Stase Manajmen Pel - Nelywati
Stase Manajmen Pel - Nelywati
Disusun Oleh :
NELYWATI
NIM :213001080143
LAPORAN LENGKAP
STASE MANAJEMEN PELAYANAN KEBIDANAN DIBPM
ERA ZORA BANGKO KABUPATEN MERANGIN
TAHUN 2023
Disetujui,
CI Akademik
I
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN LENGKAP
STASE MANAJEMEN PELAYANAN KEBIDANAN DIBPM
ERA ZORA BANGKO KABUPATEN MERANGIN
TAHUN 2023
DisusunOleh:
NAMA : Nelywati
NIM : 213001080143
Disetujui,
CI Akademik
Mengetahui,
Ka. Program Studi Pendidikan Profesi Bidan
II
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT dengan segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulisan dapat menyelesaikan Laporan Praktik Stase Manajemen
Pelayanan Kebidanan ini. Secara Khusus, Perkenankan penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ibu Bdn. Gustien Siahaan.,
S.Keb,.M.Kes selaku CI akademik yang telah banyak meluangkan waktu,
memberi bimbingan serta motivasi kepada penulis yang tak ternilai harganya
dalam penyusunan laporan praktik stase pelayanan manajemen kebidanan ini ,
Semoga kebaikannya mendapat imbalan pahala dari yang maha kuasa.
Dalam hal ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada yang terhormat :
1. Ibu Bdn. Subang Aini,S.Keb, M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Adiwangsa Jambi
2. Ibu Bdn. Devi Arista,S.Keb.,M.Kes selaku Ketua prodi pendidikan profesi
bidan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menyelesaikan laporan praktik pelayanan manajemen kebidanan ini.
3. Ibu Bdn. Gustien Siahaan S.keb, M.Kes selaku dosen Pembimbng
Akademik yang telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam
menyelesaikan laporan praktik pelayanan manajemen kebidanan ini.
4. Bapak dan Ibu dosen program studi pendidikan profesi bidan yang telah
banyak memberikan bekal ilmu dan pengetahuan kepada penulis
5. Rekan Seangkatan dan pihak-pihak yang terkait yang sudah banyak
membantudan motivasi dalam penyelesaian laporan praktik manajemen
pelayanan kebidanan ini.
III
kebidanan ini sehingga laporan praktik stase pelayanan manajemen kebidanan ini
hendaknya bermanfaat bagi kita semua, Amin ya robbal’alamin.
Nelywati
IV
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................iii
DAFTAR ISI.....................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang................................................................................................1
B.Tujuan.............................................................................................................2
C. Manfaat........................................................................................2
B. Manajemen Kebiddanan................................................................................8
Prasarana Di Bpm...............................................................................................25
Pembahasan........................................................................................................34
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................................36
B. Saran..............................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA
DOKUMENTASI
V
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
yang mempengaruhi kinerja seseorang yaitu variabel
individu, variabel organisasi dan variabel psikologi.
Faktor-faktor individu meliputi kemampuan dan
keterampilan, latar belakang keluarga, tingkat sosial,
pengalaman dan karakteristik demografi. Faktor-
faktor psikologis meliputi antara lain persepsi, sikap,
kepribadian dan motivasi. Sedangkan faktor-faktor
organisasi meliputi sumberdaya, kepemimpinan,
imbalan, struktur dan desain pekerjaan.
Jaminan mutu layanan kebidanan bertujuan
untuk memberikan suatu layanan kebidanan yang
terbaik mutunya, yaitu sesuai dengan standar mutu
layanan kebidanan sesuai dengan peraturan.
Menurut Satrianegara dan Saleha (2012) jaminan
mutu layanan kesehatan mencakup semua kegiatan
untuk meningkatkan mutu, diantaranya manajemen
mutu terpadu, peningkatan mutu berkesinambungan,
dan manajemen mutu.
Upaya pembangunan keluarga sejahtera dan
pemberdayaan bidan tidak bisa dipisahkan. Bidan
adalah ujung tombak pembangunan keluarga
sejahtera dari sudut kesehatan dan pemberdayaan
lainnya. Bidan menempati posisi yang strategis
karena biasanya di tingkat desa merupakan
kelompok profesional yang jarang ada tandingannya.
Masyarakat dan keluarga Indonesia di desa, dalam
keadaan hampir tidak siap tempur, menghadapi
ledakan generasi muda yang sangat dahsyat. Bidan
dapat mengambil peran yang sangat penting dalam
membantu keluarga Indonesia mengantar anak-anak
dan remaja tumbuh kembang untuk berjuang
2
membangun diri dan nusa bangsanya. Bidan
sebagai tenaga kesehatan memiliki peran yang
sangat sentral dalam pelayanan kesehatan dasar.
Untuk menanggulangi tingginya Angka Kematian
Ibu dan Angka Kematian Bayi (Suyono, 2012)
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk melakukan pelayanan manajemen kebidanan dan mampu menerapkan
pelayanan manajemen kebidanan sesuai teori dan konsep.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui, pengertian, fungsi dan tujuan pelayanan
kebidanan.
b. Mahasiswa mampu mengobservasi manajemen pelayanan kebidanan.
c. Mahasiswa mampu melaksanakan fungsi Ruang Pelayanan Kebidanan,
pembukuan.
C. Manfaat Penulisan
a. Manfaat teoritis
Dapat menerapkan teori dan konsep manajemen
pelayanan kebidanan
b. Manfaat praktik Bagi Mahasiswa
Dapat membandingkan antara teori dan pelaksanaan
manajemen pelayanan di kebidanan
c. Manfaat untuk Akademik
Sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan
program studi profesi bidan di akademik kebidanan
Universitas Adiwangsa Jambi
3
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
kegiatan koordinasi dan superpisi terhadap staf sarana dan prasarana dalam
mencapai tujuan organisasi.
Menurut Rosmery E. Cross (2001) “ management is a highly process and
manager is some one who gets done trought of others”. Manajemen adalah
sebuah proses sangat kompleks dan manajer adalah seorang yang melakukan
kegiatan untuk mencapai tujuan melalui orang lain.
Manajemen adalah suatu kegiatan, pelaksanaannya adalah “ managing” yaitu
pengelolaan, sedangkan pelaksanannya disebut managar atau pengelola.
Seorang manager adalah orang yang melaksanaakan fungsii manajemen dan
bekerja dengan dan melalui orang lain. Dia bertanggung jawab atas
pekerjaannya sendiri dan orang lain, menyeimbangkkan tujuan yang saling
bertentangan dan menentukan prioritas, mampu berfikir secara analisis dan
konseptual, menjadi penengah, oleh politisi dan diplomat dan mampu
mengambil keputusan yang sulit. Inti dari menejemen adalah kepemimpinan.
Seorang maneger yang baik adalah memiliki jiwa kepemimpinan. Seorang
manager yang baik adalah yang memiliki jiwa kepemimpinan.
2. Teori-teori manajemen
a. Teori manajemen ilmiah ( Scientific Management Theory )
Teori mengatakan bahwa manager pada tingkat bawah
sangat penting, karena berhubungan langsung dengan proses
produksi, dan menentukan berhasil tidaknya suatu organisasi
mencapai target yang ditentukan (Frederick W. Taylor ).
b. Teori administratif ( Administratif Theory)
Teori ini menganggap yang penting adalah organisasi
pada tingkat teratas, karena segala sesuatu dapat berjalan
dengan baik jika para manajer dapat manajer dapat
menggerakkan organisasi sesuai dengan prinsip-prinsip
manajemen.
c. Teori motivasional ( motivational Theory )
5
Teori ini mengatakan bahwa efektif manajer adalah
seseorang yang dapat memotivasi stafnya untuk bekerja lebih
baik dengan memperhatikan staf tersebut.
d. Teori situasional ( Situational Theory )
Teori ini berdasarkan pada asumsi dasar untuk
melakukan motivasi pada seseorang untuk melakukan
pekerjaan, yang berhubungan dengan :
1) Pencapaian tujuan yang diharapkan.
2) Kepuasan pribadi
3) Reward
3. Fungsi-fungsi manajemen
Menurut Ibnu Syamsi fungsi1 manajemen terdiri dari :
a) Fungsi perencanaan
1) Fungsi mengatur pelaksanaan
Pengorganisasian (organizing )
Penyiapan tenaga ( staffing)
Pengarahan (directing)
Pengkordinasian (coordinating)
Permintaan laporan ( reporting )
2) Fungsi pengendalian (controlling )
3) Fungsi pengembangan (development )
Proses manajemen menurut Rosmerry E. Cross adalah :
Forecasting, Planning, and Development (ramalan, perencanaan, dan
pengembangan )
Managing Human Resourch (Manajemen Sumber Daya Manusia )
Policy Making ( Penetapan Kebijaksanaa)
Organizing ( Pengorganisasian )
Communicating (komunikasi )
Motivating ( Motivasi )
Coordinating (Koordinasi )
6
Controlling ( pengendalian )
Information Handling ( Pengaturan Informasi )
Problem Solving and decision making ( pemecahan masalah dan pengambilan
keputusan )
Manajemen adalah suatu bentuk kerja. Manajer dalam
pekerjaannya harus melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu
yang dinamakan fungsi-fungsi manajemen, yaitu sebagai
berikut :
1. Planning ( Perencanaan )
Yaitu menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama suatu masa yang
akan dating dan apa yang harus diperbuat agar dapat mencapai tujuan-tujuan itu.
2. Organizing
Yaitu mengelompokkan dan menentukan berbagai kegiatan penting dan
memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan itu.
3. Staffing
Yaitu menentukan keperluan-keperluan sumber daya manusia, pengarahan,
penyaringan, latihan pengembangan tenaga kerja.
4. Controlling (pengawasan )
Yaitu mengukur pelaksanaan dengan tujuan-tujuan, menentukan sebab-sebab
penyimpangan dan mengambil tindakan korektif yang diperlukan.
Secara umum unsur-unsur dari manajemen yaitu :
1. Manusia, yaitu tenaga kerja (manusia)
2. Money, yaitu uang yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
3. Methods, yaitu cara-cara yang digunakan dalam pencapaian tujuan.
4. Material, yaitu bahan-bahan yang digunakan untuk mancapai tujuan.
5. Machines, yaitu peralatan yang diperlukan untul mancapai tujuan.
6. Market, yaitu pasar untuk menjual output dan jasa-jasa yang dihasilkan.
4. Manajemen Skill
Menurut La Monica terdapat 3 kategori yang harus dimiliki oleh sorang manajer
yaitu :
7
1. Technical skill
Kemampuan untuk menggunakan penegtahuan, metoda, teknik, untuk
melaksanakan tugas-tugas dan pekerjaa, didapatkan melalui pengalaman,
pendidikan dan latihan.
2. Human skill
Kemampuan untuk bekerja dengan baik bersama staf, yang meliputi pengertian dan
motivasi yang diberikan dan dengan melaksanakan kepemimpinan yang efektif.
3. Conceptual skill
Mempunyai kemampuan untuk mengetahui seluk beluk organisasi
Melaksanakan peran dan tanggungjawab dengan baik
Menggunakan pengetahuan untuk menata organisasiMelakukan kontak mata
dengan staf dan melakukan komunikasi yang efektif.
B. MANAJEMEN KEBIDANAN
Berdasarkan uraian di atas mengenai konsep
manajemen secara umum kami akan membahas bagaimana
manajemen kebidanan manajemen kebidanan kaitannya
dengan peran dan fungsi seorang bidan di dalam prakteknya
secara professional, dituntut tanggungjawab manajerial yang
bermutu. Untuk itu metode ilmiah akan dapat dilakukan bila
telah memahami betul teknik – teknik manajemen yang
adekuat. Artinya di dalam prakteknya yang penuh
tanggungjawab itu dilakukan menggunakan teori-teori dan
prinsip manajemen , yang telah diakui secara nasional maupun
internasional. Dengan perkataan lain, bidan praktek telah
menggunakan manajemen kebidanan yang adekuat dalam
memberikan asuhan kebidanan pada kliennya.
1. Pengertian Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses
berfikir logis sistematis dalam member asuhan kebidanan,
agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun
8
pemberi asuhan. Oleh karena itu, manajemen kebidanan
merupakan alur fikir bagi seorang bidan dalam memberikan
arah/kerangka dalam menangani kasus yang menjadi tanggung
jawabnya.
Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan
masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah, temuan-temuan, keterampilan suatu keputusan yang
berfokus pada klien.
Pengertian manajemen kebidanan menurut beberapa sumber :
1. Menurut buku 50 tahun IBI
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam
menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari
pengkajian, analisis data, diagnosis kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
2. Menurut Depkes RI
Manajemen kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan masalah
ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan
kebidanan kepada individu, keluarga dan masyarakat.
3. Menurut Helen Varney
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan
teori ilmiah, penemuan-penemuan, keteranpilan dalam rangkaian tahapan
yang logis untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien.
Sesuai dengan perkembangan pelayanan kebidanan,
maka bidan diharapkan lebih kritis dalam melaksanakan
proses manajemen kebidanan untuk mengambil keputusan.
Menurut Helen Varney, ia mengembangkan proses
manajemen kebidanan ini dari 5 langkah menjadi 7 langkah
yaitu mulai dari pengumpulan data sampai dengan evaluasi.
9
Bidan mempunyai fungsi yang sangat penting dalam
asuhan yang mandiri, kolaborasi, dan melakukan rujukanyang
tepat. Oleh karena itu, bidan dituntut untuk mampu
mendeteksi dini tanda dan gejala komplikasi kehamilan,
memberikan pertolongan kegawatdaruratan kebidanan dan
perinatal dan merujuk kasus. Praktek kebidanan telah
mengalami perluasan peran dan fungsi dari focus terhadap ibu
hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir serta anak balita bergeser
kepada upaya mengantisipasi tuntutan kebutuhan masyarakat
yang dinamis yaitu menuju kepada pelayanan kesehatan
reproduksi sejak konsepsi, persalinan, pelayanan ginekologis,
kontrasepsi, asuhan pre dan post menopause, sehingga hal ini
merupakan suatu tantangan bagi bidan.
Asuhan yang diberiakan oleh bidan harus dicatat
secara benar, singkat, jelas, logis dan sistematis sesuai dengan
metode pendokumentasian. Dokumentasi sangat penting
artinya baik bagi pemberi asuhan maupun penerima pelayanan
asuhan kebidanan, dan dapat digunakan sebagai data otentik
bahwa asuhan telah dilaksanakan.
Bidan sebagai tenaga kesehatan yang professional
memberikan asuhan kepada klien memiliki kewajiban
memberikan asuhan untuk menyelamatkan ibu dan anak dari
gangguan kesehatan. Asuhan yang dimaksud adalah asuhan
kebidanan. Secara definitive, asuhan kebidanan dapat
diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh bidan kepada
individu ibu atau anak. Asuhan kebidanan merupakan bagian
dari pelayanan kesehatan yang diarahkan untuk mewujudakan
kesehatan kelaurga dalam rangka tercapainya keluarga kecil
bahagia sejahtera.
Untuk melaksanakan asuhan tersebut digunakan
metode dan pendekatan yang disebut manajemen kebidanan.
10
Metode dan pendekatan digunakan untuk mendalami
permasalahan yang dialami oleh klien, dan kemudian
merumuskan permasalahan tersebut serta akhirnya mengambil
langkah pemecahannya. Manajemen kebidanan membantu
proses berfikir bidan dalam melaksanakan asuhan dan
pelayanan kebidanan.
Dalam melaksanakan tugasnya pada pelayanan
kebidanan, seorang bidan melakukan pendekatan dengan
metode pemecahan masalah yang dikenal dengan manajemen
kebidanan.
Manajemen kebidanan untuk mengaplikasikan
pendekatan itu, adalah :
1. Identifikasi dan analisis masalah yang mencakup pengumpulan data subjektif
dan objektif dan analisis dari data yang dikumpul/dicatat.
2. Perumusan (diagnosis) masalah utama, masalah yang mungkin akan timbul
(potensial) serta penentuan perlunya konsultasi, kolaborasi, dan rujuakan.
3. Penyusunan rencana tindakan berdasarkan hasil perumusan.
4. Pelaksanaan tindakan kebidanan sesuai dengan kewenangannya.
5. Evaluasi hasil tindakan. Hasil evaluasi ini digunakan untuk menentukan
tingkat keberhasilan tindakan kebidanan yang telah dilakukan dan sebagai
bahan tindak lanjut.
Semua tahapan dari manajemen kebidanan ini didokumentasi sebagai bahan
tanggung jawab dan tanggung gugat dan juga untuk keperluan lain seperti
referensi serta penelitian.
2. Prinsip Managemen Kebidanan
Proses manajemen kebidanan sebenarnya sudah
dilakukan sejak orang mulai menolong kelahiran bayi. Pada
zaman dahulu kala perempuan-perempuan yang sudah
berpengalaman melahirkan dipercaya untuk memberikan
pelayanan kepada ibu-ibu hamil dan melahirkan. Mereka
diharapkan mampu memberikan pertolongan kepada ibuyang
11
hamil dan melahirkan. Tentu pertolongan yang diberikan pada
masa tersebut hanya berdasarkan pengalaman mereka sendiri,
namun walau tanpa referensi mereka mampu juga memberikan
pelayanan untuk menyelamatkan ibu dan bayi.
Pada era millennium yang terus menghadapkan kita
pada situasi yang mangandalkan ilmu pengetahuan membuat
kita, bidan maupun penerima jasa pelayanan bidan semakin
kritis terhadap mutu pelayanan kebidanan. Dengan demikian
pelayanan yang diberikan sudah selayaknya berdasarkan teori
yang dapat dipertanggungjawabkan dan praktik yang
dilakukan berdasarkan Evidence Based Medicine ( Bukti
Ilmiah yang Rasional ).
Varney menjelaskan bahwa prinsip manajemen adalah
pemecahan masalah. Dalam text book masalah kebidanan
yang ditulisnya pada tahun 1981 proses manajemen kebidanan
diselesaikan melalui 5 langkah. Setelah menggunakannya,
Varney melihat ada beberapa hal yang penting
disempurnakan. Misalnya seorang bidan dalam manajemen
yang dilakukannya perlu lebih kritis untuk mengantisipasi
masalah atau diaognosa potensial. Dengan kemampuan yang
lebih dalam melakukan analisa kebidanan akan menemukan
diagnose atau masalah potensial ini. Kadangkala bidan juga
harus segera bertindak untuk menyelesaikan maslah tertentu
dan mungkin juga harus melakukan kolaborasi, konsultasi
bahkan mungkinjuga harus merujuk kliennya. Varney
kemudian menyempurnakan proses manajemen kebidanan
menjadi 7 langkah. Ia menambahkan langkah ke III agar bidan
lebih kritikal mengantisipasi masalah yang kemungkinan
dapat terjadi pada kliennya.
Varney juga menambahkan langkah ke IV di mana
bidang diharapkan dapat menggunakan kemanpuannya untuk
12
melakukan deteksi dini dalam proses majemen sehingga bila
klien membutuhkan tindakan segera atau kolaborasi,konsultasi
bahkan dirujuk segera dapat dilaksanakan.Proses manajemen
kebidanan ini diyulis oleh Varney berdasarkan proses
manajemen kebidanan yang American College of
Midwife pada dasar pemikiran yang sama dengan proses
manajemen menurut Varney.
13
9. Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan kesehatan
dan merevisi rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan.
4. Sasaran Managemen Kebidanan
Manajemen kebidanan tidak hanya diimplementasikan
pada asuhan kebidanan pada individu akan tetapi dapat juga
diterapkan di dalam pelaksanaan pelayaanan kebidanan yang
ditujukan kepada keluarga dan masyarakat.manajemen
kebidanan mendorong para bidan menggunakan cara yang
teratur dan rasional sehingga mempermudah pelaksanaan yang
tepat dalam mencagahkan masalah klien dan kemudian
akhirnya tujuan mewujudkan kondisi ibu dan anak yang sehat
dapat tercapai.
Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa
permasalahan kesehatan ibu dan anak yang ditangani oleh
bidan mutlak menggunakan metode dan pendekatan
manajemen kebidanan. Sesuai dengan lingkup dan
tanggungjawab bidang maka sasaran manajemen kebidanan
ditunjukan kepada baik individu ibu dan anak, keluarga
maupun kelompok masyarakat.
Individu sebagai sasaran didalam asuhan kebidanan
disebut klien.yang dimaksud klien di sini ialah setiap individu
yang dilayani oleh bidan baik itu sehat maupun sakit.klien
yang sakit disebut pasien.upaya menyehatkan dan
meningkatkan status kesehatan keluarga akan lebih efektip
bila dlakukan melalui ibu baik didalam keluarga maupun
didalam kelompok masyarakat.didalam pelaksanaan
manajemen kebidanan,bidan memandang keluarga dan
kelompok masyarakat sebagai kumpulan individi-
individuyang berada di dalam suatu ikatan sosial dimana ibu
memegang peran sentral.
14
Manajemen kebidanan dapat digunakan oleh bidan di
dalam setiap melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan,pencegahan
penyakit,penyembuhan,pemulihan kesehatan ibu dan anak
dalam lingkup dan tanggungjawab.
5. Proses Managemen Kebidanan
Proses manajemen kebidanan dalam bentuk kegiatan
praktek kebidanan dilakukan melalui suatu proses yang
disebut langkah-langkah atau proses manajemen kebidanan.
Langkah-langkah manajemen kebidanan tersebut adalah :
1. Identifikasi dan analisis masalah
Proses manajemen kebidanan dimulai dengan langkah pertama identifikasi
dan analisis masalah. Di dalam langkah pertama ini bidan sebagai tenaga
professional tidak dibenarkan untuk menduga-duga masalah yang terdapat pada
kliennya. Bidan harus mencari dan menggali data atau fakta baik dari klien,
keluarga maupun anggota tim kesehatan lainnya dan juga dari hasil pemeriksaan
yang dilakukan oleh bidan sendiri.
Langkah pertama ini mencakup kegiatan pengumpulan, pengolahan,
analisis data atau fakta untuk perumusan masalah. Langkah ini merupakan proses
berfikir yang ditampilkan oleh bidan dalam tindakan yang akan menghasilkan
rumusan masalah yang dialami/ diderita pasien atau klien.
2. Diagnosis kebidanan
Setelah ditentukan masalah dan masalah utamanya maka bidan
merumuskannya dalam suatu pernyataan yang mencakup kondisi, masalah,
penyebab dan prediksi terhadap kondisi tersebut. Prediksi yang dimaksud
mencakup masalah potensial dan prognosis. Hasil dari perumusan masalah
merupakan keputusan yang ditegakkan oleh bidan yang disebut diagnosis
kebidanan. Dalam menentukan diagnosis kebidanan diperlukan pengetahuan
keprofesionalan bidan.
Penegakan diagnosis kebidanan dijadikan dasar tindakan dalam upaya
menanggulangi ancaman keselamatan hidup pasien atau klien. Masalah potensial
15
dalam kaitannya dengan diagnosis kebidanan adalah masalah yang mungkin
timbul dan bila tidak segera diatasi akan mengganggu keselamatan hidup klien
atau diantisipasi, dicegah dan diawasi serta segera dipersiapkan tindakan untuk
mengatasinya.
3. Perencanaan
Berdasarkan diagnosis yang ditegakkan, bidan menyusun rencana
kegiatannya. Rencana kegiatan mencakup tujuan dan langkah-langkah yang akan
dilakukan oleh bidan dalam melakukan intervensi untuk memecahkan masalah
pasien atau klien serta rencana evaluasi.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka langkah penyusunan rencana
kegiatan adalah sebagai berikut :
1) Menentukan tujuan yang akan dilakukan termasuk sasaran dan hasil yang akan
dicapai.
2) Menentukan tindakan sesuai dengan masalah dan tujuan yang akan dicapai.
Langkah-langkah tindakan mencakup kegiatan yang dilakukan secara mandiri,
kolaborasi atau rujukan.
3) Menentukan kriteria evaluasi dan keberhasilan.
4. Pelaksanaan
Langkah pelaksanaan dilakukan oleh bidan sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan. Pada langkah ini bidan melakukan secara mandiri, pada
penanganan kasus yang di dalamnya memerlukan tindakan di luar kewengangan
bidan, perlu dilakukan kegiatan kolaborasi atau rujukan. Pelaksanaan tindakan
selalu diupayakan dalam waktu yang singkat, efektif, hemat dan berkualitas.
Selama pelaksanaan, bidan mengawasi dan memonitor kemajuan pasien atau
klien.
5. Evaluasi
Langkah akhir dari proses manajemen kebidanan adalah evaluasi. Evaluasi
adalah tindakan pengukuran antara keberhasilan dan rencana. Jadi tujuan evaluasi
untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan kebidanan yang dilakukan.
Langkah – langkah :
16
1. Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan klien
secara keseluruhan.
2. Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosis atau masalah.
3. Mengindentifikasi diagnosis atau masalah potensial dan mengantisipasi
penanganannya.
4. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi
dengan tenaga kesehatan lain serta rujukan berdasarkan kondisi klien.
5. Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional
berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya.
6. Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman.
7. Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan mengulang kembali
manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif.
Langkah-langkah Bidan dalam melaksanakan asuhan kepada klien
Langkah 1 : Tahap Pengumpulah Data Dasar
Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data
dilakukan dengan cara :
1. Anamnesis. Dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat menstruasi,
riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas, bio-psiko-sosial-
spiritual, serta pengetahuan klien.
2. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda
vital, meliputi :
Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auscultasi, dan perkusi )
Pemeriksaan penunjang ( laboratorium, radiologi/USG, dan cacatan
terbaru serta catatan sebelumnya ).
Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah
berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan.
Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnosis dan
17
masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti
diagnosis tetapi tetap membutuhkan penanganan.
Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang
diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering
menyertai diagnosis.
Diagnosis kebidanan adalah diagnose yang ditegakkan bidan dalam lingkup
praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnose kebidanan.
Standar nomenklatur diagnosis kebidanan :
1) Diakui dan telah disahkan oleh profesi.
2) Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan.
3) Memiliki cirri khas kebidanan.
4) Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan.
5) Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.
Langkah 3 : Mengidentifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial dan
Mengantisipasi Penanganannya.
Pada langkah ini bidan mengidantifikasi masalah potensial atau diagnosis
potensial berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah
diagnosis atau masalah potensial ini menjadi benar-benar terjadi. Langkah ini
penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman.
Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah
potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi
juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosis potensial
tidak terjadi. Sehingga langkah ini benar merupakan langkah yang bersifat
antisipasi yang rasional atau logis.
Kaji ulang apakah diagnosis atau masalah potensial yang diidentifikasi sudah
tepat.
Langkah 4 : Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera untuk Melakukan
Konsultasi, Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain Berdasarkan Kondisi
Klien.
18
Mengindentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau
tenaga konsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan
yang lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen
kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau
kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan
terus menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
Data baru mungkin saja dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin
mengidentifikasi situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera
untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak.
Data baru mungkin saja dikumpilkan dapat menunjukkan satu situasi yang
memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi
dari seorang dokter. Situasi lainnya tidak merupakan kegawatan tetapi
memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari preeclampsia, kelainan
panggul, adanya penyakit jantung, diabetes, atau masalah medic yang serius,
bidan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan
konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti
pekerja sosial, ahli gizi atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir.
Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk
menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam
manajemen asuhan kebidanan.
Kaji ulang apakah tindakan segera ini benar-benar dibutuhkan.
Langkah 5 : Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh.
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh
langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen
terhadap masalah atau diagnose yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.
Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah
terindentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan
19
tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti
apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan
penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-
masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-kultural atau masalah
psikologis. Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah
mencakup setiap hal yang berkaitan dengan setiap aspek asuhan kesehatan.
Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua pihak, yaitu oleh bidan
dank lien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan
melaksanakan rencana asuhan bersama klien kemudian membuat kesepakatan
bersama sebelum melaksanakannya.
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus
rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to
dateserta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien.
Langkah 6 : Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman.
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini bias dilakukan seluruh oleh bidan atau sebagian lagi oleh
klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukannya
sendiri, ia tetap memikul tanggungjawab untuk mengarahkan pelaksanaannya,
misalnya memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana.
Dalam situasi di mana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani
klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen
asuhan bagi klien adalah tetap bertanggungjawab terhadap terlaksananya
rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien
akan menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan
klien.
Kaji ulang apakah semua rencana asuha telah dilaksanakan.
Langkah 7 : Mengevaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi kefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-
benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi
20
dalam diagnose dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika
memang benar efektif dalam pelaksanaannya.
Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif sedangkan
sebagian belum efektif. Mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini
merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan maka perlu mengulang
kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui manajemen tidak
efektif serta melakukan penyusaian terhadap rencana asuhan tersebut.
Langkah-langkah proses manajemen umumnya merupakan pengkajian yang
memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta
berorientasi pada proses klinis, karena proses manajemen tersebut
berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah terakhir tergantung pada
klien dan situasi klinik, maka tidak mungkin proses manajemen ini dievaluasi
dalam tulisan saja.
6. Implementasi manajemen kebidanan
1. Identifikasi dan analisis masalah
Bila seorang pasien/klien datang meminta bantuan
pada bidan, maka langkah awal dari kegiatan yang dilakukan
adalah mengidentifikasi masalah kemudian menganalisis
masalah tersebut. Bidan mulai mewawancarai klien untuk
menggali data subjektif.
Data subjektif
1) Biodata mencakup identitas klien :
Nama yang jelas dan lengkap. Bila perlu ditanyakan nama penggilan
sehari-hari. Bagi pasien anak, ditanyakan nama orant tua atau wali.
Umur dicatat dalam hitungan tahun. Untuk balita ditanyakan umur
dalam hitungan tahun dan bulan.
Alamat ditanyakan untuk maksud mempermudah hubungan bila
diperlukan keadaan mendesak. Dengan mengetahui alamat, bidan
juga dapat mengetahui tempat tinggal dan lingkungannya.
21
Pekerjaan klien ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan
pengaruh pekerjaan terhadap permasalaha kesehatan pasien.
Pekerjaan orang tua bila pasien anak balita.
Agama ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya
terhadap kebiasaan kesehatan klien. Dengan diketahui agama klien
akan memudahkan bidan melakukan pendekatan di dalam
melaksanakan asuhan kebidanan.
Pendidikan klien ditanyakan untuk mengetahui tingkat
intelektualnya. Tingkat pendidikan mempengaruhi sikap perilaku
kesehatan seseorang. Untuk anak balita perlu ditanyakan pendidikan
orang tua atau walinya.
2) Riwayat menstruasi
Hal yang perlu ditanyakan : menarche, siklus menstruasi, lamanya,
banyaknya darah yang keluar, aliran darah yang keluar, mentruasi
terakhir, adakah dismenorhe, gangguan sewaktu menstruasi
(metrorhagi, menoraghi), gejala premenstrual.
3) Riwayat perkawinan
Kawin : ……………. Kali
Usia kawin pertama : ……………. Kali
22
6) Riwayat keluarga berencana
Bila ibu pernah mengikuti KB perlu ditanyakan : jenis kontrasepsi,
efek samping, alas an berhenti (bila tidak memakai lagi), lamanya
menggunakan alat kontrasepsi.
7) Riwayat kehamilan sekarang
Waktu mandapat haid terakhir, keluhan berkaitan dengan kehamilan.
8) Gambaran penyakit yang lalu.
Ditanyakan untuk mengetahui apakh ada hubungannya dengan
masalah yang dihadapi oleh klien. Misalnya penyakit campak atau
cacar air sewaktu kecil, penyakit jantung, hipertensi, dll. Apakah
pernah diirawat di RS ? kapan ? berapa lama ? penyakit apa ? dan
lain sebagainya.
9) Riwayat penyakit keluarga
Untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit terhadap
gangguan kesehatan pasien. Riwayat keluarga yang perlu ditanyakan
misalnya jantung, diabetes, ginjal, kelainan bawaan, kehamilan
kembar.
10) Keadaan sosial budaya
Untuk mengetahui keadaan psikososial perlu ditanyakan antara lain :
jumlah anggota keluarga, dukungan moral dan material dari
keluarga, pandangan, dan penerimaan keluarga terhadap kehamilan,
kebiasaan-kebiasaan yang menguntungkan dan merugikan,
pandangan terhadap kehamilan, persalinan dan anak baru lahir.
Data objektif
1. Data objektif dikumpulkan melalui :
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan khusus.
Pemeriksaan penunjang.
a) Diagnosis
Di dalam diagnosis unsur-unsur berikut perlu dicantumkan yaitu :
23
Keadaan pasien / klien (khusus bagi ibu hamil dan melahirkan termasuk
keadaan bayinya).
Masalah utama dan penyebabnya.
Masalah potensial.
Prognosis.
b) Rencana tindakan
Berdasarkan diagnosis yang telah ditegakkan, bidan menyusun rencana
tindakan yang harus dilakukan kepada kliennya. Rencana tindakan
tersebut berisikan tujuan dan hasil yang akan dicapai dan langkah-
langkah kegiatan termasuk rencana evaluasi.
Tujuan di dalam rencana kegiatan menunjukkan perbaikan-perbaikan
yang diharapkan. Misalnya, tujuan asuhan pada ibu dalam keadaan
inpartu adalah menyelesaikan persalinan dengan baik. Hasil dari tindakan
adalah ibu yang melahirkan dan anak yang dilahirkan dalam keadaan
sehat dan selamat.
Langkah-langkah tindakan dilakukan berdasarkan masalah yang dihadapi
oleh pasien / klien. Langkah-langkah tindakan merupakan upaya
intervensi untuk mengatasi masalah. Misalnya, ibu yang dalam keadaan
inpartu, dan kurang siap untuk melahirkan secara fisiologis, maka di
dalam langkah-langkah tindakan yang dilakukan oleh bidan ialah
member dorongan agar ibu memiliki kemampuan kuat untuk melahirkan
dan kemudian memberikan bimbingan dalam menyelesaikan persalinan.
Rencana evaluasi dibuat untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan
tindakan dilakukan.
Di dalam rencana evaluasi ditentukan sasaran yang akan dicapai.
Misalnya, dalam evaluasi ibu di masa persalinan, maka criteria evaluasi
antara lain :
1) Tekanan darah, denyut nadi dalam batas normal.
2) Keadaan his : kekuatan, frekuensi, dan lamanya semakin
bertambah sewaktu mendekati kala II.
3) DJJ harus selalu positif.
24
4) Turunnya kepala bayi semakin maju melalui saluran persalinan.
5) Pembukaan serviks semakin melebar (lengkap dengan garis
menengah sekitar 10 cm )
c) Tindakan pelaksanaan
Tindakan yang dilakukan oelh bidan sesuai dengan rencana yang telah
disusun. Tindakan yang dilakukan berdasarkan prosedur yang telah lazim
diikuti atau dilakukan. Misalnya, di dalam melakukan tindakan pada
kasus partus kala II, bidan melakukan prosedur :
1. Ibu mengedan sewaktu his menguat
2. Menekan dinding perineum agar tidak robek
3. Mempermudah gerak rotasi kepala bayi
4. Mengeluarkan bahu dan seterusnya sampai bayi lahir dengan
sempurna.
Di dalam tahap ini, bidan melakukan observasi sesuai dengan criteria
evaluasi yang telah direncanakan. Bila bidan perlu memberikan infus
atau pemberian obat, maka tindajan tersebut dilakukan sesuai dengan
prosedur tetap yang berlaku.
Berbagai hal yang perlu mendapat perhatian di dalam tahap pelaksanaan
ini ialah :
1. Intervensi yang dilakukan harus verdasarkan prosedur tetap yang
lazim dilakukan.
2. Pengamantan dilakukan secara cermat dan tepat sesuai dengan
criteria evaluasi yang ditetapkan.
3. Pengendalian keadaan pasien/klien sehingga secara berangsur-
angsur menuju kondisi kesehatan yang diharapakn.
Di dalam melaksanakan tindakan, bidan dapat melakukan asuhan secara
mandiri untuk kasus-kasus yang di dalam batas kewenangannya. Bila
bidan menemukan kasus di luar batas kewenangannya di dalam
melakukan tindakan, maka pasien/klien tersebut dirujuk ke rumah sakit
(dengan dokter atau tenaga kesehatan lainnya pada kasus-kasus tertentu.
d) Evaluasi
25
Bidan melakukan evaluasi sesuai dengan criteria yang telah ditetapkan di
dalam rencana kegiatan. Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui
kemajuan hasil dari tindakan yang dilakukan. Semakin dekat hasil
tindakan yang dilakukan dengan sasaran yang ditetapkan didalam criteria
evaluasi, tindakan akan mendekati keberhasilan yang diharapakan.
Misalnya, ibu telah menyelesaikan persalinan. Di dalam evaluasi
menunjukkan tekanan darah dan denyut nadi normal, bayi lahir dengan
selamat dan tidak ada kelainan, serta plasenta keluar denganspontan, dan
tidak terjadi pendarahan setelah partus.
Maka hasil evaluasi menunjukkan bahwa tujuan pertolongan persalinan
tercapai, dan hasilnya ibu dapat menyelesaikan persalinan dengan
selamat dalam keadaan sehat, disertai bayi yang dilahirkan juga dalam
keadaan sehat.
Hasil evaluasi dapat digunakan untuk kegiatan asuhan lebih lanjut bila
diperlukan, atau sebagai bahan peninjauan terhadap langkah-langkah di
dalam proses manajemen sebelumnya oleh karena tindakan yang
dilakukan kurang berhasil.
26
- Persalinan
- Nifas
- Bayi Baru Lahir
- Keluarga Berencana
- Bayi Sehat
- Rujukan
- Laporan
- Surat Kelahiran
- Surat Kematian
- Partograf
- Informed Consent
- Formulir Permintaan Darah
2. Peralatan dan Obat –Obatan
a. Peralatan Tidak Stseril
Tensimeter
Stetoskop biokuler
Stetoskop monokuler
Timbangan dewasa
Timbangan bayi
Pengukuran panjang bayi
Thermometer
Oksigen dalam regulator
Ambu bag dengan masker resusitasi (ibu+bayi)
Penghisap lendir
Lampu sorot
Penghitung nadi
Sterilisator
Bak instrument dengan tutup
Reflek Hammer
Alat pemeriksaan Hb (Sahli)
Set pemeriksaan urine (protein + reduksi)
27
Pita pengukur
Plastik penutup instrument steril
Sarung tangan karet untuk mencuci alat
Apron / celemek
Masker
Pengaman mata
Sarung kaki plastik
Infus set
Standar infuse
Semprit disposable
Tempat kotoran / sampah
Tempat kain kotor
Tempat plasenta
Pot
Piala ginjal / bengkok
Sikat, sabun dan tempatnya
Kertas lakmus
Semprit glyserin
Gunting verband
Spateln lidah \
IUD kit
Implant kit
Covis
Suction
Gergaji implan
b. Peralatan Steril
Klem pean
Klem ½ kocher
Korentang
Gunting tali pusat
Gunting benang
28
Gunting episiotomy
Kateter karet / metal
Pinset anatomis
Pinset chirurgic
Speculum vagina
Mangkok metal kecil
Pengikat tali pusat
Pengisap lendir
Pemegang Jarum
Jarum kulit dan otot
Sarung tangan
Benang suter + catgut
Doek steril
c. Bahan Habis Pakai
Kapas
Kain kasa
Plester
Handuk
Pembalut wanita
d. Formulir Yang Disediakan
Formulir Informed Consent
Formulir ANC
Partograf
Formulir persalinan / nifas dan KB
Formulir rujukan
Formulir surat kelahiran
Formulir permintaan darah
Formulir kematian
e. Obat - Obatan
Roborantia
Vaksin
29
Syok anafilak
Adrenalin 1:1000
Anti histamine
Hidrokortison
Aminophilin 230 mg / 10ml
Dopamine
Sedatife
Antibiotik
Uterotonika
Antipiretika
Koagulantika
Anti kejang
Glyserin
Cairan infuse
Obat luka
Cairan desinfektan
Obat penanganan asphiksia pada BBL
30
3. Ruang tempat periksa
4. Ruang perawatan
5. Dapur
6. Kamar mandi
7. Ruang cuci pakaian/alat
8. Ruang tunggu
9. Wastafel
10. Tempat sampah
11. Tempat parker
12. Pelayanan yang Diberikan Bidan Praktek Mandiri Dalam bidan praktek
mandiri memberikan pelayanan yang meliputi :
Penyuluhan Kesehatan
Konseling KB
Antenatal Care (senam hamil, perawatan payudara)
Asuhan Persalinan
Perawatan Nifas (senam nifas)
Perawatan Bayi
Pelayanan KB ( IUD, AKBK, Suntik, Pil )
Imunisasi ( Ibu dan Bayi )
Kesehatan Reproduksi Remaja
Perawatan Pasca Keguguran.
a. Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan Bidan adalah seorang
perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang telah teregistrasi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Praktik Kebidanan adalah kegiatan pemberian pelayanan yang dilakukan oleh
Bidan dalam bentuk asuhan kebidanan.
31
c. Surat Tanda Registrasi Bidan yang selanjutnya disingkat STRB adalah bukti
tertulis yang diberikan oleh Pemerintah kepada Bidan yang telah memiliki
sertifikat kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
d. Surat Izin Praktik Bidan yang selanjutnya disingkat SIPB adalah bukti tertulis
yang diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota kepada Bidan sebagai
pemberian kewenangan untuk menjalankan praktik kebidanan.
e. Praktik Mandiri Bidan adalah tempat pelaksanaan rangkaian kegiatan
pelayanan kebidanan yang dilakukan oleh Bidan secara perorangan.
f. Instansi Pemberi Izin adalah instansi atau satuan kerja yang ditunjuk oleh
pemerintah daerah kabupaten/kota untuk menerbitkan izin sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- undangan.
g. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.
h. Organisasi Profesi adalah wadah berhimpunnya tenaga kesehatan bidan di
Indonesia.
32
BAB III
PEMBAHASAN
34
yang Diberikan Bidan Praktek Mandiri Dalam bidan praktek mandiri
memberikan pelayanan yang meliputi : Penyuluhan Kesehatan,
Konseling KB, Antenatal Care (senam hamil, perawatan payudara),
Asuhan Persalinan, Perawatan Nifas (senam nifas), Perawatan Bayi,
Pelayanan KB ( IUD, AKBK, Suntik, Pil ), Imunisasi ( Ibu dan Bayi ),
Kesehatan Reproduksi Remaja, Perawatan Pasca Keguguran.
Menurut penelitian Ani Triana, 2021 dengan judul Faktor Dominan
Kinerja Bidan Dalam Menberikan Pelayanan Berkelanjutan Di Bpm dimana
Konsep Pelayanan Kebidanan Berkelanjutan adalah pelayanan yang meliputi
waktu dari sebelum hamil, kehamilan, persalinan, dan sesudah persalinan.
Terselenggaranya pelayanan ini berkaitan dengan kinerja seorang bidan. Kinerja
bidan dapat dipengaruhi oleh faktor dari dalam yaitu pendidikan, pelatihan, sikap,
motivasi, lama bertugas, pengetahuan,dan keterampilan. Dari hasil analisis data
didapatkan bahwa mayoritas dengan kinerja baik sebanyak 18 orang (60%), ada
pengaruh yang signifikan antara pelatihan dengan kinerja bidan pvalue (0,011<
0,05). Tidak ada pengaruh yang signifikan pendidikan, sikap, motivasi, lama
bertugas, pengetahuan, dan keterampilan dengan kinerja bidan.
Maka dapat ditarik kesimpulan yaitu faktor dominan yang mempengaruhi kinerja
bidan yaitu variable pelatihan. Maka perlu adanya peran IBI sebagai organisasi
profesi untuk memfasilitasi para bidan yang belum mengikuti pelatihan pelayanan
kebidanan berkelanjutan.
35
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada dasarnya untuk melakukan manajemen kebidanan
memang harus melewati beberapa tahap. Seperti dikemukakan Hellen
Varney ada 7 langkah sedangkan dari depkes menyatakan 5 langkah.
Pada prinsipnya masing-masing pendapat sama, hanya berbeda dalam
cara pendokumentasiannya. Namun dalam penerapannya nanti tidaklah
harus kaku menggunakan 5 langkah atau 7 langkah yang perlu diingat
bahwa dalam manajemen kebidanan tersebut dilakukan secara
sistematis dengan metode pendekatan tertentu dalam membantu
pemecahan masalah kesehatan ibu dan anak.
36
Surat Izin Praktek Bidan (SIPB) sehingga dapat menjalankan praktek
pada saranakesehatan atau program.Persyaratan pendirian juga perlu
diperhatikan, agar bidan dapat memberikan pelayanan yang bermutu
kepada setiap pasien. Manajemen kebidanan menyangkut pemberian
pelayanan yang utuh dan menyeluruh kepada klien yang merupakan
suatu proses manajemen kebidanan yang dilaksanankan untuk
memberikan pelayanan yang berkualitas melalui tahapan-tahapan dan
langkah-langkah yang disusun secara sistematis untuk mendapatkan
data,memberikan pelayanan yang benar sesuai dengan keputusan
tindakan klinik yang dilakukan dengan tepat,efektif dan efisien.
B. SARAN
1. Bagi Bidan
Diharapkan bidan mampu mempertahankan serta meningkatkan
pelayanan yang diberikan, sehingga setiap pasien yang datang untuk
melakukan pemeriksaan selalu mendapatkan kepuasan, dan dapat lebih
memperluas informasi tentang PMB itu sendiri dan diharapkan mahasiswa
yang melakukan praktik dapat memahami dan menerapkan manajemen
pelayanan kebidanan sesuai dengan standar yang sudah di pelajari.
2. Bagi Mahasiswa
Diharapakan laporan ini bisa menjadi ajuan atau revensi dalam menulis
laporan manajemen pelayanan kebidanan untuk kedepannya dengan teori
terupdate dalam melakukan manajemen pelayanan kebidanan
37
38
DAFTAR PUSTAKA
Hal 70
2015;6:22-43.
DOKUMENTASI
LEMBAR BIMBINGAN
Nama : Nelywati
NIM : 213001080143
Ruangan :-
Stase : Manajemen Pelayanan Kebidanan
CI Akademik : Bdn. Gustien Siahaan,.S.Keb.,M.Kes
NIDN: 1010300715008
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kebidanan/article/view/3642/pdf
ABSTRAK
Latar Belakang: Konsep Pelayanan Kebidanan Berkelanjutan adalah pelayanan yang meliputi waktu
dari sebelum hamil, kehamilan, persalinan, dan sesudah persalinan. Terselenggaranya pelayanan ini
berkaitan dengan kinerja seorang bidan. Kinerja bidan dapat dipengaruhi oleh faktor dari dalam yaitu
pendidikan, pelatihan, sikap, motivasi, lama bertugas, pengetahuan,dan keterampilan. Terdapat 30 PMB se-
Kota Pekanbaru yang telah melakukan MoU dengan PC IBI Kota Pekanbaru, namun masih ada bidan
yang belum menyelenggarakan Pelayanan Kebidanan Berkelanjutan, salah satunya karena besarnya
pengaruh dari faktor internal bidan.
Tujuan: Tujuan penelitian ini yaitu diketahuinya faktor internal yang mempengaruhi kinerja
bidan memberikan pelayanan kebidanan berkelanjutan. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan
desain penelitian ini adalah “cross sectional”. Populasi dan sampel penelitian ini adalah seluruh bidan
yang memiliki PMB yang sudah MoU dengan PC IBI Kota Pekanbaru sebanyak 30 orang bidan
dengan teknik sampling yaitu total sampling. Jenis data pada penelitian ini adalah data primer, dengan
analisis data unvariat, bivariat dengan uji Chi Square, multivariat dengan uji Regresi Logistik
Ganda.
Hasil: Hasil analisis data didapatkan bahwa mayoritas dengan kinerja baik sebanyak 18 orang (60%),
ada pengaruh yang signifikan antara pelatihan dengan kinerja bidan pvalue (0,011< 0,05). Tidak ada
pengaruh yang signifikan pendidikan, sikap, motivasi, lama bertugas, pengetahuan, dan keterampilan
dengan kinerja bidan.
Kesimpulan: Dapat disimpulkan faktor dominan yang mempengaruhi kinerja bidan yaitu
variable pelatihan.
Saran: Perlu adanya peran IBI sebagai organisasi profesi untuk memfasilitasi para bidan yang
belum mengikuti pelatihan pelayanan kebidanan berkelanjutan.
PENDAHULUAN
Bidan merupakan profesi yang paling utama dalam melaksanakan layanan kebidanan
pada wanita selama siklus kehidupannya (Halldorsdottir dan Inga, 2011). Maka bidan harus
mempunyai kompetensi yang diakui oleh filosofi asuhan kebidanan yang fokus asuhannya
terhadap perempuan (women centred care). Salah satu bentuk peningkatan kompetensi
bidan tersebut dengan melaksanakan layanan kebidanan yang berkelanjutan (Continuity of
Care/ CoC) pada kegiatan klinik (Agung, 2015).
Pelayanan kebidanan berkelanjutan diberikan melalui kepada seluruh perempuan pada
siklus kehidupannya mulai dari kehamilan, persalinan dan pasca persalinan, baik yang dengan
risiko rendah maupun tinggi dan seluruh kaitannya termasuk bagian kebidanan (CBE, 2017).
Konsep dari Pelayanan Kebidanan Berkelanjutan atau Continuity of Care yaitu pola baru dalam
kebidanan sebagai bentuk dalam menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anak (Kemenkes RI,
2014).
Dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 angka
kematian ibu (AKI) mencapai 305 per 100.000 kelahiran hidup dari kasus yang berjumlah
14.623 kasus. Sampai saat ini Pre Eklamsia dan perdarahan menjadi penyebab tertinggi
kematian Ibu. Angka Kematian Bayi (AKB) tercatat 24 per 1.000 kelahiran hidup dengan
jumlah kasus sebesar 151.200 kasus. Sampai saat ini bayi berat lahir rendah (BBLR) dan
Asfiksia penyebab tertinggi kematian bayi (Kemenkes RI, 2018). Jika dilihat pada periode
tahun 1994-2012 Angka Kematian Ibu menurun yaitu pada tahun 1994 sebesar 390 per
100.000 kelahiran hidup, tahun 1997 sebesar 334 per
100.000 kelahiran hidup, tahun 2002 sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2007
sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup tapi pada tahun 2012, terjadi peningkatan Angka
Kematian Ibu meningkat sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Pada AKB dapat
mengalami penurunan on the track (menurun terus) dan pada SDKI 2012 menunjukkan angka
32/1.000 KH. Dan pada tahun 2015, dari data SUPAS 2015 baik AKI maupun AKB menunjukkan
penurunan (AKI 305/ 100.000 KH; AKB 22,23/ 1000 KH) (Direktorat Kesehatan Keluarga,
2016).
Dari data tersebut diatas bahwa terdapat penurunan AKI dan AKB, tetapi tidak pasti
apakah karena telah terlaksananya pelayanan kebidanan berkelanjutan yang signifikan. Bidan
mempunyai peran dan fungsi professional dalam melaksanakan layanan kebidanan dan mempunyai
tanggung jawab terhadap praktik yang dilaksanakannya (Farrodis, 2012). Kinerja seorang
bidan dipengaruhi oleh faktor dari dalam bidan yaitu pendidikan, pelatihan, sikap, motivasi,
lama bertugas, pengetahuan, dan keterampilan, dan faktor dari luar yaitu kelengkapan sarana,
penerimaan lingkungan, struktur dan imbalan/jasa (Ghibson, 2009). Oleh karena itu perlunya
bidan untuk dilibatkan oleh pemerintah dalam program menurunkan AKI. Bidan merupakan
petugas kesehatan yang berkuaifikasi untuk memberikan kontribusi dalam menurunkan AKI,
hal ini dikarenakan bidan terlibat secara langsung dengan perempuan yang mejadi tujuan
program. Pada saat ini jumlah bidan di Indonesia yang berada di seluruh wilayah sudah
mencapai 102.060 orang. Hal ini tujuannya agar pelayanan kesehatan ibu dan anak mudah
dijangkau meliputi pelayanan kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan (post partum) yang
menyeluruh dan bermutu melalui pelayanan kebidanan yang berkelanjutan (Badan PPSDM
Kesehatan, 2016).
Dari studi pendahuluan terdapat 30 RB/BPM se-Kota Pekanbaru yang telah melakukan
MoU dengan PC IBI Kota Pekanbaru. Namun masih ada bidan yang belum menyelenggarakan
Pelayanan Kebidanan Berkelanjutan, salah satunya karena besarnya pengaruh dari faktor dari
dalam pada bidan memberikan Pelayanan Kebidanan Berkelanjutan. Oleh karena itu
peneliti tertarik melakukan penelitian tentang “Faktor Dominan Kinerja Bidan Memberikan
Pelayanan Kebidanan Berkelanjutan”.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dengan kuantitatif berjenis analitik observasional, menggunakan desain
studi penampang analitik (analytic cross-sectional study) yang dilaksanakan di PMB Se-Kota
Pekanbaru pada tanggal 31 Maret-22 Desember 2020. Populasi adalah seluruh PMB Se-
Kota Pekanbaru. Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer, dengan prosedur
pengumpulan data melalui pemberian kuesioner kepada responden. Analisis bivariat
dilakukan dengan uji Chi–Square dan uji Regresi Logistik Ganda dengan Model Prediksi
untuk Analisis Multivariat.
Tabel 1
Distribusi frekuensi pendidikan, pelatihan, sikap, motivasi, lama bertugas, pengetahuan,
keterampilan
Frekuensi
Variabel
N=30 %
N = 30 %
Kinerja Bidan
Kurang baik 12 40
Baik 18 60
Pendidikan
Rendah 13 43,3
Tinggi 17 56,7
Pelatihan
Tidak Ada 14 46,7
Ada 16 53,3
Sikap
Negatif 13 43,3
Positif 17 56,7
Motivasi
Kurang baik 14 46,7
Baik 16 53,3
Lama bertugas
Baru (< 5 tahun) 12 40
Lama (≥ 5 tahun) 18 60
Pengetahuan
Kurang baik 10 33,3
Baik 20 66,7
Keterampilan
Kurang baik 15 50
Baik 15 50
Sumber: Pengolahan Data Primer (2020)
Tabel 2.
Faktor Internal yang Mempengaruhi Kinerja Bidan Memberikan Pelayanan Kebidanan
Berkelanjutan di PMB se-Kota Pekanbaru
N % N % n (%)
Pendidikan
Tabel 3
Pemodelan Multivariat Akhir
(95 % CI)
Varibael p value OR
LOWER
OPPER
Berdasarkan tabel 3 bahwa dari analisis multivariat yang dilakukan dengan 4 kali pemodelan dan dapat
dilihat pada tabel tersebut variabel yang berhubungan signifikan dengan kinerja bidan adalah pada
variabel pelatihan, bidan yang belum penah mengikuti pelatihan pelayanan kebidanan berkelanjutan
mempunyai risiko sebesar 16 kali menyebabkan kinerja bidan kurang baik dibandingkan dengan
bidan yang telah mengikuti pelayanan kebidanan berkelanjutan (C.I 95%: OR = 1,886-136,076),
sedangkan variabel yang menjadi confounding adalah variabel lama bertugas, pengetahuan dan
keterampilan terhadap variabel pelatihan.PEMBAHASANDalam penelitian ini ditemukan bahwa
bidan yang belum penah mengikuti pelatihan pelayanan kebidanan berkelanjutan mempunyai risiko
sebesar 16 kali menyebabkan kinerja bidan kurang baik dibandingkan dengan bidan yang telah
mengikuti pelayanan kebidanan berkelanjutan (C.I 95%: OR = 1,886-136,076). Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Suhrawardi, Dewi dan Noerlena (2015) dengan p value 0,001
berarti > α (0,05), ini berarti bahwa terdapat hubungan antara pelatihan dengan kinerja bidan.
Ditemukan ada 3 variabel confounding yaitu variabel lama bertugas, pengetahuan dan
keterampilan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Rahayu(2013) bahwa pelatihan
merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi kinerja bidan. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Vitasari, dkk (2019), Lumbanraja dan Aryanti (2016) dan Elsi
(2016) bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pelatihan dan kinerja bidan. Menurut
Farida (2019) bahwa pelatihanmerupakan upaya peningkatan pengetahuan, keterampilan dan
perilaku yang berhubungan dengan pekerjaan atau jabatan dalam upaya memperbaiki kinerja,
untuk pelaksanaannya mengutamakan praktek dan teori. Menurut penelitian Suindari, dkk
(2013) menjelaskan bahwa pelatihan bagi bidan ditujukan untuk menyesuaikan dengan
standar, metode dan teknologi terbaru sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan
kebidanan. Penelitian Sapari (2020) menyatakan bahwa perlunya dilakukan pelatihan bidan
yang dilaksanakan secara rutin dan bergiliran agar seluruh bidan dapat mengikuti pelatihan.
Pelaksanaan pelatihan bida di tempat kerja ataudi luar tempat kerja baik secara formal maupun
informal sehingga tujuan pelatihan untuk memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan
teknik pelaksanaan kerja untuk kebutuhan pelayanan kebidanan dapat terwujud sehingga
kinerja bidan menjadi lebih baik. Menurut Mundari (2017) bahwa perlunya bidan mengikuti
pelatihan dalam meningkatkan kompetensi bidan. Hal ini juga sejalan dengan penelitian
Yuningsih (2016) bahwa pelatihan sebagai bentuk peningkatan kompetensi bidan dalam
pendidikan kelanjutan profesi bidan Menurut Saadah (2016) pelatihan merupakan bagian dari
karakteristik bidan yang harus ditingkatkan sebagai langkah mengoptimalisasikan kepuasan
kerja bidan.
Menurut Soetomo (2006), perlunya tenaga yang profesional dalam memberikan
pelayanan sosial yang baik atau yang sudah memiliki pengetahuan dan kompetensi yang
cukup baik pada pelayanan tersebut. Maksudnya diperlukannya pelatihan bagi mereka
untuk penguasaan teknik/cara dan dibutuhkan adanya pelatihan bagi mereka, sehingga
mereka menguasai metode dan strategi yang diperlukan serta memiliki kompetensi untuk
melakukan komunikasi yang baik terhadap klien atau sasaran kelompoknya. Selain itu
memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang kesehatan dan layanan sosial. Lamanya
masa bidan dalam tugasnya menjadi counfounding dengan kinerja bidan hal ini dikarenakan
bidan yang belum lama bertugas (< 5 tahun) masih banyak yang belum mengikuti pelatihan
tentang pelayanan kebidanan berkelanjutan, karena lama bertugas membuat seorang bidan
akan lebih trampil jika mereka juga mengikuti pelatihan dalam melakukan pelayanan
kebidanan berkelanjutan. Hal ini didukung teori yang diungkapkan oleh Mangkunegara
(2010), bahwa pelangaman seseorang dalam bekerja dapat mempengaruhi kinerjanya.
Menurut peneliti pada kinerja bidan bahwa pelatihan merupakan hal yang sangat penting
yang harus dimiliki oleh bidan dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
profesionalnya. Peneliti merekomendasikan bahwa setiap bidan harus mengikuti pelatihan-
pelatihan yang berkaitan dengan asuhan kebidanan khususnya dalam memberikan pelayanan
kebidanan berkelanjutan dengan kriteria yang menunjang pelatihan berkaitan dengan keterampilan
dalam memberikan pelayanan ANC, Pelatihan APN, pelayanan BBL dan pelayanan pada ibu
nifas.
SIMPULAN
Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa proporsi kinerja bidan yaitu mayoritas
dengan kinerja baik sebanyak 18 orang (60%). Ada pengaruh yang signifikan antara pelatihan
dengan kinerja bidan. Tidak ada pengaruh yang signifikan pendidikan, sikap, motivasi,
lama bertugas, pengetahuan, dan keterampilan dengan kinerja bidan. Faktor dominan yang
mempengaruhi kinerja bidan yaitu variable pelatihan. Didapatkan hasil bahwa bidan yang
belum penah mengikuti pelatihan pelayanan kebidanan berkelanjutan mempunyai risiko
sebesar 16 kali menyebabkan kinerja bidan kurang baik.
SARAN
Oleh karena itu perlunya IBI sebagai Organisasi Profesi melakukan monitoring dan
evaluasi bagi bidan-bidan yang belum mendapatkan atau mengikuti pelatihan yang berkaitan
dengan pelayanan kebidanan. Bidan-bidan yang melakukan MoU dengan IBI dapat memberikan
informasi pada saat arisan IBI jika belum mendapatkan informasi pelatihan yang berkaitan
dengan pelayanan kebidanan berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Agung. (2015). Model Asuhan Kebidanan CoC Turunkan AKI dan AKB. UGM. Yogyakarta.
Available from:http://https://ugm.ac.id/id/newsPdf/9821-model-asuhan-kebidanan-coc-
turunkan-aki- dan-akb
Badan PPSDM Kesehatan. (2016). Peran Bidan dalam Upaya Menuunkan AKI dan AKB. Jakarta.
CBE, JS. (2017). The Contribution of Continuity of Midwifery Care to High Quality Maternity
Care. The Royal Collaege of Midwives. Available from: http://www.rcm.org.uk
Direktorat Kesehatan Keluarga. (2016). Laporan Tahunan Direktorat Kesehatan Keluarga tahun
2016. Jakarta.
Elsi. (2016). Analisis Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Kinerja Bidan Puskesmas
dalam Pelayanan Antenatal di Puskesmas Kabupaten Agam Tahun 2015. Masters
Thesis. Uni versitas Andalas.
Farida, E. (2019). Analisis Pengaruh Pelatihan, Motivasi dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Bidan
yang berdampak pada Kepuasan Kerja di Kabupaten Bangka Bara. Jurnal Ekonomi dan
Manajemen STIE Pertiba Pangkal Pinang Vol. 5 No.1.
Farodis, Z. (2012). Panduan Lengkap Manajemen Kebidanan. D–Medika. Banguntapan.
Yogyakarta.
Ghibson, JL. 2009. Organisasi Perilaku, Struktur dan Proses (Terjemahan). Erlangga. Jakarta.
Halldorsdottir, S & Inga, S. (2011). The Primacy of the Good Midwife in Midwifery Sevices; An
Evolving Theory of Professionalismin Midwifery. Scand J Caring Sci, (4) p806-817.
Kemenkes RI. (2018). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta.
Kemenkes RI. (2014). Bahan Ajar KIA. Jakarta. Lumbanraja, AN dan Aryanti, C. (2016).
Pengaruh
Tingkat Pendidikan, Masa Kerja dan Pelatihan Bidan pada Kualitas Konseling, Informasi
dan Edukasi dalam Pelayanan Antenatal. CDK-246 Vo. 43 No.11.
Mangkunegara, P.A. (2010). Perilaku Dan Budaya Organisasi. Refika Aditama. Bandung.
Mundari, R. (2017). Analisis Kinerja Bidan Puskesmas pada Pelayanan Antenatal Care di Wilayah
Kerja Dinas Kesehatan Kota Padang. Jurnal Kesehatan Panca Bhakti Lampung Vol. 5 No. 2.
Rahayu, EN. (2013). Penilaian Kinerja Bidan Alumni Kebidanan Yogyakarta di Kabupaten
Sorong Selatan. Jurnal Ilmu Kebidanan Vol. 1 No. 3. Saadah, E. (2016). Faktor-
faktor yang mempengaruhi Kepuasan Kerja Bidan dan Implikasinya terhadap Kinerja
Bidan di DKI Jakarta. Kontigensi Vol 3 No. 2.
Sapari, PP. (2020). Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kinerja Bidan dalam Pelayanan
Antenatal di Kabupaten Padang Pariaman tahun 2016. Jurnal Human Care Vol. 5 No.3.
Suhrawardi, Dewi, VK, dan Noerlena. 2015. Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja
Bidan dalam Pelaksanaan Kegiatan Desa Siaga di Kabupaten Tapin Tahun 2014. Jurnal
Skala Kesatan