Anda di halaman 1dari 3

Nama aslinya ialah Abu Abdurrohman Al-Kholil bin Ahmad bin Amr bin Tamim Al-Farohidi

Al-Bashri, ia adalah seseorang yang jenius dan salah satu tokoh linguistik di era Abbasiyah (100-
170 H/718-786 M). Ia lahir pada tahun 100 H, di kota basyrah, beberapa sumber mengatakan Al-
Farahidi lahir diarab, di sebuah desa bernama azad, Oman. Kemudian pindah ke Basyrah,
tumbuh dan besar disana.
Al-Farahidi adalah penemu sajak atau arudh dan juga salah satu sastrawan di masa khalifah
Harun Ar-Rosyid (786-803). Jasanya dalam bidang lingusitik sangatlah besar dan berpengaruh
pada bahasa arab saat ini. Bisa dikatakan berbagai cabang ilmu ilmu dimasa ini adalah hasil
pemikiran Al-Farahidi. Ia hidup di Basyrah demikian pula wafatnya. Ia meninggal saat terbentur
tiang besar dan mengalami gegar saat itu juga.
Hampir keseluruhan hidup Al-Farahidi habis demi perkembangan ilmu bahasa dan kesastraan. Ia
juga menguasai banyak ilmu dan tak hanya berhenti dibidang kebahasaan. Al-Farahidi juga
menguasai ilmu matematika, ilmu syariat, dan seni musik selain pada bidang linguistik dan sastra
arab. Ia merupakan peletak dasar dasar leksikologi dan disebut sebagai bapak leksikologi arab
dan orang pertama yang meyusun kaidah kaidah ilmu Al-Arudh melalui karyanya yaitu kitab Al-
Arudh.
Al-Farahidi merupakan seorang yang tekun dan rajin, ia selalu ikut dan hadir dalam majelis
ulama yang diasuh ole Isa bin Amr dan Abu Amr bin Amr Al-Alla’. Mereka berdua adalah
ulama terkenal dizaman itu dan ahli di bidang bahasa dan ilmu qiroat.
Al-Farahidi juga belajar kebahasaan kepada Ibnu Abi Ishak Al-Hadromi dan belajar hadist
kemudian meriwayatkan beberapa dari ulama hadits seperti Ayyub As-Sikhtiyani, Ashim bin
Sulaiman Al-Ahwal, Al-Awwam bin Hausyab dan Ghalib Al-Qathan.
Sebagai seorang sastrawan di masa itu dan juga ulama, Al-Farahidi memiliki banyak karya yang
tidak berhenti pada lingkup sastra tetapi juga meluas pada bidang linguistik, irama dan musik.
Al-Farahidi juga membuat kamus yang bernama Mu’jam Al-Ain, yang merupakan kamus
pertama di zaman itu.
Beberapa karyanya yang terkenal ialah Mu’jam Al-Ain, Al-Arudh, kitab An-Nuqot wa As-
Syawakil, dan Ma’ani al Huruf. Karya-karya itulah yang kemudian dikembangkan oleh para ahli
sehingga menjadi berbagai ilmu dan pengetahuan seperti saat ini.
Al-Farahidi juga merupakan seorang tokoh bahasa yang sangat penting dalam sejarah keilmuan
kebahasaan. Berbagai penelitian dan penemuannya banyak dipelajari diera ini. Sebagai seorang
intelektual, Al-Farahidi berperan dihampir semua aspek dalam kebahasaan seperti fonologi,
morfologi, sintaksis, dan lain-lain.
Mu’jam Al-Ain merupakan kamus yang disusun oleh Al-Farahidi, dan merupakan kamus
pertama di arab. Kamus Mu’jam Al-Ain adalah kamus dengan sistem fonetik, yang tersusun
dengn cara mengatur urutan kata-kata dengan tertib berdasarkan urutan huruf yang muncul
dalam makharijul huruf atau tempat keluarnya huruf hijaiyyah (nidzam asshouti).
Keberadaan kamus ini kemudian menjadi patokan dan pedoman para ilmuwan setelahnya dan
menjadi rujukan dalam pembuatan kamus di era itu. Kamus mu’jam al-ain merupakan nilai lebih
dari inovasi besar yang ditorehkan oleh Al-Farahidi.
Dapat dinilai bahwa kamus tersebut dapat menjamin tingkat objektivitas penyusun kamus dalam
menata kosakata yang ditemukan. Mu’jam Al-Ain bertujuan sebagai alat bantu untuk
menafsirkan Al-Qur’an, sehingga tidak berlebihan jika Al-Farahidi memakai kaidah-kaidah
tajwid dalam penyusunannya.
Selain Mu’jam Ain, Al-Farahidi juga mencetuskanIlmu arudh, yaitu ilmu yang membahas pola-
pola syi’ir Arab untuk mengetahui wazan yang benar dan yang salah. Sedangkan Qowafi adalah
jamak dari qofiyah yaitu ilmu yang membahas ujung kata di dalam bait syi’ir yang terdiri dari
huruf akhir yang mati di ujung bait sampai dengan huruf hidup sebelum huruf mati.
Bisa dikatakan bahwa qofiyah ialah dimana suatu kata berkhair atau berhenti pada sebuah bait
dari syi’ir dalam satu huruf atau nada.
Pada dasarnya, Arudh dan Qowafiy sangat berbeda satu sama lain. Ilmu ‘Arudh adalah ilmu
yang dipelajari untuk mengetahui kesahihan suatu syair, sedangkan ilmu Qowafy adalah disiplin
ilmu yang mempelajari keadaan akhiran suatu bait syair, keduanya berbeda namun disatukan
karena urgensi dan tujuannya sama, mendeteksi kesahihan suatu syair.
Meskipun memiliki definisi dan arti yang berbeda, keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu
untuk mengetahui wazan wazan syi’ir yang benar dan yang salah. Sama halnya dengan tujuan,
keduanya juga memiliki kesamaan dalam objek pembahasan.
Objek pembahasan ilmu arudh dan qowafi adalah syi’ir Arab dari segi wazannya dan perubahan-
perubahan yang terjadi di dalamnya, baik perubahan yang diperbolehkan ataupun yang terlarang.

Anda mungkin juga menyukai