Anda di halaman 1dari 12
PEMERINTAH KOTA SEMARANG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH K.R.M.T. WONGSONEGORO I. Fatmawati No_1 Telp. 6711500, Fax 6717755 Semarang - 50272. KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH K.R.M.T. WONGSONEGORO KOTA SEMARANG NOMOR 180 TAHUN 2020 ‘TENTANG PANDUAN PRAKTIK KLINIS COVID-19 SMF PARU RUMAH SAKIT UMUM DAERAH K.R.M.T, WONGSONEGORO KOTA SEMARANG DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH K.R.M.T. WONGSONEGORO KOTA SEMARANG, bahwa pelayanan kesehatan COVID-19 dilakukan sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan profesi, dan standar prosedur operasional; b. bahwa standar profesi dan standar pelayanan profesi dituangkan dalam bentuk panduan praktik klinis bagi dokter spesialis paru yang disahkan oleh Direktur; bahwa untuk melaksanakan maksud tersebut diatas, perlu menetapkan Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah K.R.M.T. Wongsonegoro Kota Semarang tentang Panduan Praktik Klinis SMF Paru Rumah Sakit Umum Daerah K.R.M.T. Wongsonegoro Kota Semarang. Pp e@ Menimbang Mengingat : 1, Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kota Besar dalam Lingkungan Provinsi Djawa Timur, Djawa Tengah, Djawa Barat dan Daerah Istimewa Jogjakarta; ®@ 2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3273); 3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723); 4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 5. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); 6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 224, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran ‘Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 7. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607); 8. Undang-undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5612}; 9. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6236); 10, Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1976 tentang Perluasan Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3079); 11.Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1992 tentang Pembentukan Kecamatan di wilayah Kabupaten- Kabupaten Daerah Tingkat II Purbalingga, Cilacap, Wonogiri, Jepara dan Kendal serta Penataan Kecamatan di wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang dalam wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 89); 12. Peraturan Pemerintah Noor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 49, ‘Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3447); 13, Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Kedaruratan Bencana pada Kondisi ‘Tertentu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 34); 14, Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 2020 tentang Gugus ‘Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19); 7. 19, 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. Keputusan Presiden Nomor 11 tahun 2020 tentang Penetapan Status Kedaruratan Kesehatan Masyarakat; Keputusan Presiden Nomor 12 tahun 2020 tentang Penetapan Bencana non-alam Penyebaran Covid-19 sebagai Bencana Nasiona Instruksi Presiden Nomor 4 tahun 2020 tentang Refocussing Kegiatan, Realokasi Anggaran, — serta Pengadaan Barang dan Jasa Dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid-19; tluran Menteri Kesehatan Nomor 1501/Menkes/ er/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang dapat Menimbulkan = Wabah dan Upaya Penanggulangan (Berita Negara Republik Indonesia ‘Tahun 2010 Nomor 503); Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2052/MENKES/ PER/X/2011 tentang Praktik Dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran; Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien; Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit; Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 194/MENKES/ SK/II/2003 tentang Peningkatan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Milik Pemerintah Kota Semarang; Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/ MENKES/169/2020 tentang Penetapan Rumah Sakit Rujukan Penanggulangan Penyakit Infeksi Emerging Tertentu; Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah dan Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Semarang (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2008 Nomor 16, Tambahan Lembaran Daerah Kota ‘Semarang Nomor 23); Peraturan Walikota Semarang Nomor 49 Tahun 2017 tentang Tarif Layanan Rumah Sakit Pada Rumah Sakit Umum Daerah K.R.M.T. Wongsonegoro Kota Semarang; Peraturan Walikota Semarang Nomor 7 Tahun 2019 tentang Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital By Laws) Rumah Sakit| Umum Daerah K.R.M.T. Wongsonegoro (Berita Daerah Kota Semarang Tahun 2019 Nomor 7); Menetapkan KESATU KEDUA, KETIGA : Panduan Praktik Klinis COVID-19 SMF Paru Rum: kota Semarang Nomor 45/0174 Tahun 27. Keputusan Wali it Umum Daerah 2007 tentang Penetapan Rumah Saki Kota Semarang sebagai Badan Layanan Umum (BLU); 28. Keputusan Walikota Semarang Nomor 445/1156/2016 tentang Penetapan “K.R.M.T. Wongsonegoro” sebagai Nama Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang. MEMUTUSKAN: KEPUTUSAN DIREKTUR TENTANG PANDUAN PRAKTIK KLINIS COVID-19. SMF PARU RSUD—K.R.M.T. WONGSONEGORO KOTA SEMARANG. ah Sakit Umum Daerah K.R.M.T. Wongsonegoro Kota Semarang sebagaimana terlampir dalam keputusan ini. Panduan Praktik Klinis COVID-19 SMF Paru Rumah Sakit Umum Daerah K.R.M.T. Wongsonegoro Kota Semarang sebagaimana dimaksud dalam —Diktum KESATU, digunakan sebagai acuan bagi pelayanan pasien COVID-19 di RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro Kota Semarang. Semua biaya yang timbul sebagai akibat dikeluarkannya pada Anggaran Pendapatan Keputusan ini dibebankan M.T. dan Belanja Rumah Sakit Umum Daerah K. Wongsonegoro Kota Semarang. Ditetapkan di Semarang Pada tanggal 26 Maret 2020 LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD K.R.M.T. WONGSONEGORO KOTA SEMARANG Nomor _: 180 Tahun 2020 ‘Tanggal : 26 Maret 2020 PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) COVID-19 SMF PARU RSUD K.R.M.T. WONGSONEGORO CORONAVIRUS DISEASE 2019 (COVID-19) Definisi | ‘A. Pasien Dalam Pengawasan (PDP) 1) Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (isPA) yaitu demam (238°C) atau riwayat demam disertai salah satu batuk/ sesak gejala/tanda penyakit _pernapsanseperti tebggorokan/pilek/pneumonia ringan hingsa berat dan tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran \dinis yang meyakinkan. DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah yang melaporkan transmisi lokal*. 80C) atau riwayat demam atau ISPA napas/sakit 2) Orang dengan demam (23: DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memilikt riwayat kontak dengan kasus konfirmasi COVID-19. 3) Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat** yang membutuhkan perawatan di rumah sakit DAN tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan. B, Orang Dalam Pemantauan(ODP) yang mengalami demam (2380C) atau riwayat demam; 1) Orang, pilek/sakit atau gejala gangguan sistem pernapasan seperti tenggorokan/batuk DAN tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah yang melaporkan transmisi lokal*. 2) Orang yang mengalami gejala gangguan sistem pernapasan seperti pilek/sakit tenggorokan/batuk DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi COVID-19. 3) Orang Tanpa Gejala (OTG) Seseorang yang tidak bergejala dan memiliki risiko tertular dari orang konfirmasi COVID-19. G "Orang tanpa gejala (O70) erat dengan | kasus konfirmasi COVID-19, Kontak Erat adalah seseorang yang melakukan kontak fisik atau berada dalam ruangan atau berkunjung (dalam radius | meter dengan asus pasien dalam pengawasan atau konfirmasi) | dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari | setelah kasus timbul gejala. Termasuk kontak erat adalah: a, Petugas Kesehatan yang memeriksa, merawat, mengantar dan | membersihkan ruangan di tempat perawatan kasus tanpa | menggunakan APD sesuai standar. | b. Orang yang berada dalam suatu ruangan yang sama dengan | | | | | | | | kasus (termasuk tempat kerja, kelas, rumah, acara besar) dalam 2 hari sebelum kasus bul gejala dan hingga 14 hari selelah kasus timbul gejala. ©. Orang yang bepergian bersama (radius 1 meter) dengan segala Jenis alat angkut/kendaraan dalam 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala. KasusTerkonfirmasi Pasien yang terinfeksi COVID-19 dengan hasil pemeriksaan te positif melalui pemeriksaan PCR. Manajemen Kiinis | Manifestasi klinis yang berhubungan dengan infeksi COVID-19 1, Uncomplicated iliness 2. Pneumonia Ringan 3. Pneumonia Berat/ISPA berat | 4. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) | Onset: baru terjadi atau perburukan dalam waktu satu | minggu. —Pencitraan dada (CT scan toraks, atau ultrasonografi paru): opasitas bilateral, efusi pluera yang | tidak dapat dijelaskan penyebabnya, kolaps paru, kolaps lobus atau nodul. | Penyebab edema: gagal napas yang bukan akibat gagal | jantung atau kelebihan cairan. Perlu pemeriksaan objektif | (seperti ekokardiograf) untuk menyingkirkan bahwa | penyebab edema bukan akibat hidrostatik jika tidak | mukan faktor risiko. Kriteria ARDS pada dewasa: pln an Camscane ARDS ringan: 200 mmHg 2 mmol/L. Pasien anak: hipotensi (TDS < persentil 5 atau >2 SD di bawah normal usia) atau terdapat 2-3 gejala dan tanda | berikut: perubahan status mental/kesadaran; takikardia atau bradikardia (HR <90 x/menit atau >160 x/menit pada bayi dan HR <70x/menit atau >150 x/menit pada anak); | | veaktu pengisian Kembali Kepiler yang memanjang (>2 detik} | atau vasodilatasi hangat dengan bounding pulse; takipnea; mottled skin atau ruam petekie atau purpura; peningkatan laktat; oliguria; hipertermia atau hipotermia. Diagnosis, | Coronavirus Disease 2019 (COVID-19 Diagnosis Banding |- Pneumonia bakteria € - SARS/MERS ~ Pneumonia jamur - Edema paru kardiogenik (gagal jantung) Pemeriksaan T. Radiologi : Foto toraks PA dan lateral, MSCT Thoraks, USG Penunjang pa 2. Pemeriksaan specimen saluran napas atas dan bawah - Saluran napas atas (Specimen swab naso / orofaring) - Saluran napas bawah ( sputum, bilasan bronkus, BAL, bila menggunakan endotrakeal tube dapat berupa aspirat endotrakeal) Pada kasus terkonfirmasi infeksi Covid-19, ulangi pengambilan sampel sampai didapatkan 2x hasil negatif berturut-turut. Pengambilan sampel evaluasi dilakukan setelah didapatkan hasil sampel sebelumnya. | 3. Bronkoskopi juka memungkinkan | 4, Pungsi pleura sesuai kondisi 5, Pemeriksaan kimia darah - Darah perifer lengkap ( lekosit normal/ menurun, hitung jenis limfosit menurun, Pada kebanyakan pasien LED dan CRP meningkat) - Analisa gas darah = Pungsi hepar, ginjal, Gula darah sewaktu, Blektrolit, Paal hemostatis, prokalsitonin, laktat. 6. Pemeriksaan serum pln an Camscane penularan Pasien terkonfirmasi (+) COVID-19 TANPA GEJALA 1 [golaai mandiri di rumah selama 14 hari ) Diberi edukasi apa yang harus dilakukan (leaflet untuk dibawa ke rumah) | Vitamin C, 3x 1 tablet (untuk 14 hari) 1) Pasien mengukur suhu tubuh 2 kali sehari, pagi dan malam hari (i Pasien dipantau melalui telepon oleh petugas FKTP GEJALA RINGAN | Ditangani oleh FKTP, contohnya Puskesmas, sebagai pasien rawat jalan () Isolasi mandiri di rumah selama 14 hari |) Diberi edukasi apa yang harus dilakukan (leaflet untuk dibawa ke rumah) |) Vitamin C, 3x 1 tablet (untuk 14 hari) |) Klorokuin fosfat, 2 x 500 mg (untuk 5 hari) ATAU Hidroksiklorokuin, 1x 400 mg (untuk S hari) pln an Camscane 7. Pometrittnann fonen dan urin (untuk investigani kemungkinan Levofloxacin 750mg/24 jam (untuk 5-7 hari) (0 Simtomatis (Parasetamol dan lain-lain). © Bila diperlukan dapat diberikan Antivirus : Oseltami 75 mg ATAU Favipiravir (Avigan), 2 x 600mg (untuk 5 hari) . GEJALA SEDANG 0 Rujuk ke Rumah Sakit/ Rumah Sakit Darurat (0 Isolasi di Rumah Sakit/ Rumah Sakit Darurat, ivir, 2x seperti selama 14 hari © Vitamin C diberikan secara Intravena (IV) selama perawatan 5 Klorokuin fosfat, 2 x 500 mg (untuk 5 hari) ATAU Hidroksillorokuin dosis 1x 400 mg (untuk 5 hari) «1 Agitromisin, 1 x 500 mg (untuk 5-7 hari) dengan alternative Levofloxacin 750mg/24 jam (untuk 5-7 hari) g : Oseltamivir, 2 x 75 mg ATAU Favipiravir (Avigan) ke-1 dan selanjutnya 2 x 0 Antivi loading dose 2x 1600 mg hari 600mg (hari ke 2-5) 1) Simtomatis (Parasetamol dan lain-lain) . GEJALA BERAT 1p teolasi di ruang isolasi Rumah Sakit Rujukan 0 Diberikan obat-obatan rejimen COVID-19 : , 2 x 500 mg perhari (hari ke 1-3) ATAU = Klorokuin fosfat dilanjutkan 2 x 250 mg (hari ke 4-10) Hidroksiklorokuin dosis 1x 400 mg (untuk 5 hari) ~ Azitromisin, 1 x 500 mg (untuk 3 hari) Oseltamivir, 2 x 75 mg ATAU Favipiravir se 2x 1600 mg hari ke-1 dan = Antivirus : (Avigan) loading do: selanjutnya 2x 600mg (hari ke 2-5) _ Vitamin C diberikan secara Intravena (IV) selama perawatan (0 Diberikan obat suportif lainnya (0 Pengobatan komorbid yang ada U) Monitor yang ketat agar tidak jatuh ke gagal napas yang memerlukan ventilator mekanik Pasien dengan hasil rapid test serologi negatif, orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP): 1, ORANG TANPA GEJALA -Isolasi mandiri di rumah selama 14 hari ~Diberi edukasi apa yang harus dilakukan (leaflet untule dibawa ke rumah) - Vitamin C 3x1 tablet 2. GEJALA RINGAN\ -Isolasi mandiri di rumah selama 14 hari = Pemeriksaan laboratorium RDT/PCR swab nasofaring hari 1 dan 2 ~ Vitamin C, 3 x 1 tablet - serta obat-obat simtomatis - Azitromisin 500 mg/24 jam/oral (untuk ada bisa pakai Levofloxacin 750 mg/24 jam (5 hari) sambal menunggu hasil swab - Simtomatis (Parasetamol dan lain-lain). 3. SEDANG DAN BERAT - Rawat di Rumah Sakit /Rumah Sakit Rujukan _ Pemeriksaan laboratorium RDT/PCR swab nasofaring hari 1 3 hari) kalau tidak dan 2 - Pikirkan kemungkinan diagnosis lain - Bila ditemukan pneumonia, tatalaksana sebagai pneumonia -Kasus Pasien Dalam Pengawasan (PDP) yang dicurigai sebagai COVID-19 dan memenuhi kriteria beratnya penyakit dalam kategori sedang atau berat, ditatalaksana seperti pasien terkonfirmasi COVID-19 sampai terbukti bukan. Edukasi © . Penjelasan tentang penyakit 2. Prognosis penyakit 3. Tindakan yang akan dilakukan Prognosis: ‘Ad vitam : dubia ad bonam Ad sanationam : dubia ad bonam ‘Ad fungsionam : dubia ad bonam /Indikator Medis Beberapa Kondisi berikut dapat menjadi acuan untuk kriteria pasien discharge atau keluar dari ruang isolasi : © Kondisi stabil Tanda vital: kompos mentis; pernapasan stabil; komunikasi normal; bebas demam selama 3 hari © Gejala respirasi perbaikan * Tidak ada disfungsi organ * Perbaikan secara pencitraan * Dua hasil negatif dari test asam nukleat pathogen COVID19 {interval setidaknya 1 hari) Kepustakaan 1.Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19) Revisi ke-4, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Maret 2020 2. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan pneumonia Covid-19, PDFI. 3. Update Who Recommendation On Covid-19 For Hospital 4.Protokel Tatalaksana Covid-19,_ PDPI,PERKI, —_ PAPDI, PERDATIN, IDAI, April 2020 DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

Anda mungkin juga menyukai