HKUM4209-1
NASKAH TUGAS MATA KULIAH
UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2021/22.2 (2022.1)
Fakultas : FHISIP/Fakultas Hukum, [mu Sosial dan IImu Pol
Kode/Nama MK —_: HKUM4209/Ilmu Negara
Tugas 23
No. Soal
1
|
Kewenangan Pusat dan Daerah Dinilai Masih Belum Jelas.
Jakarta - Pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah dinilai masin belum inci
Akibatnya, terjadi tumpang tindih program. Urusan pemerintah yang bersifat konkuren pun rentan
inefisiensi biaya dan tak akuntabel. Sistem pengawasan di daerah juga kurang maksimal.
Kepala Pusat Kajian Desentralisasi dan Otonomi Daerah Lembaga Administrasi Negara (LAN) Hary
Supria
jelas antara pusat dan daerah. Contohnya adalah sejumlah sektor yang cikerjakan secara bersama-
sama dengan anggaran berbeda,
jengatakan, di sejumlah sektor pun selama ini ada pembagian kewenangan yang masih belum
“Dengan konkuren ini ada potensi tumpang tindih, Contohnya pendidikan, ekonomi, Kesehatan, masih
ada dana alokasi khusus. Artinya, ada intervensi sectoral. Tetapi, pembangunan di tiga sektor itu ada
pendekatan sektoral dan regional, yang masih belum jelas pembagiannya. Karena itu, ada potensi
biaya-biaya yang tak efisien.” ujar Hary dalam diskusi “Quo Vadis Pembagian Urusan Pemerintahan
Konkuren” di Kantor Lan, Jakarta, Kamis (11/10/2018).
Hadir dan sebagai pembicara, antara lain Sekretaris Jenderal Asosiasi Pemerintah Kabupaten seluruh
Indonesia (Apkasi) Remigo Yolando Berutu, Direktur Sinkronisasi Urusan Pemerintahan | Kementerian
Dalam Negeri Edison Siagian, dan Direktur Eksekutif Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi
Daerah Robert Endi Jaweng.
Menurut Hary, urusan pemerintah yang bersifat konkuren harus mengedepankan prinsip eksternalitas,
akuntabiltas, dan efisiensi. “Harus ada rencana besar pembagian kewenangan agar arahnya jelas,”
ujarnya,
Remigo Yolande Berutu membenarkan bahwa pemimpin di Pemerintah Kabupaten kerap merasa
bingung soal pembagian kewenangan. Sektor pendidikan sekolah menengah, misalnya, menjadi
kewenangan provinsi, tetapi masalah pendidikan di daerah lebih sering diadukan ke Kabupaten daripada
provinsi. Contoh lain di sektor perhutanan. Disayangkan tidak ada unit pengolola teknis yang
seharusnya berada di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
“Impiikasinya, koordinasi pelayanan publik jadi jauh. Pengawasan jadi tidak maksimal karena
Pemerintah provinsi dan pusat sulit sulit rasanya mengontrol situasi di kabupaten,” ujar Remigo. la
berharap pemerintah pusat mengeluarkan rancangan peraturan pemerintah (RPP) yang mengatur detail
pembagian kewenangan agar tidak tumpang tindih dan pelayanan kepada masyarakat terjamin.
1 dari 4HKUM4209
Edison Siagian menambahkan, sebenamya pembagian Kewenangan yang Konkuren sudah jelas diatur
dalam undang-undang nomor 23 tahun 2014 tentang otonomi daerah. Namun, pembagian kewenangan
itu masin belum detall sehingga akan dikeluarkan RPP.
“Aluran saat ini masih belum optimal. Untuk itu, RPP masih dibahas sekarang di tingkat Kementerian
Koordinator Poltik, Hukum dan Keamanan. Harus ada aturan jelas dan rinci agar daerah bisa
molaksanakan tugasnya dengan baik,”ujar Edison. (Berita di Harian Kompas)
Sumber : kompasiana.com
Bagaimana analisis saudara mengenai pelimpahan wewenang pemerintah pusat ke pemerintah daerah
seperti pada kasus di atas dalam tinjauan konsep negara kesatuan!
|
Kewenangan Pusat dan Daerah Dinilai Masih Belum Jelas
Jakarta - Pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah dinilai masih belum inci.
Akibatnya, terjadi tumpang tingih program. Urusan pemerintah yang bersifat konkuren pun rentan
inefisiensi biaya dan tak akuntabel. Sistem pengawasan di daerah juga kurang maksimal
Kepala Pusat Kajian Desentralisasi dan Otonomi Daerah Lembaga Administrasi Negara (LAN) Hary
Supriadi mengatakan, di sejumah sektor pun selama ini ada pembagian kewenangan yang masih belum
jelas antara pusat dan daerah. Contohnya adalah sejumiah sektor yang dikerjakan secara bersama-
sama dengan anggaran berbeda
“Dengan konkuren ini ada potensi tumpang tindih. Contchnya pendidikan, ekonomi, Kesehatan, masih
ada dana alokasi khusus. Artinya, ada intervensi sectoral. Tetapi, pembangunan di tiga sektor itu ada
pendekatan sektoral dan regional, yang masih belum jelas pembagiannya. Karena itu, ada potensi
biaya-biaya yang tak efisien.” ujar Hary dalam diskusi “Quo Vadis Pembagian Urusan Pemerintahan
Konkuren" di Kantor Lan, Jakarta, Kamis (11/10/2018).
Hadir dan sebagai pembicara, antara lain Sekretaris Jenderal Asosiasi Pemerintah Kabupaten seluruh
Indonesia (Apkasi) Remigo Yolando Berutu, Direktur Sinkronisasi Urusan Pemerintahan | Kementerian
Dalam Negeri Edison Siagian, dan Direktur Eksekutif Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi
Daerah Robert Endi Jaweng.
Menurut Hary, urusan pemerintah yang bersifat konkuren harus mengedepankan prinsip eksternalitas,
akuntabiltas, dan efisiensi. "Harus ada rencana besar pembagian kewenangan agar arahnya jelas,
ujarnya,
Remigo Yolando Berutu membenarkan bahwa pemimpin di Pemerintah Kabupaten kerap merasa
bingung soal pembagian kewenangan. Sektor pendidikan sekolah menengah, misalnya, menjadi
kewenangan provinsi, tetapi masalah pendidikan di daerah lebih sering diadukan ke Kabupaten daripada
provinsi. Contoh lain di sektor perhutanan. Disayangkan tidak ada unit pengelola teknis yang
seharusnya berada di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
“Implikasinya, koordinasi pelayanan publik jadi jauh. Pengawasan jadi tidak maksimal karena
pemerintah provinsi dan pusat sulit sulit rasanya mengontrol situasi di kabupaten,” ujar Remigo. la
berharap pemerintah pusat mengeluarkan rancangan peraturan pemerintah (RPP) yang mengatur detail
pembagian kewenangan agar tidak tumpang tindih dan pelayanan kepada masyarakat terjamin.
2dari 4HKUM4209-1
Edison Siagian menambahkan, sebenamya pembagian Kewenangan yang Konkuren sudah jelas diatur
dalam undang-undang nomor 23 tahun 2014 tentang otonomi daerah. Namun, pembagian kewenangan
itu masin belum detall sehingga akan dikeluarkan RPP.
“Aluran saat ini masih belum optimal. Untuk itu, RPP masih dibahas sekarang di tingkat Kementerian
Koordinator Poltik, Hukum dan Keamanan. Harus ada aturan jelas dan rinci agar daerah bisa
molaksanakan tugasnya dengan baik,”ujar Edison. (Berita di Harian Kompas)
Sumber : kompasiana.com
‘Simpulkan pendapat C.F. Strong tentang konsep negara kesatuan dengan situasi kenegaraan yang ada
di Indonesia!
|
Kewenangan Pusat dan Daerah Dinilai Masih Belum Jelas
Jakarta - Pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah dinilai masih belum inci.
Akibatnya, terjadi tumpang tingih program. Urusan pemerintah yang bersifat konkuren pun rentan
inefisiensi biaya dan tak akuntabel. Sistem pengawasan di daerah juga kurang maksimal
Kepala Pusat Kajian Desentralisasi dan Otonomi Daerah Lembaga Administrasi Negara (LAN) Hary
Supriadi mengatakan, di sejumah sektor pun selama ini ada pembagian kewenangan yang masih belum
jelas antara pusat dan daerah. Contohnya adalah sejumiah sektor yang dikerjakan secara bersama-
sama dengan anggaran berbeda
“Dengan konkuren ini ada potensi tumpang tindih. Contchnya pendidikan, ekonomi, Kesehatan, masih
ada dana alokasi khusus. Artinya, ada intervensi sectoral. Tetapi, pembangunan di tiga sektor itu ada
pendekatan sektoral dan regional, yang masih belum jelas pembagiannya. Karena itu, ada potensi
biaya-biaya yang tak efisien.” ujar Hary dalam diskusi “Quo Vadis Pembagian Urusan Pemerintahan
Konkuren" di Kantor Lan, Jakarta, Kamis (11/10/2018).
Hadir dan sebagai pembicara, antara lain Sekretaris Jenderal Asosiasi Pemerintah Kabupaten seluruh
Indonesia (Apkasi) Remigo Yolando Berutu, Direktur Sinkronisasi Urusan Pemerintahan | Kementerian
Dalam Negeri Edison Siagian, dan Direktur Eksekutif Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi
Daerah Robert Endi Jaweng.
Menurut Hary, urusan pemerintah yang bersifat konkuren harus mengedepankan prinsip eksternalitas,
akuntabiltas, dan efisiensi. "Harus ada rencana besar pembagian kewenangan agar arahnya jelas,
ujarnya,
Remigo Yolando Berutu membenarkan bahwa pemimpin di Pemerintah Kabupaten kerap merasa
bingung soal pembagian kewenangan. Sektor pendidikan sekolah menengah, misalnya, menjadi
kewenangan provinsi, tetapi masalah pendidikan di daerah lebih sering diadukan ke Kabupaten daripada
provinsi. Contoh lain di sektor perhutanan. Disayangkan tidak ada unit pengelola teknis yang
seharusnya berada di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
“Implikasinya, koordinasi pelayanan publik jadi jauh. Pengawasan jadi tidak maksimal karena
pemerintah provinsi dan pusat sulit sulit rasanya mengontrol situasi di kabupaten,” ujar Remigo. la
berharap pemerintah pusat mengeluarkan rancangan peraturan pemerintah (RPP) yang mengatur detail
pembagian kewenangan agar tidak tumpang tindih dan pelayanan kepada masyarakat terjamin.
3 dari 4HKUM4209
Edison Siagian menambahkan, sebenamya pembagian Kewenangan yang Konkuren sudah jelas diatur
dalam undang-undang nomor 23 tahun 2014 tentang otonomi daerah. Namun, pembagian kewenangan
itu masin belum detall sehingga akan dikeluarkan RPP.
“Aluran saat ini masih belum optimal. Untuk itu, RPP masih dibahas sekarang di tingkat Kementerian
Koordinator Poltik, Hukum dan Keamanan. Harus ada aturan jelas dan rinci agar daerah bisa
molaksanakan tugasnya dengan baik,”ujar Edison. (Berita di Harian Kompas)
Sumber : kompasiana.com
Berikan analisis saudara tentang pembagian kekuasaan di Indonesia yang tertuang dalam UUD Negara
Republik Indonesia 1945!
4 dari 4