Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

FILSAFAT UMUM

ALIRAN FILSAFAT KRITISME DAN PRAGMATISME

IMMANUEL KANT DAN JHON DEWEY

DOSEN PENGAMPU : Nurul Qamariyah, M.Fil.I

Kelompok 12 :

Nur Azizah (2101111812)


Nortiawati (2101111811)
Ayatullah Husaini Asraf (2101111792)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL FALAH


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BANJARBARU
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah Swt senantiasa kami ucapkan, atas limpahan
rahmat dan karunia serta nikmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah
ini yang berjudul “ALIRAN FILSAFAT KRITISME DAN PRAGMATISME IMMANUEL KANT DAN
JHON DEWEY ” Penulisan makalah ini merupakan tugas mata kuliah Filsafat Umum . Prodi
Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Al Falah Banjarbaru.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mendapat bimbingan dan pengarahan dari
dosen pengampu ibu Nurul Qamariyah ,M.Fil.I.
Oleh karena itu, dengan hati yang tulus ikhlas kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada
dosen pengampu. Semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada kami
dengan sebaik-baik balasan. Amin ya Robbal Alamin.
Akhirnya kami menyadari akan keterbatasan kemampuan yang dimiliki. Untuk itu, kritik
dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan dari berbagai pihak demi peningkatan
kualitas penulisan makalah ini.

Banjarbaru , 29 Juni 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman judul
Kata pengantar ......................................................................................................
Daftar isi ...............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................
1.1. Latar Belakang Masalah..................................................................................
1.2. Rumusan Masalah ..........................................................................................
1.3. Tujuan.............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................
2.1. Pengertian Filsafat .......................................................................................
2.2 Aliran Pragmatisme dan Kritisme ... ...............................................................
2.2.1. Biografi Immanuel Kant dan John Dewey……............................................
2.2.2. Pemikiran Immanuel Kant dan John Dewey.................................................
BAB III PENUTUP................................................................................................
3.1. Kesimpulan......................................................................................................
3.2. Saran................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Filsafat dapat dikatakan sebagai bapak segala ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan
sebagaimana sekarang ini lahir dari filsafat dengan berbagai corak dan metode yang digunakan.
Setiap filsuf berbeda-beda dalam mereka berfilsafat sehingga melahirkan berbagai ilmu
pengetahuan. Sebagaimana dalam makalah ini dikemukakan beberapa aliran dengan kekhususan
metode dari masing-masing aliran dalam filsafat seperti, Pragmatisme adalah suatu aliran yang
mengajarkan bahwa yang benar adalah apa saja yang membuktikan dirinya sebagai yang benar
dengan akibat-akibat yang bermanfaat secara praktis.
Kemudian aliran lain dengan metodenya seperti Kritisisme, ini bisa dikatakan aliran yang
memadukan atau mendamaikan rasionalisme dan empirisme. Baik rasionalisme maupun
empirisme. Fenomenologi berasal dari kata fenomen yang artinya gejala, yaitu suatu hal yang
tidak nyata. Kebalikanya kenyataan juga dapat diartikan sebagai ungkapan kejadian yang dapat
diamati lewat indra. Dan juga Hermeneutika, ini merupakan satu di anatara beberapa teori yang
menawarkan pendekatan baru dalam ilmu – ilmu sosial.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Pengertian Filsafat ?
2. Apa itu Filsafat Aliran Pragmatisme dan Kritisme ?
3. Bagaimana Biografi Immanuel Kant dan Jhon Dewey ?
4. Bagaimana Pemikiran Immanuel Kant dan Jhon Dewey ?

C. Tujuan

1. Mengetahui apa itu Pengertian Filsafat


2. Mengetahui Apa itu Filsafat Aliran Pragmatisme dan Kritisme
3. Mengetahui Biografi Immanuel Kant dan Jhon Dewey
4. Mengetahui Pemikiran Immanuel Kant dan Jhon Dewey
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian filsafat

1. Arti Etimologi
Kata filsafat berasal dari kata Yunani filosofia, yang berasal dari kata kerja filosofein yang
berarti mencintai kebijaksanaan. Kata tersebut juga berasal dari kata
Yunani philosophis yang sophia yang berarti kearifan. Dari kata tersebut lahirlah kata
inggris philosophy yang biasanya terjemahkan sebagai “cintaa kearifan” Zaman filsafat modern
telah dimulai. Secara historis, zaman modern dimulai sejak adanya krisis zaman pertengahan
selama dua abad (abad ke-14 dan ke-15), yang di tandai dengan munculnya gerakan
Renaissance. Renaissance berarti kelahiran kembali, yang mengacu kepada gerakan keagamaan
dan kemasyarakatan.
Aliran yang menjadi pendahuluan ajaran filsafat modern ini didasarkan pada suatu
kesadaran atas yang individual dan yang konkret.
Bermula dari yang mengetengahkan via moderna (jalan modern) dan via antiqua (jalan kuno).
Akibatnya, manusia didewa-dewakan, manusia tidak lagi memusatkan pikiran kepada Tuhan dan
surga. Akibatnya, terjadi perkembangan ilmu pengetahuan secara pesat dan membuahkan sesuatu
yang mengagumkan. Di sisi lain, nilai filsafat merosot karena dianggap ketinggalan zaman.[2]
Dalam era filsafat modern, yang kemudian dilanjutkan dengan era filsafat abad ke-20,
muncullah berbagai aliran pemikiran, diantaranya: Pagmatisme, Kritisisme, Fenomenologi, dan
Hermeneutik.

B. Aliran-aliran Filsafat

1. Pragmatisme
Pragmatisme berasal dari kata pragma yang artinya guna. Pragma berasal dari kat Yunani.
Maka pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar adalah apa saja
yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan akibat-akibat yang bermanfaat secara
praktis.
Misalnya, berbagai pengalaman pribadi tentang kebenaran mistik, asalkan dapat membawa
kepraktisan dan bermanfaat. Artinya, segala sesuatu dapat diterima asalkan bermanfaat bagi
kehidupan. Tokoh utama aliran pragmatisme adalah William James dan John Dewey di Amerika
serikat. Di samping itu, di Inggris ada FC. Schiller, Charles S. Pierce, dan Goerge Herbert
Mead[3].
Metode yang dikembangkan oleh John Dewey memberikan langkah-langkah sebagai
berikut :
a) identifikasi masalah;
b) formulasi hipotesis;
c) mengumpulkan, mengorganisasikan, dan menganalisis data;
d) formulasi kesimpulan;
e) verifikasi apakah hipotesis ditolak, diterima, atau dimodifikasi.[4]
Dalam perkembangannya, aliran pragmatisme mengalami perbedaan kesimpulan. Ada tiga
patokan yang disetujui oleh aliran pragmatisme ini, yaitu:
1) menolak segala intelektualisme,
2) absolutisme, dan
3) meremehkan logika formal.[5]
Memperkenalkan ide-idenya tentang pragmatisme kepaada dunia. Ia ahli dalam bidang seni,
psikologi, anatomi, fisiologi, dan filsafat.[6]
Pemikiran filsafatnya lahir karena dalam sepanjang hidupnya mengalami konflik antara
pandangan ilmu pengetahuan dengan pandangan agama. Ia beranggapan, bahwa masalah
kebenaran tentang asal/tujuan dan hakikat bagi orang Amerika terlalu teoretis. Ia menginginkan
hasil-hasil yang konkret.
Kaitannya dengan agama, apabila ide-ide agama dapat memperkaya kehidupan, ide-ide
tersebut benar.

Tabel Hubungan Antara Aliran-aliran Filsafat


No Aliran-Aliran Kelebihan Dan Kekuranagn
1 Pragmatisme Membawa kemajuan yang pasat bagi oilmu
pengetahuan maupun teknologi. Kelemahannya
menciptakan pola pikir masyarakat yang mterialis

2. Kritisisme
Immanuel kant memulai falsafatinya dengan menyelidiki batas-batas kemampua
rasio sebagai sumber pengetahuan manusia. Aliran ini muncul abad ke-18. Suatu zaman baru di
mana seorang ahli pikir yang cerdas mencoba menyelesaikan pertentangan antara rasionalisme
dengan empirisme. Zaman baru ini disebut zaman pencerahan (Aufklarung). Zaman pencerahan
ini muncul di mana manusia lahir dalam keadaan belum dewasa (dalam pemikiran filsafatnya).
Akan tetapi, setelah Kant mengadakan penyelidikan( kritik) terhadap peran pengetahuan akal.
Setelah itu, manusia terasa bebas dari otoritas yang datangnya dari luar manusia, demi
kemajuan/peradaban manusia.
Sebagai latar belakangnya, manusia melihat adanya kemajuan ilmu pengetahuan (ilmu pasti,
biologi filsafat dan sejarah) telah mencapai hasil yang menggembirakan. Disisi lain, jalannya
filsafat tersendat-sendat. Untuk itu diperlukan upaya agar filsafat dapat berkembamg sejajar
dengan ilmu pengetahuan alam. Isaac Newton (1642-1727) memberikan dasar-dasar berpikir
dengan induksi, yaitu pemikiran yang berttik tolak pada gejala-gejala dan mengembalikan
kepada dasar-dasar yang sifatnya umum. Untuk itu dibutuhkan analisis.
Kritisisme ini bisa dikatakan aliran yang memadukan atau mendamaikan rasionalisme dan
empirisme. Baik rasionalisme maupun empirisme keduanya berat sebelah. Ciri-ciri kritisisme
dapat disimpulkan dalam tiga hal, yaitu sebagai berikut:
a) meganggap objek pengenalan itu berpusat pada subjek dan bukan pada objek,
b) menegaskan keterbatasan kemampuan rasio manusia untuk mengetahuirealitas atau hakikat
sesuatu, rasio hanyalah mampu menjangkau gejalanya atau fenomenanya saja, dan
c) menjelaskan bahwa pengenalan manusia atas sesuatu itu diperoleh atas perpaduan antara
peranan unsur aspriori serta berupa ruang dan waktu dan peranan aposteriori.
Gerakan ini dimulai di Inggris, kemudian ke Prancis, dan selanjutnya menyebar keseluruh
Eropa, terutama ke Jerman. Di Jerman pertentangan dengan rasionalisme dengan impirisme
semakin berlanjut. Masing-masing berebut otonomi. Kemudian timbul masalah, siapa yang
sebenarnya dikatakam sebagai sumber pengetahuan ? Apakah pengetahuan yang benar itu lewat
rasio atau empiri?
Seorang ahli fikir mencoba menyelesaikan persoalan diatas. Pada awalnya, Kant mengikuti
rasionalisme, tetapi kemudian terpengaruh oleh empirisme ( Hume). Walaupun demikian, Kant
tidak begitu mudah menerimanya karena iya menggetahui bahwa empirisme terkandung skep -
tisisme. Untuk itu, ia tetap mengakui kebenaran ilmu, dan dengan akal manusia akan dapat
mencapai kebenaran.[9]
Akhirnya, Kant mengakui peranan akal dan keharusan empiri, kemudian dicobanya
mengadakan sintesis. Walaupun semua pengetahuan bersumber pada akal (Rasionalisme), tetapi
adanya pengertian timbul dari benda ( Empirisme). Ibarat burung terbang harus mempunyai
sayap (Rasio) dan udara (Empiri)
Jadi, metode berfikirnya disebut metode kritis. Walaupun ia mendasarkan diri pada nilai
yang tinggi dari akal, tetapi ia tidak mengingkari adanya persoalan-persoalan yang melampui
akal. Sehingga akal mengenal batas-batasnya,. Karena itu aspek irrasionalitas dari kehidupan
dapat diterima kenyataanya

Tabel Hubungan Antara Aliran-aliran Filsafat


No Aliran-Aliran Kelebihan Dan Kekuranagn
1 kritisisme Dapat menemukan kebenaran yang sempurna.
Kekurangannya tidak menerima kebenaran yang
hanya copy-paste/salinan.
C. Biografi Immanuel Kant

Immanuel Kant adalah seorang filsuf besar yang pernah tampil dalam pentas pemikiran
filosofis zaman Aufklarung Jerman menjelang akhir abad ke18. Immanuel Kant Lahir pada
tanggal 22 April 1724 di Konigsberg, sebuah kota kecil di Prussia Timur (lahir di Königsberg,
Kerajaan Prusia, 22 April 1724 – meninggal di Königsberg, Kerajaan Prusia, 12 Februari 1804
pada umur 79 tahun). Kota tersebut sekarang bernama Kaliningrat di Rusia1 . Anak keempat dari
seorang pembuat pelana kuda dan baju zirah ini, tinggal di kota ini sepanjang hidupnya hingga
meninggal pada usia 80-an. Keluarganya penganut kristen yang saleh. Keyakinan agamanya
sekaligus merupakan latar belakang yang cukup penting bagi pemikiran filosofisnya, terutama
masalah etika. Immanuel kant (1724-1804) umumnya dianggap sebagai filsuf terbesar diantara
filsuf modern. Kant hidup pada saat pencerahan sedang mekarmekarnya di Jerman. Pada abad
ke-18 Eropa Barat mengalami zaman baru yang disebut dengan zaman pencerahan. Nama ini
diberikan pada zaman ini karena manusia mulai mencari cahaya baru di dalam rasio nya sendiri.2
Sebagai seorang pribadi Kant tdak memiliki pengalaman yang penuh gejolak dan tantangan
seperti yang di alami Socrates, Bruno, Spinoza, atau Rousseau. Berbeda dengan Descartes atau
Leibniz, Kant tidak pernah melancong keluar negeri. Kant juga tidak aktif dalam politik, seperti
Machiavelli atau Hegel. Kant diasuh dengan nilai-nilai kerajinan, kejujuran, dan kesalehan yang
ketat. Pada usia tuanya, Kant teringat pada ibunya dan sangat berterima kasih kepada ibunya
yang mendidiknya untuk jujur dan menghindari segala bentuk dusta. Susana pengasuahn pietistis
ini ini besar pengaruhnya dalam pemikiran kant yang menjunjung tinggi kewajiban.3 Kant
terpengaruh oleh aliran pietitisme dari ibunya, tetapi Kant hidup pada zaman Sceptisisme serta
membaca karangan-karangan Voltaire dan Hume. Akibanya Kant mempunyai problema : what
can we know? (apa yang dapat kita ketahui?), what is nature adn what are the limits of human
knowledge? (apakah alam ini dan apakah ada batasan pengetahua manusia itu?). Sebagian besar
hidupnya telah Kant pergunakan untuk mempelajari logical proces of thought (proses Penalaran
logis), the external world (dunia eksternal) dan the reallity of things (realita segala yang wujud).
Aliran Piestisme adalah aliran keagamaan dalam Lutheranisme Jerman Abad ke-18. Gerakan ini
di pelopori oleh Spencer (1635-1705) dan Francke (1663-1727), muncul sebagai reaksi atas
teologi akademis yang sangat rasional dan Gereja yang institusional yang kaku. Piestisme amat
menekankan kesalehan hidup sehari-hari, sikap batin yang baik dan moralitas keras. Menurut
ajaran Piestisme,gereja yang sejati tidak berada di dalam organisasi manapun atau dalam ajaran-
ajaran teologi, melainkan dalam hati orang yang percaya dan saleh. Gereja sejati itu bersifat
spiritual bukan inkonstitusional.Sebagai filsuf yang hidup di zaman puncak pencerahan Jerman,
Kant tentu terpengaruh dengan suasana Zamannya. Pengaruh itu nampak dalam epistemologi,
teologi, dan etikanya. Kant selalu berusah mencari prinsip prinsip yang ada dalam tingkah laku
dan kecenderungan manusia. Immanuel Kant dilahirkan pada tahun 1724 di Königsberg dari
pasangan Johann Georg Kant, seorang ahli pembuat baju zirah (baju besi), dan Anna Regina
Kant. Ayahnya kemudian dikenal sebagai ahli perdagangan, namun di tahun 1730-1740,
perdagangan di Königsberg mengalami kemerosotan. Hal ini memengaruhi bisnis ayahnya dan
membuat keluarga mereka hidup dalam kesulitan. Ibunya meninggal saat Kant berumur 13
tahun, sedangkan ayah Kant meninggal saat dia berumur hampir 22 tahun. Pendidikan dasarnya
ditempuh Kant di Saint George's Hospital School, pada usia delapan tahun Immanuel Kant
memulai pendidikan formalnya di Collegium Fredericanum sekolah yang berlandaskan semangat
Pietisme. Di sekolah ini Kant mendalami bahasa Latin, bahasa yang sering dipakai oleh kalangan
terpelajar dan para ilmuwan saat itu untuk mengungkapkan pemikiran mereka.7 Keluarga Kant
memang penganut agama Pietist, yaitu agama di Jerman yang mendasarkan keyakinannya pada
pengalaman religius dan studi kitab suci. Pada tahun 1742 , Kant memasuki universitas
Koinsberg sebagai mahasiswa teologi. Tetapi Kant menjadi sangat bosan dengan teologi, dan
menunjukan minatnya pada matematika dan fisika. Awal ketertarikannya pada matematika dan
fisika ketika dia membaca buku newton hingga terbukalah matanya pada ilmu pengetahuan dan
berbagai kemajuan ilmu pengetahuan yang diungkapkan dalam buku newton, mulai dari
astronomi hingga zoology (ilmu Alam). Kant juga membaca karya Leizbin, dari sini Kant
memandang peran kemanusiaan yang tidak semata-mata di dalam alam belaka, melainkan jauh
dari itu, kemanusiaan berperan melampaui apa yang menjadi tujuan utama dari alam semesta.8
Kant juga membaca karya-karya David Hume, seorang filsuf dari Skotlandia. Kant sangat
terkesan pada kekukuhan David Hume yang mempercayai bahwa pengalaman adalah basis bagi
semua pengetahuan. Karena alasan keuangan, Kant kuliah sambil bekerja9 . Kant menjadi guru
pribadi di beberapa keluarga kaya di Konigsberg. Di universitasnya dia berkenalan baik dengan
Martin Knutzen (1713- 1751), dosen yang mempunyai pengaruh besar terhadap Kant. Knutzen
adalah seorang murid dari Chistian Von Wolff (1679-1754),10 dan seorang profesor logika dan
metafisika. Meskipun demikian, ia menaruh minat khusus pada ilmu alam, dan sanggup
mengajarkan fisika, astronomi dan matematika. dia bekerja sebagai guru privat selama tujuh
tahun dan pada masa itu. Tahun 1755, Immanuel Kant memulai karirnya sebagai dosen swasta di
universitas koningsberg. Pada tahun yang sama Kant memperoleh gelar “Doktor” dengan
disertasi berjudul “Penggambaran Singkat dari Sejumlah Pemikiran Mengenai Api”
(Meditationum Quarundum de Igne Succinta Delineatio), sebuah karya di bidang ilmu alam.
Immanuel Kant bekerja sebagai privatdozent di Konigsberg dengan mengajarkan mata kuliah:
metafisika, geografi, pedagogi, fisika dan matematika, logika, filsafat, teologi, ilmu falak, dan
mineralogi.12 Kant dijuluki dengan “Sang Guru yang Cakap” (Der Schone Magister) karena cara
mengajarnya hidup dengan kepandaian seorang orator. Immanuel Kant mampu menggerakkan
pikiran dan perasaan para pendengarnya, dan dengan ketajaman pikirannya . Kant
mempublikasikan beberapa naskah yang berkaitan dengan pertanyaan ilmiah. Pada tahun 1755-
1770, Kant bekerja sebagai dosen sambil terus mempublikasikan beberapa naskah ilmiah dengan
berbagai macam topik. Pada bulan Maret 1770, Immanuel Kant memperoleh gelar profesor
logika dan metafisika dari Universitas Konigsberg dengan disertasi “Mengenai Bentuk dan Azas-
azas dari Dunia Inderawi dan Budiah” (De Mundi Sensibilis Atgue Intelligibilis Forma et
Principlis). Kant kemudian menjadi guru besar untuk logika dan metafisika di Universitas
Konisberg. Dia secara rutin menyajikan kuliah tentang geografi fisik. Hal ini dilakukannya
sepanjang tahun sampai tahun 1796. Dalam pengantar kuliahnya, dia selalu menegaskan tempat
geografi dalam dunia ilmiah. Dia memberikan landasan falsafi bagi geografi sebagai
pengetahuan ilmiah. Kehidupan Immanuel Kant sebagai filsuf dapat dibagi menjadi dua periode
yakni zaman Pra-Kritis dan Kritis. Kehidupan Immanuel Kant sebagai privatdozent dari tahun
1755-1770 di atas dikenal dengan zaman PraKritis. Pada zaman Pra-Kritis Kant menganut
pendirian rasionalistisnya Wolff dan kawan-kawannya. Kemudian terpengaruh dengan konsep
empiris Hume, dan berangsur-angsur meninggalkan Rasionalisme. Immanuel Kant mengatakan,
Hume-lah yang telah membangunkan diri dari tidurnya dalam dogmatisme. Dogmatisme ialah
filsafat yang mendasarkan pandangan kepada pengertian-pengertian yang telah ada tentang Allah
atau substansi atau nomade, tanpa mengetahui apakah rasio telah memiliki pengertian tentang
hakekatnya sendiri, luas dan batas kemampuanya. Filsafat dogmatis menerima kebenaran-
kebenaran asasi agama dan dasar ilmu pengetahuan begitu saja, tanpa mempertanggung
jawabkan secara kritis. Dogmatisme menganggap pengenalan obyektif sebagai hal yang sudah
sendirinya. Sikap demikian menurut Kant adalah salah. Selanjunya adalah zaman Kritis. Dalam
zaman kedua ini Kant mengubah wajah filsafat secara radikal dengan filsafat Kritisismenya dan
ia mempertentangkan Kritisisme dengan Dogmatisme. Filsafat kritis adalah filsafat yang
memulai perjalanannya dengan terlebih dahulu menyelidiki kemampuan rasio dan batas-
batasnya. Filsafat sebelum kritisme harus dianggap sebagai dogmatisme, sebab filsafat itu
percaya mentah-mentah pada kemampuan rasio tanpa penyelidikan terlebih dahulu. Immanuel
Kant merupakan salah satu filsuf tulen. Ia berfikir terlebih dulu sebelum bertindak. Hal inilah
yang membuat Kant membujang seumur hidupnya. Dua kali ia mencoba mendekati perempuan.
Pertama ia merenungkan terlalu lama, karena tidak sabar menunggu, perempuan itu menikah
dengan pemuda lain. Kedua juga tidak sabar menunggu Kant mengambil keputusan kawin atau
tidak, akhirnya perempuan tersebut pindah dari kota Koningsberg. Mungkin Kant berpikir seperti
Nietsche yang berpandangan bahwa kawin akan merintangi pencapaian kebenaran, atau
Telleyrand yang berpendapat bahwa orang yang kawin akan melakukan apa saja demi uang.
Kehidupan Kant berlangsung menurut aturan yang tegas, bangun, minum kopi, menulis,
memberi kuliah, makan, jalan-jalan, masing-masing mempunyai waktunya sendiri. Lalu Kant
muncul dari pintu rumahnya, berjalan menuju jalan kecil di bawah pepohonan yang rindang yang
sering disebut Tempat Jalan-jalan Sang Filosof. Pada tahun 1796 M, Immanuel Kant berhenti
memberi kuliah dengan alasan usia tua, pada tahun 1798 M kesehatannya mulai menurun. Pada
tanggal 12 Februari 1804 Kant meninggal dunia pada usia 80 tahun dalam keadaan pikun.
Banyak pelayat berdatangan dari segenap penjuru Konigsberg, dan seluruh Jerman. Jenazahnya
dikuburkan di perkuburan kota. Kubur itu kemudian rusak dan diperbaiki pada tahun 1881, pada
tahun 1924, pada peringatan 200 tahun kelahiran Kant, sisa-sisa tulang-belulangnya dipindahkan
ke serambi katedral di pusat kota Konigsberg.Ketika perang dunia kedua berkecamuk hebat,
serambi katedral porak poranda akibat perang melawan Jerman. Tahun 1950, beberapa orang
tidak dikenal membongkar peti batu kuburan Immanuel Kant, dan membawa kabur tulang-
belulangnya. Yang masih tinggal hingga sekarang adalah sebuah nisan dari perunggu yang
melekat pada dinding serambi, dan memuat tulisan “langit berbintang di atas saya, hukum moral
di dalam saya” (coelum stellatum supreme, lex moralis intra me). Dua hal yang dikagumi Kant
selama hidupnya di dunia ini, bila ia merenungkan misteri alam semesta (fisika) dan misteri
pribadi sang manusia (etika).
D. Latar Belakang Pemikiran Kant
Dalam sejarah filsafat pemikiran seorang filsuf kerap kali muncul akibat reaksi atas
suasana pemikiran filosofi pada zaman nya. Begitu pula dengan Kant. Kant hidup zaman
pencerahan Jerman. Zaman dimana manusia mencari cahaya baru di dalam rasionya sendiri.
Menurut Kant, dengan pencerahan dimaksudkan bahwa orang tersebut keluar dari keadaan tidak
akil balig. Keluar dari kesalahan-kesalahan dan keenganan manusia untuk menggunakan dan
memanfaatkan rasionya. Sebagai filsuf yang hidup di zaman puncak pencerahan Jerman, Kant
tentu terpengaruh dengan suasana Zamannya. Pengaruh tersebut nampak dalam epistemologi,
teologi, dan etikanya. Kant selalu berusah mencari prinsip-prinsip yang ada dalam tingkah laku
dan kecenderungan manusia. Leibniz dan Hume mempunyai pengaruh besar terhadap
epistemologi Kant. Keduanya merupakan wakil dari dua aliran pemikiran filosofis yang kuat
melanda di Eropa pada masa pencerahan. Leibniz tampil sebagai tokoh penting aliran
rasionalisme, sedangkan Hume muncul sebagai wakil dari aliran empirisme. Rasionalisme adalah
aliran filsafat yang mengajarkan bahwa sumber pengetahuan yang sejati adalah akal budi (rasio).
Pengalaman hanya dipakai untuk meneguhkan pengetahuan yang telah didapatkan akal budi.
Akal budi sendiri tidak memerlukan pengalaman. Akal budi dapat menurutkan kebenaran-
kebenaran dari dirinya sendiri, yakni berdasarkan azas-azas yang pertama dan pasti. Metode
kerja nya bersifat deduktif. Empirisme berasal dari bahasa yunani yang berarti pengalaman
nyata. Empirisme berpendapat bahwa pengalaman lah yang menjadi sumber utama pengetahuan,
baik pengalaman lahiriah maupun batiniah. Akal budi bukan sumber pengetahuan, tetapi
bertugas untuk mengolah bahan-bahan yang di peroleh dari pengalaman menjadi pengetahuan.
Metodenya bersifat induktif Gottfried Wilhelm Leibniz (1664-1716) adalah bapak pendiri filsafat
Prussia. Ia adalah ahli pikir modern Jerman yang pertama, yang penting sekali artinya. Selain
menjadi seorang ahli filsafat, ia juga merupakan ahli ilmu pengetahuan yang universal.Leibniz
tidak sempat mensistematisasika filsafatnya. Berkat Cristian von Wolff (1679-1754) filsafat
Leibniz menjadi suatu sistem. Selanjutnya rasionalisme ala Leibniz dan Wolff menjadi aliran
yang merajalela di semua universitas Jerman saat itu sampai Kant muncul pada Zaman
pencerahan. Banyak sekali tulisannya yang di tulis dalam bahasa Prancis maupun Latin. Karya-
karya nya mewujudkan suatu dialog yang terus menerus. Filsafatnya tidak mewujudkan ajaran
yang sangat tertutup. Gagasangagasannya tidak saling berhubungan. Juga tidak memberi
rangkuman atau gagasan pengarahan dari filsafatnya. Seperti halnya Descartes dan Spinoza,
Leibniz memulai filsafatnya atas pengertian substansi. Akan tetapi berbeda dengan mereka,
Leibniz mengatakan bahwa terdapat banyak sekali substansi, jumlahnya tidak terhingga,
pendapat ini didasarkan atas pertimbangan, bahwa keleluasaan tidak mungikn menjadi sifat asasi
substansi.Tiap-tiap substansinya dinamakan monade. Monade bukanlah atom, melainkan suatu
titik yang bersifat murni metafisik tanpa bentuk keluasan spasial. Tiap monade berdiri sendiri
dan meujudkan suatu keseluruhan yang tertutup. Karya mengamati sebuah monade, menurut
Leibniz terdiri dari memantulkan seluruh alam semesta sebagai keseluruhan dari dalam dirinya
sendiri. Karena barang siapa yang mengenal monade satu saja secara menyeluruh dia akan
mengetahui alam semesta. Dari tingkatan pengamatanya ada tiga macam monade. Pertama,
monade yang hanya memiliki gagasan yang gelap dan tanpa didasari, yaitu monade-monade
yang menyusun benda yang tidak organis. Kedua, monade yang telah memiliki gagasan yang
agak jelas. Yaitu monade-monade yang memberikan pengenalan indrawi. Ketiga, monade yang
memiliki gagasan jelas dan disadari. Yakni jiwa manusia yang mengenal hakekat segala sesuatu
serta mengungkapkan menjadi suatu defisini. Ajaran Leibniz mengenai Monade ini di terapkan
juga mengetahui proses pengetahuan manusia. Menurutnya, pengetahuan manusia mengenai
alam semesta sesungguhnya telah ada di dalam dirinya sendiri sebagai bawaan. Pada mulanya
gagasan atau ide yang belum sadar yang kemudian di jadikan sadar oleh karya imanen jiwa
manusia yang adalah sebuah monade inti. Dalam pengamatan nya, pengetahuan masih agak
sedikit kabur sebab baru menghasilkan suatu gagasan yang masih sedikit kejelasan dan
kesadarannya. Tetapi kemudian pengetahuan di dalam pengamatan itu perlahan-lahan menjadi
semakin jelas, sehingga akhirnya muncul gagasan atau idea yang jelas, yakni pengetahuan dalam
bentuk pengertian. Sedangkan menurut David Hume (1711-1776) seorang filsuf Skotlandia dan
penganut aliaran empirisme, berbeda dan bertentangan dengan Leibniz. Hume menolak
pandangan bahwa manusia memiliki pengetahuan bawaan, dengannya ia lantas mengenal alam
semesta. Sumber pengetahuan itu menurutnya adalah pengalaman. Dari pengalaman di peroleh
dua hal, yaitu kesan-kesan dan pengertian-pengertian atau idea-idea. Kesan-kesan adalah apa
yang diperoleh secara langsung dari pengalaman, baik pengalaman lahiriah maupun batiniah.
Sifatnya jelas, hidup dan kuat. Sedangkan yang di maksud dengan idea adalah yang di peroleh
secara tidak langsung dari pengalaman, lewat perenungan atau refleksi di dalamnya. Idea ini
krang hidup dibandingkan dengan kesan-kesan.Epistemologi ala Leibniz bertentangan dengan
epistemologi Hume. Akan tetapi bagi kant kedua pendapat tersebut berat sebelah. Kendati Kant
mengagumi Hume, namun ia tidak bisa menerima skeptisme Hume, yakni pandangan bahwa
ilmu pengetahuan tidak bisa diperoleh dari kepastian. Inilah yang membuat Kant akhirnya
menyelidiki unsur-unsur mana yang terdapat di dalam proses pengetahuan manusia dan akhir nya
menuliskan dalam bukunya yang berjudul Critique of pure Reason ( Kritik terhadap Rasio
Murni).
E. Karya-karya Immanuel Kant Dalam hal karya-karyanya
Immanuel Kant sangat berjasa dalam perkembangan bidang ilmu pengetahuan. Karya-
karyanya penuh dengan berbagai dilema dan paradoks yang sangat abstrak, yang mula-mula
terkesan jauh dari masalah-masalah manusia sehari-hari. Karya-karya itu ditulis dalam gaya yang
sangat akademis, yang akan sangat mengejutkan siapapun yang membaca karya itu. Karya-karya
yang monumental dan sangat berharga telah tercipta dari buah pemikirannya. Karya-karyanya
memberi suatu perubahan dan bentuk baru dalam cara berfikir yang dituangkan dalam bentuk
filsafat kritis (Kritisisme).
Beberapa karya Kant yang telah menegakkan popularitasnya antara lain:
 Kritik der Reiner Vernunf / Critique of Pure Reason, 1781 M (Kritik Atas Rasio Murni)
 Prolegomena zu Einer Jeden Kunftigen Metaphysik / Prolegomena to Any Future
Metaphisics, 1783 (Pengantar Metafisika Masa Depan)
 Idea for Universal History, 1784 M
 Grundlegung zur Metaphysik der Sitten/Groundwork of The Metaphysic of Morals,
1785 (Pendasaran Metafisika Kesusilaan)
 Metaphysical Faundations of Normal Science, 1786 M. (Pendasaran Metafisika
Pengetahuan Alam)
 Kritik der Praktischen Vernunft/Critique of Practical Reason, 1787 M (Kritik Atas
Rasio Praktis)
Di antara karya-karya Kant tersebut, beberapa karya terbesar sehingga filsafatnya disebut
dengan Kritisisme antara lain :
1. Critique of Pure Reason (1781)
Ini merupakan buku karya Immanuel Kant yang pertama dan menggegerkan.
Buku ini berisi argumen yang panjang untuk membuktikan bahwa sains dapat
dipercaya bila memenuhi syarat. Teori sains dapat dipercaya jika teori itu
memiliki a priori.
Kata crittique sering menimbulkan salah paham. Pure reason pun menimbulkan
perdebatan. Critique tidak sama dengan kritik (criticism). Crittique yang
dimaksud Kant disini adalah pembahasan kritis. Sebenarnya Kant tidak
menentang adanya akal murni ( pure reason). Dalam pembahsanya kant hanya
menunjukan bahwa akal murni itu terbatas. Yang di maksud dengan akal murni
adalah akal yang bekerja secara logis, katakanlah akal itu di kepala. Kant dalam
pembahsan nya meletakan akal murni di atas akal tidak murni; akal tidak murni
yaitu indera. Pure reason itu menghasilakn pengetahuan yang tidak melalui
indera, bebas dari penginderaan. Kant mengatakan bahwa pengetahuan yang di
peroleh dari akal murni itu diperoleh dari watak dan struktur jiwa.
2. Critique of Practical Reason (1787 M)
Apabila kritik atas akal murni memberikan penjelasan tentang syart-syarat umum
dan mutlak bagi pengetahuan manusia,maka dalam buku ini yang dipersoalkan
adalah syarat umum dan mutlak bagi perbuatan susila. Kant mencoba untuk
memperlihatkan syarat umum yang berupa bentuk (form) perbuatan dalam itu
tampil dalam perintah (imperatif). “kesadaran” ini yang disebut dengan “ otonomi
rasio praktis”. Perintah tersebut dapat tampul dalam kesadaran dengan dua cara,
yaitu subjektif dan objektif. Maxiem (aturan pokok) adalah pedoman bagi
perbuatan orang perseorangan (individual), sedangkan imperatif (perintah)
merupakan asas kesadaran objektif yang mendorong kehendak untuk melakukan
perbuatan. Imperatif berlaku umum dan niscaya, meskipun ia dapat berlaku
dengan bersyarat atau dengan tanpa syarat. Imperatif katagorik tidak mempunya
isi tertentu apapun, merupakan kelayakan formal. Menurut kant, perbuatan susila
adalah perbuatan yang bersumber pada kewajiban dengan penuh keinsafan.
Keinsyafan terhadap kewajiabn merupakan sikap hormat. Sikap inilah penegak
sesungguhnya perbuatan manusia. Kant ingin menunjukan bahwa kenyataan
adanya kesadaran susila mengandung adanya peranggapan dasar. Peranggapan
dasar ini oleh kant disebut “postulat rasio praktis”. Postulat rasio praktis yaitu
kebabasan kehendak, immoralitas jiwa, dan adanya tuhan.
F. Biografi Intelektual Dari John Dewey
John Dewey dilahirkan dekat Burlington, negara bagian Vermont,
Amerika Serikat, pada tanggal 20 Oktober 1859. Dewey tumbuh menjadi seorang
pemuda pemalu dari New England. Pada tahun 1875, beliau masuk ke Universitas
Vermont. Ia adalah mahasiswa yang baik, kendati tidak menonjol. Dua kali
permohonan beasiswanya ditolak. Ia terpaksa meminjam uang 500 dolar dari
seorang bibinya untuk bisa belajar di sana. Walaupun sangat tertarik pada filsafat
dan ilmu-ilmu sosial pada waktu itu, meskipun Dewey belum terlalu yakin akan
masa depannya lewat kedua ilmu ini. Setelah menamatkan studinya di Universitas
Vermont, Dewey menggunakan waktu selama tiga tahun untuk mengajar pada
sekolah-sekolah lanjutan atas di Vermont dan Pennsylvania. Selama periode ini,
beliau menerbitkan artikel-artikel filosofisnya yang pertama dalam “Journal of
Speculative Philosophy”. Pada tahun 1882, Dewey memutuskan untuk
melanjutkan studinya di Universitas John Hopkins di Baltimore, negara bagian
Maryland atas pengaruh H.A.P.Torre, dari Universitas Vermont. Di sini John
Dewey memperoleh gelar Doktor pada tahun 1884, dengan membela disertasinya
yang berjudul “The Psychologhy of Kant”. Pada tahun yang sama Dewey menjadi
asisten profesor filsafat di Universitas Michigan. Profesor Dewey mengajar pada
tiga Universitas besar yaitu: Universitas Michigan, Universitas Minnesota,
Universitas Chicago. Beliau mengepalai jurusan filsafat di Universitas Michigan
sejak tahun 1889 sampai tahun 1894. Selama periode tersebut, beliau menerbitkan
buku-buku yang berhubungan dengan filsafat, psikologi, dan juga pendidikan
(pedagogik). Pada tahun 1896 ia menangani sekolah laboratorium di Universitas
Chicago yang dijalankan bersama isterinya Alice Chipman, seorang ahli ilmu
pendidikan. Pada sekolah laboratorium itu, Dewey menggalakkan percobaan-
percobaan ilmiah untuk membuktikan validitas atau keabsahan suatu teori.
Karyanya itu sangat memikat para muridnya dan dengan demikian ide-idenya
dapat dikembangkan secara intensif.Dewey kemudian meninggalkan Chicago
tahun 1904, karena tidak setuju dengan administrasi dari Universitas Chicago
mengenai laboratorium sekolah. Ia kemudian menjadi profesor filsafat di
Universitas Colombia. Dari sini ia memperoleh banyak gelar nasional maupun
reputasi internasional sebagai filsuf, pendidik, dan penulis. Lewat penulisan dan
pengajarannya ini, Dewey memberikan secercah pencerahan bagi pemikiran filsuf
dan pendidik di seluruh dunia. Ia menggagas kehidupan yang baik bagi semua
orang di segala tempat. Dewey nyatanya memiliki pengaruh yang sangat luas. Ia
juga aktif dalam pelbagai organisasi. Ia mengepalai American Philosophical
Association tahun 1905 sampai tahun 1906. Tahun 1915 ia menjadi pendiri dan
pemimpin pertama asosiasi profesor-profesor universitas di Amerika. Tahun
berikutnya, ia menjadi anggota dari unio guru-guru, yang segera ia tinggalkan
tahun 1930 karena ia merasa ada tendensi kiri. Tahun 1920, ia membantu sebuah
organisasi, American Civil Liberties Union. Pada tataran internasional, Dewey
membuat tur kedunia Timur pada tahun 1919 dan 1931. Ia juga meninjau
pendidikan di Turki (1924), Mexico (1926) dan USSR (1928), membuat observasi
di Impressions of Soviet Russia and Revolutionary World, Mexico-China-Turkey
(1929).6 Isteri pertama Dewey wafat tahun 1927, dan pada tahun 1946 ia
menikahi Roberta Grant. Dewey pun meninggal di New York pada tanggal 1 Juni
1952. Sebagai seorang pedagogi, John Dewey memiliki asa dan kemampuan
untuk mengerakkan dunia secara lebih berkehidupan, di mana letak kehidupan itu
sendiri bersumber dari pendidikan. Dalam pendidikan, manusia secara sadar
mengenal kehidupannya, mengolah diri, hingga menentukan diri dan
kehidupannya kepada nilai hidup yang berkesadaran radikal. Pengalaman dan
pengetahuan manusia diporoskan oleh John Dewey sebagai yang mutlak ada dan
menggerakkan manusia kapada kehidupan sejati. Problematika keberadaan
manusia yang diketahui dan dialami John Dewey ini menuntunnya untuk berjuang
keras memimalisir dan bahkan merobohkan tindakan manusia yang berlainan
khususnya dalam melaksanakan status kemanusiaannya secara lebih
bermartabat.7 John Dewey dan pendidikan di Amerika begitu menyita perhatian
masyarakatnya dan para pejuang kemanusiaan. John Dewey melaksanakan
pendidikan dengan mengoptimalkan visi dan misi pembelajaran progresif pada
titik kemanusiaan yaitu menghormati pengalaman, pengetahuan, adanya,
kebebasan dan bernilainya manusia dalam dunia kehidupannya.

G. Pemikiran John Dewey


1. Secara Empirik
John Dewey dikehidupannya atau selama karir publiknya berlangsung tepatnya di
Amerika, marak dengan pelbagai kontraversi budaya. Berkecamuknya perang saudara di
Amerika menjadi salah satunya. Situasi tersebut mengakibatkan sistem kehidupan baik
situasi politik, sosial dan pendidikan khususnya dimobilisasi secara sepihak dan tidak
manusiawi. Pengendalian segala aspek kehidupan atas diri manusia terlepas dari kontrol
sosial bahkan manusia ditentukan kehidupannya melalui sistem pengakuan politik yang
otoriter. Biasan itu, di proyeksi dari kejadian dan terjadinya Perang Dunia I, perang
antara Rusia-Jepang, Perang Dunia II. Kehidupan John Dewey juga diwarnai dengan
pelbagai pergerakan politik yang radikal. Fasisme oleh Bennito Mussolini, Nazi Jerman
oelh Hitler, Uni Soviet di bawah Stalin dan komunisme Cina. Perang dan pergerakkan
politik ini menjemuskan dan memicu Dewey untuk mengabdi penuh pada demokrasi.
Lebih daripada itu, Dewey berusaha memasukkan filsafat kedalam kehidupan. Melalui
rana filsafat, pendidikan di maknai oleh Dewey sebagai yang menghidupkan manusia.
Dirinya berusaha mengembangkannya menjadi berdaya guna bagi manusia dalam
kehidupannya. Dalam mengimplementasi sistem pendidikannya, perlu diketahui bahwa
ideologi pendidikan beliau ialah bercirikan liberal dengan meletakkan pendidikan
sebagai suatu usaha untuk melestarikan dan meningkatkan mutu tatanan sosial yang ada
sekarang dengan cara mengatasi masalah-masalah kehidupannya sendiri secara efektif.
Pada abad ke-19, Ilmu pengetahuan diberikan suatu pos pemahaman mengenai
keberlangsungan hidup dari tatanan keberadaan bumi dan ciptaan lainnya, di dalamnya
manusia mendapat pengenalan yang otentik, di mana kehidupan dalam dirinya
mengalami perubahan secara terus menerus atau yang dikenal dalam literatur filsafat
sebagai yang “membelum”. Poros pemikiran itu dimiliki oleh Charles Darwin. Baginya,
dunia itu adalah tentang yang membelum, di mana keberadaan dunia senantiasa akan
terus mencipta dan menghasilkan sesuatu. Keberadaan dan pengetahuan adalah tedensi
mutlak terealisasinya adanya sesuatu. Kehidupan pada awalnya adalah tentang
keberlangsungan, kebutuhan dan kehidupan itu sendiri berdasarkan asa yang logis dan
menghidupkan dalam penerapannya. Perkembangan manusia di dalamnya terdapat
Penyesuaian diri dengan lingkungan ( taraf biologis ) menjadi unsur kehidupan teorinya.
Ilmu pengetahuan yang membumi ini, mendapat tinjauan dan afirmasi secara rasional
oleh John Dewey yang diletakkan pada tatanan relasi timbal balik yang saling menjadi
dan menghidupkan. Manusia secara tersirat diporoskan oleh Dewey sebagai jantung
filsafat dari evolusi yang berkemampuan mengerakkan dan mencipta berdasarkan apa
yang ada. Itulah yang disebut Dewey dengan pengetahuan. Teori tersebut secara
komprehensif diinternalisasikan Dewey dalam rupa penelitian dan pengujian terhadap
pengetahuan yang ada. Ide-ide sebagai hipotesis dapat menjadi jika diuji dan diteliti
kebenarannya.
 Pengaruh Pragmatisme Amerika
1 Filsafat Pragmatisme
Pergelaran pragmatisme dalam masyarakat Amerika menjadi tanda kultural dalam rangka
pengembangan epistemologi. Aliran ini pada hakikatnya tidak mau melibatkan diri dalam
konflik dan kontroversi yang berkepanjangan. Pragmatisme tidak mau terlibat dalam konflik
mengenai kebenaran dan kepastian atau deduksi dan induksi. Menurut pragmatisme, konflik
pemikiran telah melahirkan berbagai aliran epistemologi yang tidak kondusif. Sikap kritis
yang di wujudkan dalam aliran ini ialah mengenai kegunaan dari segala pemikiran yang ada
itu bagi perkembangan kehidupan manusia. Selain itu, pragmatisme adalah aliran yang
mementingkan guna dan manfaat dari filsafat dan ilmu pengetahuan dalam hidup masyarakat
manusia. Pragmatisme di lain pihak. meletakkan keabsahan ilmu pengetahuan pada daya
guna dan hanya sebatas pada metode klasifikasi dari sebuah konsep berdasarkan tatanan
doktrin filosofis. Yang terpenting dari pragmatisme ialah aksi manusia, terutama pengalaman
dan pengetahuan. Aksi manusia merangkum di dalamnya tindakan teori dan prakte
2 .Charles Sanders Pierce ( 1839-1934 )
Gagasan pokoknya adalah bahwa pengetahuan merupakan sebuah aktivitas. Menurutnya,
pengetahuan ilmiah bukanlah sekumpulan kepastian, namun satu tubuh yang terdiri dari pen
K. jelasan-penjelasan. Pengetahuan berkembang bukan karena bertambahnya penemuan-
penemuan baru dari kepastian melainkan adanya pergantian penjelasan yang sudah baik
terhadap penjelasan yang sudah ada. Pierce menulis makalah perdananya dengan judul
Bagaimana Memperjelas Ide-ide Kita (1878), di dalamnya terdapat sebuah gagasan
bahwasannya untuk memahami suatu istilah dengan jelas, kita harus mengamati perbedaan
akan apa yang dihasilkan, misalnya penerapan atas proses evaluasi kita tentang situasi
permasalahan atau solusinya yang diusulkan di dalamnya. Perbedaan itulah yang menjadi
makna dari istilah itu. Jelas bahwa istilah yang penerapannya tidak menghasilkan perbedaan
adalah istilah yang tidak bermakna. Demikianlah “pragmatisme” dikemukakan sebagai suatu
metode untuk menegaskan makna-makna dari pelbagai macam istilah-istilah; maka boleh
dikatakan sebagai teori tentang makna.Pragmatisme menurut Pierce adalah mengenai akibat
praktis yang dapat dilihat teorinya yaitu kita tidak perlu mempertanyakan hakekat dari satu
ide tetapi harus melihat atau menanyakan pengaruh ide atau gagasan dalam rencana dan
tindakan. Dewey pun sejajar pendapatnya dengan Pierce, ia menegaskan bahwa yang
berguna untuk umum adalah kriterium dari suatu kebenaran sedangkan pikiran dan metode-
metode. merupakan daya dukung untuk mewujudkan kegunaan dan kebaikan bersama. Inilah
Instrumentalisme dari Dewey yang menegaskan rasio sebagai daya guna manusia dalam
melangsungkan kehidupannya.

3 .William James ( 1842-1910 )


Baginya sebuah pengertian tidak langsung benar. Pengertian hanya mempunyai peluang
benar. Itu berarti, pengertian menjadi benar dan salah sejauh memperlihatkan akibatakibat
langsung. Suatu pengertian dibuktikan melalui akibat-akibatnya. Ia mengklaim bahwa
pernyataan-pernyataan serta teori-teori dapat dikatakan benar, jika dapat melakukan
tugastugas yang diminta oleh mereka. Pertama dan yang paling penting ialah bahwa teori-
teori itu sesuai dengan semua fakta yang dikenal, sesuai dengan pernyataan-pernyataan lain
yang telah dibuktikan dengan baik dengan hukum-hukum ilmiah dan kemudian bisa juga
bertahan terhadap kritik, memberikan wawasan yang bermanfaat dan sebagainya.
4. Pragmatisme John Dewey
Refleksi filosofis Dewey memang berada pada warna pragmatisme tetapi mempunyai
kekhasan dalam pembahasan-pembahasannya. Yang dimaksudkan bahwa pergelaran
pragmatisme pendidikan di sekolah membutuhkan perangkat-perangkat pembangun dan
pengembangan daya nalar manusia untuk menyatakan diri secara utuh. Dengan
mengkomunikasikan pengalaman dan pengetahuan serta situasi konkret mau menegaskan
adanya proses untuk menghasilkan suatu kepenuhan kebutuhan. Keselaran dalam proses
tersebut itulah yang disebut Instrumentalisme. Instrumentalisme adalah sebuah teori bentuk
umum dari konsep dan pemikiran yang di dalamnya berisi gagasan dasar tentang kesesuaian
teori dan aktualisasinya. Pandangan filosofisnya bahwa ide-ide ( hukum, teori dan hipotesis )
adalah saran yang memungkinkan terjadinya manipulasi dan kalkulasi konseptual tertentu
dalam pemecahan masalah kehidupan dan penelitian ilmiah atasnya. Ide-ide digunakan untuk
mengontrol, memperkirakan, menjelaskan, menata, dan menciptakan kemungkinan-
kemungkinan bagi pengalaman manusia. Perihal yang demikian, bukanlah bahan yang harus
disoroti kebenarannya tetapi yang utama dan terpenting ialah apakah ide-ide tersebut cukup
berguna, kuat untuk menjelaskan dan membawa perubahan dan memuaskan kebutuhan-
kebutuhan dan tujuan-tujuan manusia. Singkatnya, pemikiran dinilai berdasarkan hasil
capaiannya. Sedangkan masalah subjek dan objek, pikiran dan fakta, yang psikis dan fisis
dipandang Dewey sebagai perbedaan pengalaman, unsur-unsur dari sebuah situasi dan segi-
segi dari sebuah peristiwa. Instrumentalisme mengacu pada beberapa kenyataan yaitu
interaksi antara pikiran dan situasi hidup konkret manusia. Ia berusaha menemukan fungsi
pikiran dalam realitas hidup dunianya. Di lain sisi, instrumentalisme adalah teori proses
penalaran dari Dewey. Di dalamnya ia mencoba menemukan bermacam-macam kondisi yang
membentuk proses penalaran yang menyata dalam pemikiran atau operasi terkontrol,
sekaligus menentukan karakter-karakter dasar pemikiran dalam konsekuensi-konsekuensinya
bisa dilihat disini . Kehidupan dan pemikiran dari Dewey tetap bersandar pada
ketertarikannya pada masalah tingkah laku hidup, kehidupan sosial, serta problem pendidikan
dalam kehidupan manusia. Baginya pikiran adalah alat yang harus mempunyai fungsi-fungsi
praktis dalam pengalaman-pengalaman konkret manusia. Keabsahan pemikiran ditekankan
oleh hasil-hasil praktis bagi manusia. Akhirnya dalam filsafat instrumentalismenya yang
terpenting bukan benarnya teori tetapi sejauh mana masalah yang diperhadapkan dan terjadi
secara mendesak dalam hidup masyarakat dikritisi dengan nalar. Daya pikir dan daya tahu
menjadi sarana bagi manusia untuk menemukan metode-metode terbaik dalam meningkatkan
kualitas hidupnya.

 Hakikat Pendidikan Menurut John Dewey


Dewey percaya akan kemampuan-kemampuan manusia untuk hidup baik di dunia yang
sementara berubah. Keberadaan manusia dan fungsinya adalah letak dirinya mengadakan dan
menjalankan sistem pendidikannya. Pengalaman manusia adalah pernyataan filosofisnya,
Dewey berkata bahwa Pengalaman merupakan keseluruhan aktivitas manusia yang
mencakup segala proses yang saling mempengaruhi antara organisme yang hidup dalam
lingkungan sosial dan fisik. Filsafat instrumentalisme Dewey dibangun berdasarkan asumsi
bahwa pengetahuan berpangkal dari pengalaman-pengalaman dan bergerak kembali menuju
pengalaman. Untuk menyusun kembali pengalaman-pengalaman tersebut diperlukan
pendidikan yang merupakan transformasi yang terawasi dari keadaan tidak menentu ke arah
keadaan tertentu. Pandangan Dewey mengenai pendidikan tumbuh bersamaan dengan
kerjanya di laboratorium sekolah untuk anak-anak di University of Chicago. Di lembaga ini,
Dewey mencoba untuk mengupayakan sekolah sebagai miniatur komunitas yang
menggunakan pengalamanpengalaman sebagai pijakan. Dengan model tersebut, siswa dapat
melakukan sesuatu secara bersama-sama dan belajar untuk memantapkan kemampuannya
dan keahliannya. Dunia pendidikan yang ingin diwujudkannya adalah pendidikan yang titik
tolaknya humanis atau situasi konkret dalam masyarakat dengan mengusahakan pengujian.
25 Pada bagian ini, penulis mencoba memaparkan terlebih dahulu pandangan Dewey tentang
manusia dan masyarakatnya, juga asas-asas pendidikannya.
 Pendidikan Perspektif John Dewey
Berdasarkan pengetahuan filosofisnya akan kehidupan bahwa kegunaan yang berdampak
langsung pada hidup manusia menjadi prioritas diri. John Dewey mencoba mengusahakan
gaya pendidikannya dengan mentransformasikan filsafat pragmatisme secara terpadu dan
efisien.
 Pragmatisme dan Pendidikan
Telah dilihat bahwa pemikiran John Dewey perlahan-lahan mulai mengalami pergeseran
paham dari idealis absolut Hegel kepada pragmatisme, yang adalah wujud kematangan hidup
filsafatnya. Filsafat pragmatisme ini kemudian diprioritaskan oleh beliau dalam menggugah
pengetahuan akan suatu kebenaran. Pengembangan filsafat Dewey juga diadopsi dari
pembelajaran kritis yang dikemukakan olehnya terhadap pemikiran abad pertengahan yang
begitu gencarnya mempertentangkan pelbagai prinsip dualisme antara jiwa dan raga beserta
dalamnya pikiran dan tindakan. Beliaupun berpendapat bahwa pikiran bukanlan timbunan
kesan terhadap objek atau adanya artefak yang kita namakan kesadaran, bukan pula suatu
manifestasi jiwa absolut. Dewey menegaskan bahwa pikiran itu suatu proses yang
mengantarai. Di sini berarti pikiran memiliki fungsi instrumental yang harus dikembangkan
untuk melayani kepentingan hidup manusia seutuhnya. Dalam dunia pendidikan, teori
mengenai pengetahuan ini pun ditransformasikan oleh Dewey dengan begitu menekankan
adanya pengujian eksperimental terhadap gagasan sebelum dikonsumsi manusia sebagai
pengetahuannya .Berkenaan dengan perhatiannya terhadap hidup pendidikan, Dewey melalui
filsafatnya telah menuturkan bahwa dasar pendidikan ialah pengalaman. Peserta didik
ditentukan menjadi pusat pengembangan dari filsafatnya. Pendidik sebagai penentu jenis
pengalaman untuk peserta didik dalam bentuk masalah, tentu tidak ingin mengesampingkan
pengalaman muridnya tetapi justru sebaliknya. Apalagi pengalaman tersebut dirasa senang
dan meningkatkan pengalaman pada masa depan. Sementara pengejawantaan teori ini
berlangsung, John Dewey pernah berselisih dengan dua budaya pendidikan yaitu budaya
tradisional, yang meretas pendidikannya berpusat pada kurikulum dan lainnya ialah para
pembaharu romantisme yang memusatkan pendidikan pada peserta didik. Kepercayaan
terhadap bentuk pendidikan dari masing-masing ini menuai kritik dari beliau lewat artikelnya
tentang “ The Child and The Curriculum” (1902). Dewey melukiskan perseteruan antara
keduanya demikian: Pertama, mazhab tradisional. Bidang studi yang sifatnya sistematis,
menggerakkan aktivitas pendidikan. Bidang studi disistematisasi dalam topik yang dijadikan
bidang-bidang keilmuan. Bidang studi menuntun pengajaran yang bernilai sebab berisikan
rumusan-rumusan terhadap fakta-fakta. Anak hanyalah makhluk yang mentah dan dangkal.
Pengalaman yang sempit seharusnya 34 Bernadinus A. Nailiu, Skripsi tentang Pendidikan
dalam Filsafat Pragmatisme Menurut John Dewey ( Kupang: Unwira, 2011), hlm. 64.
diperluas. Anak dalam tatanan ini selayaknya perlu mematuhi saja. Kedua, Budaya lain
menyatakan bahwa anak merupakan titik tumpu dalam pendidikan. Ia itu adalah awal,
pertengahan dan akhir. Ini semua dilihat dari pertumbuhan dan perkembangan yang dialami
anak sendiri. Terhadap idealisasi mengenai hidup anak, sudah sepantasnya bidang studi
tunduk pada anak baik itu soal kebutuhan, pertumbuhan, kesenangan dan bentuk pelayanan
lainnya, secara khusus mata pelajaran harus disubordinasikan dengan pengalaman dan
pertumbuhan hidup anak. Dewey pun hadir dan mengkritisi kedua budaya itu. Pernyataan
singkatnya bahwa yang terpenting adalah mengingat bagaimana dalam pengalamn itu sendiri
sudah terkandung sikapsikap, motif-motif, dan minat-minat yang sama yang terkandung
dalam mata pelajaran yang disukainya. Anak dan kurikulum bagi Dewey adalah sesuatu yang
seharusnya saling mengisi, saling mengembangkan dan memperdalam isi dari mereka sebab
dalam pendidikan terdapat nilai-nilai hidup yang dengan tajamnya menentukan kehidupan
manusia ke depan. Konsep pemikiran Dewey ini, perlu diperhatikan dan direfleksikan oleh
para pejuang pendidikan yakni keluarga, masyarakat sosial, sekolah serta kehidupan
berbangsa dan bernegara. Anjuran dari Dewey bahwa kedua tumpuan pelaksanaan
Pendidikan tersebut seharusnya memaknai kurikulum dan anak sebagai dua titik pijak untuk
mengembangkan hidup pendidikan itu sendiri.
ialah menjadikannya manusia yang tahu tentang kehidupan, bukan malah merasa terasing
dengan kehidupannya sendiri (dengan masyarakat umum) serta akan memudahkannya dalam
adaptasinya dengan lingkungan dan mampu menyesuaikan diri secara baik. Dengan
demikian, menjalankan pendidikan demi demokrasi adalah tanggungjawab dari sekolah.
Yang diorientasikan di sini ialah mengenai si anak yang telah tersistematisasi hidupnya oleh
lembaga sekolah dalam mendulang pengetahuan serta memberinya kesempatan untuk
menghadirkan sumbangan-sumbangan yang berarti bagi hidup komunitasnya serta dampak
luasnya dari demokrasi tentunya bagi masyarakat.
 Sekolah Dewey
didirikan pada bulan Oktober tahun 1985 dan digabungkan dengan Universitas Chicago.
Sekolah Dewey memiliki beragam nama dan julukannya Laboratorium Sekolah, ada juga
yang menamakannya Sekolah Percobaan dan yang paling familiar dalam penulisannya ialah
mengenai Sekolah Progresif. Metode yang dipakai dalam sekolah ini berbeda dengan sekolah
formal pada umumnya. Para peserta didik dibimbing pembelajarannya terlebih dalam
memecahkan soal-soal yang dihadapinya. Pemberian latihan-latihan bersifat wajib guna
memampukannya menghadapi masalah dan kesulitan yang mungkin dihadapinya kelak.
Selain itu, membuat manusia terampil dalam mencari nilai-nilai yang bermanfaat baginya.
Terlepas dari itu semua, sekolah pun dituntut untuk mengembangkan pengetahuan peserta
didik dalam proses pembelajaran. Masalah yang dihasilkan dari tahapan ini ialah tentang
kebenaran pengetahuan yang didapati oleh peserta didik dan itu membutuhkan situasi
eksperimental dan dampaknya ialah perkembangan pemikiran peserta didik untuk mencintai
dan menghormati apa yang disediakan oleh alam. Sekolahnya ini juga menampilkan proses
pembelajaran dengan mengaitkan pengalaman-pengalaman langsung lewat bahan ajar.
Ketertentuan dan problematisasi pun dinilai sebagai kesalahan yang statusnya lumrah dalam
dunia pendidikan dari John Dewey. Eksperimen yang dilakukan oleh peserta didik dalam
pendidikan Dewey dimaksudkan agar peserta didik ulet dan mandiri dalam mencari solusi
atas masalah yang kemungkinan ada itu. Kewajiban melakukan eksperimen hanya terbatas
pada menciptakan kemungkinan (bisa keliru) dan itu sesungguhnya tidak memberikan
kebebasan yang berarti bagi peserta didik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Immanuel Kant adalah seorang filsuf besar yang pernah tampil dalam pentas pemikiran
filosofis zaman Aufklarung Jerman menjelang akhir abad ke18.Nama ini diberikan pada zaman
ini karena manusia mulai mencari cahaya baru di dalam rasio nya sendiri. Dan John Dewey
dilahirkan dekat Burlington, negara bagian Vermont, Amerika Serikat, pada tanggal 20 Oktober
1859. Dewey tumbuh menjadi seorang pemuda pemalu dari New England. Pragmatisme adalah
suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar adalah apa saja yang membuktikan dirinya
sebagai yang benar dengan akibat-akibat yang bermanfaat secara praktis. Kritisisme ini bisa
dikatakan aliran yang memadukan atau mendamaikan rasionalisme dan empirisme.

B.Saran
Melalui pemaparan dalam makalah ini, diharapkan dapat
memberi pengetahuan dan pemahaman bagi para pembacanya sehingga dapatditerapkan dalam bisnis
yang dijalankan.
DAFTAR PUSTAKA

Ø Achmadi, Asmoro.2013. filsafat umum, Jakarta: Rajawali Pers


Ø http://evendimuhtar.blogspot.co.id
Ø Susanto. 2014. filsafat ilmu, Jakarta: PT Bumi Aksara
Ø Abdul Hakim, Atang dan Beni Ahmad Saebani. 2008. Filsafat Umum, Bandung: Pustaka Setia

Anda mungkin juga menyukai