidak cocok untuk skala besar, hidrodinamika lebih rumit, char lebih halus
reaktor ini menghasilkan produk : 70 – 75% bio-oil.
3) Rotating cone
Prinsip kerja dari rotating cone adalah
1. Hot sand dari Char combuster di putar dengan kecepatan rotasi ~ 10 Hz dalam reaktor
bersama biomass.
2. Hasil dari reaktor terdiridari uap panas , sand dan char
3. Uap di alirkan ke condensor untuk menghasilkan bio-oil.
4. Sand dan char di alirkan ke char combuster untuk di panaskan lagi
Reaktor ini memiliki kelebihan yaitu gas inert tidak dibutuhkan, pemakaian jangka
pendek namun memiliki kekurangan yaitu ukuran partikel kecil dibutuhkan, belum bisa
untuk skala besar. Metode pemanasan yang digunakan adalah perputaran cone secara
mekanik menyebabkan gaya sentrifugal sehingga terjadi mixing antara hot sand dan biomasa
dan produk nya 65% bio-oil.
Reaktor ini memiliki kelebihan yaitu gas inert tidak dibutuhkan, partikel ukuran
besar dapat dimasukkan, suhu moderate dibutuhkan namun memiliki kekurangan, costnya
mahal, laju reaksi rendah. Metode pemanasan yang di gunakan adalah pemanasan melalui
dinding dan menghasilakan produk : 70% bio oil.
F. Vaccum Reactor
G. Auger Reactor
VIII.1. Pembahasan
Telah dilakukan penelitian mengenai upgrading batubara menggunakan teknolgi
slow pirolisis yang dilakukan oleh (Pretorius et al., 2017). Dalam penelitian ini digunakan
sampel batubara sebagai berikut.
Tabel VIII.8 Sampe Batubara
Sampel dihaluskan untuk memenuhi ukuran parikel dapat digunakan dalam alat
Fisher Assay hingga sampel berukuran sekitar 0,2 – 1 mm.
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan alat yang disebut
Fischer Assay dengan retort yang terbuat dari stainless steel tahan hingga suhu 1000oC.
Percobaan dilakukan dalam 3 suhu akhir yaitu 520oC, 720oC, dan 920oC. Untuk gas inert
digunakan gas argon, batubara sebagai sampel berukuran 50 gram berdiameter 0,2 – 1 mm.
Tingkat pemanasan berkisar antara 8,5 ° C / menit dan 9,5 ° C / menit, tergantung pada suhu
pirolisis akhir. Gas yang terbentuk selama pemanasan batubara dan pirolisis mengalir
melalui pipa-pipa baja tahan karat dan dilewatkan ke perangkap tar dan dua botol gas. Ini
dilakukan untuk menangkap gas yang dapat terkondensasi (tar dan air) sedangkan gas yang
tidak dapat dikondensasi ditangkap dalam 10 L Tedlar sampling gas bags. Toluene
digunakan sebagai pelarut dalam perangkap tar dan botol-botol gas, dan disimpan pada 0°C
melalui pencelupan dalam penangas es. Hasil char, tar, air dan gas ditentukan sesuai dengan
ISO 647. Hasil air ditentukan pertama dengan cara distilasi Dean-Stark dari campuran air,
tar, toluena. Setelah itu toluene dan tar dipisahkan dengan cara penguapan berputar pada
60°C menggunakan Büchi Rotavapor R II dengan pompa Vakum Büchi V 700. Hasil gas
ditentukan oleh perbedaan, sesuai dengan prosedur ISO 647.
Produk dari pirolisis adalah tar yang didapatkan dari Dean-Stark Separation yang
kemudian dianalisa menggunakan simulated distilation (Simdis), kualitatif Gas
Chromatography-Mass Sectrometry (GC-MS), size exclusion chromatography (SEC), di uji
oleh Imperal College London dan penentuan kadar pembentukan C, H, O, N, S oleh
Elementar Application Labratory Jerman.
Selain menggunakan percobaan, dilakukan prediksi menggunakan Flashchain dan
Regresi statistik. Pemodelan Flashchain menggunakan data hasil uji proximate dan ultimate
dari sampel.
ari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil Char, Tar, Gas dan Air.
Gambar VIII.20. menunjukkan kadar prduk yang dihasilkan dari masing-masing sampel
pada suhu yang ditentukan.
Selain itu, perolehan gas dipengaruhi oleh rank dari batubara dimana semakin tinggi
rank batubara mengindikasikan semakin banyaknya kandungan karbon dalam batubara dan
semakin berkurangnya material volatil, sehingga pada batubara yang memiliki rank tinggi,
perolehan gas cenderung rendah karena kadar material volatil rendah.
Air Pada proses pyrolisis juga akan dihasilkan air yang meningkat seiring dengan
naiknya suhu reaksi.
Komposisi gas
dilaporkan bahwa untuk berbagai macam variasi, formasi H2 diberikan ke sumber hidrogen
dan pemutusan ikatan C-H . Dalam penelitian ini, tidak ada ketergantungan kuaitas yang
diamati sehubungan dengan evolusi hidrogen; yaitu batubara B, (lignit) dan batubara E,
(batubara subbituminous) menunjukkan hasil H2 tertinggi masing-masing pada 920 ° C 2,1
× 10−3 Nm3 / kg d.a.f. batubara dan 2,3 × 10−3 Nm3 / kg d.a.f. batu bara.
Pembentukan CH4 mulai terjadi peningkatan pada suhu di atas 720 ℃, hal ini terjadi
karena pemebntukan CH4 trjadi dalam 2 tahap, yang pertama dalam suhu rendah terjadi
dekomposisi dari gugus metil yang kedua dai suhu tinggi pembentukan di karenakan
dekomposisi rantai metilen. Hal ini mengindikasian bahwa pembetukan CH4 di pengaruhi
oleh dekomposisi gugus metil. Pembenukan CH4 tidak di pengaruhi kandunga Karbon dan
Hidrogen dalam batubara. Tetapi yang mempengaruhi pembentukan CH4 adalah mineral-
mineral yang terkandung dalam batu bara yaitu kalsit, dolomit, pirit, kaolinit dan kuarsa.
Karena pada suhu di bawah 920 ℃ mineral tersebut menghambat pembentukan CH4
Kandungan oksigen mempengaruhi jumlah CO dan CO2 yang terbentuk, batubara
yang memiliki kandungan oksigen lebih banyak akan menghasilkan CO dan CO2 lebih
banyak, hal ini ada dalam batubara kualitas rendah, sedangkan pada batubara kuaitas tinggi
lebih banyak menghasilkan senyawa hidrokabon seperti CH4 dam H2. Namun dapat dilihat
bahwa hasil CO2 tidak meningkat secara signifikan. Pembentukan CO lebih menonjol di
semua bara di seluruh profil temperatur, pembentukan CO melalui dekomposisi gugus
hidroksil fenolik pada suhu lebih rendah dari 700 ° C, pemecahan heterosiklik oksigen pada
suhu lebih tinggi dari 500 ° C, dan terakhir oleh reaksi antara CO2 dan C pada suhu lebih
tinggi dari 650 ° C. Pembentukan CO2 terjadi oleh dekomposisi karboksil pada suhu yang
lebih rendah . Dengan demikian diharapkan bahwa hasil CO2 pada 920 ° C tidak melebihi
nilai yang diperoleh pada 720 ° C oleh banyak, terlepas dari peringkat batubara.
Komposisi Tar
a. Size Exclusion Chromatography.
Kurva SEC-UV dari tar yang terbentuk pada suhu pirolisis akhir 520°C, 720°C dan
920°C dapat dilihat pada Gambar VIII.22.
Dari Tabel VIII.11 dapat dilihat untuk batubara A, C dan D yang rata-rata berat
molekul menurun dari 520 ° C hingga 720 ° C, dan tetap relatif konstan antara 720 ° C dan
920 ° C. Hal ini dapat dikaitkan dengan reaksi cracking tar dan reaksi pirolisis sekunder
yang terjadi. Berat molekul rendah dari tar yang diperoleh pada 520 ° C untuk batubara B
(212 Da). Dipenelitian ini menjelaskan bahwa pembentukan tar dan berat molekul tar tidak
dipengaruhi oleh kualitas batubara.
b. GC-MS
Dapat dilihat bahwa hanya PAH yang mempunyai hubungan dengan kualitas
batubara, sedang kualitas batubara tidak berpengaruh pada perolehan cresol.
Kandungan dari tar di analisa dan dikelompokkan berdasarkan titik didih. Analisa
hasil distilasi tar ditampilkan dalam tabel VIII.13. Dalam tabel tersebut didapatkan hasil
kadar heavy naphtha, kerosene, diesel, gas oil, residue.
Tabel VIII.13 Hasil Analisa Simulasi Distilasi
FLASHCHAIN Modeling
Permodelan dilakukan menggunakan software Flashchain untuk memprediksi
produk dari pyrolisis dengan variabel seperti pada percobaan, dimaksudkan untuk
membandingkan hasil percobaan dengan permodelan. Dalam hal ini permodelan dapat
dengan baik memprediksi produk dari Char, Tar dan Air dalam pirolisis, namun terdapat
perbedaan yang cukup signifikan dalam memprediksi gas. Hal ini dikarenakan simulasi tidak
dapat dengan baik mensimulasikan gas yang tidak dapat terkondensasi. R2 mendekati nilai 1
menandakan bahwa hubungan antara simulasi dan prediksi cukup baik, pada char diperoleh
nilai R2 0.9446 diikuti oleh pembentukan air dan Tar. Sedangkan korelasi yang tidak cukup
baik diperlihatkan oleh Gas yang hanya bernilai 0.3411.
BAB IX PENUTUP
IX.1 Kesimpulan
Telah dilaksanakan kerja praktik pada tanggal 1 – 31 Agusus 2018 di PT Semen
Indonesia (Persero) Tbk. Bertempat di departemen Proses, Teknologi dan QSHE serta
departemen Rancang Bangun. Dalam kerja praktik ini, dikerjakan tugas khusus mengenai
pirolisis batubara untuk mengingkatkan kualitas batubara lignite. Dari berbagai proses yang
telah dijabarkan, pirolisis lambat merupakan proses yang paling efektif saat ini untuk
membentuk tar dari pirolisis batubara yang dapat untuk melapisi batubara saat pengiriman.
Dengan percobaan menggunakan alat dari Fisher Assay dan permodelan menggunakan
Flashchain didapatkan korelasi hasil antara simulasi dan percobaan. Dari hasil percobaan
dan permodelan flashchain char, tar dan air dapat dihasilkan dengan baik, namun memiliki
komposisi yang berbeda-beda, sedangkan gas memiliki korelasi yang kecil.
IX.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait proses pirolisis lambat yang dapat
diterapkan untuk meningkatkan produksi tar pada batubara yang dimiliki PT. Semen
Indonesia (Persero) Tbk. Dalam hal ini tar digunakan untuk melapisi batubara dari tambang
yang sudah dikeringkan dan akan dikirim menuju pabrik semen untuk menjaga kandungan
air tetap rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Aris, S., Maman R. (2001). Proses Pembuatan Semen di Pabrik Tuban. Tuban.
Anonim. 1983. ”Teknologi Semen”. Pusat Pendidikan dan Latihan PT. Semen Gresik.
ASTM. 1965. Standard Spesification for Portland Cement. Book of ASTM Standards:
Part 10.
Badan Standarisasi Nasional. 2014. SNI 15-2049-2004 : Semen Portland.
Bridgwater, Tony & Meier, Dietrich & Radlein, Desmond. (1999). An Overview of Fast
Pyrolysis of Biomass. Organic Geochemistry. 30. 1479-1493.
10.1016/S0146-6380(99)00120-5.
Bridgwater AV, Review of fast pyrolysis of biomass and product upgrading, Biomass
and Bioenergy (2011), doi:10.1016/j.biombioe.2011.01.048
Frederick, NE. 1976. The Chemistry of Cement and Concrete 3rd edition Chemical
Publishing Co Inc, New York.
Jahirul, M.I. & Rasul, Mohammad & Chowdhury, Ashfaque & Ashwath, Nanjappa.
(2012). Biofuels Production through Biomass Pyrolysis. A Technological
Review. Energies. 5. 4952-5001. 10.3390/en5124952.
Jamalludin, A. (2007). Penggunaan Sinar-X untuk Analisa Sampel. ITB.
Ningsih, Triyulia., Rahmi C., Siti M., 2012. “Pemanfaatan Bahan Additive Abu Sekam Padi
Pada Cement Portland PT Semen Baturaja (Persero)”. Jurnal Teknik Kimia No.
4 Vol 18 Desember 2012.
Perry, RH., 1984, Perry’s Chemical Engineers’ Handbook, 6th ed., Mc. Graw Hill Book
Company, inc., New York
Pretorius, G. N., Bunt, J. R., Gräbner, M., Neomagus, H., Waanders, F. B., Everson, R. C.,
& Strydom, C. A. (2017). Evaluation and prediction of slow pyrolysis products
derived from coals of different rank. Journal of Analytical and Applied
Pyrolysis, 128(October), 156–167. https://doi.org/10.1016/j.jaap.2017.10.014
Purnomo, Puja Hadi. 1994. Teknologi Semen. PT. Semen Gresik (Persero), Tbk. Gresik
Saksono, N. (2002). X-Ray Fluoresense. Jurnal Teknologi FT-UI.
Semen Indonesia Magagement. 2017. Anual Report Semen Indonesia 2017.
Warren, B.E. (1969). X-Ray Diffraction. Addition-wesley pub: Messach$ssetfs.
Williams, L. O. (2002). Fossil fuels. In An End to Global Warming (pp. 1–31).
https://doi.org/10.1016/B978-008044045-3/50007-4
F/26203200/004-3
Nomor : 0006425/SM.15/SUP/50032582/2000/07.2018
Lamp. : -
Perihal : Panggilan Kerja Praktek
Kepada Yth.
Juwari, ST., M.Eng., PhD.
Ka. Departemen Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri - ITS
Office :
(1) Gedung Utama PTSI/Jl. Veteran Gresik 61122, Indonesia/Telp: +62 31 3981 - 3/Fax + 62 31 3972264, 3983209
(2) The East Tower Lantai 18 / Jl. Dr. Ide Anak Agung Gde Agung Kav. E.3.2 No. 1 / Jakarta 12950, Indonesia / Telp: +62 21 526 1176
I
Kepada Yth Department of Process, Tech & QSHE Dev t1262A32A0loo4-2
D^e:L^l
r cl lt t€t Fetrnchonan Ketja Sraktek
ZUHRI, ST.
Offiee :
{1i Gedung UtaHa gc/.ll- Veteran Gresik 611t2, lndeesiafiels: +52 31 i981 - 3lFnx + 62 g1 3S7?264, 3SB32O9
(?i ThE [astTower Lantai 1S ,/ll. Dr. lde Arak Agung 6de Agung Kav. 8.3.? f\ra. 1 /jakarta 12950, lIdoEesia ,/felp: +6221526 7176
"&"
",Blliry
AGUSTUS 2018
N0. f{AMA MAHASISWA KET
;9
1 2 3 6 7 I I 10 13 L4 15 15 10 21 t3 24 )7 28 30 3X
InN 10{
w
qa lfit ltA
t-\fu)
,tn
lfrJ ifrl 1i,,\ \fr)
@ \"' t' t- lJ w
, ('l
UA 1C,l i $1
i+t 1'&1 1*4
1.4 | -l w
Yoel Arianda Adrian
t.
qA t qd
OUT
@
1dA 164 W
l | "' ).4
Url w Wa
\"'' Trl B, \U Ba w | -/, ww $j t* lM
klA w
Afifatul Jannah
IN
frla 4q /ilu P{h} ru M |$$\ mt$\ ffi A{fl tflu ffi$\ 4q P@ M 1
w @ ryry ffi{
/ffi
ru ru w rul ru
"3
t
our
W m ruru r(,iru
ro A& Att'l
'ro
tw NM fru M @ ffiq rffi]
Kuterengan :
PeSi :08.00 wlB Unlt Kerja : of Procer*, Tech & Q$HE Dev
Nama r FARANOY IRAWAN, ST. * t 6955 l
Sore : 16.00 WIS
n) Copy untuk Lamplrsn Laporan Tanda Tangan
*f Mohon diserahkan kemball ke Biro Pusat Pembelajaran 6rup saat pengambilan Uang Saku
*l penBambllan Uang Saku mulai Pukul I^3'30 sd. 15.00
Jurnal Kur"riungan lvlahasiswa Kerja Praktek SETfiEH
illiD0ilEsI
Tancssi Area
friaa/an pq.u> rL,, tl bah-a n cli a^ btt rtsn *am tni ( a'.qm Pa r
lM in - ['t
q-b I o 4f-u ' tu-i-c-tturt
el o'o "'/u
e,l.,nhz' /iba'*t,\r-
r
ha,.n r \<"1\-1" , -
t(rh-€
V{ V4l* ?t\,etn b elWr.'k
k0\^r(J",.*'{n banPrgru t'
Jurnal Kunjungan Mahasiswa Kerja Praktek SEffIEH
ti'Jffiot'lEsrd
-l-an
g !.a I Area 'Tonik & I)iskripsi
Serna6 .---4 Ct,n\r.<n+ o4f t-to,1@,2*n*,aegqkq1 ,["nif rlrb€o'J
3:_y Z
ge*qkin bdn74 14, yq d"4.w6okkaa u/,'-*n.'U.A:^of,;.
b-,^o C't' n
rvtaLttn re(L7< qe? /
fu7'^t
ler)ta{) , ;t)u",^ 94rno"'k'' a(it'f '*
t >Ya fa/uLs' fen/;no;'! f'ffi-l::.*' 3:i-
di F '--" w
Lgf of
" {t-01 n
roy'.lqQ) ,/<
ute ka-/-'t' Laq
Q{a*a{a' *' h ff.i,*;
-^ ^ ' r-r
", s
-
pf'(u't.go-yrD . h-
Pcc t
''{/L bL 7"4w1q\ b<r'belc'
-
- w^hl h r'ea'L
rL,
4
o*
-;,- :X,',n"' i* :n'1f,'
t'.""'
j'";
s*)tn| *.'**_
ur,rr,hilt, rrralorn n*orrrq^rgkd''
mh1.tn Cq* kenhl
Pembina
Jumal Kunjungan Mahasiswa Kerja Praktek
Tansqal Area
Teknik Kimi: - 'ire 1:;1;, ;" 1--d {'}ah{sn
kn\evnlMn \oa'la*I d
y,::f*f!"*i*'ff;;7i,a*o+ ,-Lrh€ t
- goL l<*(*inan'
, tLC A SL€
,)nyy.'.wq"! fo'y'| '& k'4uL TYy+e#r
- 0n main loctrnar
t-a'>t ataotfer' & ;;'--r }^*(o '
aia{ur il'o"''
. r*y:. tryL ?X Ln*,f 6't n"w@71
?rn
'+ fca\t
*^{* ^!% *'o'r -'- o11 hi'"[ov]**' |'ry$"ryu'
*..w,t'r" nqrnu^
W'^! t*a' d: yruhet4'r gcata ove,vill aPn4eo'es"rremt '
f".
-|rtso' de+-ru| bitY;Pi co - ePeccnt - W
bL^E^ gre*a\<" '
- rpien* g'(onc ak4n
'"' y*|1'at*" "fiannr'
,r f@f^
I Pembina
Jurnal Kunjungan Mahasiswa Kerja Praktek
Teknik Kimia - Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
CD
Tanscal Area Tonik & Diskriosi
yefiiritkdwl"t m"i1'O
z^oylr !*rre.to "' tolif i *,
4t4it penhl.ew, t ftosea.
lovw ? el'<-lehon rtro
rnateial
TOaeL
l"qr-tq, knb*at' zc)q ?indft1lna" '
?r< coo(er
T eatp,t'
1u)v^ Y7l'<nq ttt/-.'td
U
'H> hh,lYt
Ura hJL
b\e.nuYut\hr.r"
l,n<*1t+nMtt
.
o(trer P'Aq(@
arLl^
)q'q -
ft?^^ fiatu j ,$erhwa*^ i ^,wat
)"a""rf [*t '
beraot*'^ 7o/
,g-l
Pembina
Jurnal Kuqiungan Mahasiswa Kerja Praktek
Teknik Kimia - Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
'
*:'[:^;,i
*
:'1:' ;" ^ rena
ry?qu
-A/ .MA !
{ ut^ l-"f*
,,tf voT. -4 vL-l<-llnor
sg1q.(A WZI
olc\ W W'nr^ (-{>'['a
yevwyian )^ av*v'^
w x'f' I P."',ui*
Jurnal Kunjungan Mahasiswa Kerja Praktek
Teknik Kimia - Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Pembina
Jurnal Kunjungan Mahasiswa Kerja Praktek
Teknik Kimia - Universitas Alrmad Dahlan Yogyakarta
Tanssal Area
lb 'g - aOrB Kqnooqg fongun
fu'\"ba* 43an @,?rual'+4,]
, td6rrs Ke ulrcralur u;h'^L Pou'i; I
Tqban t rr
huaU *ar flr g6q.'\r d' vrot .i ma\knn fu\ryn rnonptu' f.oP",.
Un\u\. DuryNr qropf n '\rc1u naknn bohc^r^ f.i"rkt, berrsY^ boikalor, ?4e''
be q" , r S'UV3 '
ViuLSt *;cs'i-+
{^n
- Lq A' k.,\* teeg
t(ac\c\,' -, '
di{X^^
fuvqn
Lst 8qf ywnyuV ke- luql*''a
- gaVun ba\rr'r dl uir {onau' d'tanr bang
\nArVatLpn Y1 fu Vvrluht,a2 t,0'1, I otl
f or'non k"Da" t 0)
, gK , AK-
k,\n t+rrtx(arrnelt -1
Lgt
,[J?
\---
w{ W,lOcr War
(HCH
u^t*l,c fienorunkaYt wV:u
W
! \./ d.atarr
cT $fuacv
lcrvur d\gcrpoL ain Vabo+
ww\96,Vt at' Pt'$tafu'ta
CCR (ut6iy1Vz tofun
-?wWw Ns'f,]t b^*ryyu^*^"
{'e6ra^+ 1q"
]'a't c 1
yti /'ra'Q'irkan \oe raD r^,.ru |#Y*i [t
u9aro.'bW lwVofuw
1ala, \vton k^LoiwJ^,
Lb6L*i \\ r Y^4u7^n
- \)ajo* n4rrtthffe I wUq canl pvyo,afunq
\tntunq [)oD\ t
A
ttio" Ctrnko-rB(hn\ cdo\z,r \Aotltot^Cq \(nn htr,\.wn \tUe
A* h tn,t on q,rhila \treir,yLi'^ k"t", Yhr\t{r^A } A[ru \n^0t^r -
,\igtlq/,t
cL kv'^t t t O- - W YYte'nt k-
l^1;viltu^ &a^
Tsrlr -+ S F - bb 't, --+ '*evv*jukk4 kc-ttual^w YuYon'('2tuac
%vq Pembina
Jurnal Kunjungan Mahasiswa I(erja Praktek
Teknik Kirnia - Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
c\^rhfrer-i\+ri{al'ta^latcrr-urrswesLsewQ-rt-
Rke + 2_ tl^gcL- v1.e-r hJ f" Y *A L pao r^ix 9lwr6n h^*U" b€94 ukuv--l.
coa-t nirL\
aofufU tr@ k'^
- y-o,,\a-or-,6s aaa\ ,,r; I AiaU; t-e '
trn 1 s kt'''
bin Lfi J Pkt \Le 's s LL
Vl,o* 6ar\6i; )^cst kn vqs'r
&br
., Yhttl^ coal \to , g '1. - vr\rb.ttr yt L*r
v1.D $% te' iing" A"tZ^ cP'Ln"'it Pembina
)
\
OL to-(>\''
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA F{10
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
xampu. ITS Sukolilo-Sumbayr 80111. TGlp: 03r-5!tt6?4o, 592293{, ll99
Far: 0316999282, http:/rtrw-chGm{ilg.its.rc.id
Hari/Tanggal
, Senin
I
I Selasa
-
Rabu
/ t^eyi$ i
iqri,fu;,
40 r8
-----
Junr'at ) /4gur+uf
/
--
6tudk 1,
Mahasiswd Mahasiswa .{
Mengelahui,
Pembimbing
?IHP7'
1
\ftd ,ki anda h, NRP oz2 tl7 40@@91
Nama Mahasiswa
2ffi Attta+al, tq,tnot, NRP o t-L I tg f oooe17
4h WVnpe*la1
Ap'yah.,l.fannah
-r i*;:r;6lbo ;0i
Tsr*lr
Catatan:
Laporan inidianggap sah bila telah diketahui pembimbing yang benrenang, hari
terakhir pada satu minggu terakhir
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA F41O
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Kimpus ITS Sukolilosuftbays 601'11, Telp: 031-3911624{1, 5922934, tr99
Far: 0316999282, hflpirwy-chem{ng.it!-tc.id
Catatan: I
Laporan inidianggap sah bila telah diketahuiqleh pembimbing yang benarenang, harl
terakhir pada satu nninggu lerakhir l
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA F{10
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
TNSilTUT TEKNoLOGI SEPULUH NqPEISFFB
xanpus |TEE laiiosur'absy. 501 1 1, T.lp: 03t{9462/t0, 5922934 3 I 199
Far: 03 t {9!e282, http:rlrtw.cham {ng.its-.c-id
Porra 3^
"*f:4J*'d#"j
6rpal<
Mahasiswa 1-
1.yt"l
YocJ *.iLnd, Adrian
rurp. ..0*2-.1.1 {.YW o"37.
Catatan: I
Laporan ini dianggap sah bila telah diketahuioldh pembimbing yang berwenang, hari
terakhir pada satu minggu lerakhir
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA F{rI0
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEI(NOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Xamprs ITS Sukolilo€urabaya 60111. Telp: 031-59t1i248, 592293 f 1199
Far: 031.6999282, http:#wsw.€$e'r<ng.il3.rc-id
,m
Nama Mahasiswa
,z Afi{ztlul ,lannqh NRp o3 I t\9 t{ooo q9 7
Tempat Kerja Praktek ( @re,o)'Tbk.
Waktu Kerja Praktek . t A9ocfur ,zor$ s/d 3t Agortur aott
i -'-'" * -'
I Hari/Tanggal Tugas dan Aktifitas yang dilakukan
I
S;;in ,
l^.
Uty;r P@reh6ei 0-r4r((J
"?rrlpo[r,
€lta b rrt
nae,agcriorhe,.n reuier
i
serasa,
$/v/ux ., *f
i Sabtu
6res'rl. gt.
Mahasiswd Mahasiswa 1
^Eyrtuc.{qtl
,@ \fal
t-,
ftir*ullJelueh \oel Ananda Adrian
rurp.QJ*..t.1? Yae..9i
Mengetahui,
Pembimbing
?A'$NoY
Catatan:
Laporan inidianggap sah bila telah diketahui pembimbing yang berwenang, hari
terakhir pada satu minggu terakhir