Anda di halaman 1dari 49

MANAJEMEN PRODUKSI RUMPUT LAUT

(Kappaphycus alvarezii) DENGAN METODE TALI RAWAI


DI PERAIRAN TANJUNG CANTIK, NUNUKAN, KALIMANTAN UTARA

KARYA ILMIAH PRAKTIK AKHIR

OLEH :
NURDALIFA

POLITEKNIK AHLI USAHA PERIKANAN


JAKARTA
2021
MANAJEMEN PRODUKSI RUMPUT LAUT
(Kappaphycus alvarezii) DENGAN METODE TALI RAWAI
DI PERAIRAN TANJUNG CANTIK, NUNUKAN, KALIMANTAN UTARA

OLEH :
NURDALIFA
NRP. 53174211985

Karya Ilmiah Praktik Akhir Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Terapan Perikanan

PROGRAM SARJANA TERAPAN


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI AKUAKULTUR
POLITEKNIK AHLI USAHA PERIKANAN
JAKARTA
2021
KARYA ILMIAH PRAKTIK AKHIR

Judul : Manajemen produksi rumput laut (Kappaphycus Alvarezii) dengan


metode tali rawai di perairan Tanjung cantik, Nunukan, Kalimantan
Utara
Penyusun : Nurdalifa

NRP : 53174211985

Program Studi : Teknologi Akuakultur

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Erni Marlina, S.Pi, M.Pi Dr. Mugi Mulyono, S.St.Pi.,M.Si


Pembimbing I Pembimbing II

Mengetahui,

Ilham, S.St.Pi, M,Sc, Ph.D Suharyadi, S.St.Pi, M.Si


Direktur Ketua Program Studi
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Ilmiah Praktik Akhir “Manajemen
Produksi Rumput Laut (Kappaphycus Alvarezii) Dengan Metode Tali Rawai Di
perairan Tanjung Cantik, Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara” adalah karya saya
sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Ilmiah Praktik Akhir
ini.

Apabila di kemudian hari pernyataan yang saya buat tidak sesuai, maka saya
bersedia dicabut gelar kesarjanaannya oleh Politeknik Ahli Usaha Perikanan.

Jakarta, Agustus 2021

Nurdalifa
NRP. 53174211985
© Hak Cipta Politeknik Ahli Usaha Perikanan, Tahun 2021

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumber. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu
masalah dan pengutipan, tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar Politeknik
Ahli Usaha Perikanan.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam
bentuk apa pun tanpa izin Politeknik Ahli Usaha Perikanan.
RINGKASAN

Nurdalifa. 53174211985. Manajemen produksi rumput laut (Kappaphycus Alvarezii)


dengan metode tali rawai di perairan Tanjung cantik, Nunukan, Kalimantan Utara.
Dibimbing oleh, Erni Marlina dan Mugi Mulyono.

Kappaphycus alvarezii merupakan jenis rumput laut merah (Rhodophyceae) yang


banyak dibudidayakan oleh masyarakat pesisir. Hal tersebut terjadi karena Kappaphycus
alvarezii memiliki nilai ekonomi yang penting, mudah dibudidayakan dan tidak
memerlukan modal investasi yang banyak. Kappaphycus alvarezii memiliki prospek
budidaya rumput laut yang sangat menguntungkan apabila dikembangkan sebagai bahan
dasar produksi berbagai keperluan dalam dunia industri. Tujuan praktik akhir ini untuk
mengetahui performa budidaya rumput laut dengan berat bobot bibit awal berbeda yaitu
dengan berat 50 g dan 100 g. Praktik akhir ini dilaksanakan pada 08 Maret 2021 – 06
Juni 2021 bertempat di Unit usaha mandiri Budidaya rumput laut di Desa binusan
Kabupaten Nunukan, Kecamatan Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara.

Hasil pengamatan pada lokasi praktik cukup sesuai dimulai dari pemilihan lokasi
hingga pasca panen, dengan nilai kualitas air selama pemeliharaan berada pada kisaran
optimal dengan nilai suhu yaitu 29,2-30,5 oC, nilai pH yaitu 8,1-8,3, nilai kecerahan yaitu
3,5 - 4,45 m, nilai salinitas yaitu 30,1-33,4 g.l-1, nilai arus yaitu 21-35 cm.detik-1. Performa
kinerja budidaya berupa laju pertumbuhan pada petak 1, dan petak 2 berkisar antara 1,6
- 3,25% ,petak 3, dan petak 4 berkisar antara 2,3 – 25%,. Untuk pertumbuhan mutlak
petak 1 dan petak 2 berkisar antara 24,09 – 69,66 g,petak 3 dan petak 4 berkisar 34,74
– 71,01 g. Hasil perhitungan analisa usaha menjelaskan bahwa usaha ini layak untuk
dilanjutkan karena total biaya operasional yaitu Rp 7.992.375, biaya investasi yaitu Rp
45.1145.000, biaya pendapatan yaitu Rp 15.695.400, biaya keuntungan yaitu Rp
7.703.025, BEP harga yaitu Rp 27.703.025, BEP unit yaitu 85.692 kg,R/C ratio yaitu
0,34, PP yaitu 5,8 tahun dan ROI yaitu 22,42%.

Kata Kunci : Kappaphycus Alvarezii, Laju pertumbuhan, Pertumbuhan mutlak.


KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Ilmiah Praktik Akhir (KIPA) yang berjudul “Manajemen Produksi Rumput
Laut (Kappaphycus alvarezii) Dengan Metode Tali Rawai di Perairan Tanjung
Cantik, Nunukan, Kalimantan Utara”. Karya Ilmiah Praktik Akhir ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Terapan Perikanan
(S.Tr.Pi.) pada Program Studi Teknologi Akuakultur, Politeknik Ahli Usaha
Perikanan.

Laporan Karya Ilmiah Praktik Akhir ini terdiri dari 4 (empat) bab yaitu:
Pendahuluan, Metode Penelitian, Hasil dan Pembahasan, serta Simpulan.
Bimbingan, koreksi, dan saran dari dosen pembimbing (Erni Marlina, S.Pi, M.P
dan Dr. Mugi Mulyono, S.St.Pi.,M.Si) dalam mewujudkan sebuah karya ilmiah ini
diharapkan bisa menambah ilmu pengetahuan bagi penulis, khususnya dalam
menyusun karya ilmiah.

Upaya maksimal telah penulis lakukan untuk merampung karya ini, namun
penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh sebab itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat dibutuhkan penulis untuk
menyempurnakan karya ilmiah ini.

Jakarta, Agustus 2021

Penulis

i
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena berkat rahmat dan karunia-Nya penyusunan Laporan Karya Ilmiah Praktik
Akhir ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Selama proses penyusunan
Karya Ilmiah Praktik Akhir (KIPA) ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan
berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada Ibu Erni Marlina, S.Pi., M.Pi dan Bapak Dr. Mugi Mulyono, S.St.Pi.,
M.Si. selaku Dosen Pembimbing I dan II, yang telah memberikan bimbingan,
dorongan, dan semangat dalam penyusunan Karya Ilmiah Praktik Akhir ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada:

Dengan selesainya karya ilmiah praktik akhir ini penulis mengucapkan


terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Ilham, S.St.Pi., M.Sc., Ph.D selaku Direktur Politeknik Ahli Usaha
Perikanan.
2. Bapak Suharyadi, S.St.Pi., M.Si selaku Ketua Progam Studi Teknologi
Akuakultur.
3. Bapak Salama selaku pemilik usaha Budidaya Rumput laut, yang telah
memberikan izin untuk saya melaksanakan praktik akhir.
4. Orang tua saya yang telah membantu dalam spiritual maupun materi.
5. Diri saya sendiri yang telah berjuang melewati semua tanggung jawab dan
amanah yang diberikan selama 4 tahun masa pendidikan.
6. Rekan bimbing saya yang telah membantu dalam konsultasi pada dosen
pembimbing.
7. Sahabat, teman, dan saudara seperjuangan selama masa pendidikan di
Program Studi Teknologi Akuakultur, Politeknik AUP yaitu Angkatan 53.
8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan Karya
Ilmiah Praktik Akhir (KIPA).

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................iii
UCAPAN TERIMAKASIH..............................................................................................iv
DAFTAR ISI..................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................................vi
1 PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Tujuan............................................................................................................. 2
1.2 Batasan Masalah............................................................................................2
1.2 Manfaat........................................................................................................... 2
2 METODE PRAKTIK..................................................................................................3
2.1 Waktu dan Tempat..........................................................................................3
2.2 Metode Pengumpulan Data.............................................................................6
2.3 Metode Pengolahan Data................................................................................8
2.4 Metode Analisis Data......................................................................................9
3 HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................................12
3.1 Praproduksi...................................................................................................12
3.2 Produksi........................................................................................................22
3.3 Pasca Produksi.............................................................................................22
3.4 Performansi Budidaya...................................................................................22
3.5 Analisa Usaha...............................................................................................22
3.6 Identifikasi Masalah.......................................................................................22
4 SIMPULAN DAN SARAN........................................................................................26
4.1 Simpulan.......................................................................................................26
4.2 Saran............................................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................27
LAMPIRAN.................................................................................................................. 32

iii
DAFTAR TABEL

1 Data primer yang digunakan............................................................................4


2 Alat yang digunakan.........................................................................................4
3 Bahan yang digunakan.....................................................................................5
4 Kesesuaian lokasi praktik akhir......................................................................10
5 Hasil sampling selama praktik akhir...............................................................13
6 Data panen selama praktik akhir....................................................................17

iv
DAFTAR GAMBAR

1 Peta lokasi praktik akhir...................................................................................4


2 Pengambilan titik sample.................................................................................7
3 Bibit rumput laut yang digunakan...................................................................11
4 (a) Pengikatan bibit........................................................................................12
(b) Penanaman rumput laut............................................................................12
5 Hasil pengukuran suhu...................................................................................14
6 Hasil pengukuran pH......................................................................................14
7 Hasil pengukuran kecerahan..........................................................................15
8 Hasil pengukuran salinitas.............................................................................15
9 Hasil pengukuran kecepatan arus..................................................................16
10 (a) Panen rumput laut....................................................................................18
(b) Penjemuran rumput laut...........................................................................18
11 Gudang penyimanan rumput laut kering........................................................18
12 Laju pertumbuhan harian rumput laut............................................................19
13 Laju pertumbuhan mutlak rumput laut............................................................20

v
DAFTAR LAMPIRAN

1 Layout longline...............................................................................................28
2 Hasil pengukuran parameter kualitas air selama praktik................................29
3 Data pertumbuhan.........................................................................................30
4 Data panen....................................................................................................32
5 Data rumput laut kering..................................................................................32
6 Biaya investasi...............................................................................................33
7 Biaya tetap.....................................................................................................34
8 Biaya tidak tetap.............................................................................................34
9 Pendapatan....................................................................................................34
10 Dokumentasi..................................................................................................36

vi
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Indonesia yang memiliki banyak pulau maka Indonesia memiliki
potensi sumberdaya hayati pesisir dan laut yang sangat besar, Salah satu
sumberdaya hayati laut cukup potensial adalah rumput laut atau dikenal dengan
sebutan lain seaweeds, ganggang laut, atau agar- agar. Rumput laut
Kappaphycus alvarezii merupakan salah satu komoditas utama budidaya
perikanan bernilai ekonomis penting (Aris & Ibrahim, 2020). Jenis rumput laut
yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah Eucheuma cottonii. Eucheuma
cottonii merupakan salah satu komoditas prioritas, karena memiliki beberapa
keunggulan yaitu teknologi budidaya mudah dilakukan, modal yang diperlukan
dalam budidaya rumput laut relatif kecil (R & Hailuddin, 2021). Rumput laut
merupakan tumbuhan tingkat rendah yang secara morfologi terdiri atas talus
(batang) yang bercabang-cabang (tanpa akar), dan hidup pada substrat di dasar
laut dengan kedalaman yang masih dapat dicapai oleh cahaya matahari
(Ibrahim, 2020).
Rumput laut merupakan salah satu sumber devisa negara dan sumber
pendapatan bagi masyarakat pesisir. Salah satu rumput laut yang paling sering
dibudidaya merupakan rumput laut jenis Kappaphycus alvarezii (Kasran et al.,
2021). Komoditas rumput laut memiliki manfaat selain sebagai bahan makanan,
juga memiliki potensi sebagai bahan baku dalam industri pembuatan obat-
obatan dan kosmetik sehingga kebutuhan pemanfaatan rumput laut semakin
meningkat baik untuk konsumsi dalam negeri maupun untuk permintaan ekspor
(Arthatiani et al., 2021). Rumput laut Indonesia tak jarang mengekspor rumput
laut kering, namun mengimpornya kembali ketika barang telah jadi dengan
harga yang lebih mahal (R & Hailuddin, 2021).
Terdapat beberapa metode budidaya rumput laut yang umum digunakan
saat ini yaitu Metode Lepas Dasar, Metode Rakit Apung, dan Metode Long Line
(Tali Panjang). Penggunaan metode budidaya rumput laut sangat dipengaruhi
oleh kondisi lokasi budidaya dan kebiasaan para pelaku utama dalam
melakukan budidaya rumput laut. Salah satu metode budidaya rumput laut yang
umum dilakukan oleh pelaku utama perikanan di Indonesia adalah Metode Long
Line (Tali Panjang) (Umam & Arisandi, 2021). Metode Long Line adalah cara
membudidayakan rumput laut dikolom air (eupotik) dekat permukaan perairan
dengan menggunakan tali yang dibentangkan dari satu titik ke titik yang lain
dengan panjang 25-50 m, dalam bentuk lajur lepas atau terangkai dengan
bantuan pelampung dan jangkar (Zainuddin & Rusdani, 2018). Perawatan pada
budidaya rumput laut. Perlu juga diperhatikan kondisi air, hama, dan gulma yang
menyerang seperti lumut dari jenis Enteromorpha in Limnea glabra Muller yang
biasanya menyerang dengan membelit rumput laut, sehingga memperlambat
pertumbuhan (Rivai et al., 2020)
Kabupaten Nunukan yang memiliki luas 14.263,68 Km2 dengan jumlah
penduduk 140.842 jiwa dan kepadatan penduduk 9.87 jiwa/Km2 merupakan
salah satu kabupaten yang memiliki potensi pengembangan usaha budidaya
rumput laut di Kalimantan Utara (KALTARA). Komoditi rumput laut adalah

1
komoditi perikanan yang unggul dan memiliki kualitas yang baik hal ini sudah
dibuktikan dengan kualitas rumput laut Kabupaten Nunukan adalah salah satu
rumput laut yang terbaik di Asia Tenggara (Shafitri et al., 2020).Para
pembudidaya menjual rumput lautnya kepada para pengumpul yang tersebar di
beberapa lokasi seperti Sebatik Barat dan Nunukan. Rumput laut dari Nunukan
atau Sebatik dikirim ke beberapa perusahaan eksportir yang ada di Surabaya
dan Makassar. Negara tujuan ekspor terdiri dari
Cina,Hongkong,Filipina,Malaysia dan beberapa negara di Eropa (Radiarta et
al., 2016) .
Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis mengambil judul “Manajemen
produksi budidaya rumput laut (Kappaphycus alvarezii) dengan metode
Tali rawai di Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara”

1.2 Tujuan
Tujuan dilakukan praktik akhir ini :
1. Mampu melakukan teknik budidaya rumput laut (Kappaphycus alvarezii)
dengan metode Tali rawai
2. Mampu mengevaluasi performansi budidaya rumput laut (Kappaphycus
alvarezii) dengan metode Tali rawai
3. Mampu membandingkan produksi budidaya rumput laut (Kappaphycus
alvarezii) teknik lokal dengan teknik smartfish
4. Menghitung analisa finansial dari usaha budidaya rumput laut (Kappaphycus
alvarezii)
1.3 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah yang akan digunakan yaitu sebagai berikut ::
1. Teknik budidaya rumput laut (Kappaphycus alvarezii) dengan metode Tali
rawai dibatasi pada masalah tahap kesesuaian lokasi, pemilihan bibit,
penanaman bibit, monitoring petumbuhan, pengamatan kualitas air,
pengendalian terhadap hama dan tanaman pengganggu hingga sampai
panen dan pasca panen.
2. Aspek performansi budidaya meliputi, laju pertumbuhan dan pertumbuhan
mutlak.
3. Membandingkan produksi budidaya rumput laut (Kappaphycus alvarezii)
teknik lokal dengan teknik smartfish.
4. Analisa usaha yang meliputi biaya investasi, biaya operasional (biaya tetap
dan biaya variabel), pendapatan, Payback Period (PP), Break Event Point
(BEP), R/C Ratio, dan Return on Investment (ROI).

1.4 Manfaat
Manfaat dari praktik akhir ini diharapkan dapat menambah informasi
mengenai bobot bibit awal rumput laut (Kappaphycus Alverezii) yang tepat
dengan menggunakan metode budidaya tali rawai, sehingga dapat
meningkatkan kualitas produksi rumput laut.

2
2. METODE PRAKTIK

2.1 Waktu dan Tempat


Praktik akhir dilaksanakan mulai tanggal 08 Maret 2021 – 06 Juni 2021
bertempat di Unit usaha mandiri Budidaya rumput laut di Perairan Tanjung
Cantik, Kabupaten Nunukan, Kecamatan Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara,
peta lokasi praktik akhir dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Peta lokasi praktik akhir.

2.2 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam praktik akhir adalah
metode survey/observasi dengan mengikuti semua kegiatan yang berkaitan
dengan budidaya rumput laut (Kappaphycus alvarezii) dengan metode Longline
dan dengan dicatat secara sistematis.
a. Data Primer
Data primer diperoleh dari pengamatan langsung dilokasi praktik akhir yang
mencakup semua kegiatan yang dilakukan selama melaksanakan kegiatan
budidaya Kappaphycus alvarezii dimulai dari Praproduksi, Produksi, hingga
Pasca Produksi. Adapun data primer yang dikumpulkan diperoleh dengan
melakukan beberapa metode kerja, dapat dilihat pada gambar tabel 3 berikut :
Tabel 1. Data primer yang diperoleh
Jenis Data Data yang diambil

Pra produksi
Kesesuaian lokasi Keadaan umum lokasi budidaya

3
Lanjutan Tabel 1
Pemilihan bibit Asal bibit, ciri-ciri bibit, umur bibit, jumlah bibit,
kontruksi long line, alat dan bahan yang
digunakan
Produksi
Penanaman bibit Waktu pengikatan bibit, jarak pengikatan bibit,
jumlah bibit yang diikat, waktu penanaman, jarak
penanaman, jumlah bibit yang ditanam, teknik
penanaman.
Monitoring pertumbuhan Waktu monitoring, teknik monitoring, jumlah
sampel pertali jalur dan per tali titik, menghitung
laju pertumbuhan harian rumput laut.
Pengamatan kualitas air Waktu pengamatan, teknik pengamatan, alat
yang digunakan, jenis kualitas air yang diamati
Pengamatan terhadap hama Jenis hama yang menyerang, waktu pelaksanaan,
dan tanaman pengganggu cara pelaksanaan, perlakuan terhadap hama
yang menyerang
Pasca Produksi
Panen Waktu pelaksanaan, cara pemanenan, perlakuan
terhadap hasil panen, menghitung produksi
rumput
Pasca panen Tempat penjemuran, waktu penjemuran,
perlakuan terhadap rumput laut kering, proses
penujualan

b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari buku,
atau arsip-arsip yang dimiliki oleh instansi atau perusahaan yang bersangkutan.
Data sekunder yang akan di kumpulkan yaitu keadaan umum lokasi praktik dan
denah budidaya. Berdasarkan data dan informasi yang telah dikumpulkan,
selanjutnya dilakukan perbandingan dengan cara membandingkan kondisi
lapangan dengan literature yang ada.
2.2.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam budidaya rumput laut pada saat praktik
akhir dapat dilihat pada tabel 2, dan tabel 3.
Tabel 2. Alat yang digunakan

Nama Alat Spesifikasi Fungsi


Timbangan duduk Kapasitas 15 kg, ketelitian 0,1 g Mengukur berat saat sampling
Timbangan gantung Kapasitas 100 kg, ketelitian 0,5 Mengukur berat saat panen
kg
pH Cond-Temp Akurasi 0,1, 0,1 g/l, 0,1 oC Mengukur pH, Salinitas dan
Suhu

4
Lanjutan Tabel 2
Secchi disk 10 cm Mengukur kecerahan air
Pisau Gagang plastik Memotong rumput laut
Tali PE (Tali utama) 12 mm Sebagai Tali bentangan/tali
utama
Tali PE (Tali patok) 10 mm Mengikat patok pada tali utama
Tali PE (Tali jalur) 6 mm Mengantung bibit
Tali PE (Tali titik) 1mm Mengikat bibit pada tali jalur
Tali PE (Tali 3 mm Mengikat pelampung pada
pelampung) tali jalur
Pelampung Botol plastik 1500 ml Pelampung tali jalur
botol bekas

Tabel 3. Bahan yang digunakan


Nama Bahan Spesifikasi Fungsi
Kappaphycus alvarezii Berwarna cerah, bebas dari Sebagai biota budidaya
penyakit.
Bensin (BBM) 25 l Tenaga penggerakan mesin
perahu.

2.2.2 Metode kerja


Metode kerja yang dilakukan selama praktik akhir adalah dengan metode
observatif dimana pengambilan data dilakukan dengan mengikuti setiap kegiatan
yang ada secara langsung dan membandingkannya dengan studi literatur.
Metode kerja yang dilakukan selama praktik yaitu dengan metode observatif
dimana pengambilan data dilakukan dengan mengikuti setiap kegiatan yang ada
secara langsung dan membandingkannya dengan studi literatur. Dalam metode
kerja dijelaskan mulai dari PraProduksi hingga Pasca Panen.
a. Kesesuaian lokasi
Kesesuaian lokasi dilakukan dengan cara mengamatai parameter kesesuaian
lokasi secara visual lalu membandingkannya dengan literatur.
b. Pemilihan bibit
Pemilihan bibit. Data yang diambil berupa asal bibit, kriteria dan jenis bibit
yang digunakan, jarak pengangkutan, jumlah bibit yang dibeli dan harga bibit per
kg.
c. Metode Budidaya
Cara memperoleh data yaitu mencatat dan mengikuti pembuatan kontruksi
tali rawai Pada lokasi praktik akhir terdapat 4 petak budidaya rumput laut,
dimana pada petak 1 dan 2 menggunakan teknik lokal dengan jarak antar tali
bentangan 1m, berat bibit pertitik 50 g, jarak antar titik 20 cm dan pada petak 3
dan 4 menggunakan teknik smartfish dengan jarak antar tali bentangan 40 cm,
berat pertitik 100 g, jarak antar titik 20 cm . Ke-4 petak tersebut diamati selama
praktik. Pemasangan kontruksi tali rawai dimulai dari pemasangan tali utama

5
yaitu tali jangkar diikatkan pada jangkar, selanjutnya ujung tali jangkar diikatkan
pada ujung tali utama, kemudian pada kedua ujung tali yang bersambungan
diikat pelampung, kemudian jatuhkan jangkar yang telah diikatkan tali jangkar.
d. Penanaman bibit
Mewawancarai mengenai pembuatan kontruksi long-line. Data yang diambil
berupa ukuran long-line, jumlah tali dan jenis tali yang digunakan, jumlah
pelampung dan jenis pelampung. Mengikuti kegiatan dan wawancara mengenai
penanaman bibit. Data yang diambil berupa waktu penanaman, cara
penanaman, jumlah bibit yang ditanam, jarak antara tali titik dan jarak antar tali
jalur.
e. Monitoring pertumbuhan
Monitoring pertumbuhan dilakukan 15 hari sekali dimulai dari hari ke-0 hingga
hari ke-45 perpetak dihitung mulai dari awal penanaman bibit . Dimana proses
sampling pada setiap petak menggunakan 3 jalur sebagai sampel yaitu ujung kiri,
tengah dan ujung kanan,dengan menggunakan metode sampling acak dengan
persentase jumlah sampel yang diambil yaitu 10% dari jumlah keseluruhan tali
titik pada satu tali jalur, dimana menggunakan 12 titik sampel dari jumlah 120 titik
dalam 1 tali jalur. 12 titik yang dijadikan sampel yaitu 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70,
80, 90, 100, 110, dan 120. Selanjutnya, menghitung laju pertumbuhan harian
dengan menggunakan rumus laju pertumbuhan harian dan menghitung
pertumbuhan mutlak rumput laut menggunakan rumus pertumbuhan. Titik
pengambilan sampel dapat dilihat pada gambar 2 berikut:

Gambar 2. Pengambilan titik sample


f. Pengamatan kualitas air
Parameter kualitas air yang harus diketahui atau diukur selama
dilaksanakannya budidaya rumput laut suhu, pH, kecerahan, salinitas,dan
kecepatan arus. Pengukuran kualitas air dilaksanakan setiap 15 hari sekali atau
bersamaan dengan dilakukannya sampling. Alat dan bahan sesuai dengan
parameter yang akan diukur, tentukan waktu dan lokasi pengukuran, terlebih
dahulu kalibrasikan alat yang akan digunakan untuk setiap parameter, lakukan
pengukuran kualitas air sesuai dengan parameter yang akan diukur, kalibrasi
setelah pengukuran selesai, kemudian simpan ke tempat penyimpanan kembali.

6
g. Pengendalian hama dan predator penggangu
Mengikuti kegiatan dan wawancara mengenai pangamatan hama dan
tanaman pengganggu. Data yang diambil pada kegiatan ini meliputi : waktu
pengamatan, jenis hama yang menyerang, cara penanganan, alat dan bahan
yang digunakan.
h. Panen
Mengikuti kegiatan budidaya dan wawancara mengenai panen. Data yang
diambil berupa waktu pemanenan, cara pemanenan, jumlah yang dipanen,
perlakuan terhadap hasil panen, alat dan bahan yang digunakan dan menghitung
produksi rumput laut menggunakan rumus produksi rumput laut.
i. Pasca Panen
Mengikuti kegiatan dan wawancara mengenai pasca panen. Data yang diambil
berupa lama penjemuran, teknik yang digunakan, alat dan bahan yang
digunakan, cara penjualan, jumlah yang dijual.
2.3 Metode Pengolahan data
2.3.1 Performansi Budidaya
Adapun performansi budidaya yang di analisis adalah sebagai berikut :
a. Pertumbuhan rumput laut
Menurut (T. Damayanti et al., 2019) laju pertumbuhan harian dan mingguan
dapat diketahui dengan menggunakan rumus, berikut :
1. Laju pertumbuhan harian

A={[Wt / Wo]1/t – 1 }x 100 %


Keterangan :
A = Laju pertumbuhan harian (%/hari)
Wt = Berat rata – rata akhir (gram)
Wo = Berat rata – rata awal (gram)
t = Waktu penanaman

2. Laju pertumbuhan mingguan

WGR=Wa−Wb
Keterangan :
WGR = Laju Pertumbuhan Mingguan (gr)
Wa = Berat minggu ke-I (gr)
Wb = Berat minggu sebelumnya (gr)
b. Kecepatan arus
Menurut (Sudarto, 1993) cara perhitungan untuk kecepatan arus adalah :

V =L :T x m/ det
Keterangan :
V = Kecepatan arus
L = Jarak tempuh dalam satuan meter
T = Waktu yang ditempuh

7
c. Kecerahan
Menurut (Mainassy, 2017), Kecerahan dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
x+ y
P=( )
2
Keterangan :
P = Kecerahan (cm)
x = Jarak Secchi disk masih terlihat (cm)
y = Jarak Secchi disk tidak terlihat (cm)
2.3.2 Analisa Usaha
a. Biaya Operasional (Indarjo et al., 2020)

Biaya Operasional=Biaya Variabel+ Biaya

b. Pendapatan (Indarjo et al., 2020)

Pendapatan=Harga Jual/kg x Hasil


c. Laba / Rugi (Indarjo et al., 2020)

Laba Rugi=Pendapatan−Biaya Oprasional

d. Break Event Point (BEP) (Amalina et al., 2018)


FC
BEP Unit =
( P−V )

FC
BEP Harga=
1−(VC /S)

Keterangan :
FC = Fixed Cost (biaya tetap)
P = Harga/unit
V = Biaya variabel/unit
VC = Variabel Cost (biaya tidak tetap)
S = Nilai penjualan (jumlah penerimaan)
e. R/C Ratio (Amalina et al., 2018)

R Total Penerimaan
Ratio=
C Total Biaya

B/C Ratio>1 = Layak/usulan proyek diterima


R/C Ratio<1 = Tidak layak usulan proyek ditolak
R/C Ratio = 1 = Impas

8
f. Payback Period (PP) (Amalina et al., 2018)

Investasi(Rp)
Payback Period= x 1tahun
Keuntungan

g. Return on Investment (ROI) (Amalina et al., 2018)

Total sesudah pajak


ROI=
Total Aktiva

2.4 Metode Analisis Data


Metode analisis dimulai dengan mengolah data melalui sortasi dan tabulasi.
Metode analisiis data yang digunakan selama kegiatan prakik yaitu metode
statistik diskriptif dan metode identifikasi masalah.

2.4.1 Statistik Deskriptif


Data yang diperoleh diolah dengan cara sortasi data kemudian disajikan
dalam bentuk tabel, grafik, dan gambar serta dikaitkan dengan dasar teori yang
ada sehingga dapat diambil kesimpulan.

9
3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Pra Produksi


A. Kesesuaian Budidaya
Dalam melakukan pemilihan lokasi budidaya rumput laut harus
memperhatikan kesesuaian lokasi. Persyaratan lokasi budidaya Kappaphycus
alvarezii menurut (SNI, 2011) sebagai berikut :
a. Lokasi budidaya terlindung dari ombak, pergerakan air 20 cm – 40 cm.detik-1
dan kedalaman perairan minimal 2 m (pada saat surut terendah)
b. Relatif jauh dari muara sungai
c. Perairan tidak tercemar
d. Tidak pada alur transfortasi
e. Dasar perairan sebaiknya pasir berbatu karang
f. Lokasi secara alami ditumbuhi rumput laut atau jenis tumbuhan lamun
g. Peruntukan lokasi diatur oleh Rencana Umum Tata Ruang Daerah/Wilayah
Berdasarkan pernyataan diatas, hasil dari analisis yang telah dilakukan di
perairan Tanjung cantik, menunjukkan bahwa pada lokasi ini kurang sesuai untuk
budidaya ruput laut Kappaphycus alvarezii. Dalam kesesuaian lokasi, aspek yang
perlu diperhatikan yaitu jenis dasar perairan, kegiatan masyarakat di sekitar
lokasi budidaya, alur transportasi, kedalaman,dan parameter kualitas air. Hasil
perbandingan dengan literatur terhadap kesesuaian lokasi budidaya dapat diliat
ditabel 4 berikut.
Tabel 4. Kesesuaian Lokasi
Parameter Standar Hasil Keterangan
Dasar Pasir berbatu karang Lumpur berpasir Tidak sesuai
Perairan (Hasnawi et al.,
2016)
Kegiatan Jauh dari muara Cukup dekat dari Tidak sesuai (SNI,
masyarakat sungai muara sungai 2011)
Area Tidak pada alur Bukan jalur Sesuai (SNI, 2011)
transportasi Transportasi Transportasi
Suhu 24 - 32 oC 29 - 30,3 oC Sesuai (SNI
2011)
Salinitas 28 - 33 g.l-1 30,1 - 30,5 g.l-1 Sesuai (SNI, 2011)
pH 7 - 8,5 8,1 - 8,3 Sesuai (SNI, 2011)
Kecerahan 2-5m 3,5 – 5,25 m Tidak sesuai
(Fauziyah
Harahap, 2017)
Arus 20 - 40 cm.detik-1 29– 40 cm.detik-1 Sesuai (Atmanisa
et al., 2020)
Pasang Surut >2m 15 – 20 m Sesuai (SNI, 2011)

Berdasarkan tabel 4 di atas, dimana lokasi praktik akhir dengan dasar


perairan lumpur berpasir, hal ini tidak sesuai sesuai menurut Hasnawi et al.,
(2016) yang berpendapat bahwa jika, dasar perairan yang memiliki partikel

10
lumpur dapat menghambat penetrasi cahaya ke dalam perairan sehingga proses
fotosistesa menjadi menjadi terganggu. Dekat dari muara sungai, bukan jalur
trasportasi, hal ini tidak sesuai dengan (SNI, 2011),yang menyatakan bahwa
persyaratan lokasi budidaya dasar perairan sebaiknya pasir berbatu karang, dan
Hidayatulbaroroh,(2020) mengatakan bahwa lokasi penanaman harus
menghindari muara sungai karena merupakan tempat yang sangat rentang
dengan pencemaran, baik yang berasal dari industri maupun rumah tangga, dan
pasang surut air pada lokasi praktik akhir berkisar 20 m pasang tertinggi,15 m
surut terendah hal ini sesuai dengan (SNI, 2011), Pasang surut air laut perlu
diperhatikan agar ketika rumput laut ditanam tetap terendam dan tidak terpapar
sinar matahari secara langsung pada saat surut terendah (Yulianto, 2021).

B. Pemilihan Bibit
Mengingat kualitas dan kuantitas produksi rumput laut ditentukan oleh bibit
rumput lautnya, pemilihan bibit harus dilakukan secara cermat agar hasil yang
didapatkan maksimal (Asmiati et al., 2021) . Menurut Athirah et al., (2021)
pemilihan bibit sebaiknya dipilih dari tanaman yang tumbuh baik dan masih
segar, tidak ada bercak – bercak, tidak mudah patah, bibit yang diperoleh dari
tanaman rumput laut yang tumbuh secara alami. Hal ini kurang sesuai dengan
keadaan bibit yang digunakan dilokasi praktik karena bibit yang dipakai untuk
budidaya adalah bibit hasil panen bukan hasil dari kebun bibit. Bibit berasal dari
hasil budidaya,dan diangkut menggunakan perahu dengan jarak tempuh ±30
menit perjalanan. Bibit yang diambil memiliki ciri-ciri umur bibit 45 hari,dan warna
yang cerah. Hal ini sesuai dengan (SNI 7672:2011, 2011) tentang kriteria bibit
rumput laut yaitu Umur antara 25 - 45 hari, tidak terkena penyakit,dan berwarna
cerah. Bibit yang digunakan di lokasi praktik dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 3. Bibit rumput laut yang digunakan

3.2 Produksi
A. Penanaman Bibit
Metode budidaya yang digunakan pada lokasi praktik akhir yaitu metode tali
rawai, dikarenakan lebih tahan lama, dimana sesuai dengan pendapat Afandi &
Syam (2020), bahwa keunggulan dari penggunaan metode tali rawai dalam
usaha budidaya rumput laut dibandingkan dengan metode lainnya adalah
metode ini lebih tahan lama dan lebih murah. Kontruksi metode tali rawai pada
lokasi praktik menggunakan tali utama yang disusun membentuk segi empat

11
berukuran 25 m x 100 m dan pada setiap sudut dipasangkan pelampung utama
yang berfungsi untuk menahan kontruksi agar tidak tenggelam pada saat arus
kencang dan sekaligus tanda batas. Pemasangan kontruksi tali rawai dimulai dari
pemasangan tali utama yaitu tali jangkar diikatkan pada jangkar selanjutnya
ujung tali jangkar di ikatkan pada ujung tali utama dan pada kedua ujung yang
bersambungan diikat pelampung (bahan apung) kemudian jatuhkan jangkar yang
telah diikatkan tali jangkar. Kemudian pada ujung tali jangkar lainnya dilakukan
hal yang sama setiap sudut kontruksi.
Setelah dipasangnya tali utama, selanjutya dilakukan penanaman rumput laut
yang dimulai dari pengikatan bibit pada tali titik. Pengikatan bibit dilakukan
dengan cara simpul pita dan sedikit longgar,pengikatan dilakukan di darat,
tempat teduh agar menjaga bibit dalam keadaan basah dan lembab. Bibit yang
diikat pada tali titik yang telah dipasang ke tali jalur dengan berat per tali titik yaitu
50 g untuk petak 1 - petak 2, dan untuk petak 3 – petak 4 berat per tali titik yaitu
100 g. Dimana jumlah tali titik per satu tali jalur yaitu 120 titik dan jumlah tali jalur
petak 1 dan petak 2 yaitu 100 tali, dan untuk jumlah tali jalur petak 3, dan petak 4
yaitu 85 tali. Setelah diikat, rumput laut dibawa ke lokasi penanaman
menggunakan perahu. Penanaman rumput laut dimulai dari pengikatan tali jalur.
Cara pengikatan tali jalur pada tali utama yaitu pada satu sisi tali utama diikatkan
dulu ujung tali jalur, setelah itu bergerak ke sisi tali utama lainnya. Jarak tanam
antara tali jalur petak 1 dan petak 2 yaitu 1 m, untuk petak 3 dan petak 4 berjarak
40 cm, Sadangkan jarak antara tali titik yaitu 20 cm dengan jumlah tali titik dalam
satu tali jalur yaitu 120 tali titik dan jarak antar pelampung tali jalur yaitu 2,5m
dengan jumlah pelampung dalam satu tali jalur yaitu 10 buah. Berikut gambar
pengikatan bibit, dan penanaman rumput laut.

(a) (b)

Gambar 4. (a) Pengikatan bibit, (b) Penanaman rumput laut


B. Monitoring Pertumbuhan
Kegiatan monitoring dilakukan 15 hari sekali dihitung mulai dari awal
penanaman bibit hari ke-0 hingga hari ke-45 panen . Sampling dilakukan pada
pagi hari jam 8.30 WITA. Proses sampling disetiap petak menggunakan 3 jalur
sebagai sampel yaitu ujung kiri, tengah dan ujung kanan dengan persentase
jumlah sampel yang diambil yaitu 10% dari jumlah keseluruhan tali titik pada satu
tali jalur, dimana menggunakan 12 titik sampel dari jumlah 120 titik dalam 1 tali
jalur. 12 titik yang dijadikan sampel yaitu 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, 100,

12
110, dan 120. Menurut Wahyuni (2019), mengatakan bahwa pengambilan
sample rumput laut diambil 10 –15% dari jumlah populasinya. Lebih jelasnya,
data sampling pertitik dapat dilihat pada lampiran 5. Berikut tabel hasil data
sampling selama praktik akhir.
Tabel 5. Hasil sampling selama praktik akhir.
Jumlah rata-
Jumlah Rata-rata
Kegiatan Petak Tanggal rata perjalur
pertitik (g)
(kg)

1 27- Mar – 21 74,09 8.890


2 5 – Mei – 21 78,01 9.361
Sampling 1
3 30 – Mar – 21 134,74 16.168
4 17 – Apr – 21 134,05 16.086
1 11 – Apr – 21 110,28 13.230
2 20 – Mei – 21 147,67 17.720
Sampling 2
3 14 – Apr – 21 175,03 21.003
4 2 – Mei- 21 170,02 20.402

C. Pengamatan Kualitas Air


Pengamatan kualitas air dilakukan bersamaan dengan proses sampling yaitu
15 hari sekali per petak dihitung mulai dari awal penanaman bibit, pengukuran
kualitas air dilakukan pada pagi hari. Hal ini sesuai pendapat dari Mulyawan et
al., (2021), yang mengatakan bahwa parameter fisika dan kimia perairan juga
diukur pada saat awal penanaman dan setiap 15 hari sekali (hari ke-15, 30, dan
45), meliputi suhu, pH, kecerahan, salinitas, dan arus.
1. Suhu
Fluktuasi suhu yang sangat tinggi membuat tanaman bibit menjadi stres
sehingga memengaruhi laju pertumbuhan, hal ini sesuai dengan pendapat dari
Yulianto (2021) . Dan menurut pendapat Tarunamulia et al., (2016) Suhu
perairan mempengaruhi beberapa hal yang terkait dengan kehidupan rumput
laut, seperti kehilangan hidup, pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi,
fotosintesis, dan respirasi. Uswaton Khasanah et al., (2016) menyatakan bahwa,
Suhu perairan yang tinggi akan mengakibatkan thallus rumput laut pucat
kekuningan yang menjadikan rumput laut tidak tumbuh dengan baik. Nilai suhu
yang didapatkan pada lokasi selama praktik akhir yaitu 29 – 30,5 oC, nilai ini
sesuai dengan yang dianjurkan oleh (SNI 2011) yaitu 24-32 oC. Berikut gambar 5,
nilai suhu pada lokasi praktik.
30
30

29 29

28 Penebaran Sampling 1 Sampling 2


Penebaran Sampling 1 Sampling 2 28
Suhu (0C)

Suhu (0C)

27
Panen 27 Panen

26

26
25
Petak 1
25
Petak 2
30
30
29 29

Penebaran
Suhu (0C)

28
Penebaran Sampling 1 Sampling 2

Sampling 1
28

13
Suhu (0C)

27 Sampling 2 27
Panen

26 Panen 26
25
Petak 3 25
Petak 4
Gambar 5 . Hasil pengukuran suhu selama pemeliharaan.

2. pH
pH adalah salah satu parameter kualitas air yang juga berpengaruh
terhadap kelangsungan hidupan rumput laut. Menurut Purwati et al.,(2019)
menyatakan bahwa derajat keasaman (pH) mempunyai pengaruh yang sangat
besar terhadap organisme perairan sehingga dipergunakan sebagai petunjuk
untuk menyatakan baik buruknya suatu perairan masih tergantung pada factor-
faktor lain. Asaf et al., (2021) mengatakan bahwa, Air laut mempunyai
kemampuan sangat besar untuk menyangga yangmencegah perubahan pH.
Pengukuran pH perairan selama praktik akhir relatif cukup stabil dan perubahan
pH selama pemeliharaan relatif kecil berkisar antara 8,1-8,3, nilai ini sesuai
dengan yang dianjurkan oleh (SNI, 2011) yaitu 8,1-8,3. Berikut gambar 6 hasil
pengukuran pH selama pemeliharaan.
8.5 8.5

8.45 8.45

8.4 8.4

8.35 8.35

8.3 8.3
Penebaran Sampling 1 Sampling 2
8.25 Penebaran Sampling 1 Sampling 2 8.25

8.2 8.2
Panen
8.15 Panen 8.15

8.1 8.1

8.05 8.05

8 8
Petak 1 Petak 2

8.5 8.5

8.45

8.4 8.4

Penebaran 8.35

8.3 Sampling 1
8.3
Panebaran Sampling 1 Sampling 2
8.25

8.2 Sampling 2 8.2


Panen

8.1 Panen 8.15

8.1
8.05
8 8
Petak 4

Petak 3
Gambar 6. Hasil pengukuran pH selama pemeliharaan.

3. Kecerahan
Faktor kecerahan perairan juga merupakan salah satu faktor penting bagi
pertumbuhan rumput laut sehingga perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi
budidaya. Menurut Yulianto (2021), Semakin cerah suatu perairan berarti
partikel-partikel lumpur yang kemungkinan terdapat dalam kolom air semakin
sedikit, sehingga memungkinkan cahaya yang masuk ke perairan semakin besar,
yang selanjutnya intensitas cahaya yang besar akan menunjang proses
fotosintesis rumput laut. Pernyataan dari Aris & Muchdar (2020) bahwa,
Peningkatan proses fotosintesis akan menyebabkan proses metabolisme
sehingga merangsang rumput laut untuk menyerap unsur hara yang lebih
banyak, penyerapan unsur hara yang lebih banyak akan menunjang
pertumbuhan. Nilai kecerahan yang didapatkan pada lokasi praktik selama
praktik akhir yaitu 3,5 – 4,45 m, nilai ini tidak sesuai dengan pendapat dari

14
Fauziyah Harahap (2017) yaitu 2-5 m. Berikut gambar 7, hasil pengukuran
kecerahan selama pemeliharaan.
3.6 5

4.5
3.55
4

3.5
3.5
3 Penebaran Sampling 1 Sampling 2

Kecerahan (m)
Kecerahan (m)

3.45 2.5
Penebaran Sampling 1 Sampling 2 Panen
2
Panen
3.4
1.5

1
3.35
0.5

3.3 0
Petak 1 Petak 2
5

4.5
3.52
4
3.5 Penebaran

Kecerahan (m)
Sampling 1
3.5

3 3.48
Sampling 2
Kecerahan (m)

Penebaran Sampling 1 Sampling 2 Panen


3.46
2.5

2
Panen
1.5
3.44
1

0.5 3.42
0
Petak 3 Petak 4
Gambar 7. Hasil pengukuran kecerahan selama pemeliharaan.
4. Salinitas
Salinitas dapat berpengaruh terhadap proses osmoregulasi pada tumbuhan
rumput laut. Apabila salinitas rendah, rumput laut akan berwarna pucat, mudah
patah dan lunak akhirnya membusuk dan mati. Sedangkan salinitas air yag tinggi
menyebabkan rumput laut menjadi pucat kekuningan yang menjadikan rumput
laut tidak tumbuh dngan baik Gultom et al., (2019). Nilai salinitas yang
didapatkan pada lokasi praktik selama praktik akhir yaitu 30,1 – 33,4 g.l-1, nilai ini
sesuai dengan yang dianjurkan oleh Fauziyah Harahap, (2017) yaitu 28-33 g.l-1.
Berikut gambar 8, hasil pengukuran salinitas pada selama pemeliharaan

31 31
30 30
Salinitas (g.l-1)
Salinitas (g.l-1)

Penebaran Penebaran
29 29
Sampling 1 Sampling 1
28 28
Sampling 2 Sampling 2
27
27 Panen
26 Panen
26 Petak 2
Petak 1

31 31
Penebaran
Salinitas (g.l-1)

30 30
Salinitas (g.l-1)

29 Penebaran 29 Sampling 1
28 Sampling 1 28 Sampling 2
27 Sampling 2 27 Panen
26 Panen 26
Petak 3 Petak 4

Gambar 8. Hasil pengukuran salinitas selama pemeliharaan

5. Pengukuran Kecepatan Arus

15
Arus merupakan faktor yang harus diutamakan dalam pemilihan lokasi
budidaya rumput laut karena arus yang kencang akan mempengaruhi
sedimentasi dalam perairan, yang pada akhirnya mempengaruhi kecerahan,
pendapat dari Fikri et al., (2015). Arus merupakan salah satu faktor penting
dalam pertumbuhan rumput laut, hal ini dikarenakan arus mempunyai peranan
penting dalam transportasi unsur hara sebagai sumber nutrien, gerakan air yang
cukup akan menghindari terkumpulnya kotoran pada thallus, membantu
mencegah adanya fluktuasi yang besar terhadap salinitas dan suhu (Nur Asyiah
Agustina et al., 2017). Nilai kecepatan arus yang didapatkan pada lokasi praktik
selama praktik akhir yaitu 21 – 35 cm.detik-1, nilai ini sesuai dengan pendapat
dari Atmanisa et al., (2020) yaitu 20-40 cm.detik-1. Berikut gambar 9, hasil
pengukuran kecepatan arus selama pemeliharaan.
35 35

30 30

25 25

Arus (cm.detik-1)
Arus (cm.detik-1)

20 20 Penebaran Sampling 1 Sampling 2


Penebaran Sampling 1 Sampling 3

15 15

10 Panen 10 Panen

5 5

0 0
Petak 1 Petak 2

35

30 30
Arus (cm.detik-

25

Penebaran
Arus (cm.detik-1)

20 20
Penebaran Sampling 1 Sampling 2

Sampling 1 15
1)

10
Panen
Sampling 2 10

Panen
5

0 0
Petak 4

Petak 3

Gambar 9. Hasil pengukuran kecepatan arus selama pemeliharaan.

D. Pengamatan Hama dan Tanaman Pengganggu


Pengendalian hama dilakukan pada saat rumput laut telah terserang hama
biasanya 5 hari terhitung dari awal penebaran. Hama yang biasa menyerang
yaitu lumut,dan sampah plastik yang tersangkut pada rumpun rumput laut.
Pananganannya dilakukan pada pagi hari jam 8.30 WITA. Cara penanganannya
yaitu mengambil lumut yang menempel pada rumput laut dengan menggunakan
tangan, selanjutnya lumut yang diambil diletakan di perahu dan dibawa ke tempat
pembuangan lumut dan dibiarkan hingga kering, kemudian dibakar. Menurut
Hidayatulbaroroh, (2020), lumut menjadi salah satu faktor kegagalan panen
karena melekatnya pada thallus rumput laut sehingga sulit dibersihkan
menyebabkan rumput laut kerdil dan akhimya mati (rontok). Lumut menyerang
pada saat kondisi perairan terjadi fluktuasi suhu yang tinggi serta arus laut yang
tenang. Lumut yang menempel pada rumput laut menjadi penghalang sinar
matahari sehingga proses fotosintesis terhambat. Hal ini sesuai pendapat dari
Seran (2018) yang menyatakan bahwa penurunan bobot rumput laut dikarenakan
proses fotosintesisis terhambat akibat lumut yang menempel pada rumput laut.
Pada lokasi budidaya yang cukup dekat jaraknya dengan sungai hal ini berakibat
perairan budidaya cukup tercemar oleh limbah plastik yang menyebabkan

16
tersangkut pada rumpun rumput laut, hal ini tidak sesuai dengan pendapat
Hidayatulbaroroh (2020), lokasi penanaman harus menghindari muara sungai
karena merupakan tempat yang sangat rentang dengan pencemaran, baik yang
berasal dari industri maupun rumah tangga.

3.3 Pasca Produksi


A. Panen
Panen dilakukan pada hari ke - 45 dihitung mulai dari awal penanaman. Hal
ini sesuai dengan pendapat dari Togatorop et al., (2017) yang mengatakan
bahwa umur panen rumput laut Kappaphycus alvarezii adalah 45 hari. Proses
panen dilakukan pada pagi hari agar rumput laut yang dipanen dapat dijemur
dulu sebelum disimpan. Cara panen dilokasi praktik akhir yaitu dengan
melepaskan tali jalur pada tali utama dan diletakan di perahu, kemudian dibawa
ke tempat penjemuran, lalu setelah sampai ditempat penjemuran, rumput laut
langsung digantung agar mengurangi kadar airnya,lalu setelah 5-6 jam digantung
selanjutnya dilepaskan rumput laut dari tali titik dangan cara ditarik hingga putus.
Hal ini tidak sesuai dengan yang dianjurkan oleh Hasan et al., (2015), yang
mengatakan bahwa proses pemanenan rumput laut dilakukan dengan cara tali
jalur dilepas dari tali utama, kemudian rumput laut dilepas dari tali titik dengan
cara ikatan dibuka sebelum dijemur, rumput laut dibersihkan dahulu sebelum
dijemur. Lamanya penjemuran rumput laut hingga benar-benar kering yaitu
selama 3 – 4 hari. Menurut Nosa et al., (2020), kadar air rumput laut kering
sebaiknya berkisar maksimal 30% dan minimal 50% . Berikut dapat dilihat tabel 6
data panen selama praktik akhir dan gambar 10 Panen dan penjemuran rumput
laut.

Tabel 6. Data panen selama praktik akhir


Jumlah perpetak Bibit perpetak Berat Rumput
Petak Tanggal Panen
(kg) (kg) basah (kg)
1 26 April,2021 2.228 600 1.628
2 4 Juni, 2021 2.496 600 1.896

3 29 April,2021 2.509 1020 1.489

4 17 Mei, 2021 2.360 1020 1.340


Total 6.353

17
(a) (b)
Gambar 10. (a) Panen rumput laut dan, (b) Penjemuran rumput laut
B. Pasca Panen
Menurut Widyastuti (2010), perbandingan antara berat basah dengan berat
kering apabila dipanen pada usia 45 hari perbandingannya 6 : 1. Rumput laut
yang sudah kering, kemudian dimasukan kedalam karung berukuran 150 kg dan
ditimbang, jika sudah mencapai 100 kg, maka karungnya diikat, setelah
pengepakan selesai selanjutnya karung yang telah terisi rumput kering disimpan
digudang hingga pihak dari pengumpul datang mengambil. Gudang
penyimpanan rumput kering mampu menyimpan 100 – 150 ton rumput
laut,namun keadaan gudang penyimpanan rumput laut kurang dikelola dengan
baik, seperti yang terlihat pada gambar 11, rumput yang telah selesai
pengepakan diletakan begitu saja tanpa adanya alas atau penyangga, hal ini bisa
membuat rumput laut menjadi lembab dan menyebabkan kualitasnya kurang
baik. Keadaan gudang penyimpanan tidak sesuai menurut (BSN, 2015), yang
menyatakan,rumput laut yang telah kering disimpan pada gudang yang bersih
dan kering. Data rumput laut kering dan lama waktu penjemuran selama praktik
dapat dilihat pada Lampiran 7.

Gambar 11. Gudang rumput laut

3.4 Performansi Budidaya


3.4.1 Laju Pertumbuhan Harian Rumput Laut
Laju pertumbuhan harian rumput laut dihitung menggunakan rumus laju
pertumbuhan perhari. Hasil pengukuran laju pertumbuhan harian rumput laut
Kappaphycus alvarezii ini merupakan hasil perhitungan setiap 15 hari sekali atau
pada saat sampling yang dilakukan mulai dari awal penanaman rumput laut

18
hingga panen. Hasil pengukuran laju pertumbuhan harian rumput laut selama
praktik akhir berkisar antara 1,6 -3,51%. Hal ini kurang sesuai dengan pendapat
dari Gultom et al., (2019), bahwa budidaya rumput laut dikatakan baik jika laju
pertumbuhan rata-rata perhari minimal 3%. Hasil pengukuran laju pertumbuhan
harian harian pada petak 3 dan petak 4 dengan berat bibit awal 100 g laju
pertumbuhannya semakin melambat, menurut pendapat dari Kasran et al.,
(2021) yang mengatakan, budidaya Kappaphycus Alvarezii dengan padat
penebaran yang tinggi akan menghambat penetrasi dan intensitas cahaya
matahari terhadap thallus. Rumput laut yang ditanam dengan kepadatan rendah
akan mendapat penyinaran yang lebih merata pada tallus, dibanding dengan
yang ditanam di perairan dengan kepadatan tinggi. Adanya perbedaan intensitas
cahaya dan lama penyinaran terhadap alga diduga akan mempengaruhi
pertumbuhan rumput laut. Hal ini menyebabkan laju pertumbuhan pada
kepadatan 50 g lebih banyak jumlahnya daripada di kepadatan 100 g. Berikut
hasil laju pertumbuhan harian pada setiap petak dapat dilihat pada Gambar 12.

4
3.51
3.5
Laju pertumbuhan rumput laut(%)

3.25 3.25
3.01 2.92
3 2.81
2.5
2.5 2.3 2.27 2.34

2 1.8
1.6
1.5

0.5

0
Hari ke - 15 Hari ke - 30 Hari ke - 45

Petak 1 Petak 2 Petak 3 Petak 4

Gambar 12. Laju pertumbuhan harian rumput laut

Berdasarkan Gambar 12, laju pertumbuhan harian tertinggi pada hari ke-
15 yaitu pada petak 3 dengan laju pertumbuhan harian 2,3%, dan pertumbuhan
harian terendah pada hari ke-15 yaitu pada petak 1 dengan laju pertumbuhan
harian 1,6%, laju pertumbuhan harian pada hari ke-30 tertinggi yaitu pada petak
2 dengan laju pertumbuhan harian 3,25%, laju pertumbuhan harian terendah
pada hari ke-30 yaitu pada petak 4 dengan laju pertumbuhan harian 2,34%, dan
hari ke-45 laju pertumbuhan harian tertinggi yaitu pada petak 2 dengan laju
pertumbuhan harian 3,51% laju pertumbuhan harian terendah yaitu pada petak 4
dengan laju pertumbuhan harian 2,92%.

3.4.2 Pertumbuhan Mutlak


Pertumbuhan mutlak rumput laut dihitung menggunakan rumus
pertumbuhan mutlak. Hasil pengukuran pertumbuhan mutlak rumput laut
Kappaphycus alvarezii ini merupakan hasil perhitungan setiap 15 hari sekali atau
pada saat sampling yang dilakukan mulai dari awal penanaman rumput laut

19
Kappaphycus alvarezii hingga panen. Hasil pengukuran pertumbuhan mutlak
rumput laut selama praktik akhir yaitu pada petak 1 berkisar antar 24,09 – 60,28
g,petak 2 berkisar 28,01 – 69,66 g, petak 3 34,74 – 71,01 g, dan petak 4 berkisar
34,05 – 61,23 g. Berat bibit awal yang berbeda mempunyai pengaruh terhadap
pertumbuhan rumput laut Kappaphycus Alvarezii, yang dimana pertumbuhan
mutlak bibit dengan berat awal yang kecil yaitu 50 g lebih baik daripada bibit
dengan berat awal yang besar yaitu 100 g.
80
70 Pertumbuhan Mutlak (g)

60
50
40
30
20
10
0
Hari ke - 15 Hari ke - 30 Hari ke - 45

Gambar 13. Laju pertumbuhan mutlak rumput laut dengan masa


pemeliharaan selama 45 hari.

3.5 Analisa Usaha


3.5.1 Biaya Operasional
Biaya operasional adalah jumlah biaya tetap dan biaya tidak tetap. Adapun
biaya operasional pada budidaya rumput laut adalah sebagai berikut :
Biaya operasional = Biaya tetap + Biaya variable
= Rp. 1.162.375 + Rp. 6.800.000
= Rp. 7.992.375

3.5.2 Analisa Laba/Rugi


Laba/Rugi dapat diketahui dari selisih antara total pendapatan dan biaya
total atau biaya operasional.
Total pendapatan = Total panen × Harga panen
= 1,121.1 kg × Rp. 14.000
= Rp. 15.695.400
Laba/ Rugi = Rp. 15.695.400 – Rp. 7.992.375
= Rp. 7.703.025

3.5.3 Break Event Poin (BEP)


BEP atau titik impas adalah keadaan dimana suatu usaha berada pada titik
tidak untung dan tidak rugi. Adapun perhitungan dari BEP adalah sebagai berikut
:

20
a. BEP Harga = Biaya tetap
1 – Biaya variable
Hasil penjualan

= Rp. 1.162.375
1– Rp. 6.800.000
Rp. 15.695.400
= Rp. 27.356.385

b. BEP Unit = Biaya tetap


Harga jual – Biaya variable/unit
= Rp. 1.162.375
Rp. 14.000 – Rp 435.45
= 85.692 kg

3.5.4 R/C Ratio


Revenue Cost ratio atau R/C ratio merupakan suatu ukuran kelayakan
usaha. Suatu usaha akan dikatakan layak jika R/C ratio lebih dari 1. Adapun
perhitungan R/C ratio adalah sebagai berikut :
R/C Ratio = Total penerimaan
Total biaya
R/C Ratio = Rp. 15.695.400
Rp. 45.145.000
= 0,34

3.5.5 Payback Period


Payback period adalah perhitungan seberapa lama investasi awal dapat
kembali. Adapun perhitungan payback period adalah sebagai berikut :

PP = Investasi × 1 tahun
Keuntungan

= Rp. 45.145.000 x 1 tahun


Rp. 7.703.025
= 5,8 tahun

3.5.6 Return On Invesment (ROI)


Return on invesment adalah membandingkan hasil usaha yang diperoleh
dari operasi perusahaan atau nilai keuntungan yang diperoleh dari sejumlah
modal. Adapun perhitungan ROI adalah sebagai berikut :

ROI = Laba Usaha (Rp)


X 100%
Biaya Investasi (Rp)

= Rp. 7.703.025
X 100%

21
Rp. 34.345.000

= 22,42 %

Artinya dari hasil diatas diketahui bahwa keuntungan yang diperoleh dari
setiap jumlah uang yang diinvestasikan adalah 22,42 % per tahun.

3.6 Identifikasi Masalah


Identifikasi masalah yang dilakukan menggunakan diagram fishbone.
Adapun aspek yang diperhatikan adalah faktor metode (methods), bahan
(materials), orang (man) dan lingkungan (mother nature). Berdasarkan hasil
pengukuran pertumbuhan atau sampling dari awal penanaman hingga panen tidak
terdapat permasalahan. Tetapi dilihat permasalahan yang terdapat di lokasi
praktik akhir yaitu penguasaan terhadap metode masih rendah dalam hal ini cara
sampling dan panen yang dilakukan belum sesuai dengan SOP atau yang
dianjurkan literature. Dalam hal ini menjadikan penulis tidak menampilkan gambar
fishbone dikarenakan hasil pertumbuhan dan panen yang cukup baik.

4. SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan
Berdasarkan hasil dari praktik akhir yang telah dilakukan dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :

22
1. Teknik budidaya rumput laut pada lokasi praktik cukup sesuai dimulai dari
pemilihan lokasi hingga pasca panen, dengan nilai kualitas air selama
pemeliharaan berada pada kisaran optimal dengan nilai suhu yaitu 29,2-30,5
o
C, nilai pH yaitu 8,1-8,3, nilai kecerahan yaitu 3,5 - 4,45 m, nilai salinitas yaitu
30,1-33,4 g.l-1, nilai arus yaitu 21-35 cm.detik-1.
2. Performansi budidaya berupa laju pertumbuhan pada unit 1 berkisar antara
1,6-3,01% ,petak 2 berkisar antara 1,8 – 3,51%, petak 3 berkisaar antar 2,3 –
3,25%, dan petak 4 berkisar antar 2,27 – 2,92% . Sedangkan pertumbuhan
mutlak petak 1 berkisar antara 24,09 – 60,28 g,petak 2 berkisar 28,01 – 69,66
g, petak 3 berkisar antar 43,74 – 71,01 g dan petak 4 berkisar 34,05 – 61,23
g.
3. Berat bibit awal yang berbeda memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan
rumput laut Kappaphycus Alvarezii, yang dimana laju pertumbuhan bibit
dengan berat awal yang kecil yaitu 50g lebih baik daripada bibit dengan berat
awal yang besar yaitu 100g.
4. Hasil perhitungan analisa usaha menjelaskan bahwa biaya operasional yaitu
Rp 7.992.375, biaya investasi yaitu Rp 45.145.000, biaya pendapatan yaitu Rp
15.695.400, biaya keuntungan yaitu Rp 7.703.025, BEP harga yaitu Rp
27.356.385, BEP unit yaitu 85.692 kg,R/C ratio yaitu 0,34, PP yaitu 5,8 tahun
dan ROI yaitu 22,42%.

4.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan pada petani budidaya rumput laut, yaitu
penggunaan bibit awal dengan berat 50 g lebih baik laju pertumbuhan nya, dan
sebaiknya meningkatkan kebersihan gudang penyimpanan rumput kering yang
akan dijual agar tidak mengurangi nilai jual rumput laut.

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, A., & Syam, A. (2020). Analisis Kuantitas Tiga Varietas Rumput Laut
Kappaphycus Alvarezii Yang Dibudidaya Dengan Metode Long Line. Jurnal
Akuakultura, 2(2). Https://Doi.Org/10.35308/Ja.V2i2.1592

23
Amalina, N. F., Sulestiani, A., & Indhira, T. (2018). Analisa Kelayakan Usaha
Ekspor Perikanan Di Pt . Starfood International , Lamongan , Jawa Timur.
Aris, M., & Ibrahim, T. A. (2020). Laju Transmisi Penyakit Ice-Ice Pada Rumput
Laut Kappaphycus Alvarezii Berdasarkan Jarak Tanam Dengan Metode
Longline. 8(2), 82–90.
Aris, M., & Muchdar, F. (2020). Hubungan Kedalaman Perairan Dengan
Kandungan Kappa-. Jurnal Techno-Fish, IV No. 2, 85–94.
Arthatiani, F. Y., Wardono, B., Sri, E., & Apriliani, T. (2021). Analisis Situasional
Kinerja Ekspor Rumput Laut Indonesia Pada Masa Pandemi Covid-19
Export Performance Situation Analysis Of. 1–12.
Asaf, R., Athirah, A., & Paena, M. (2021). Optimalisasi Pengembangan Usaha
Budi Daya Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) Di Perairan Teluk Kulisusu
Kabupaten Buton Utara Provinsi Sulawesi Tenggara. 39–50.
Asmiati, Oedjoe, M. D., & Sunadji. (2021). Perbandingan Penggunaan Bibit F2
Umur 15 Hari Dan 21 Hari Terhadap Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma
cottonii Di Perairan Batubao, Teluk Kupang. 4(1), 34–41.
Athirah, A., Asaf, R., & Tarunamulia. (2021). Value Chain And Institutional
Development Pattern Of Seaweed Commodity ( Kappaphycus Alvarezii ) In
Morotai Island Regency. 51–62.
Atmanisa, A., Mustarin, A., & Anny, N. (2020). Analisis Kualitas Air Pada
Kawasan Budidaya Rumput Laut Eucheuma Cottoni Di Kabupaten
Jeneponto. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, 6(1), 11.
BSN. (2015). SNI 2690:2015 Rumput Laut Kering. SNI 2690:2015.
Damayanti, T., Aryawati, R., & Fauziyah. (2019). Laju Pertumbuhan Rumput Laut
Eucheuma Cottonii ( Kappaphycus Alvarezi ) Dengan Bobot Bibit Awal
Berbeda Menggunakan Metode Rakit Apung Dan Long Line Di Perairan
Teluk Hurun , Lampung The Growht Rate Of Seaweed Eucheuma Cottonii
( Kappahycus Alvarezi ) Wit. Maspari Journal, 11(October 2017), 17–22.
Fauziyah Harahap. (2017). Budidaya Rumput Laut Dengan Spora Dan Kultur
Jaringan Untuk Peningkatan Pendapatan Keluarga. 16(September).
Fikri, M., Rejeki, S., & Widowati, L. L. (2015). Produksi Dan Kualitas Rumput
(Eucheuma Cattonii) Dengan Kedalaman Berbeda Di Perairan Bulu
Kabupaten Jepara. Journal Of Aquaculture Management And Technology,
4, 67–74.
Gultom, R. C., Dirgayusa, I. G. N. P., & Puspithaa, N. L. P. R. (2019).
Perbandingan Laju Pertumbuhan Rumput Laut (Eucheuma Cottonii) Dengan
Menggunakan Sistem Budidaya Ko-Kultur Dan Monokultur Di Perairan
Pantai Geger, Nusa Dua, Bali. Journal Of Marine Research And
Technology, 2(1), 8–16.
Hasan, M. R., Rejeki, S., & Wisnu, R. (2015). Pengaruh Bobot Awal Yang
Berbeda Terhadap Pertumbuhan Gracilaria Sp. Yang Dibudidayakan
Dengan Metode Longline Di Perairan Tambak Terabrasi Desa Kaliwlingi
Kabupaten Brebes. Journal Of Aquaculture Management And Technology,
4, 92–99.

24
Hasnawi, H., Makmur, M., Paena, M., & Mustafa, A. (2016). Analisis Kesesuaian
Lahan Budidaya Rumput Laut (Kappaphycus Alvarezii) Di Kabupaten Parigi
Moutong Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal Riset Akuakultur, 8(3), 493.
Https://Doi.Org/10.15578/Jra.8.3.2013.493-505
Hidayatulbaroroh, R. (2020). Teknik Dan Finansial Budidaya Rumput Laut
(Eucheuma Cottonii) Dengan Metode Jalur Di Kelompok Tani Mitra Bahari
Desa Tanjung Pademawu Pamekasan Madura. Jurnal Ilmiah Vastuwidya,
2(2), 90–103. Https://Doi.Org/10.47532/Jiv.V2i2.93
Ibrahim. (2020). Identifikasi Bakteri 5es10 -5 P1 Dan 4es10 -4 P2 Pada Rumput
Laut Eucheuma Spinosum Dari Perairan Teluk Lampung Skripsi.
Indarjo, A., Salim, G., Dyta Nugraeni, C., Zein, M., Yudho Prakoso, L., Achmad
Daengs, G. S., Hariyadi, & Wiharyanto, D. (2020). The Analysis Of
Economic Feasibility From Bubu Dasar Fishing Gear (Bottom Fish Pots) In
Tepian Muara Sembakung, Nunukan (Indonesia). IOP Conference Series:
Earth And Environmental Science, 564(1). Https://Doi.Org/10.1088/1755-
1315/564/1/012070
Kasran, Tribuana, H., & Patahiruddin. (2021). Kajian Kandungan Klorofil Rumput
Laut Eucheuma Cottonii Dengan Bobot Bibit Berbeda Terhadap Laju
Pertumbuhan Menggunakan Jaring Trawl Di Kabupaten Luwu. 2(1).
Mainassy, M. C. (2017). Pengaruh Parameter Fisika Dan Kimia Terhadap
Kehadiran Ikan Lompa (Thryssa Baelama Forsskal) Di Perairan Pantai Apui
Kabupaten Maluku Tengah The. Jurnal Perikanan Universitas Gadjah Mada,
19(2), 61–66.
Mulyawan, A. E., Hafid, H., Hidayani, M. T., & Susilowati, A. (2021). Kondisi
Kualitas Air Perairan Punagayya Dalam Menunjang Keberlanjutan Budidaya
Rumput Laut ( Kappaphycus Alvarezii ) ( Punagaya Water Quality Condition
To Support Sustainable Seaweed Aquaculture ( Kappaphycus Alvarezii )).
11(April), 7–14.
Nosa, S. P., Karnila, R., & Diharmi, A. (2020). Potensi Kappa Karaginan Rumput
Laut ( Eucheuma Cottonii ) Sebagai Antioksidan Dan Inhibitor Enzim Α -
Glukosidase The Potential Of Kappa Carrageenan Seaweed (Eucheuma
Cottonii) As An Antioxidant And Α -Glucosidase Enzyme Inhibitor. 1–10.
Nur Asyiah Agustina, Wijaya Nirmalasari Idha, & Prasita, V. D. (2017). Kriteria
Lahan Untuk Budidaya Rumput Laut ( Eucheuma Cottonii ). 109–116.
Purwati, H., Fachrul, M. F., & Hendrawan, D. I. (2019). Penentuan Status Mutu
Air Situ Gede, Kota Tangerang Menggunakan Metode Indeks Kualitas Air-
National Sanitation Foundation (IKA-NSF). Seminar Nasional Pembangunan
Wilayah Dan Kota Berkelanjutan, 1(1), 196–204.
Https://Doi.Org/10.25105/Pwkb.V1i1.5277
R, N., & Hailuddin. (2021). Peranan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Dalam
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Desa Labuhan Haji Lombok Timur.
Elastisitas - Jurnal Ekonomi Pembangunan, 3(1), 1–9.
Https://Doi.Org/10.29303/E-Jep.V3i1.32
Radiarta, I. N., Haryadi, J., & Rosdiana, A. (2016). Analisis Pengembangan
Budidaya Rumput Laut Di Pulau Analysis Of Seaweed Aquaculture
Development In Sebatik Island , Nunukan Regency , North Kalimantan.

25
Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia, 8(021), 29–40.
Rivai, A. A., Syam, H., Rauf, R. F., & Jamaluddin. (2020). Pengaruh Umur Panen
Terhadap Produksi Rumput Laut Eucheuma Cottonii Di Kabupaten Takalar
Saat Musim Timur. Handbook Of Medical Image Computing And Computer
Assisted Intervention, 8(5), 55.
Seran, L. T. (2018). Pengaruh Bobot Bibit Awal Berbeda Terhadap Pertumbuhan
Rumput Laut (Eucheuma Cottonii) Dengan Metode Long Line Di Desa
Papela Kecamatan Rote Timur Kabupaten Rote Ndao.
Shafitri, N., Zulham, A., & Muawanah, U. (2020). Masyarakat Pesisir Dan
Perilakunya Terhadap Jaringan Usaha Perikanan: Studi Kasus Daerah
Perbatasan Di Kabupaten Nunukan. Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi
Kelautan Dan Perikanan, 6(1), 61.
Https://Doi.Org/10.15578/Marina.V6i1.8721
SNI 7672:2011. (2011). Bibit Rumput Laut Kotoni.
SNI, 7673.2:2011. (2011). Produksi Rumput Laut Kotoni (Eucheuma Cottonii) –
Bagian 2 : Metode Long-Line. Badan Standardisasi Indonesia SNI
7579.2:2011, 1–13.
Sudarto. (1993). Pembuatan Alat Pengukur Arus Secara Sederhana. Oseana,
XVIII(1), 35–44.
Tarunamulia, Kamariah, & Mustafa, A. (2016). Berpotensi Habs Pada Tambak
Ekstensif Di Kecamatan Losari Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Jurnal Riset
Akuakultur, 11(2), 181–195.
Togatorop, A. P., Dirgayusa, I. G. N. P., & Puspitha, N. L. P. R. (2017). Studi
Pertumbuhan Rumput Laut Jenis Kotoni (Eucheuma Cottonii) Dengan
Menggunakan Metode Kurung Dasar Dan Lepas Dasar Di Perairan Geger,
Bali. Journal Of Marine And Aquatic Sciences, 3(1), 47.
Https://Doi.Org/10.24843/Jmas.2017.V3.I01.47-58
Umam, K., & Arisandi, A. (2021). Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma Cottonii
Pada Jarak Pantai Yang Berbeda Di Desa Aengdake , KABUPATEN
SUMENEP. 2(2), 115–124.
Uswaton Khasanah, Muhammad Farid Samawi, & Khairul Amri. (2016). Analisis
Kesesuaian Perairan Untuk Lokasi Budidaya Rumput Laut Eucheuma
Cottonii Di Perairan Kecamatan Sajoanging Kabupaten Wajo. Jurnal
Rumput Laut Indonesia (2016) 1 (2): 123-131, 70(IX), 8–11.
Wahyuni, A. (2019). Analisis Kelayakan Rumput Laut ( Eucheuma Cottonii )
Untuk Ekspor Di Desa Salemba Kecamatan Ujung Loe Kabupaten
Bulukumba. Agrominansia, 4(1), 172–180. Https://Doi.Org/10.34003/284057
Widyastuti, S. (2010). Sifat Fisik Dan Kimiawi Karagenan Yang Diekstrak Dari
Rumput Laut Eucheuma Cottonii Dan E. Spinosum Pada Umur Panen Yang
Berbeda. Jurnal Agroteksos, 20(1), 41–50.
Yulianto. (2021). Analisis Teknis Dan Faktor Pendukung Keberhasilan Budidaya
Rumput Laut Di Perairan Alor Besar. Jurnal Akuakultura Universitas Teuku
Umar, 4(2), 21–30.
Zainuddin, F., & Rusdani, M. M. (2018). Performa Rumput Laut Kappaphycus

26
Alvarezii Dari Maumere Dan Tembalang Pada Budidaya Sistem Longline.
Journal Of Aquaculture Science, 3(1), 116–127.
Https://Doi.Org/10.31093/Joas.V3i1.37

LAMPIRAN

Lampiran 1. Tata letak Longline

27
Tampak Dari Samping

Lampiran 2. Hasil pengukuran parameter kualitas air selama praktik akhir.

Parameter Kualitas Air


Kegiatan Petak Tanggal Suhu Kecerahan Salinitas Arus
pH
(0c) (m) (g.l-1) (cm.detik-1)
Penebaran 1 12 Maret, 2021 29,2 8,3 3,40 30,3 31

28
2 21 April, 2021 30,1 8,1 3,40 30,1 22

3 15 Maret, 2021 30,2 8,1 2,50 30,2 23

4 2 April, 2021 29,3 8,2 3,45 30,2 34

1 27 Maret, 2021 30,3 8,2 3,40 30,1 34

Sampling-1 2 05 Mei, 2021 30,2 8,2 3,40 30,2 25


(Hari ke-15) 3 30 Maret, 2021 29,4 8,1 4,25 30,3 23

4 17 April, 2021 29,1 8,2 3,50 30,1 32

1 11 April, 2021 29,1 8,1 3,40 30,1 32

Sampling-2 2 20 Mei,2021 29,2 8,2 4,45 30,3 21


(Hari ke-30) 3 14 April, 2021 30,1 8,3 3,40 30,1 25

4 2 Mei,2021 29,4 8,1 3,45 30,4 21

1 26 April, 2021 30,2 8,2 3,55 30,3 31


Panen
2 4 Juni, 2021 29,5 8,1 3,55 30,2 30
(Hari ke-45)
3 29 April,2021 29,4 8,1 3,45 30,2 21

4 17 Mei,2021 30,5 8,2 3,50 30,3 26

Lampiran 3. Data pertumbuhan

Tebar Sampling I Sampling II


Petak Tali titik Panen
(g) (g) (g)
1 10 50 74 135.3 186.6

29
20 50 74 133.8 185.6

30 50 74 137.2 188.6

40 50 74.5 138 190

50 50 74.1 133 185

60 50 74.2 132 184.8

70 50 74.4 132.5 185

80 50 73.6 137.4 188.5

90 50 73.9 130.8 181.2

100 50 74.2 137.3 189.2

110 50 73.8 130.6 181.4

120 50 74.4 132 184

10 50 77.4 145.6 206.3

20 50 77 145.4 206

30 50 77.2 145.6 206.2

40 50 77.2 144.7 205.8

50 50 77.3 144.8 206.2

60 50 77.4 145 206.3


2
70 50 77.4 145.3 205.9

80 50 77.4 145.5 206

90 50 76.9 144.8 206.3

100 50 77 145.6 205.7

110 50 77.6 145 205.6

120 50 76.8 145.7 206

Lampiran 3 (Lanjutan)

Sampling I Sampling II
Petak Tali titik Tebar (g) Panen (g)
(g) (g)

30
10 100 132 174 239.8

20 100 134 177.2 249.9

30 100 133.5 176 247

40 100 136 178.4 259.4

50 100 135.4 176.2 248.1

60 100 137 171 237.9


3
70 100 135.3 177.3 251.7

80 100 133.8 178 258.2

90 100 137.2 170.4 234.4

100 100 138 175.2 245.5

110 100 133 177.8 254.3

120 100 132 174.6 241.8

1 100 130.1 162.9 220.5

10 100 132.5 169.1 230.3

20 100 137.4 176.4 237.4

30 100 130.8 164.7 228.3

40 100 137.3 175.2 235.7

50 100 130.6 164.2 227.2


4
60 100 132 168.2 228.6

70 100 136 173.2 233.5

80 100 135.3 171.4 232.4

90 100 135 170.8 231.8

100 100 137.3 175.9 236.8

110 100 137.7 177.1 238.3

120 100 130.7 163.6 227.8

Lampiran 4 . Data panen

31
Jumlah perpetak Bibit perpetak Berat Rumput
Petak Tanggal Panen
(kg) (kg) basah (kg)
1 26 April,2021 2.228 600 1.628
2 4 Juni, 2021 2.496 600 1.896
3 29 April,2021 2.509 1020 1.489
4 17 Mei, 2021 2.360 1020 1.340
Total 6.353

Petak Lama Penejemuran Total Basah (kg) Total Kering (kg)


1 3 Hari 1.628 271.3
2 4 Hari 1.896 316
3 4 Hari 1.489 243
4 3 Hari 1.340 276,6
Total 1,106.3

32
Lampiran 5. Data rumput laut keringLampiran 6. Biaya Investasi

Biaya
Harga Harga Total Usia
Jenis Alat dan Bahan Spesifikasi Jumlah Satuan penyusutan
Satuan (Rp) (Rp) Ekonomis
(Rp)
Timbangan duduk Kapasitas 100 kg, ketelitian 1 g 1 Buah 300.000 300.000 5 60.000
Kapasitas 150 kg, ketelitian 1
Timbangan gantung 1 Buah 240.000 240.000 5 48.000
kg
Perahu Panjang 13 m x Lebar 2 m. 1 Buah 25.000.000 25.000.000 5 5.000.000
pH Cond-Temp Akurasi 0,1, 0,1 g.l , 0,1 C
-1 o
1 Buah 1.000.000 1.000.000 5 200.000
Pisau Ganggang plastik 5 Buah 5.000 25.000 5 5.000
Tali utama 12 mm 4 Rol 900.000 3.600.000 5 720.000
Tali jangkar 10 mm 2 Rol 700.000 1.400.000 5 280.000
Tali jalur 6 mm 40 Rol 285.000 11.400.000 5 2.280.000
Tali titik 1 mm 25 Rol 20.000 500.000 5 100.000
Tali pelampung 3 mm 4 Rol 45.000 180.000 5 36.000
Pelampung utama (Jerigen) Jerigen 30lt 16 Buah 40.000 400.000 5 80.000
Pelampung botol bekas Botol plastik 1.500 ml 2.200 Buah 500 1.100.000 2 550.000
Total (Rp) 45.145.000 9.539.000
Biaya Penyusutan/Siklus 1.162.375
1 tahun = 8 siklus

33
Harga Satuan
Jenis Jumlah Satuan Harga Total (Rp)
(Rp)
Biaya penyusutan 1 Siklus 1.162.375 1.162.375
Lampiran 7. Biaya tetap

Harga satuan
Jenis Jumlah Satuan Harga total (Rp)
(Rp)
Bensin (BBM) 40 liter 8.0000 320.000
Bibit Rumput laut 3.040 Kg 2.000 6.480.000
Total 6.800.000
Lampiran 8. Biaya tidak tetap

Lampiran 9. Pendapatan

Harga jual Pendapatan


Petak 1 Petak 2 Petak 3 Petak 4
(Rp) (Rp)

271.3 kg 316 kg 243 kg 276,6 kg


14.000 15.695.400
Rp. 3.798.200 Rp. 4.424.000 Rp. 3.402.000 Rp. 3.827.400

35
Lampiran 10. Dokumentasi pelaksanaan praktik akhir

Pengikatan bibit rumput laut

Monitoring pertumbuhan

Panen rumput laut

36
\

Penjemuran rumput laut

Rumput laut yang telah selesai pengepakan.

37

Anda mungkin juga menyukai