SEMEN INDONESIA
(PERSERO) Tbk. PABRIK TUBAN
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1
Pada Jurusan Teknik Lingkunga Fakultas Sains dan Teknologi
Disusun Oleh:
Ahmad Styvani Alfiyanul M
H05215001
HALAMAN PENGESAHAN
Analisis Dan Perbaikan Sistem Penerapan Failure Mode and Effect Analysis
(FMEA) Di Sembilan Area Kerja Pada Perusahaan Manufaktur PT. Semen
Indonesia (Persero) Tbk Pabrik Tuban
Disusun oleh:
TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
Tuban, 29 Maret 2018
Mengetahui, Menyetujui,
ii
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Disusun oleh :
Mengetahui, Menyetujui,
Kepala Prodi Dosen Pembimbing
Mengetahui, Menyetujui,
iii
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Disusun Oleh :
Menyetujui:
Mengetahui:
Ketua Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia
iv
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena telah
diberikan nikmat dan karunia-Nya, serta diberikan kesehatan selalu dalam menjalankan
kerja praktek ini. Sehingga pelaksanaan Kerja Praktek sekaligus penyusunan Laporan
Kerja Praktek ini dapat diselesaikan dengan baik dan sesuai dengan waktu yang
diharapkan. Serta tidak lupa shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan pengikutnya yang telah
menyampaikan syafaat-Nya kepada kita semua.
Kerja Praktek merupakan salah satu prasyarat untuk memperoleh gelar sarjana
Stratum Satu (S1) pada jurusan Teknik Industri Universitas Islam Indonesia. Dengan
pelaksanaan Kerja Praktek ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui sejauh mana
penerapan teori yang telah didapatkan di bangku kuliah dan pengetahuan lapangan
dalam suatu industri. Dengan segenap ketulusan hati, pada kesempatan kali ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih pada:
1. Bapak Drs. Imam Djati Widodo M.Eng. Sc. Selaku Dekan Fakultas
Teknologi Industri
2. Bapak Yuli Agusti Rochman S.T., M.Eng. selaku Ketua Prodi Teknik
Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia
3. Bapak Joko Sulistio S.T., M.Sc. selaku dosen pembimbing kerja praktek yang
telah memberikan bimbingan kepada penulis.
4. Ibu Eka Puspa Ningrum S.T., selaku Kepala Seksi di Section of Material and
Production Plan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk Pabrik Tuban.
5. Bapak Eko Setiawan selaku Kepala Seksi di Section of Maintenance Planning
PT Semen Indonesia (Persero) Tbk Pabrik Tuban.
v
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
vi
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
DAFTAR ISI
vii
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
viii
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
ix
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
BAB I
PENDAHULUAN
10
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
ilmu yang telah didapatkan dibangku kuliah ke dunia nyata. Dengan melaksanakan
program kerja praktek ini mahasiswa mampu melihat secara nyata permasalahan
yang terdapat di perusahaan, khususnya masalah Sistem Manufaktur, Sistem
Produksi, Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Sistem Informasi maupun
Sumber Daya yang ada dalam perusahaan. Disamping itu program kerja praktek ini
juga merupakan salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana strata 1 (S-1)
yang harus ditempuh oleh seluruh mahasiswa Teknik Industri, Fakultas Teknologi
Industri, Universitas Islam Indonesia.
Pada Kerja Praktek ini penulis memilih melakukan penelitian di PT. Semen
Gresik yang berlokasi di Desa Sumberarum, Kec.Kerek, Tuban, Jawa Timur yang
merupakan salah satu perusahaan produsen semen terbesar di Indonesia. Tujuan
dilaksanakannya Kerja Praktek ini adalah berorientasi pada studi kasus atau
pemecahan masalah dari tugas khusus yang diberikan. Dari tugas khusus tersebut,
permasalahan yang di perusahaan akan diidentifikasi dan dianalisa dengan berbagai
metode yang ada dalam pembelajaran, sehingga diperoleh pemecahan dari
permasalahan yang ada. Dengan diadakannya Kerja Praktek ini diharapkan
mahasiswa mempu mengembangkan keilmuannya dan dapat
mengimplemntasikannya secara langsung untuk dapat berkontribusi dengan baik di
dunia pekerjaan.
11
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
12
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
13
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
14
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
15
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
16
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
17
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
18
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Tenggara.”
2.2.2 Misi Perusahaan
Berikut Misi perusahaan PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk yaitu:
19
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
pemasaran produk semen padang ini adalah di wilayah Pulau Sumatera dan
sekitarnya. Total kapasitas produksi perusahaan ini adalah 5.240.000
ton/tahun. PT. Semen padang berlokasi di daerah Indarung – Padang,
Sumatera Barat.
20
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Sumber : SemenIndonesia.com
21
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Sumber : ThangLongCement.com.vn
22
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Sumber : utsg.co.id
Perusahaan IKSG berdiri pada tahun 1992 yang bergerak pada bidang
usaha pembuatan kantong dan kemasan industri yang awalnya bernama
PT. Prima Kemas Indonesia, dan pada akhirnya berganti nama menjadi
IKSG pada tahun 1994. Pada awalnya, kapasitas produksi PT. IKSG
adalah 66 juta kantong/tahun.
23
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Sumber : swadayagraha.com
5. PT. Varia Usaha (VU)
PT Varia Usaha salah satu anak usaha PT Semen Indonesia (Persero) Tbk
yang bergerak di bidang usaha Transportasi, Perdagangan Semen &
Bahan Bangunan, Perdagangan Barang Industri dan Perdagangan Barang
Tambang. Saat ini, Varia Usaha memiliki armada truk sebanyak 1080
buah dan menguasai 29% angkutan produk Semen Indonesia dan
beroperasi pada wilayah Gresik. PT. Varia Usaha didirikan pada tahun
24
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Sumber : variausaha.com
6. PT. Eternit Gresik
PT. Eternit Gresik adalah pelopor produsen papan fiber semen terkemuka
di Indonesia selama lebih dari 40 tahun. PT. Eternit Gresik didirikan pada
tahun 1971 dan mulai beroperasi di tahun 1973. Pemegang saham
mayoritas PT. Eternit Gresik adalah group industri Etex yang berpusat di
Belgia, yang mengkhususkan diri dalam bidang manufaktur dan produksi
bahan bangunan. Sedangkan pemegang saham minoritasnya adalah
Semen Indonesia. Etex memiliki empat usaha utama yaitu: dinding luar
(cladding) dan papan bangunan fiber semen dan plester, atap,
perlindungan terhadap api dan insulasii performa tinggi, serta lantai
keramik dan ubin dinding. Di Belgia, selain kantor pusat, Etes juga
memiliki tiga lokasi produksi dan dua pusat riset dan pengembangan.
Etex juga memiliki operasi penjualan di seluruh Asia dan manufaktur di
Australia, Cina, dan Jepang. Kantor pusat PT. Eternit Gresik berada di
Gresik, Jawa Timur. Dua pabrik terletak masing-masing di Gresik, Jawa
25
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Timur, dan Karawang, Jawa Barat. Setelah program investasi besar dan
perluasan kapasitas di tahun 2012 dan 2013, PT. Eternit Gresik juga telah
membuka pabrik baru di Karawang, Jawa Barat, pada bulan November
2015. Pabrik Karawang didedikasikan untuk produk-produk KALSI dan
mengakomodasi generasi terbaru dari teknologi Eropa untuk produksi
dan finishing dari papan fiber semen. Karawang adalah rumah terbesar
dan lini produksi fiber semen termutakhir yang pernah dipasang oleh Etex
di dunia. Pabrik Karawang menetapkan standar kualitas yang baru untuk
papan bangunan dan akan memperkenalkan produk-produk baru untuk
aplikasi seperti proteksi kebakaran pasif dan dinding luar (cladding)
eksterior yang tahan lama.
Sumber : www.kalsi.co.id
7. PT. SGG Energi Prima
PT. Semen Gresik Group Energi Prima merupakan salah satu industry
terkemuka dalam jasa pertambangan batubara di Indonesia. Perusahaan
ini merupakan salah satu anak perusahaan BUMN PT Semen Gresik
(Persero) Tbk yang dibentuk sejak tahun 2012. Perusahaan ini merupakan
perusahaan pendukung operasional pabrik semen di bawah Semen Gresik
Group sebagai pemasok bahan bakar. Kepemilikan saham yang dimiliki
PT SGG Energi Prima yaitu 97% oleh PT Semen Gresik dan 3% milik
Koperasi Warga Semen Gresik. (A.Chevny, 2012).
PT. SGG Prima Betomadalah salah satu anak perusahaan PT. Semen
26
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Indonesia (Persero) Tbk khusus memroduksi beton siap pakai dan beton
pracetak yang didirikan pada tahun 2012. PT. SGG Prima Beton
memainkan peranan yang sangat penting sebagai strategic tool, maupun
sebagai pendukung community development. PT. SGG Prima Beton
diharapkan mampu mendukung bisnis inti Semen Indonesia selaku
holding company dan memberikan kontribusi sebesar-besarnya untuk
mencapai keunggulan kompetitif dan perkembangan perusahaan secara
terus menerus. Keberadaan anak usaha diharapkan dapat memberi sinergi
yang bermanfaat untuk mendukung pencapaian tujuan perusahaan.
Kepemilikan saham pada perusahaan SGG Prima Beton adalah 99.9%
dimiliki oleh PT Semen Gresik dan 0.1 % dimiliki oleh Koperasi Warga
Semen Gresik (KWSG).
Sumber : sggbeton.com
9. PT. Krakatau Semen Indonesia
27
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Sumber: krakatausemenindonesia.com
Sumber : sisi.co.id
28
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Badan hukum perseroan terbatas ini didirikan pada tahun 2003 dan
terletak di Gresik, Jawa Timur sebagai rumah sakit dan beberapa unit
usaha lain, seperti apotek, poliklinik, balai pengobatan di Tuban, dan
29
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
30
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
31
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Timur untuk menghasilkan semen PPC dan OPC. Pada pabrik Tuban, lokasi pabrik
terletak di Desa Sumber Arum, Kecamatan Kerek dengan luas area pabrik 1500
Ha dengan bangunan pabrik seluas 400.000m. Pemilihan lokasi pabrik merupakan
salah satu hal yang penting dalam perancanagan pabrik yang memproduksi barang.
Dengan demikian, strategi lokasi adalah hal yang tidak dapat diabaikan dalam
proses perancangan. Alasan yang mendasarinya diantaranya yaitu sektor barang
memerlukan lokasi untuk melakukan kegiatan pembuatan produk barang tersebut
atau tempat memproduksi (pabrik). Secara umum berikut adalah strategi pemilihan
lokasi yang diakukan oleh PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk pabrik Tuban yaitu:
1. Pertimbangan bahan baku dan Bahan Baku Penolong
Bahan baku utama dalam pembuatan semen dalah batu kapur, tanah liat, batu
besi, dan pasir silika. Bahan baku batu kapur dan tanah liat cukup tersedia di
sekitar pabrik, batu kapur berada di Desa Popongan dan tanah liat terletak di
Desa Tlogowaru dan Mliwang, kurang lebih 5 km dari lokasi pabrik.
Sedangkan Pasir Silika diperoleh dari Tuban dan Madura. Copper Slag
diperoleh dari PT Copper Smelting Gresik. Serta Gypsum diperoleh dari PT
Petrokimia Gresik berupa gypsum sintetis. Lokasi pabrik mudah dijangkau
karena terdapat jalan raya yang mampu dilewati oleh kendaraan muatan serta
dekat dengan pelabuhan apabila beberlukan bahan baku penolong lainnya.
Sehingga dapat meminimalisir potensi keterlambatan bahan baku yang
diakibatkan karena akses jalan.
2. Pertimbangan faktor transportasi
PT Semen Indonesia (Persero) Tbk pabrik Tuban memiliki lokasi yang
strategis karena:
a. Terletak 9 km dari tepi jalan raya yang menghubungkan kota-kota besar
seperti Surabaya dan Semarang, sehingga distribusi produk semen
maupun penerimaan barang dapat berlangsung dengan baik dan juga
menempati posisi yang strategis. Pemanfaatan tempat yang strategis ini
juga didukung dengan kondisi jalan yang baik sehingga pengiriman
32
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
33
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Berikut adalah tata letak pabrik PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk plant Tuban
yaitu :
34
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
berikut:
1. Unit-unit penyiapan bahan baku seperti limestone dan clay crusher,
limestone, dan clay storage terletak dekat dengan area penambangan,
hal ini bertujuan untuk kemudahan dalam penyimpanan sementara
sebelum material dibawa ke pabrik.
2. Roller mill dan unit pembakaran seperti blending silo, coal grinding,
preheater, kiln dan cooler terletak di satu area, hal ini bertujuan agar
proses aliran material dari alat-alat tersebut menjadi lebih mudah.
3. Electrostatic presipitator (EP) sebagai alat pemisah debu dan dapat
beroperasi pada suhu tinggi dipasang pada keluaran unit penggilingan
bahan baku/roller mill dan cooler karena pada kedua alat tersebut debu
keluar bersama gas dalam jumlah banyak dan bersuhu cukup tinggi
(95°C).
4. Dome klinker dan gypsum storage terletak di dekat unit finish mill
sehingga transport material untuk penggilingan akhir sampai menjadi
semen akan lebih mudah dan singkat
5. Semen silo dan unit packer berada pada satu tempat dan terletak dekat
dengan jalur transportasi utama menuju ke pelabuhan, hal ini bertujuan
memudahkan truk pengangkut semen melintas di dalam pabrik
35
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
36
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
37
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
38
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
39
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
40
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
41
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
BAB III
42
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
43
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
terbanyak pada batu kapur adalah: CaCO3, Al2O3, Fe2O3, SiO2 dan
mineral lain dengan konsentrasi kecil.
2. Tanah Liat atau Clay
Tanah Liat mempunyai rumus senyawa kimia 2SiO3.2H2O (kaolinite)
yang pada umumnya dikenal masyarakat sebagai lempung atau clay.
Untuk semen yang diperlukan adalah kadar Al2O3 sehingga apabila
jumlah SiO3 lebih banyak dari Al2O3 maka tanah liat itu tergolong tanah
liat yang kurang baik untuk digunakan. Di alam, tanah liat yang baik
biasanya mengandung SiO3 sebesar 46,5 %. Deposit tanah liat terjadi
dari hasil leburan batu-batuan silika yang kaya mineral. Clay pada
dasarnya terdiri atas berbagai variasi komposisi, yang pada umumnya
merupakan senyawa alumina silika dengan kadar H2O max 25% dan
kadar Al2O3 minimal 14%.
3. Bahan Koreksi Pembuatan Semen
Bahan mentah ini dipakai apabila ada kekurangan pada salah satu
komponen oksida mineral pada pencampuran bahan mentah utama.
Bahan ini antara lain :
a. Pasir Besi (Fe2O3)
Pasir Besi dengan Fe2O3 (Ferri Oksida) sebagai komposisi tertinggi
(70-80%) terdapat pada pantai laut selatan pulau jawa. Pasir Besi
selalu bercampur dengan SiO2 ataupun Titan yang membahayakan
produk semen. Pasir Besi berfungsi juga sebagai penghantar panas
dalam pembentukan luluhan terak semen. Pasir Besi yang depositnya
terdapat disepanjang pantai dan berkadar Fe2O3 15% dan berwarna
hitam. Sejak tahun 1998 sebagai pengganti pesir Besi digunakan
Copper slage. Bahan ini berasal dari limbah yang dihasilkan pabrik
peleburan tembaga PT. SMELTEHING Co,Gresik. Kandungan
Fe2O3 nya sekitar 52-64%. Bentuk fisiknya berupa granular dan
44
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
45
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
46
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
47
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
48
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
49
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
50
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
telah cukup halus dengan ukuran yang kurang halus. Semen yang cukup
halus dibawa udara melalui cyclone kemudian disimpan didalam silo
cement.
j. Proses Pengemasan
Setelah melalui tahap pengolahan akhir, maka semen dari cement silo
akan ditransportasikan dengan air slight menuju tempat pengemasan.
Istilah tempat pengemasan pada proses produksi semen iala packer.
Pada packer, hanya ada dua jenis semen yang dikemas. Ordinary
Portland Cement (OPC) yang di packing dengan truk tabung langsung
ke pelabuhan untuk proyek.Sedangkan untuk semen jenis Pozzolan
Portland Cement (PPC) adalahsemen yang di packing untuk produksi
rumahan yang biasa dijual dengan kemasan 40 kg atau 50 kg. Atau bisa
juga semen curah agar dapat di packing pada pabrik cabang atau juga
dimasukkan juga ke dalam kapal. Setelah dari kapal akan
didistribusikan ke luar pulau, jika dengan menggunakan truck, akan
dikirim ke dalam pulau atau gudang gudang penyimpanan yang ada.
51
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
bisnis.
c) Kecepatan pengambilan keputusan strategis.
d) Kemudahan Perseroan dalam transfer knowledge.
e) Terwujudnya High Assurance Organization
Dalam mewujudkan efektivitas dan efisiensi tata kelola tersebut, Perseroan
telah menerapkan manajemen terintegrasi dengan mengacu pada prinsip-
prinsip tata kelola Perseroan yang baik (Good Corporate Governance),
yaitu Sistem Manajemen Semen Indonesia (SMSI), yang meliputi :
f) Sistem Manajemen Mutu (ISO 9001 :2000),
g) Sistem Manajemen Lingkungan (ISO 14001 :2004),
h) Sistem Manajemen K3 (SMK3-OHSAS 18001 :2007),
i) Sistem Manajemen Laboratorium Pengujian (ISO/IEC
17025:2005),
j) API Monogram Sertifikat no.1 OA-0044 dari American Petroleum
institute New York, dan semua sistem Manajemen diatas
diimplementasikan dengan mempersyaratkan Management
Continuous Improvement dan penerapan Sub Sistem Manajemen
yang meliputi Gugus kendali Mutu (GKM) yaitu:
a. 5R
b. Sistem Saran (SS)
c. Total Productive Maintenance (TPM)
Semua ini ditunjang dengan penerapan Good Corporate
Governance (GCG) dan Manajemen Resiko yang dilaksanakan secara
konsistenn dan konsekwen. Sistem Manajemen Semen Indonesia
(SMSI) dibangun berlandaskan pada proses bisnis Perseroan dengan
basis integrasi pada Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 yang
diharapkan mampu membangun sistem manajemen yang
komprehensif dan fleksibel dalam merespon dinamika perubahan
strategi dan organisasi Perseroan dengan tetap berorientasi pada
52
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
53
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Menerima
Kebutuhan Request for Quotation (7hr
Bidder List (1hr)
Quotation
Ya
Administr
PR asi
batal
Tidak
kelengkap
Evaluasi
Maintai
n Vendor
Negosiasi Price
Lulu Ya Comparisi
s harga / Term
on (7hr)
Penentua
Selesai / n
Tida
k Penawaran
PO
54
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
55
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
56
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
57
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
58
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
59
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
1. Operating Company
Tahapan ini merupakan tahapan dimana pihak operating company
memerintahkan kepada beberapa jajarannya untuk melakukan evaluasi
terkait kebutuhan jumlah pekerja untuk masing – masing departemen
hingga bagian biro.
2. Departemen membutuhkan
Setelah adanya perintah dari jajaran operating company masing –
masing bagian melakukan evaluasi mengenai kebutuhan akan jumlah
pekerja. Dan hasil evaluasi tersebut kemudian diserahkan pada bagian
HRD perusahaan untuk ditindak lanjuti.
3. Job Fair
Didapatkan hasil evaluasi kebutuhan akan pekerja, langkah berikutnya
yaitu melakukan publikasi akan kebutuhan pekerja untuk bidang yang
dibutuhkan. Bagian HRD akan melakukan publikasi melalui job fair
yang diadakan oleh beberapa universitas di beberapa daerah yang
tersebar di Indonesia.
4. Rekrutmen
60
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
61
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
62
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
63
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
aktifitas dalam program tersebut antara lain Leader Café, Learn and Share
Unit Kerja, Peer Assist.
Shift Waktu
1. Shift I (Pagi) 07.30 – 16.30
Sedangkan tenaga kerja non shift akan bekerja pada shift pertama dengan:
a. Hari kerja sebanyak lima hari dalam satu minggu, yaitu senin hingga
64
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
jumat.
b. Waktu kerja dimulai pada 07.30 – 16.30 namun bekerja secara efektif
pada pukul 08.00 – 16.00, dengan jaam kerja yang dibayar adalah
delapan jam.
c. Waktu istirahat pada hari senin-kamis adalah pada pukul 12.00-13.00
d. Waktu istirahat pada hari jumat adalah pukul 11.00 PM - 13.00 PM
dikarenakan ada sholat Jum’at.
3.2.6 Penggajian
Penggajian PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk terdiri dari beberapa
komponen, yaitu:
a. Gaji Pokok
Gaji pokok adalah imbalan dasar yang dibayarkan kepada pekerja
menurut tingkat atau jenis pekerjaan yang besarnya ditetapkan
berdasarkan kesepakatan. Gaji pokok yang diterima oleh karyawan PT.
Semen Indonesia (Persero) Tbk berbeda berdasarkan tingkat (eselon)
yang terbagi menjadi lima, yaitu eselon 1, eselon 2, eselon 3, eselon 4,
dan eselon 5.
b. Tunjangan Jabatan
Tunjangan ini hanya diberikan kepada karyawan yang mempunyai
jabatan tertentu, seperti misalnya: Pengawas, Kepala Bagian, Manajer,
ataupun Direktur. Besarnya tunjangan jabatan untuk masing-masing
personil tidaklah sama. Hal ini sangat tergantung dengan beban
pekerjaan, prestasi yang dihasilkan serta beratnya tangggung jawab
pekerjaan yang dipikul. Tunjangan jabatan biasanya diberikan bersama-
sama dengan gaji pokok.
c. Tunjangan Presensi
Tunjangan ini adalah tunjangan yang diberikan pada pegawai setiap kali
pegawai atau pekerja melakukan presensi.
65
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
d. Uang Makan
Uang makan adalah uang yang diberikan kepada pegawai, berdasarkan
tarif yang sudah ditentukan dan dihitung secara harian untuk keperluan
makan pekerja.
e. Uang Lembur
Tambahan upah yang dibayarkan perusahaan tempat bekerja karena
pekerja melakukan perpanjangan jam kerja dari jam kerja normal yang
ditentukan. Uang ini diberikan pada pekerja eselon 4 dan eselon 5.
66
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
67
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
68
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
pengemasan diantaranya:
1. Kemasan yang membangkitkan hasrat untuk membeli.
2. Kemasan yang mudah diingat.
3. Kemasan yang tidak menambah harga jual sehingga tidak
dapat bersaing dengan produk sejenis yang lain.
4. Kemasan didesign agar dapat menjaga mutu barang,
memudahkan pengangkutan, penyimpanan, penyusunan di
rak toko, atau mempunyai kegiatan setelah dipakai habis (ada
kegiatan ganda). Kemasan yang berupa kantong sak baik
berukuran 40 Kg maupun 50 Kg di produksi oleh anak
perusahaan yaitu IKSG (Industri Kemasan Semen Gresik).
Bahan baku kertas dibeli melalui vendor luar, kemudian
bahan baku kertas tersebut dibuat menjadi kemasan oleh
IKSG (Industri Kemasan Semen Gresik).
c. Merk Produk
Dengan merk yang sudah menjadi langganan pemakai dapat
menghemat waktu dalam membeli karena dapat menyuruh orang
lain untuk membelinya ( praktis) dan membuat anggaran tertentu
dalam memakainya. Banyaknya manfaat yang dapat diperoleh
konsumen ini temyata terlihat juga oleh produsen sehingga sering
kali produsen menggunakan merk tersebut sebagai salah satu
strategi pemasarannya dengan jalan perusahaan memproduksi
barang yang tidak terlalu berbeda setiap memakai berbagai merk,
hal ini dilakukan untuk menguasai pasar.
2. Price
Salah satu prinsip penting dalam penentuan harga bagi manajemen
perusahaan adalah menitikberatkan kemampuan dan kemauan membeli
dengan harga yang telah disepakati bersama dan bagi perusahaan harga
69
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
70
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
71
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
72
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
73
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
74
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
75
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
76
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
77
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
78
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
79
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
80
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
BAB IV
TUGAS KHUSUS
81
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
82
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
83
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
1. Bagi Mahasiswa
Penulis dapat menerapkan teori yang telah diperoleh di bangku kuliah
dengan kondisi sesungguhnya pada suatu perusahaan dan juga untuk
menambah wawasan mengenai penggunaan metode Failure Mode
Effect Analisys secara lebih mendetail dan sistematis.
2. Bagi Perusahaan
Sebagai masukan atau pertimbangan dalam menentukan failure mode
yang harus diprioritaskan untuk diselesaikan terlebih dahulu pada
perusahaan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk agar kejadian failure
84
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
85
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
produk yang diterima lebih tinggi dari yang diharapkan, maka kualitas
produk yang dipersepsikan akan memuaskan. (Irawan & Japarianto, 2013).
1. Performance (Kinerja)
Kinerja (performance) yaitu karakteristik operasi pokok dari produk inti
dan dapat didefinisikan sebagai tampilan dari sebuah produk
seseungguhnya. Performance sebuah produk merupakan pencerminan
bagaimana sebuah produk itu disajikan atau ditampilkan kepada
pelanggan. Tingkat pengukuran Performance pada dasarnya mengacu
pada tingkat karakteristik dasar produk itu beroperasi. Sebuah produk
dikatakan memiliki Performance yang baik bilamana dapat memenuhi
harapan. Bagi setiap produk/jasa, dimensi performance bisa berlainan,
tergantung pada functional value yang dijanjikan oleh perusahaan.
Untuk bisnis makanan, dimensi performance adalah rasa yang enak.
2. Reliability (Keandalan)
Keandalan (reliability) yaitu tingkat kendalan suatu produk atau
konsistensi keandalan sebuah produk didalam proses operasionalnya
dimata konsumen. Reliability sebuah produk juga merupakan ukuran
kemungkinan suatu produk tidak akan rusak atau gagal dalam suatu
periode waktu tertentu. Sebuah produk dikatakan memiliki Reliability
yang tinggi bilamana dapat menarik kepercayaan dari konsumen terkait
kualitas keandalan sebuah produk. Dimensi performance dan reability
sekilas hampir sama tetapi mempunyai perbedaan yang jelas. Reability
lebih menunjukkan probabilitas produk menjalankan fungsinya.
3. Features (Tambahan)
86
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
87
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
88
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
89
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
90
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Rating Kriteria
Negligible severity (Pengaruh buruk yang dapat
diabaikan). Kita tidak perlu memikirkan bahwa akibat ini
1
akan berdampak pada kualitas produk. Konsumen
mungkin tidak akan memperhatikan kecacatan ini.
91
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Rating Kriteria
Mild severity (Pengaruh buruk yang ringan). Akibat yang
2
ditimbulkan akan bersifat ringan, konsumen tidak akan
3
merasakan penurunan kualitas.
4 Moderate severity (Pengaruh buruk yang moderate).
5 Konsumen akan merasakan penurunan kualitas, namun
6 masih dalam batas toreransi.
High severity (Pengaruh buruk yang tinggi). Konsumen
7
akan merasakan penurunan kualitas yang berada diluar
8
batas toleransi.
Potential severity (Pengaruh buruk yang sangat tinggi).
9
Akibat yang ditimbulkan sangat berpengaruh terhadap
10
kualitas lain, konsumen tidak akan menerimanya.
92
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
93
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
4.2.6 Efektivitas
Menurut (Makmur, 2008) efektivitas organisasi adalah tingkat keberhasilan
pencapaian tujuan organisasi (target) atau dengan rumus sebgai berikut:
𝑅
𝐸=
𝑇
Keterangan:
E = Efektivitas
R = Realisasi (Proses dalam ini yaitu proses produksi, dan setiap
produksi proses terdiri dari input, throughput dan output)
T = Target
Berdasarkan teori tersebut, efektivitas merupakan penilaian terhadap
hubungan antara target yang direncanakan dengan realisasi yang dicapai.
Realisasi merupakan sebuah proses yang terdiri dari input, throughput
(proses) dan output. Umumnya teori efektivitas organisasi masih terkait
94
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
95
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Alur Penelitian
Mulai
Pendahuluan
Identifikasi Masalah
Menentukan Tujuan
Penelitian
Pengumpulan Data Dasar Teori
Konsep Kualitas,
Kondisi Penerapan
Manajemen Kualitas, Studi Literatur
FMEA Perusahaan
FMEA
Pengelompokan Failure
Berdasarkan Area Kerja
Perbaikan Berdasarakan
Analisis
Selesai
96
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
97
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Area / Current
Component / Failure Failure
Kategori Business Equipment
Function mode
Failure Effect S Cause O Prev. D RPN
Service Control
Storage /
Menampung Material Storage
Storage Mencemari
Crusher material Tumpah kurang Pembersi
HIGH
Tuban 2
BB
Altirnative keluar
lingkungan 7 luas dan 8 han 4 224
Alternative sekitar
untuk subtitusi storage tinggi lokasi
Bahan baku
Modifika
si
shaftGan
ti
Rel coupling
terlalu Rel
Rel Tripper /
Crusher rendah, diratakan
MEDIUM
Tuban 4
244TR1 jalur lintasan Rel rusak tripper stop 9 Roda aus, 8 retorque 5 360
tripper
rel tidak baut
alignment clamp
relInspek
si rutin
harian,
minggua
n
LCD /
memberi info
dari CCR ke LCD dan Tidak ada Power Perbaika
Crusher
HIGH
Tuban 2
252HP1 OP Loader Keyboard Informasi ke 5 Supply 8 n Power 6 240
Untuk Error Loader Rusak Supply
Komposisi
Blok Clay
98
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Area / Current
Component / Failure Failure
Kategori Business Equipment
Function mode
Failure Effect S Cause O Prev. D RPN
Service Control
Panas
Sambunga
induksi - Repair
Pemisah metal n Belt
HIGH CCT 469MS1
dari material sering
Belt Putus 6 magnet, 9 spacing 3 162
panas belt
nglokop
area
Fastener
Belt Conveyor Belt Baru kualitas
Crusher scrapper
HIGH
Tuban 3
243BC3 / transport insert (70 Belt sobek 7 Material 3 dilongga 7 147
material M) rusak kurang
rkan
Service
Control rutin
Valve pasca
aus, pemakai
Stripping
Pompa an, ganti
Stripping Machine Low
Stripping Hydraulic seal kit,
Machine Brook BM Power
HIGH CCT
Brook BM 250 / hydraulic
Tidak bisa 7 rusak, 5 ganti 5 175
Moving hose pompa,
250 membongkar saat travel
bocor repair
brick kiln
(Sparepar control
t valve,
obsolete) ganti
hose
99
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Area / Current
Component / Failure Failure
Kategori Business Equipment
Function mode
Failure Effect S Cause O Prev. D RPN
Service Control
Suhu
Service
ambient
rutin,
terlalu
ganti oil
Stripping tinggi,
Power tiap
Stripping Machine Overheat Cooling
hydraulic habis
Machine Brook BM Hydraulic system
MEDIUM CCT
Brook BM 250 / temperatur
drop, Power 7 tidak 8 pakai. 5 280
breaker Modif
250 membongkar e sempurna
berkurang cooling
brick kiln , (Part
system,
cooling
ganti
system
filter
obsolete)
Material
fatigue,
Stripping medan
Stripping Machine operasi
Repair
Machine Brook BM Track shoe Tidak bisa terlalu
MEDIUM CCT
Brook BM 250 / putus traveling 7 ekstrem 5 on 5 175
location,
250 membongkar (Banyak
brick kiln material
bongkara
n)
100
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Area / Current
Component / Failure Failure
Kategori Business Equipment
Function mode
Failure Effect S Cause O Prev. D RPN
Service Control
Design
Stripping
Waktu tidak
demolish lebih sesuai
lama (Tipe dengan
Stripping
Kemampu trackshoe medan Modifika
Stripping Machine
an butuh waktu < operasion si
Machine Brook BM
MEDIUM CCT
Brook BM 250 /
traveling / 1 jam, Tipe 6 al yang 7 dengan 5 210
moving roda butuh ada tracksho
250 membongkar
lama waktu 3 jam (Ganggua e, Tidak
brick kiln
dengan n material berhasil
lintasan yang pada
sama) lintasan
stripping
machine)
Inspeksi
minggua
n
Pengech
ekan by
ada
IP
indikasi
Perbaika
Drive / Vibrasi Merusak looseness
Crusher n
HIGH
Tuban 3
243BC5 menggerakkan pada area motor atau 7 bearing 6 clearenc 3 126
belt conveyor drive reducer reducer
e bearing
(check by
reducer
IP)
by BM
(trial
masih
ada
vibrasi.
101
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Area / Current
Component / Failure Failure
Kategori Business Equipment
Function mode
Failure Effect S Cause O Prev. D RPN
Service Control
Dinding
Storage Bahan
Storage
baku Material Material B3 Pembersi
Crusher kurang
MEDIUM
Tuban 1
251SS1 alternatif, Sering mencemari 8 tinggi dan 8 han by 3 192
Menyimpan tumpah lingkungan KPL
Beton
Material B3
Rusak
Metal
Material
Detector, Metal Tidak
Logam
Crusher Mendeteksi Lolos ke Merusak Belt, ada
HIGH
Tuban 4
234BC2
Logam asing alat bucket 7 Asing 7 pengend 5 245
tidak
yang terbawa transport alian
terdeteksi
material
Regrease
rutin 3
bulan
Bearing Base sekali,
469CR1M Motor drive
MEDIUM CCT
02 untuk sizer
Motor Motor Rusak 7 Plate 5 check 3 105
Cepat aus Vibrasi vibrasi
max 1
bulan
sekali
102
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Area / Current
Component / Failure Failure
Kategori Business Equipment
Function mode
Failure Effect S Cause O Prev. D RPN
Service Control
Penggant
ian type
Temparatu
oil grade
r oil
lebih
sirkulasi
Oli tinggi
bearing
Bearing sirkulasi -
Crusher hammer Limestone
HIGH
Tuban 1
231CR2 Hammer,
panas crusher mati 7 bearing 7 Modifika 4 196
Bantalan rotor. hammer si cover
92oC,
bocor seal.
mematikan
Dan
pada
Pemasan
100oC
gan
Breather
Ganti
Reducer, Reducer Seal
Crusher Oil reducer seal,
HIGH
Tuban 3
243BC6 Mereduce
bocor
kehabisan oil, 7 kurang 6 service 4 168
putaran motor Belt stop presisi
di BM
103
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Area / Current
Component / Failure Failure
Kategori Business Equipment
Function mode
Failure Effect S Cause O Prev. D RPN
Service Control
LPH
terlalu
tinggi
atau SIM
rendah
(<2),
Viskosita
sLPH
Reaktor sbg. tinggi
Tempat proses (ALM<1.
KILN Deformasi
MEDIUM
TUBAN 2
442KL1 klingkerisasi Red Spot
Shell kiln 7 2), Alkali 5 5 175
dg. Temp. tinggi.
1400 deg C - Dari
operasion
al:
thermal
shock,
brick, dan
pemakaia
n tipe
brick.
Reducer
Service
gearbox /
RAW Gaya axial reducer
untuk Overload
HIGH MILL 342RF1
mengurangi
bearing bearing pecah 7 feeding 6 tiap 5 210
TUBAN 2 IS2 overhoul
putaran dari
e
drive motor
RAW lifetime Inspeksi
331/2/3 Reducer Reducer
MEDIUM MILL
AC1-2 mengubah macet
Apron stop 9 lebih dari 3 dan 9 243
TUBAN 2 20 tahun lubrikasi
104
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Area / Current
Component / Failure Failure
Kategori Business Equipment
Function mode
Failure Effect S Cause O Prev. D RPN
Service Control
putaran drive rutinPem
motor berian
grease
pada seal
Bucket
Elevator /
Potong
RAW Transfer Steelcord
Belt bucket Sambun
MEDIUM MILL 351BE2 material Sudah
Putus 9 lifetime 4 g Belt 8 288
TUBAN 1 product dari Putus
bucket
Airslide ke
Silo.
Rubber
Belt
Sudah
getas,
-
Elastisita
Melapisi
Bucket s turun
permuka
Elevator / (Berdasar
an /
RAW Transfer Belt kan
Bucket stop Vulkanis
HIGH MILL 351BE2 material Bucket
Operasi 9 Pengeche 5 hing 5 225
TUBAN 1 product dari putus kan
permuka
Airslide ke terakhir
an by
Silo. dari
Konstruk
vendor
si.
Beumer
pada
septembe
r 2016*).
105
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Area / Current
Component / Failure Failure
Kategori Business Equipment
Function mode
Failure Effect S Cause O Prev. D RPN
Service Control
- Ganti
dengan
Legging
Lifetime Repair
RAW Bucket,
Legging Belt bucket Melebihi (lifetime
HIGH MILL 351BE2 Pengarah dan
Pecah rusak 7 standar (2 5 1 tahun) 6 210
TUBAN 1 Pelindung Belt
tahun) Service
dan Drum
saat
down
bucket
sangat
jarang
beroperas
RAW reducer,
i inspeksi
HIGH MILL 351BE4 mengurangi korosi gear rusak 7 sehingga 8 berkala 7 392
TUBAN 1 ratio putaran
terjadi
kondesasi
dalam
gear box
Maintain
operasi
torque
Ada kiln
initial dibawah
Pondasi / Vibrasi saat
KILN Pondasi crack 70
HIGH
TUBAN 2
442KL1 Support untuk
retak
torque di atas 8 yang 7 persen 3 168
Kiln drive 70 persen
kemasuka Menamb
n oil. ah
support
antara
pondasi
106
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Area / Current
Component / Failure Failure
Kategori Business Equipment
Function mode
Failure Effect S Cause O Prev. D RPN
Service Control
timur
dan barat
- software
PC dan tidak
Tidak bisa Reset
ELECTRI software untuk didukung
PLG melakukan rutin
HIGH CAL &
Tuban 1-2
Report dan Obsolete
report 6 lagi 8 hampir 3 144
DCS record - lifetime
produksi tiap hari
Produksi Hardware
.
Plat dan
support
korosif,
Lifetime Penguata
RAW Stack / Output
Stack (Belum n
MEDIUM MILL 341SK1 gas dari
keropos
Stack keropos 9 pernah 3 supportD 3 81
TUBAN 1 341EP1
ada oubling
Rekondis Plat
i sejak
1994)
107
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Area / Current
Component / Failure Failure
Kategori Business Equipment
Function mode
Failure Effect S Cause O Prev. D RPN
Service Control
Penggant
Pressure ian
rendah, Kualitas Semua
Langkah Material actuator
Actuator Seal saat
Actuator /
KILN tidak kurang Overhou
MEDIUM
TUBAN 1
441CC1 Penggerak
terpenuhi.
Cooler berat 7 bagus 7 le (22 7 343
cooler
12 stroke/ (Life time set)
mnt 5 bulan Inspeksi
menjadi 6 dari 12) Visual
stroke/mnt rutin (2
minggua
n)
Pembersi
Raw coal
han RF
Rotary Feeder Terlalu
COAL saat
/ Transport RF besar,
MEDIUM MILL 470RF1
Rawcoal dari MACET
Coal mill stop 8 Sludge 6 Tripped, 3 144
TUBAN 1 Inspeksi
470WF1 Hot Gas
rutin 2
line buntu
minggua
n
Material
Feeder / Pembersi
Rawcoal
Transfer han
COAL jelek
material FD Coal mill stop internal
MEDIUM MILL 470FD1
rawcoal dari MACET (interlock) 5 (Ukuran 8 FD saat 3 120
TUBAN 1 besar-
RF ke stopInsp
besar,
Coalmill eksi
Sludgy)
Rutin
108
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Area / Current
Component / Failure Failure
Kategori Business Equipment
Function mode
Failure Effect S Cause O Prev. D RPN
Service Control
blade
gate
kurang
gate pengatur
rapat,
material amber dan
RAW dust seal penggant
masuk ke overload di
HIGH MILL 352DV6
bucket kiln
brobos
bucket kiln 7 cepat 8 ian dust 5 280
TUBAN 2 rusak seal saat
feed atau feed
(material kiln off
bucket silo rm
kurang
tahan
panas)
Rate
Bucket
Capacity
Elevator Air Slide
KILN Kurang Umpan Ke
MEDIUM
TUBAN 1
421BE5 Untuk
Kebutuhan Kiln Kurang 4 Under 8 6 192
Transfer Dust Capacity
1200
Dari 421AS
ton/jam
kualitas design
classifier / produk classifier
RAW kualitas
341RM1M untuk rawmill berbeda menurun
MEDIUM MILL
02 memisahkan mess tinggi
clinker tidak 8 dengan 8 kan 7 448
TUBAN 1 sesuai
material halus ( >20) rawmill 3 kapasitas
target 17 dan 4
109
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Area / Current
Component / Failure Failure
Kategori Business Equipment
Function mode
Failure Effect S Cause O Prev. D RPN
Service Control
Infeksi
Obsolete
ELECTRI ER3 Cleaning
Current Short (life time
HIGH CAL & (PANEL
Transformer Circuited
Explosion 7 >20 5 Check 7 245
DCS MV 301) Termogr
tahun)
afi
DOWNPIPE
Perubaha
(Pipa outlet Buntu pada
KILN Coating n draft
HIGH
TUBAN 1
441PH1 dari stage 4
Lepas
downpipe 7 dan 6 6 252
ILC menuju discharge
thermal
ke inlet kiln)
shock
Power High
transformer/ temperatu
ELECTRI menurunkan Coil/winding re,
Trafo short Inspeksi
HIGH CAL & 442FN2 level tegangan
circuit
transformator 7 thermal 4 bulanan 6 168
DCS sebagai supply rusak fault,
rectifier acidity
ACS1000 tinggi
Power High
transformer/ temperatu
ELECTRI menurunkan Coil/winding re,
Trafo short Inspeksi
HIGH CAL & 442FN2 level tegangan
circuit
transformator 8 thermal 4 bulanan 6 192
DCS sebagai supply rusak fault,
rectifier acidity
ACS1000 tinggi
110
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Area / Current
Component / Failure Failure
Kategori Business Equipment
Function mode
Failure Effect S Cause O Prev. D RPN
Service Control
maintain
temperat
Nilai
ure
Variable kapasitansi
Temperat (Service
Speed drive / kapasitor
KILN 442FNRM DC BUS ure DC AC,
HIGH
TUBAN 2 O01
Mengatur DC BUS
undervoltage 7 BUS 4 Inspeksi 5 140
kecepatan link terjadi
capacitor VSD
motor deviasi >
>60oC Pembersi
10%
han
ruangan)
Service
rutin saat
shutdow
n dan
Life time overhoul
sudah e
VSD / Fan VSD VSD stop melebihi Pembersi
ELECTRI
342FN6M Mengatur indikasi karena 50.000 han rutin
MEDIUM CAL &
01 kecepatan bearing temperatur 8 jam. 7 filter 4 224
DCS
motor kasar tinggi Kondisi udarape
area mbersiha
kotor. n
ruangan
dan
inspeksi
bulanan
111
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Area / Current
Component / Failure Failure
Kategori Business Equipment
Function mode
Failure Effect S Cause O Prev. D RPN
Service Control
lifetime
lifetime, innerpart
inspeksi,
RAW temperatur hampir
reducer kerusakan ganti oil
HIGH MILL 321RR1
scrapper
e reducer
reducer, 7 mendekat 9 bila 7 441
TUBAN 1 panas & i
panas
suara kasar kerusaka
n gear
lifetime
over, rate
capacity
design inspeksi
450 &
reducer t/jam. service
RAW
reducer drive panas, kerusakan saat ini berkala,
MEDIUM MILL 321BC2
belt conveyor shaft hs reducer 7 dioperasi 8 ganti 8 448
TUBAN 1
aus, kan vbelt dan
dengan alignmen
rate t pulley
diatas
600
ton/jam
kondisi
operasi,
belt tipis, belt slip,
RAW belt conveyor / inspeksi
aus, carcas material
HIGH MILL 322BC1 transport
sudah
belt putus 8 terjepit 8 & repair 5 320
TUBAN 2 material belt
terlihat antara
skirt dan
belt
112
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Area / Current
Component / Failure Failure
Kategori Business Equipment
Function mode
Failure Effect S Cause O Prev. D RPN
Service Control
kondisi
operasi,
impact
roller
RAW belt aus, inspeksi
macet,
HIGH MILL 332BC1 belt conveyor carcas sdh belt putus 7 material 8 & repair 5 280
TUBAN 2 kelihatan belt
terjepit
antara
skirt dan
belt
vibrasi raw
lifetime
mill,
RAW bearing bearing bearing
pemakaian oli
HIGH MILL 341RM1 grinding roll macet, seal
meningkat, 8 (5 tahun), 7 inspeksi 7 392
TUBAN 1 & axle seal do bocor sal bocor
kerusakan tire
dan pecah
& table
lifetime
over (sdh
RAW reducer
kerusakan 8 tahun), inspeksi
HIGH MILL 352BE2 reducer bucket panas,
reducer 7 seal 8 rutin 8 448
TUBAN 2 suara kasar
bocor,
corosive
preasure
tools hydarulic kesalahan
RAW tak pembersi
torque & hydraulic pemakaia
HIGH MILL 341RM1
pump u/ assy
tercapai,
torque macet 7 n, over 8 han dan 7 392
TUBAN 1 tidak dapat perawata
grinding roll preasure
berputar n tools
113
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Area / Current
Component / Failure Failure
Kategori Business Equipment
Function mode
Failure Effect S Cause O Prev. D RPN
Service Control
Ganti
DC Drive 40
unit,
RAW HP/ Life time
Motor stop Apron service
HIGH MILL 331AC1 Penggerak
terbakar, conveyor 7 lebih 4 rutin, 8 224
TUBAN 1 reducer Apron pendek
inspeksi
Conveyor
by IP
IInspeksi
dan
Cleaning
GMU / GAS Tidak Bisa saat
KILN MONITORIN GMU Memonitoring overhoul
HIGH
TUBAN 1
441AN1
G UNIT Error Gas Buang 7 Motherbo 4 Serta 8 224
ard Rusak
ANALYZER Burner penggant
ian unit
yang
rusak
maximator
tools untuk
RAW hose, lifetime
repair reducer preassure tak
HIGH MILL 342RM1
mill, rocker
connector
tercapai 5 (>10 6 perawata 5 150
TUBAN 2 bocor tahun) n berkala
arm, grinding
roll dll
Check
termogra
ELECTRI Panas di
ER16 Cable duct / Kiln 1,2,3,4 fi dan
HIGH CAL &
(SUB 4) Tempat Cable
kabel short
stop 8 kabel 6 inspeksi 5 240
DCS duct
kabel
duct
114
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Area / Current
Component / Failure Failure
Kategori Business Equipment
Function mode
Failure Effect S Cause O Prev. D RPN
Service Control
Kondisi
Center Tube
dan Refractory IInspeksi
Sudah Pembersi Bila
Mengalami Aus Rusak han Stop
KILN Cyclone Cyclone
HIGH
TUBAN 1 PH
Keausan Centre
Buntu 7 Cyclone 7 Kiln 6 294
Dalam 2 tahun Tube Jatuh cukup Lebih
sehingga berbahay Dari 3
Proses a Hari
Calcinasi
Tidak Optimal
Kemungk
inan
adanya
flash over
pada
kontak
mekanik
tap test
Mensupply
TM402_T Kandunga changer DGA
ELECTRI Kebutuhan Akan Terjadi
RAFO n Gas di (Dissolv
MEDIUM CAL &
DISTRIB
Power Listrik
Acethylene
Explotion di 7 internal 6 e Gas 6 252
DCS Area Kiln Feet Internal Trafo
USI ER4 Cukup trafo Analysis
Tuban 1
Tinggi Kemungk )
inan di
sebabkan
rusaknya
sambung
an antara
coil
winding
115
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Area / Current
Component / Failure Failure
Kategori Business Equipment
Function mode
Failure Effect S Cause O Prev. D RPN
Service Control
trafo
menuju
ke kontak
tap
changer.
Pressure
Tidak
rendah,
bisa
Langkah
melakuka
Actuator
Actuator / n cek
KILN tidak
HIGH
TUBAN 1
441CC1 Penggerak
terpenuhi.
Cooler berat 7 kondisi 6 5 210
cooler actuator
12 stroke/
tanpa
mnt
mematika
menjadi 6
n kiln
stroke/mnt
Venting /
Flow Check
Sealing air
KILN rendah Mematikan kebocora pada
HIGH
TUBAN 1
470FN3 pressure
dibawah Atox mill 7 n Flexible 7 waktu 6 294
standar di atas
25 mbar Joint atox off
38 mbar
Inspeksi
misalign harian
Superbolt ment by
Superbolt ( 16
KILN putus >4 Maingear antara Operator
HIGH
TUBAN 3
443KL1 EA)/ Pengikat
EA di 1 lepas 9 shell kiln 7 , 7 441
maingear
titik dan minggua
maingear n by
PMKC
116
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Area / Current
Component / Failure Failure
Kategori Business Equipment
Function mode
Failure Effect S Cause O Prev. D RPN
Service Control
1.
Program
interlock
pressure
bottom
Stage 4
yaitu
a. L2 :
Line
20
downpipe
mmWG
COG 1
DOWNCOME selama 1
yang
443PH1 R / JALUR Stage 4 menit
KILN Tidak Dapat hanya
HIGH
TUBAN 3
STAGE 4 MATERIAL cyclone
Feeding 9 digunaka 5 interlock 5 225
ILC FEEDING KE buntu mematik
n pada
KILN an
saat
443FN1
Feeding
b. L3 :
Buntu
10
mmWG
selama 1
menit
interlock
mematik
an
443FN1
117
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Area / Current
Component / Failure Failure
Kategori Business Equipment
Function mode
Failure Effect S Cause O Prev. D RPN
Service Control
Rotor / Alat
timbang
material Gap Inspeksi
Motor Suply Material
KILN pulvurize Motor visula
HIGH
TUBAN 4
484PW01
untuk
Trip/Overl Pulvurize 6 Tidak 5 minggua 10 300
oad Terganggu
memenuhi Sama n
kebutuhan
operasi
Rotor / Alat
timbang
material Material
Motor Suply Material
KILN pulvurize Menggu
HIGH
TUBAN 4
484PW01
untuk
Trip/Overl Pulvurize 6 mpal di 8 2 96
oad Terganggu
memenuhi Motor
kebutuhan
operasi
118
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Area / Current
Component / Failure Failure
Kategori Business Equipment
Function mode
Failure Effect S Cause O Prev. D RPN
Service Control
Mengen
dalikan
pola
COAL Reducer / Bevel FIlter oil Life time
operasi
MEDIUM MILL 473RM01 Memutar Pimion dan Sirkulasi 5 hampir 5 Inspeksi 4 100
TUBAN 3 Table coalmill pinion aus buntu 20 tahun
/ service
oil filter
by PM
utilitas
- Check
vibrasi
bulanan
-visual
inspeksi
minggua
Bucket n saat
Diduga
elevator / running
RAW Gear ada benda
Transport - Check
HIGH MILL 353BE1
material
reducer Bucket tripped 8 asing 6 visual 5 240
TUBAN 3 Hancur Bearing
produk internal
rusak
rawmill gearbox
6
bulanan
- Ganti
oil
gearbox
tahunan.
119
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Area / Current
Component / Failure Failure
Kategori Business Equipment
Function mode
Failure Effect S Cause O Prev. D RPN
Service Control
- Kualitas
sambung
an hot
splacing
kurang
bagus.
-
Counterw
eight -
Belt conveyor
overweig Inspeksi
RAW / transport
belt conveyor ht rutin
HIGH MILL 324BC03 material dari belt putus
stop 8 - Metode 5 - Potong 6 240
TUBAN 4 reclamer ke
penyamb sambung
mix bin
ungan belt
kurang
tepat
- Kualitas
Material
belt
conveyor
kurang
bagus.
Expansion Design
Inspeksi
Joint Expansio
Expansion Terjadi minggua
KILN Downcomer / n yang
MEDIUM
TUBAN 4
444FN01
Sambungan
Joint Kebocoran 4 terpasang 8 n, 4 128
deformasi dan False air Penamba
Fleksibel antar Kurang
lan
Ducting sesuai
120
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Area / Current
Component / Failure Failure
Kategori Business Equipment
Function mode
Failure Effect S Cause O Prev. D RPN
Service Control
Design
Expansion
Expansio Inspeksi
Joint Support,
Expansion n joint minggua
KILN downcomer / ducting
HIGH
TUBAN 4
444FN01
Sambungan
joint
downcomer 7 yang 8 n, 4 224
deformasi terpasang Penamba
flexible antar rusak / colapse
kurang lan
ducting
sesuai
Penguata
n
Pondasi baseplate
Fan /
kurang (pasang
Menghasilkan Bearing motor
KILN Fan vibrasi kuat, penguat
HIGH
TUBAN 3
443FNF udara untuk
tinggi
atau bearing 8 tidak ada 6 base 3 144
pendinginan fan rusak
vibration plate)
cooler
damper Inspeksi
minggua
n (PML
dan IP)
Fan / Inspeksi
Housing Bearing
KILN Mengalirkan Fan vibrasi rutin
MEDIUM
TUBAN 3
483FN4
udara untuk tinggi
bearing motor 7 motor 6 minggua 3 126
rusak rusak
burner gun n
memprio
Menggiling Size ritaskan
FINISH Mill
Clinker material dome 2
HIGH MILL 540RM1
menjadi
Vibrasi Mill mati 8 Clinker 6 untuk 6 288
TUBAN 1 tinggi
Semen halus diisi dari
kiln 1-2.
121
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Area / Current
Component / Failure Failure
Kategori Business Equipment
Function mode
Failure Effect S Cause O Prev. D RPN
Service Control
kabel
smartfill unit / repair
sensor
mendeteksi support
FINISH fill level terkelupa
volume penunjukan kabel,
MEDIUM MILL 544BM1
material
sensor
tidak akurat 6 s karena 4 retorque 4 96
TUBAN 2 rusak support
kompartemen fill level
sensor
ball mill sensor
lepas
Inspeksi
rutin 1
Transportasi Chain
FINISH bulan
terakraw Bucket lifetime
HIGH MILL 523BE1
material line elongation
Bucket alarm 6 (original 6 sekali 3 108
TUBAN 3 saat
mill 5 3 tahun)
service
rutin
Penguata
n
Mendeteksi support
metal yang False Kondisi Belt
FINISH
tercampur Signal area / conveyor
HIGH MILL 547MD01
material agar awal start
mill vibrasi 9 equipmen 6 , 5 270
TUBAN 4
tidak masuk mill t vibrasi memper
mill panjang
delay
alarm
122
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Area / Current
Component / Failure Failure
Kategori Business Equipment
Function mode
Failure Effect S Cause O Prev. D RPN
Service Control
Deformas Doublin
i pada g plate
BOLT
FINISH trunion trunion
TRUNION / BOLT Material /
HIGH MILL 546BM1
MENGIKAT PUTUS semen bocor 7 plate, 8 Ganti 6 336
TUBAN 3 Comparte dimensi
TRUNION
men 1 dan
overload material
bolt
Kondisi
belt
bucket
retak-
retak
diseluruh
mengalami
top dan
Bucket kerusakan
bottom
elevator pada steel
cover
merupakan cord belt
sehingga
equipment bucket
PACKER belt bucket tidak Inspeksi
HIGH
TUBAN 2
626BE1 transport elevator
elevator putus 8 mampu 5 Rutin 5 200
semen dari dan retak
mengcov
silo ke di seluruh
er
screening top dan
kekuatan
machine bottom
tarik pada
cover
maksimal
operasi.
Hardness
rubber
yang
melebihi
123
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Area / Current
Component / Failure Failure
Kategori Business Equipment
Function mode
Failure Effect S Cause O Prev. D RPN
Service Control
standart
mengakib
atkan
keausan
tension
pulley
lebih
cepat.
Hardness
mengalami
rubber
Bucket kerusakan
yang
elevator pada steel
melebihi Monitori
merupakan cord belt
standart ng
equipment bucket
PACKER belt bucket mengakib Operasi
HIGH
TUBAN 3
628BE1 transport elevator
elevator putus 8 atkan 5 dan 5 200
semen dari dan retak
keausan repair
silo ke di seluruh
tension conditio
screening top dan
pulley nal.
machine bottom
lebih
cover
cepat.
Cable Menutup
Cable Flexible power 20 lecetan
/ Power 20 KV isolasi
KV for tersebut cable
Isolator & Short circuit
Siwertell from tertarik dengan
MEDIUM Pelabuhan 656SU1
MVS ER 1 to
Cable cable, trafo 10 oleh 6 isolator 5 300
broken rusak,
Trafo proses tape.
Siwertell operasion Mengga
(Movable) al dan nti
kekuatan beberapa
124
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Area / Current
Component / Failure Failure
Kategori Business Equipment
Function mode
Failure Effect S Cause O Prev. D RPN
Service Control
kabel cable
tersebut chain
berkuran yang
g akibat rusak
kerusaka dan
n penduku
sebelumn ngknya.
ya, Cable
Chain
nya
banyak
yg rusak
akibat
tertabrak
alat berat
bongkar
muat batu
bara
Kabrl
kabel Kabel
obsolote Cek
Electrical power/suply banyak Power ke PH
dan visual
MEDIUM dan 20019572 power ke ph 2 sambungan 2 - Pelabuhan 9 banyak 8 jaringan 9 648
Penunjang - pelabuhan dan sudah Gresik Trip
sambung kabel
gresik obsolote
an
125
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Area / Current
Component / Failure Failure
Kategori Business Equipment
Function mode
Failure Effect S Cause O Prev. D RPN
Service Control
Bucket
bucket elevator tidak
elevator finish bisa
mill # dioperasikan DILAK
SG-2301- Penggantia Kompone
Finish Mill b/memindahka yang UKAN
HIGH
Gresik
FM-420-
n material
n Chain
mengakibatka 10 n sudah 8 INSPEK 3 240
2W014B bucket obsolete
product dari n supply SI
mill ke air material ke RUTIN
sparator finish mill
terhambat
Automatio
Charger
automation
sudah Finish Mill
charger Kompone Service
Finish Mill obsolete ABC gresik
HIGH
Gresik
20018328 kontrol finish
dan tidak tidak bisa 10 n sudah 9 rutin dan 9 810
mill a b c obsolete inspeksi
menjamion beroperasi
gresik
performan
ce
melakuk
liner sheel an
liner, 1-st sudah aus pengelas
penggantia
compartment / sehingga an dan
n liner
SG-2301- melapisi sheel kepala baut penamba
Finish Mill sheel
HIGH
Gresik
FM-421- mill dari
karena
liner juga 9 life time 8 lan pada 3 216
2G001 impact bola - terjadi aus tube mill
kondisi
bola dan akibat tidak agar
sudah aus
material terlindungi tidak
oleh liner terjadi
kebocora
n
126
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Area / Current
Component / Failure Failure
Kategori Business Equipment
Function mode
Failure Effect S Cause O Prev. D RPN
Service Control
Dilakuka
n
Inspeksi
Gear Unit
Secara
Sudah
Mereduce Gear Unit Rutin,
Beberapa Kali
SG-2301- Putaran & Komponen Service,
Finish Mill Mengalami
HIGH
Gresik
FM-423- Penggerak Sudah Aus
Kerusakan, 7 lifetime 8 Penggant 7 392
2W003X Bucket dan Terjadi ian Oli,
Vibrasi Dan
Elevator Vibrasi Cek
Temperature
Vibrasi
Tinggi
dan
Tempera
ture.
Supply Air
Electrical Vertical Performa dari bak Performa
HIGH dan 50015777 Turbine Pump Pump Tubanan 7 Pump 8 8 448
Penunjang Bak Tubanan Rendah Terganggu/Ma Menurun
cet
127
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Area / Current
Component / Failure Failure
Kategori Business Equipment
Function mode
Failure Effect S Cause O Prev. D RPN
Service Control
Compressor
Existing
Obsolote Dilakuka
SG-2301-
PACKER Compressor / Compresso sering n
HIGH
GRESIK
PM-642-
Supplying Air r Existing mengalami 9 Life Time 8 Service 8 576
2K006
Obsolote kerusakan dan Rutin
Sparepart
Obsolote
Welding
Welding Machine
Dilakuka
Electrical SG-2306- Welding Machine Miller tidak
LIFE n
HIGH dan GN-AAB- Machine Miller bisa diperbaiki 7 TIME 7 Service 6 294
Penunjang WM Miller mengalami karena
Rutin
kerusakan sparepart
Obsolote
Cek
Kondisi
Liner dan
Liner (di
Baut
Throat Liner / Head Wall Outer Liner dokumen
tergerus
Pelindung Liner / Aus, Inner tasi) dan
Finish Mill Finish oleh
HIGH
Gresik Mill#B
Shell Tube Throat Liner Aus, 9 Grinding 10 Test 3 270
Mill bagian Liner Aus Baut Liner Keausan
Ball dan
belakang 1 Set Aus. Liner
Material
Secara
Cement
Periodik
3 bulan
128
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Keterangan Area
: Finish Mill
: Electrical dan Penunjang
: Packer Gresik
: Pelabuhan
: Kiln
: Raw Mill
: CCT
: Crusher
: Coal Mill
129
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
130
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Area /
Kategori Kategori
No Business Equipment RPN
Salah Tepat
Service
CRUSHER
7 HIGH 243BC5 126 MEDIUM
TUBAN 3
CRUSHER
8 MEDIUM 251SS1 192 HIGH
TUBAN 1
CRUSHER
9 HIGH 243BC6 168 MEDIUM
TUBAN 3
CRUSHER
10 MEDIUM 243BCA 245 HIGH
TUBAN 3
RAW MILL
11 MEDIUM 331/2/3 AC1-2 243 HIGH
TUBAN 2
RAW MILL
12 MEDIUM 351BE2 288 HIGH
TUBAN 1
KILN TUBAN
13 HIGH 442KL1 168 MEDIUM
2
ELECTRICAL
14 HIGH PLG Tuban 1-2 144 MEDIUM
& DCS
RAW MILL
15 HIGH 351BE2 96 MEDIUM
TUBAN 1
KILN TUBAN
16 MEDIUM 441CC1 343 HIGH
1
KILN TUBAN
17 MEDIUM 421BE5 192 HIGH
1
RAW MILL
18 MEDIUM 341RM1M02 448 HIGH
TUBAN 1
131
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Area /
Kategori Kategori
No Business Equipment RPN
Salah Tepat
Service
ELECTRICAL
19 HIGH 442FN2 168 MEDIUM
& DCS
KILN TUBAN
20 HIGH 442FNRMO01 140 MEDIUM
2
ELECTRICAL
21 MEDIUM 342FN6M01 224 HIGH
& DCS
RAW MILL
22 MEDIUM 321BC2 448 HIGH
TUBAN 1
RAW MILL
23 HIGH 342RM1 150 MEDIUM
TUBAN 2
TM402_TRAFO
ELECTRICAL
24 MEDIUM DISTRIBUSI 252 HIGH
& DCS
ER4
KILN TUBAN
25 HIGH 484PW01 96 MEDIUM
4
KILN TUBAN
26 MEDIUM 443CR1 210 HIGH
3
KILN TUBAN
27 HIGH 443FNF 144 MEDIUM
3
FINISH MILL
28 HIGH 523BE1 108 MEDIUM
TUBAN 3
29 MEDIUM PELABUHAN 656SU1 300 HIGH
132
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Area /
Kategori Kategori
No Business Equipment RPN
Salah Tepat
Service
ELECTRICAL
31 MEDIUM DAN 20019572 648 HIGH
PENUNJANG
133
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
RPN
New
New
New
New
Actions
Occ
Sev
Det
Taken
Pada table Action Result terdapat kolom action taken yang berarti
tindakan apa saja yang harus dilakukan atau tahap apa saja yang harus
dikerjakan untuk memperbaiki failure mode yang ada sehingga ketika
ada failure mode yang sama terulang kembali maka record data
sebelumnya sangat berguna untuk digunakan dalam mengatasi hal
tersebut. Kemudian kolom new severity, new occurance, new detection
and new risk priority tetap seperti dengan tabel yang sedang digunakan
oleh PT. Semen Gresik. Tujuan dari adanya hal tersebut agar user
dapat mengetahui seberapa signifikan penurunan kategori resiko
setelah adanya perbaikan.
Table 4.4.4.2 Desain Form Rekomendasi FMEA
134
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
135
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Failure Failure
No Area Tuban Frek. Kategori Failure mode Solusi
Effect Cause
1. Crushr 1 1 H Temparatur oil Limestone Oli sirkulasi a. Penggantian type oil
sirkulasi crusher mati bearing grade lebih tinggi
bearing hammer b. Modifikasi cover seal.
hammer panas bocor c. Pemasangan Breather
92C bersifat
mematikan
pada 100 C
1 dan 2 3 H Material Mengotori Storage Pembersihan Lokasi
Tumpah keluar lingkungan kurang luas
storage sekitar dan tinggi
2 1 H LCD dan Tidak ada Power Perbaikan Power Supply
Keyboard Informasi Supply Rusak
Error ke Loader
136
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Failure Failure
No Area Tuban Frek. Kategori Failure mode Solusi
Effect Cause
3 1 M Oil reducer Reducer Seal kurang Ganti seal, service di BM
bocor kehabisan presisi
oil, Belt
stop
3 2 H Belt Rusak Belt Sobek a. Kualitas a. Fastener Scapper
Material dilonggarkan
Kurang b. Inpeksi rutin PMCR
b. Ada roll dan OPCR
yang macet
3 1 M Vibrasi Pada Merusak ada indikasi Inspeksi mingguan
Area Drive Motor atau looseness Pengechekan by IP
Reduce bearing Perbaikan clearence
reducer bearing reducer by BM
(check by IP) (trial masih ada vibrasi).
4 1 M Shaft Bending Vibrasi Reducer Inspeksi Rutin, Ganti
menyebabk cacat motor 0.75KW
137
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Failure Failure
No Area Tuban Frek. Kategori Failure mode Solusi
Effect Cause
an bearing
motor rusak
4 1 H Rel Rusak Tripper Rel terlalu Modifikasi shaft Ganti
Stop rendah, Roda coupling Rel diratakan,
aus, rel tidak retorque baut clamp rel
alignment Inspeksi rutin harian atau
mingguan
4 1 H Metal Lolos ke Merusak Material Tidak ada pengendalian
alat transport Belt, bucket Logam Asing
tidak
terdeteksi
Total 12 Frekuensi Failure Mode
Failure Failure
No Area Tuban Frek. Kategori Failure mode Solusi
Effect Cause
138
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
139
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
140
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
141
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
kiln dan
clinker;
b. LPH
terlalu
rendah
atau SIM
tinggi
(>3), LPH
terlalu
tinggi atau
SIM
rendah
(<2),
Viskositas
LPH
tinggi
(ALM<1.
2), Alkali
tinggi.
142
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
c. Dari
operasion
al:
thermal
shock,
ring atau
coating
buildup
jatuh,
umur
brick,
pemasang
an brick,
dan
pemakaia
n tipe
brick.
3 1 H Stage 4 Tidak Dapat Line Program interlock
cyclone buntu Feeding downpipe pressure bottom Stage 4
143
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
144
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
145
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
b. Support, Kurang
ducting sesuai
downco
mer
rusak /
colapse
Total 19 Frekuensi Failure Mode
146
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
147
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
medan
operasi
terlalu
ekstrem
(Banyak
material
bongkaran)
1 H Kemampuan Waktu Design Modifikasi dengan
traveling / demolish Stripping trackshoe, Tidak berhasil
moving lama lebih lama tidak sesuai
(Tipe dengan
trackshoe medan
butuh waktu operasional
< 1 jam, yang ada
Tipe roda (Gangguan
butuh waktu material pada
3 jam lintasan
dengan stripping
machine)
148
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
lintasan
yang sama)
1 M Bearing Motor Motor Base Plate Regrease rutin 3 bulan
Cepat aus Rusak Vibrasi sekali, check vibrasi max
1 bulan sekali
Total 6 Frekuensi Failure Mode
149
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
150
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Rekondisi
sejak 1994)
1 1 H Motor Apron Life time a. Ganti unit bar
Terbakar Conveyor lebih pendek b. Service rutin
Berhenti Inpeksi berkala
1 1 H Kualitas Kualitas Design Menurunkan Kapasitas
Produk Clinker Classifier
Rawmill Mess Tidak Berbeda
Tinggi (>20) Sesuai dengan
Target 17 Rawmill 3
dan 4
1 1 H Kerusakan a. Tempera a. Life time a. Inspeksi dang anti oli
Reducer ture Innerpart bila panas
Reducer hamper b. Ganti Vbelt dan
Panas mendekati alignment pulley
dan kerusakan
Suara gear
Shaft Rate
Aus capacity
151
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
design
450 t/jam.
saat ini
dioperasik
an dengan
rate diatas
600
ton/jam
1 3 H Belt Buckeet a. Bucket a. Rubber a. Melapisi permukaan /
2 2 H Rusak / Putus Stop Belt Vulkanishing
4 1 H Operasi Sudah permukaan
b. Legging getas, b. Ganti dengan Repair
pecah Elastisita (lifetime 1 tahun)
c. Steelcor s turun Service saat down
d Sudah (Berdasa c. Potong Sambung Belt
Putus rkan bucket
d. Belt Pengech d. Inspeksi dan Repair
Conveyo ekan Belt
r Aus terakhir
152
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
e. Belt dari
Tipis, vendor
Carcas Beumer
Sudah pada
Terlihat septemb
f. Belt er 2016).
conveyo b. Lifetime
r Stop Melebihi
standar
(2 tahun)
c. Lifetime
d. Kondisi
Operasi,
Belt
SUP,
Material
terjepit
antara
153
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
skirt dan
belt
e. Kualitas
sambung
an hot
splacing
kurang
bagus.
f. Counter
weight
overwei
ght
g. Metode
penyamb
ungan
kurang
tepat
Kualitas
154
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
h. Material
belt
conveyo
r kurang
bagus.
2 1 M Connector Preassure Life time > 10 Perawatan berkala
Bocor tak Tercapai tahun
155
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
156
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Failure Failure
No Area Frek. Kategori Failure mode Solusi
Effect Cause
157
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
5. Electrical & DCS 1 M Obsolete Tidak bisa a. software Reset rutin hampir tiap
melakukan tidak hari
report didukung
produksi lagi
b. 1lifetime
Hardware.
1 H Short Circuited Explosion Obsolete (life Infeksi Cleaning Check
time >20 Termografi
tahun)
2 H Trafo short Coil/windin High Inspeksi bulanan
circuit g temperature,
transformat thermal fault,
or rusak acidity tinggi
2 H Fan VSD VSD stop Life time Service rutin saat
indikasi karena sudah shutdown dan overhoule
bearing kasar temperatur melebihi Pembersihan rutin filter
tinggi 50.000 jam. udara, pembersihan
Kondisi area ruangan dan inspeksi
kotor. bulanan.
158
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
159
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
coil
winding
trafo
menuju ke
kontak tap
changer.
1 H Kabel banyak Power ke Kabrl Cek visual jaringan kabel
sambungan PH 2 - obsolote dan
dan sudah Pelabuhan banyak
obsolote Gresik Trip sambungan
160
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
mengalami bisa
kerusakan diperbaiki
karena
sparepart
Obsolote
Total 11 Frekuensi Failure Mode
Failure
No Area Tuban Frek. Kategori Failure mode Failure Cause Solusi
Effect
6. Finish Gresik 1 H Penggantian Bucket Komponen Service rutin dan inspeksi
Mill Chain bucket elevator sudah obsolete
tidak bisa
dioperasik
an yang
mengakiba
tkan
supply
material ke
161
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
finish mill
terhambat
Gresik 1 H Head Wall Outer Liner dan Baut Cek Kondisi Liner (di
Liner / Throat Liner Aus, tergerus oleh dokumentasi) dan Test
Liner Aus 1 Set Inner Grinding Ball Keausan Liner Secara
Liner Aus, dan Material Periodik 3 bulan
Baut Liner Cement
Aus.
Gresik 1 H Gear Unit Gear Unit Life time Dilakukan Inspeksi Secara
Komponen Sudah Rutin, Service,
Sudah Aus dan Beberapa Penggantian Oli, Cek
Terjadi Vibrasi Kali Vibrasi dan Temperature.
Mengalam
i
Kerusakan
, Vibrasi
Dan
162
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Temperatu
re Tinggi
Gresik 1 H Excavator Supply Life time Inspeksi M
sparepart Material di
obsolete Finish Mill
terganggu
Gresik 1 H Penggantian Liner sheel Life time Melakukan pengelasan dan
Liner Sheel sudah aus penambahan pada tube mill
karena kondisi sehingga agar tidak terjadi
sudah Aus kepal baut kebocoran.
linear juga
terjadi aus
akibat
tidak
dilindungi
oleh liner
Gresik 1 H Automatio Finish Mill Komponen Service rutin dan inspeksi
Charger sudah ABC sudah obsolete
obsolete dan gresik
163
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
164
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Tuban Failure
No Area Frek. Kategori Failure mode Failure Cause Solusi
Effect
7. Packer Gresik 1 H Compressor Compress Life Time Dilakukan Service Rutin
Existing or Existing
Obsolote Obsolote
sering
mengalam
i
kerusakan
dan
165
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Sparepart
Obsolote
Gresik 1 H PLC sudah Release Obsolote Service/Cleanin dan
obsolete packer connection
sehingga berhenti
performance total
tidak bisa
dipastikan
2 dan 3 2 H mengalami belt bucket Kondisi belt Monitoring Operasi dan
kerusakan pada elevator bucket retak- repair conditional.
steel cord belt putus retak diseluruh
bucket elevator top dan bottom
dan retak di cover sehingga
seluruh top dan tidak mampu
bottom cover mengcover
kekuatan tarik
pada maksimal
operasi.
Hardness
166
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
rubber yang
melebihi
standart
mengakibatkan
keausan
tension pulley
lebih cepat.
Failure Failure
No Area Tuban Frek. Kategori Failure mode Solusi
Effect Cause
8. Coal 1 2 M RF dan FD Coal mill a. Raw coal a. Pembersihan RF saat
Mill macet stop Terlalu Tripped, Inspeksi rutin
besar, 2 mingguan
(interlock) Sludge Hot b. Pembersihan internal
Gas line FD saat stopInspeksi
buntu Rutin
167
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
b. Material
Rawcoal
jelek
(Ukuran
besar-besar,
Sludgy)
3 1 M Bevel Pimion FIlter oil Life time Mengendalikan pola
dan pinion aus Sirkulasi hampir 20 operasi
buntu tahun Inspeksi / service oil filter
by PM utilitas
Total 3 Frekuensi Failure Mode
168
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
169
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
4.4.6 Hasil dan Pembahasan Failure Mode, Frekuensi dan Efektivitas FMEA
1. Area Crusher
a) Analisis Risk Priority Number (RPN) di Area Crusher
Berdasarkan data yang telah diperoleh melalui record penerapan
FMEA tahun 2017 pada area Crusher maka didapatkan data untuk
analisis sebagai berikut:
Tabel 4.4.6.1 FMEA Crusher 2017
Dari table 1. FMEA crusher 2017 dapat dilihat bahwa yang memiliki
failure mode yang paling banyak yaitu pada Tuban 3 dan 4. Pada tuban
170
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Pada tuban 4 terdapat 2 jenis kategori resiko yaitu High dan Medium.
Resiko high pada area tuban 4 terdapat kendala yaitu Metal lolos ke
alat transport yang dapat menyebakan Merusak Belt dan bucket
sehingga solusi yang perlu dilakukan adalah inspeksi rutin setiap
bulan. Pada kategori Medium dengan failuire mode Shaft Bending dan
Rel Rusak juga perlu dilakukan tindakan akan kejadian tidak berulang
lagi.
Pada area crusher yang terdapat di tuban 1 dan tuban 2 mengalami hal
yang memiliki resiko high dan memiliki frekuensi sebanyak 3 kali
dalam setahun. Failure mode yang muncul adalah material tumpah
keluar storage yang menyebabkan lingkungan sekitar menjadi kotor.
171
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Untuk itu, solusi yang paling tepat yaitu strorage harus dibuat menjadi
lebih luas dan lebih tinggi agar material tidak tumpah lagi ke storage.
Banyak hal – hal yang akan berdampak buruk terhadap proses
produksi yang ada di PT. Semen Gresik (Persero) sehingga perlu
mencermati tindakan preventif yang ada di Tuban 3 dan tuban 4 yang
mampu mengantisipasi terjadinya kesalahan serupa dengan tuban 1
dan tuban 2.
Dan juga pada area crusher tuban 3 yang harus diprioritaskan untuk
diperbaiki terlebih dahulu yaitu menyelesaikan masalah (failure mode)
Belt rusak dengan kategori High, frekuensi kejadian sebanyak 2
kali/tahun dan nilai RPN sebesar 247. Hal tersebut harus diselesaikan
terlebih dahulu karena jika dibiarkan akan membuat kualitas material
kurang dan menyebabkan roll macet serta kejadian ini sudah berulang
sebanyak 2 kali. Untuk itu solusinya yaitu fastener scrapper
dilonggarkan dan inspeksi rutin PMCR dan OPCR. Selanjutnya yang
harus diprioritaskan untuk diperbaiki terlebih dahulu yaitu
172
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
173
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Keterangan :
3 𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝑚𝑜𝑑𝑒
𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =
1 𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝑚𝑜𝑑𝑒
174
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
3 𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝑚𝑜𝑑𝑒
𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =
1 𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝑚𝑜𝑑𝑒
175
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
2. Area Klin
a) Analisis Risk Priority Number (RPN) di Area Kiln
Berdasarkan data yang telah diperoleh melalui record penerapan
FMEA tahun 2017 pada area Kiln maka didapatkan data untuk
analisis sebagai berikut:
Tabel 4.4.6.3 Kiln FMEA Crusher 2017
176
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
177
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Dari table 2. FMEA area Kiln 2017 dapat dilihat bahwa yang
memiliki failure mode yang paling banyak yaitu pada Tuban 1
sebanyak 7 failure mode. Hal tersebut menandakan bahwa
perawatan atau banyak kendala baru yang belum diketahui
kemudian terjadi sehingga perlu adanya penangan secara cepat
agar tidak merusak proses yang lainnya karenan mengingat bahwa
Kiln merupakan jantung dari proses pengolahan bahan baku
semen. Dari failure mode yang ada di area Kiln Tuban 1 semuanya
memiliki kategori High namun yang perlu diprioritaskan untuk
ditangani terlebih dahulu adalah failure mode Pressure rendah,
Langkah Actuator tidak terpenuhi. 12 stroke/ mnt menjadi 6
stroke/mnt karena memiliki nilai risk priority number paling
tinggi sebesar 343. Solusi untuk memperbaikinya yaitu
Penggantian Semua actuator saat Overhoule (22 set) dan Inspeksi
Visual rutin (2 mingguan).
178
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
179
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
180
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Dari table 4.4.6.4 Data Frekuensi failure mode di Area Kiln mengenai
data frekuensi failure mode di Kiln dapat digunakan untuk menentukan
apakah penerapan FMEA di area crusher sudah efektif atau kurang
efektif. Untuk itu, berikut rumusnya :
Keterangan :
181
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
1 𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝑚𝑜𝑑𝑒
𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =
1 𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝑚𝑜𝑑𝑒
1 𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝑚𝑜𝑑𝑒
𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =
1 𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝑚𝑜𝑑𝑒
2 𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝑚𝑜𝑑𝑒
𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =
1 𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝑚𝑜𝑑𝑒
182
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
2 𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝑚𝑜𝑑𝑒
𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =
1 𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝑚𝑜𝑑𝑒
183
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa area central coal transport
memiliki 6 failure mode yang terdiri dari 4 kategori medium dan 2
kategori high. Dari failure mode yang ada maka yang perlu
diprioritaskan terlebih dahulu untuk diperbaiki yaitu failure mode
overheat hydraulic temperature karena memiliki nilai risk priority
number tertinggi sebesar 280. Jika tidak dilakukan action perbaikan
maka effect yang timbul adalah Power hydraulic drop dan Power
breaker berkurang yang diakibatkan oleh Suhu ambient terlalu tinggi
dan Cooling system tidak sempurna (Part cooling system obsolete)
sehingga solusi yang tepat untuk memperbaiki failure tersebut yaitu
Service rutin, ganti oil tiap habis pakai, modif cooling system dan ganti
filter.
184
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Dari table diatas mengenai data frekuensi failure mode di Central Coal
Transport dapat digunakan untuk menentukan apakah penerapan
FMEA di area Central Coal Transport sudah efektif atau kurang
efektif. Untuk itu, berikut rumus menghitung efektivitas :
Keterangan :
185
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
1 𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝑚𝑜𝑑𝑒
𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =
1 𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝑚𝑜𝑑𝑒
186
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Dari table 2. FMEA area Raw Mill 2017 dapat dilihat bahwa yang
memiliki failure mode yang paling banyak yaitu pada Tuban 1
sebanyak 7 failure mode dengan 5 kategori High dan 2 kategori
Medium. Hal tersebut menandakan bahwa perawatan atau banyak
kendala baru yang belum diketahui kemudian terjadi secara tiba – tiba
sehingga perlu adanya penangan secara cepat agar tidak merusak
187
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
proses yang lainnya. Dari failure mode yang ada di area Raw Mill
Tuban 1 terdapat 5 kategori High namun yang perlu diprioritaskan
untuk ditangani terlebih dahulu adalah failure mode kerusakan reducer
dan kualitas produk raw mill mess karena sama – sama memiliki nilai
risk priority number paling tinggi sebesar 448. Solusi untuk
memperbaikinya yaitu Penggantian Semua actuator saat Overhoule
(22 set) Inspeksi Visual rutin (2 mingguan), Inspeksi dang anti oli bila
panas dan Ganti Vbelt dan alignment pulley.
188
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
189
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Dari table diatas mengenai data frekuensi failure mode di Raw Mill
dapat digunakan untuk menentukan apakah penerapan FMEA di area
Raw Mill sudah efektif atau kurang efektif. Untuk itu, berikut
rumusnya :
Keterangan :
190
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
3 𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝑚𝑜𝑑𝑒
𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =
1 𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝑚𝑜𝑑𝑒
2 𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝑚𝑜𝑑𝑒
𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =
1 𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝑚𝑜𝑑𝑒
1 𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝑚𝑜𝑑𝑒
𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =
1 𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝑚𝑜𝑑𝑒
191
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
1 𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝑚𝑜𝑑𝑒
𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =
1 𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝑚𝑜𝑑𝑒
192
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
193
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
194
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
FMEA di area Electical dan DCS sudah efektif atau kurang efektif.
Untuk itu, berikut rumus menghitung efektivitas:
Keterangan :
2 𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝑚𝑜𝑑𝑒
𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =
1 𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝑚𝑜𝑑𝑒
195
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
196
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Dari table 2. FMEA area Finish Mill 2017 memiliki failure mode
sebanyak 11 failure mode dengan 9 kategori High dan 2 kategori
Medium. Hal tersebut menandakan bahwa perawatan atau banyak
kendala baru yang belum diketahui kemudian terjadi secara tiba – tiba
sehingga perlu adanya penangan secara cepat agar tidak merusak
proses yang lainnya.
Pada area Finish Mill di Gresik terdapat 6 failure mode dan semuanya
termasuk kedalam kategori High. Namun yang perlu diprioritaskan
untuk ditangani terlebih dahulu adalah f Automatio Charger sudah
obsolete dan tidak menjamin performance dengan nilai risk priority
number paling tinggi sebesar 810. Solusi untuk memperbaikinya yaitu
service rutin dan inspeksi.
Pada Tuban 1 terdapat failure mode yang masuk kedalam kategori high
yaitu Mill Vibrasi tinggi dengan nilai risk priority number sebesar 288.
Solusi yang paling tepat untuk memperbaiki failure tersebut adalah
memprioritaskan dome 2 untuk diisi dari kiln 1-2. Pada Tuban 2
terdapat failure mode yang masuk kedalam kategori medium yaitu Fill
level sensor rusak dengan nilai risk priority number sebesar 338.
197
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
198
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Dari table diatas mengenai data frekuensi failure mode di Finish Mill
dapat digunakan untuk menentukan apakah penerapan FMEA di area
Finish Mill sudah efektif atau kurang efektif. Untuk itu, berikut
rumusnya:
Keterangan :
199
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
1 𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝑚𝑜𝑑𝑒
𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =
1 𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝑚𝑜𝑑𝑒
200
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
1 𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝑚𝑜𝑑𝑒
𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =
1 𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝑚𝑜𝑑𝑒
1 𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝑚𝑜𝑑𝑒
𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =
1 𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝑚𝑜𝑑𝑒
1 𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝑚𝑜𝑑𝑒
𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =
1 𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝑚𝑜𝑑𝑒
201
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
1 𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝑚𝑜𝑑𝑒
𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =
1 𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝑚𝑜𝑑𝑒
7. Area Packer
a) Analisis Risk Priority Number (RPN) di Area Packer
Berdasarkan data yang telah diperoleh melalui record penerapan
FMEA tahun 2017 pada area Packer maka didapatkan data untuk
analisis sebagai berikut:
Failure RPN
Area Tuban Kategori
mode
Packer Gresik H Compressor
Existing 576
Obsolote
202
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Failure RPN
Area Tuban Kategori
mode
Gresik H PLC sudah
obsolete
sehingga
729
performanc
e tidak bisa
dipastikan
2 dan 3 H mengalami
kerusakan
pada steel
cord belt
bucket
200
elevator dan
retak di
seluruh top
dan bottom
cover
Dari tabel data FMEA packer 2017 dapat dilihat terdapat 3 jenis failure
mode dengan 3 kategori high. Dapat dikatakan bahwa berdasarkan data
yang ada, failure mode di packer yang memiliki nilai risk priority
number paling besar. Nilai risk priority yang paling besar yaitu failure
mode PLC sudah obsolete sehingga performance tidak bisa dipastikan
dengan nilai RPN sebesar 729. Effect yang ditimbulkan juga sangat
parah yaitu release packer berhenti total sehingga solusi yang paling
efektif yaitu service, cleaning and connection.
203
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
204
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Dari table diatas mengenai data frekuensi failure mode di Packer dapat
digunakan untuk menentukan apakah penerapan FMEA di area packer
sudah efektif atau kurang efektif. Untuk itu, berikut rumus menghitung
efektivitas :
Keterangan :
1 𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝑚𝑜𝑑𝑒
𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =
1 𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝑚𝑜𝑑𝑒
205
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
2 𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝑚𝑜𝑑𝑒
𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =
1 𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝑚𝑜𝑑𝑒
206
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Dari tabel data FMEA Coal Mill 2017 dapat dilihat terdapat 2 jenis
failure mode dengan 2 kategori Medium. Dapat dikatakan bahwa
berdasarkan data yang ada, failure mode di Coal Mill yang memiliki
nilai risk priority number paling besar yaitu failure mode RF dan FD
macet nilai RPN sebesar 114. Effect yang ditimbulkan dari failure
mode medium ini yaitu coal mill macet RF dan FD macet sehingga
solusi yang paling tepat untuk memperbaikinya yaitu pembersihan RF
saat tripped, Inspeksi rutin 2 mingguan dan pembersihan internal FD
saat stop inspeksi rutin.
b) Analisis efektivitas penerapan FMEA dengan data Frekuensi Failure
Mode di area Coal Mill
Berdasarkan data yang telah diperoleh melalui record penerapan
FMEA tahun 2017 pada area Coal Mill maka didapatkan data
frekuensi untuk analisis sebagai berikut:
Tabel 4.4.6.16 Frekuensi Failure Mode Area Packer
Dari table diatas mengenai data frekuensi failure mode di Coal Mill
dapat digunakan untuk menentukan apakah penerapan FMEA di area
coal mill sudah efektif atau kurang efektif. Untuk itu, berikut rumus
menghitung efektivitas :
207
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Keterangan :
2 𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝑚𝑜𝑑𝑒
𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =
1 𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝑚𝑜𝑑𝑒
208
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
1 𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝑚𝑜𝑑𝑒
𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =
1 𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝑚𝑜𝑑𝑒
9. Area Port
a) Analisis Risk Priority Number (RPN) di Area Port
Berdasarkan data yang telah diperoleh melalui record penerapan
FMEA tahun 2017 pada area Port maka didapatkan data untuk analisis
sebagai berikut:
Dari tabel data FMEA Port 2017 dapat dilihat terdapat 1 jenis failure
mode namun termasuk kedalam kategtori High (harus dilakukan
action). Failure mode yang ada di are port yaitu Isolator dan Cable
broken yang dapat mengakibatkan Short circuit cable, trafo rusak.
Sehingga solusi yang tepat yaitu menutup lecetan isolasi cable dengan
209
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Dari table diatas mengenai data frekuensi failure mode di Port dapat
digunakan untuk menentukan apakah penerapan FMEA di area port
sudah efektif atau kurang efektif. Untuk itu, berikut rumus menghitung
efektivitas:
Keterangan :
210
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
1 𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝑚𝑜𝑑𝑒
𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =
1 𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒 𝑚𝑜𝑑𝑒
Tabel 4.4.7 Efektivitas Setiap Wilayah Area Kerja PT. Semen Gresik
(Persero) Tbk
Target
Actual
No Area Tuban Failure/ Keterangan
Failure/tahun
Tahun
1 Crusher 1 ≤1 3 Kurang
Efektif
2 ≤1 3 Kurang
Efektif
211
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Target
Actual
No Area Tuban Failure/ Keterangan
Failure/tahun
Tahun
3 ≤1 2 Kurang
Efektif
4 ≤1 1 Efektif
2 Kiln 1 ≤1 1 Efektif
2 ≤1 1 Efektif
3 ≤1 2 Kurang
Efektif
4 ≤1 2 Kurang
Efektif
3 CCT ≤1 1 Efektif
4 Raw 1 ≤ 2 (Belt) 3 Kurang
Mill Efektif
2 ≤ 2 (Belt) 2 Efektif
3 ≤1 1 Efektif
4 ≤1 1 Efektif
5 Electical dan ≤1 2 Kurang
DCS Efektif
6 Finish Gresik ≤1 1 Efektif
Mill 1 ≤1 1 Efektif
2 ≤1 1 Efektif
3 ≤1 1 Efektif
4 ≤1 1 Efektif
7 Packer Gresik ≤1 1 Efektif
1 ≤1 0 Efektif
212
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Target
Actual
No Area Tuban Failure/ Keterangan
Failure/tahun
Tahun
2 ≤1 2 Kurang
Efektif
3 ≤1 2 Kurang
Efektif
4 ≤1 0 Efektif
8 Coal 1 ≤1 0 Efektif
Mill 2 ≤ 2 (Belt) 2 Efektif
3 ≤ 2 (Belt) 0 Efektif
4 ≤1 0 Efektif
9 Port 1 ≤1 1 Efektif
Dari tabel diatas maka dapat dilihat bahwa dibagian Crusher terdapat 1
wilayah yang penerapan FMEA sudah berjalan efektif yaitu di Tuban 4.
Pada bagian Kiln terdapat 2 wilayah yang penerapan FMEA sudah
berjalan efektif yaitu di Tuban 1 dan Tuban 2. Dibagian area kerja Central
Coal Transport (CCT) penerapan FMEA sudah berjalan efektif. Pada
bagian Raw Mill terdapat 3 wilayah yang penerapan FMEA sudah
berjalan efektif yaitu di Tuban 2, Tuban 3 dan Tuban 4.
213
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
di semua wilayah area kerja. Pada bagian Port penerapan FMEA sudah
berjalan dengan efektif.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.
maka didapatkan beberapa kesimpulan yaitu:
1. Dari pendataan yang telah dilakukan oleh di PT. Semen Gresik (Persero) Tbk
terhadap failure mode yang ada, terdapat beberapa kesalahan dalam pendataan
yaitu masih banyak pengisian kolom yang menggunakan bahasa kurang baku
sehingga kejadian berulang sulit untuk dilacak. Namun perbaikan yang
dilakukan yaitu eleminasi penggunaan kolom failure consequence sesuai
dengan referensi Design FMEA.
2. Penentuan kategori resiko berdasarkan nilai risk priority number masih terjadi
kekeliriuan dengan jumlah kesalahan penentuan jenis kategori resiko sebanyak
31 kesalahan, Bentuk rekomendasi yang diberikan yaitu adanya pewarnaan
khusus disetiap area kerja di PT. Semen Gresik (Persero) Tbk.
3. Penggunaan benchmark yang sedang diterapkan di di PT. Semen Gresik
(Persero) Tbk merupakan Design Failure Mode and Effect Analysis (DFMEA)
yang berfokus pada kekurangan – kekurangan terkait desain dengan penekanan
pada peningkatan desain dan memastikan operasi atau proses pembuatan
produk aman dan tepat selama peralatan berjalan dengan normal.
4. Dari pengolahan data yang telah dilakukan terhadap 9 area kerja, terdapat
frekuensi failure mode sebanyak 88 dengan rincian sebagai berikut:
a. Area Crusher = 12 failure mode
b. Area Kiln = 19 failure mode
214
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Dari tabel diatas maka di area Finish Mill wilayah Tuban 3 yang harus
diprioritaskan untuk perbaikan terlebih dahulu yaitu failure mode Bolt putus
dengan RPN sebesar 336.
6. Dari pembahasan diatas maka dapat dilihat bahwa dibagian Crusher terdapat 1
wilayah yang penerapan FMEA sudah berjalan efektif yaitu di Tuban 4. Pada
bagian Kiln terdapat 2 wilayah yang penerapan FMEA sudah berjalan efektif
yaitu di Tuban 1 dan Tuban 2. Dibagian area kerja Central Coal Transport
(CCT) penerapan FMEA sudah berjalan efektif. Pada bagian Raw Mill terdapat
3 wilayah yang penerapan FMEA sudah berjalan efektif yaitu di Tuban 2,
Tuban 3 dan Tuban 4. Pada bagian Electrical dan DCS penerapan FMEA
berjalan kurang efektif. Pada bagian Finish Mill penerapan FMEA sudah
berjalan efektif di semua wilayah area kerja. Pada bagian Packer terdapat 3
215
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
wilayah yang penerapan FMEA sudah berjalan efektif yaitu di Gresik, Tuban
1 dan Tuban 4. Pada bagian Coal Mill penerapan FMEA sudah berjalan efektif
di semua wilayah area kerja. Pada bagian Port penerapan FMEA sudah
berjalan dengan efektif.
5.2 Saran
Berdasarakan penelitian yang telah dilakukan maka didapatkan hasil dan
pembahasan sehingga peneliti memberikan saran terkait hal tersebut untuk PT.
Semen Gresik (Persero) Tbk tentang penerepan Failure Mode and Effect Analysis
(FMEA) yaitu:
1. Adanya perbaikan format failure mode and effect analysis agar user dapat
mengisi form FMEA dengan tepat dan mendail sehingga perbaikan atau action
yang dilakukan bisa tepat dan kegagalan tidak terjadi lagi.
2. Perusahan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk sebaiknya menggunakan
benchmark Design Failure Mode and Effect Analysis (DMFEA) karena FMEA
yang sedang diterapkan lebih berfokus kepada penggunaan peralatan sehingga
penerapan benchmark DFMEA lebih cocok untuk digunakan.
3. Direktur Utama Perusahan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk sebaiknya
memberikan Surat Keputusan (SK) terkait kewajiban pendataan secara rigit
terhadap penerapan FMEA di setiap wilayah area kerja yang ada.
4. Untuk peneliti selanjutnya, dapat mencoba untuk menganalisis pengolahan
data New Risk Priority Number (NRPN) yang ada di PT. Semen Gresik
(Persero) Tbk.
216
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
DAFTAR PUSTAKA
Anugrah, R., Fitria, L., & Desrianty, A. (2015). Usulan Perbaikan Kualitas Produk
Menggunakan Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Failure Mode and Effect
Analisys (FMEA) di Pabrik Roti Bariton. Reka Integra.
Carlson, & Carl, S. (2014). Which FMEA Mistakes Are You Making ? Quality
Progress.
Dyadem E, C. (2015). Guideline for Failure Mode and Effects Analysis for
Automotive, Aerospace, and General. CRC Press, US.
Hanif, R., & Rukmi, H. S. (2015). Perbaikan Kualitas Produk Keraton Luxury di PT.
X Dengan Menggunakan Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
dan Fault Tree Analysis (FTA). Reka Integra.
Irawan, D., & Japarianto, E. (2013). Analisa Pengaruh Kualitas Produk Terhadap
Loyalitas Melalui Kepuasan Sebagai Variabel Intervening Pada Pelanggan
Restoran POR KEE Surabaya. Manajemen Pemasaran.
Kotler, P., & Amstrong, G. (2008). Prinsip-Prinsip Pemasaran. Edisi 12. Jilid 1.
Jakarta : Erlangga.
217
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
Manohar, J., & B.M., M. a. (2016). Why Indian manufacturing SMEs are still reluctant
in adopting total quality management. International Journal of Productivity
and Quality Management.
Mashwama, N., Aigbavboa, C., & Thwala, D. (2017). An Assessment Of The Critical
Success factor For The Reduction Of Cost Of Poor Quality In Construction
Projects In Swaziland. Department of Construction Management & Quantity
Surveying, 447-453.
Rizal. (2013). Diagnosa Kerusakan Mesin Tipe OM366 Pada Mobil Mercedes-Benz
Menggunakan Sistem Pakar. Techsi.
Sahoo, S., & Yadav, S. (2018). Total Quality Management in Indian Manufacturing
SMEs. Global Conference on Sustainable Manufacturing.
Sayuti, M., Muhammad, & Rifa'i, M. S. (2013). Evaluasi Manajemen Perawatan Mesin
Dengan Menggunakan Metode Reliability Centered Maintenance Pada PT. Z.
Malikussaleh Industrial Engineering Journal.
Ullman, D. (2013). The Mechanical Design Process. Oregon, USA: Higher Education.
Wessiani, N., & Sarwoko, S. (2015). Risk analysis of poultry feed production using
fuzzy FMEA. Industrial Engineering and Service Science.
218
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
LAMPIRAN
Gambar 1. Raw Data Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) Tahun 2017
219
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
220
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
221
Laporan Kerja Praktek Periode 1-29 Maret 2018
222