1 PB
1 PB
ABSTRAK
Acute Decompesated Heart Failure (ADHF) salah satu diagnosis dengan prevalensi tinggi di dunia dengan
patofisiologis yang tidak sepenuhnya dipahami dan pilihan terapi yang terbatas. Pasien dengan ADHF memiliki
morbiditas dan mortalitas yang tinggi dalam pengobatan di rumah sakit. Salah satu penyebab umum pada kondisi
ini adalah pengobatan dan ketidakpatuhan diet, aritmia, penurunan fungsi ginjal, hipertensi tidak terkontrol,
infark miokard dan infeksi, yang ditandai gejala awal secara tiba-tiba atau bertahap seperti dispnea, edema dan
kelelahan, sehingga membutuhkan penanganan medis secara cepat dan intensif. Studi kasus ini bertujuan untuk
memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami ADHF. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah studi kasus. Pengkajian pada Tn. O didapatkan tiga diagnosis yaitu penurunan curah jantung
berhubungan dengan perubahan irama jantung, gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
ketidakseimbangan ventilasi-perfusi, dan risiko syok berhubungan dengan sepsis. Adapun tindakan yang
dilakukan adalah perawatan jantung, terapi oksigen, pemantauan respirasi, dan pencegahan syok. Hasil evaluasi
terdapat perbaikan pada kondisi pasien, namun belum signifikan ditandai dengan hasil TD: 126/82 mmHg, HR:
87x/menit, RR: 22x/menit, T: 36,5℃, Kadar kreatinin: 1,60 mg/dL, Kadar ureum: 156 mg/dL, Hemoglobin: 10,1
g/dL, Hematokrit: 30%, Eritrosit: 3,5 106/mm3, Output urine: 30ml/jam, Leukosit : 13,58 103/mm3 PCO2: 55.10
mmHg, HCO3: 42,8 mmol/L, pH: 7.495 mmHg, BE: 18,8. Pasien dengan ADHF perlu dilakukannya
pemeriksaan foto thorax untuk penatalaksanaan lebih lanjut mengetahui kondisi kesehatan paru-paru pasien.
Kata Kunci : Acute Decompesated Heart Failure , Asuhan keperawatan, ICCU
ABSTRACT
Acute Decompensated Heart Failure (ADHF) is one of the world's high-prevalence diagnoses. However, the
pathophysiology of this disease is still incompletely understood and has limited therapeutic options. Patients with
ADHF have high morbidity and mortality in hospitalization. One of the common causes of this condition is non-
compliance with medication and diet, arrhythmia, decreased renal function, uncontrolled hypertension,
myocardial infarction, and infection. Infection is characterized by the sudden or gradual onset of symptoms such
as dyspnea, edema, and fatigue, thus requiring rapid and intensive medical treatment. This case study aimed to
describe nursing care for ADHF patients. The method used in this research is a case study. Assessment of Mr. O
obtained three nursing diagnoses, namely decreased cardiac output associated with changes in heart rhythm,
impaired gas exchange associated with ventilation-perfusion imbalance, and risk of shock associated with sepsis.
The actions are cardiac care, oxygen therapy, respiration monitoring, and shock prevention. The evaluation
results showed improvement in the patient's condition, but not yet significant, characterized by the results of BP:
126/82 mmHg, HR: 87x/min, RR: 22x/min, T: 36.5℃, Creatinine level: 1.60 mg/dL, Urea level: 156 mg/dL,
Hemoglobin: 10.1 g/dL, Hematocrit: 30%, Erythrocytes: 3.5 106/mm3, Urine output: 30ml/hour, Leukocytes:
13.58 103/mm3 PCO2: 55.10 mmHg, HCO3: 42.8 mmol/L, pH: 7.495 mmHg, BE: 18,8. Patients with ADHF
need to have a thorax photo examination for further management to determine the health condition of the
patient's lungs.
Keywords : Acute Decompesated Heart Failure, Nursing care, ICCU
1
Studi Kasus. JIM FKep Volume I Nomor 4 Tahun 2022
2
Studi Kasus. JIM FKep Volume I Nomor 4 Tahun 2022
takikardi, anterior infarct. Ekokardiografi: 126/82 mmHg, RR: 22 x/m, HR: 87 x/m, Spo2:
iskemik kardiomyopati dengan EF (Ejeksi 100%, O2 nasal kanul 3 Lpm, Gambaran EKG
Fraksi) 22-35%. Pemeriksaan laboratorium: sinus rhythm. Berdasarkan hasil evaluasi terakhir
Hemoglobin: 10,1 g/dL, Hematokrit 30%, menunjukkan bahwa perencanaan tindakan akan
Eritrosit 3,5 106/mm3, Leukosit 13,58 103/mm3, tetap dilanjutkan terhadap diagnosis penurunan
Kalsium (Ca) 7,5 mg/dL, Ureum:156 mg/dL, curah jantung.
Kreatinin 1,60 mg/dL, pH: 7,460 mmHg, pCO2
:59,80 mmHg, HCO3: 43,0 mmol/L, BE: 18,8. Gangguan pertukaran gas
D-dimer >4000,00 ng/mL, Procalcitonin 100,00 Gangguan pertukaran gas terjadi ketika
ng/mL. Equipment: Pasien menggunakan folley membran alveolus-kapiler kelebihan atau
catheter ukuran 16, NGT, CVC di femoral kanan kekurangan oksigenasi dan/atau eliminasi karbon
dan nasal kanul. dioksida. Luaran yang diharapkan adalah
pertukaran gas dan keseimbangan asam-basa
HASIL meningkat dengan kriteria hasil takikardia
Penurunan Curah Jantung menurun, bunyi napas tambahan menurun,
Penurunan curah jantung merupakan frekuensi napas membaik, irama napas membaik.
suatu kondisi ketidakadekuatan jantung dalam serta pH, PO2, PCO2 membaik. Implementasi
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan yang dilakukan selama tiga hari rawatan yaitu
metabolisme tubuh. Luaran yang diharapkan pemantauan respirasi dan manajemen ventilasi
adalah keefektifan pompa jantung dan status mekanik
sirkulasi, diharapkan penurunan curah jantung Evaluasi yang dilakukan pada tanggal 5
dapat teratasi dengan kriteria hasil: distritmia Desember 2022, pada masalah gangguan
tidak ada, edema perifer tidak ada, dispnea tidak pertukaran gas didapatkan hasil : RR: 22
ada, saturasi oksigen dalam batas normal. x/menit, SpO2: 99%, hasil analisa gas darah
Intervensi perawatan jantung akut adalah mennjukkan: PCO2: 55.10 mmHg, HCO3: 42,8
perawatan pada pasien yang baru saja mengalami mmol/L, pH: 7.495 mmHg, BE: 18,8 dengan
episode ketidakseimbangan antara suplai oksigen kesimpulan : Alkalosis metabolik terkompensasi
ke otot jantung dan kebutuhannya sehingga sebagian dan masih tampak warna kulit pucat di
menyebabkan gangguan fungsi jantung. ekstremitas. Hasil Analisa gas darah yang tidak
Aktivitas yang dilakukan untuk intervensi baik ini menunjukkan bahwa perencanaan
tersebut meliputi monitor tanda-tanda vital (TD, tindakan akan tetap dilanjutkan terhadap
nadi, RR, dan suhu), monitor distritmia jantung, diagnosis gangguan pertukaran gas.
monitor sesak napas orthopnea, dan kolaborasi
pemberian obat (Lovenox 60 mg/12 jam, Risiko Syok
clopidogrel 75mg/24jam, atrovastatin 80gr). Risiko syok merupakan keadaan dimana
Terapi oksigen yaitu pemberian oksigen dan risiko mengalami ketidakcukupan aliran darah ke
pemantauan terhadap efektivitasnya. Aktivitas jaringan tubuh yang dapat mengakibatkan
yang dilakukan untuk intervensi tersebut disfungsi seluler yang mengancam jiwa. Luaran
meliputi berikan oksigen melalui nasal kanul yang diharapkan tingkat syok menurun dengan
3L/m, monitor efektivitas terapi oksigen (SPO2). kriteria hasil: kekuatan nadi meningkat, pucat
Evaluasi yang dilakukan pada tanggal 5 menurun, meningkatnya laju napas tidak ada,
Desember 2022, pada masalah penurunan curah sesak napas tidak ada, penurunan oksigen arteri
jantung adalah pasien masih merasakan sesak tidak ada, meningkatnya suhu tubuh tidak ada,
napas sesekali, keadaan umum lemah, TD: penurunan luaran urin tidak ada, alkalosis
3
Studi Kasus. JIM FKep Volume I Nomor 4 Tahun 2022
metabolik tidak ada. Intervensi yang dapat memungkinkan ekspansi dada dan ventilasi paru
diberikan meliputi monitor terhadap adanya lebih besar (Kozier & Berman, 2011).
respon kompensasi awal syok monitor terhadap Penulis juga melakukan pemantauan
adanya tanda-tanda respon sindroma inflamasi tanda-tanda penurunan curah jantung meliputi
sistemik (peningkatan suhu, takikardia, takipnea, meliputi tekanan darah, dyspnea, warna kulit,
leukositosis),monitor terhadap adanya tanda awal edema, monitor intake dan output cairan,
reaksi alergi, monitor tekanan oksimetri, capillary refill time (CRT). Pemerikasaan CRT
monitor, status respirasi, monitor intake output sangat penting dilakukan dimana pengisian
cairan, monitor parameter hemodinamik, kapiler bertujuan untuk memastikan sirkulasi.
posisikan supine dengan kepala dan bahu Waktu pengisian kapiler adalah waktu yang
ditinggikan, kolaborasi pemberian anti inflamasi diperlukan untuk warna dasar kapiler distal
dan bronkodilator. untuk kembali ke garis dasar setelah memberikan
Evaluasi yang dilakukan pada tanggal 5 tekanan yang cukup untuk menyebabkan pucat.
Desember 2022, pada masalah risiko syok adalah CRT tertunda di definisikan sebagai >2 detik dan
TD: 126/82 mmHg, HR: 87x/menit, RR: menunjukkan status peredaran darah abnormal .
22x/menit, T: 36,5’c, Leukosit: 13,58 103/mm3, CRT digunakan secara klinis untuk menilai
intake/output: 230 /40 ml/jam, Pasien dengan sirkulasi perifer untuk tanda-tanda syok dan
diagnose medis sepsis ec pneumonia, IV dehidrasi (Falotico, et al, 2020).
levofloxancin 500 mg/48 jam, IV ceftazidime
500 mg/24 jam. Berdasarkan kondisi tersebut Gangguan Pertukaran Gas
menunjukkan bahwa perencanaan tindakan akan Implementasi yang telah dilakukan oleh
tetap dilanjutkan terhadap diagnosis risiko syok.. penulis terhadap masalah keperawatan gangguan
pertukaran gas adalah monitoring analisa gas
PEMBAHASAN darah pasien. Tindakan pemantauan dan
Penurunan Curah Jantung pemeriksaan analisa gas darah (AGD) dilakukan
Implementasi yang telah dilakukan oleh untuk menilai respon pengobatan, evaluasi
penulis terhadap masalah keperawatan tindakan, keparahan dan perkembangan penyakit
penurunan curah jantung adalah memberikan (Fathana, Rahmadona, & Affarah, 2021).
terapi oksigen nasal kanul 5 liter permenit bagi Evaluasi terakhir didapatkan bahwa hasil
pasien. Hal ini sesuai dengan penatalaksanaan analisa gas darah Tn. O alkalosis metabolik
gagal jantung akut menurut PERKI (2020), yang terkompensasi sebagian, dengan pH: 7,495
menganjurkan pemberian terapi oksigen untuk mmHg, pCO2 :55,10 mmHg, HCO3 : 42,8
meningkatkan ventilasi pasien. Implementasi mmol/L, BE :18,8. Maka implementasi yang
selanjutnya penulis mengatur posisi fowler pada telah dilakukan dan terus berlanjut, seperti yang
pasien untuk meningkatkan sirkulasi dan saturasi tercantum dalam penelitian (Hu, Jiachang, Wang
oksigen, ini sejalan dengan penelitian Isrofah, & et al, 2017) menjelaskan bahwa pasien AKI
Indriono dan Mushafiyah (2020) menyatakan dengan alkalosis metabolik perlu dilakukannya
pemberian posisi tidur fowler efektif terhadap pemantauan analisa gas darah dikarenakan
kualitas tidur dan saturasi oksigen pada pasien kondisi alkalosis metabolik akan memperparah
gagal jantung. Posisi fowler adalah posisi tempat kondisi ginjal, menyebabkan resiko kematian
tidur yang meninggikan batang tubuh dan kepala yang tinggi, dan memperpanjang hari rawatan
dinaikan pada 90 derajat. Jika pasien dalam pasien, kejadian ini dikarenakan kondisi ginjal
posisi ini, gravitasi menarik diafragma kebawah, yang sudah mengalami penurunan ekskresi
4
Studi Kasus. JIM FKep Volume I Nomor 4 Tahun 2022
5
Studi Kasus. JIM FKep Volume I Nomor 4 Tahun 2022
kolaborasi pemberian ventilasi mekanik jika Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal.
diperlukan. 10(4), 557-568
4. Evaluasi keperawatan yang dilakukan pada Kemenkes RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar.
tanggal 5 Desember 2022, dari ketiga Badan Penelitian dan Pengembangan
diagnosa yaitu Penurunan curah jantung Kesehatan Kementrian Kesehatan
berhubungan dengan perubahan irama Republik Indonesia
jantung, Gangguan pertukaran gas Kemenkes RI. (2018). Laporan Provinsi Aceh
berhubungan dengan ketidakseimbangan Riskesdas 2018. Badan Penelitian dan
ventilasi-perfusi, dan Risiko syok dibuktikan Pengembangan Kesehatan 2019
dengan sepsis, telah dilakukan tindakan Kementrian Kesehatan Republik
keperawatan dalam 2x24 jam belum Indonesia: Jakarta
sepenuhnya teratasi, sehingga intervensi Kozier, E., & Berman, S. (2011). Buku Ajar
dilanjutkan oleh perawat ruangan. Fondamental Keperawatan : Konsep,
Proses & Praktik, Volume : 1, Edisi : 7.
UCAPAN TERIMA KASIH EGC : Jakarta
Ucapan terima kasih penulis kepada pembimbing
Kurmani & Squire. (2017). Acute Heart Failure:
dan pihak Rumah sakit khususnya pada ruang
Definition, Classification and
Intensive Cardiac Care Unit (ICCU) yang telah
Epidemiology. Journal Acute
membantu selama studi kasus serta kepada Decompensate Heart Failure.
pasien dan keluarga.
Mahananto, F & Djunaidy, A. (2017). Simple
Symbolic Dynamic of Heart Rate
REFERENSI Variability Identify Patient with
Gledis, M., & Gobel, S. (2016). Hubungan Peran
Congestive Heart Failure. Procedia
Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien Computer Science, 124, 197–204.
Di Rs Gmibm Monompia Kota Mabagu
Kabupaten Bolaang Mongondow. Mayuni, et al. (2015). Pengaruh diaphragmatic
Elektronik Keperawatan, 4(2), 1–6. breathing exercise terhadap kapasitas
Fathana, P. B., Rahmadona, D., & Affarah, W. vital paru pada pasien asma di wilayah
S.(2021). Pelatihan Tekhnik Pengambilan, kerja puskesmas III denpasar utara.
Penanganan dan Transportasi Sampel
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler
Darah Arteri untuk Pemeriksaan Analisa
Indonesia. (2019). Pedoman Tatalaksana
Gas Darah pada Tenaga Kesehatan di RS
Gagal Jantung. PERKI.
Universitas Mataram. Prosbiding
PEPADU, 3. 27-33. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler
Hu, J., Wang, Y., Geng, X., Chen, R., Xu, X., Indonesia. (2020). Pedoman Tatalaksana
Zhang, X., Lin, J., Teng, J., & Ding, X. Gagal Jantung. PERKI.
(2017). Metabolic acidosis as a risk factor
Pertiwiwati, E., & Rizany, I. (2017). Peran
for the development of acute kidney injury
Educator Perawat Dengan Pelaksanaan
and hospital mortality. Experimental and
Discharge Planning Pada Pasien Di
Therapeutic Medicine, 13(5), 2362–2374.
Ruang Tulip 1c Rsud Ulin Banjarmasin.
Isrofah, I., Indriono, A., & Mushafiyah, I.
Dunia Keperawatan, 4(2), 82.
(2020). Effectiveness of Giving Sleep
Position of Semifowler on Sleep Quality Ponikowski Piotr, Adriaan A Voors, Stefan
and Oxygen Saturation in Congestive D Anker, Héctor Bueno, John G F
Hearth Faillure Patients. Jurnal Ilmiah Cleland, Andrew J S Coats,
6
Studi Kasus. JIM FKep Volume I Nomor 4 Tahun 2022