Anda di halaman 1dari 3

TUGAS PERTEMUAN 13

PAJAK INTERNASIONAL

Nama : Laurensius Adrian Wahyu Setiaji


NIM : 1402204311
Kelas : AK-PILB-03

1. Jelaskan pengelompokan negara-negara didunia berdasarkan segi kekuatan modal


Jawab:
Terdapat dua pengelompokan yaitu:
 Capital Exporting Countries Adalah kelompok negara maju yang membutuhkan
pasar sebagai ekspansi bagi modal yang dimiliki. Capital exporting countries,
juga dikenal sebagai negara-negara pengekspor modal, merujuk pada negara-
negara yang menginvestasikan sebagian besar modal atau sumber daya keuangan
mereka di luar negeri. Ini berarti bahwa negara-negara ini memiliki lebih banyak
modal atau aset keuangan yang mereka arahkan ke investasi di negara-negara lain
daripada yang mereka alirkan ke dalam negeri mereka sendiri.
 Capital Importing Countries Adalah kelompok yang kekurangan modal, sehingga
ia perlu untuk mengimpor modal untuk meningkatkan kegiatan perekonomiannya.
Capital importing countries, juga dikenal sebagai negara-negara penerima modal,
merujuk pada negara-negara yang menerima aliran modal atau investasi dari
negara-negara lain. Ini berarti bahwa negara-negara ini mengalami kekurangan
modal atau aset keuangan yang mereka peroleh dari luar negeri untuk membiayai
investasi dan pengembangan ekonomi domestik mereka.

1
2. Jelaskan mengenai prinsip-prinsip pengenaan pajak
Jawab:
• Azas domisili : berdasarkan azas ini, seorang subjek pajak dikenai pajak dinegara mana ia
berdomisili. Azas ini biasanya dipakai negara yang menganut prinsip World Wide Income.
• Azas sumber : berdasarkan azas ini, pajak dikenakan dinegara mana sumber penghasilan
berasal. Penentuan sumber berdasarkan penghasilan dan ditentukan oleh UU Perpajakan suatu
negara.
• Azas kewarganegaraan : pengenaan pajak atas dasar status kewarganegaraan.
• Campuran : pada azas ini biasanya suatu negara (tidak semuanya) menganut campuran dari
azas tersebut diatas. Misalnya, azas domisili digabungkan dengan azas sumber.
• Azas Teritorial : pengenaan pajak atas penghasilan yang diperoleh dari wilayah satu negara.

3. Apa yang dimaksud dengan tax treaty?


Jawab:
Tax Treaty, atau Perjanjian Perpajakan, adalah perjanjian bilateral antara dua negara yang
mengatur tata cara perpajakan dalam hubungan lintas negara. Tujuan utama Tax Treaty
adalah untuk menghindari atau mengurangi adanya tumpang tindih dan benturan dalam
penerapan peraturan perpajakan antara dua negara yang terlibat.
Tax Treaty biasanya mencakup berbagai aspek perpajakan, termasuk penghindaran pajak
ganda, penghindaran penghindaran pajak, pertukaran informasi perpajakan, dan
penyelesaian sengketa perpajakan antara dua negara.

4. Bagaimana kedudukan hukum tax treaty di Indonesia?


Jawab:
Di Indonesia, perjanjian perpajakan internasional, yang dikenal sebagai Tax Treaty,
disebut sebagai Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B). Tujuan utama P3B
adalah mencegah pemungutan pajak ganda atau pajak dobel terhadap wajib pajak.
Pada tingkat hukum di Indonesia, P3B diatur dalam Pasal 32A Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yang telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 (UU PPh). Kedudukan P3B dalam hukum
Indonesia mengikuti ketentuan tersebut dan dianggap sebagai lex specialist, yang berarti

2
P3B memiliki kekuatan hukum yang lebih kuat daripada undang-undang perpajakan
domestik.
Dalam konteks ini, jika terdapat ketidaksesuaian antara ketentuan P3B dengan ketentuan
undang-undang perpajakan domestik, maka ketentuan P3B akan lebih diutamakan.
Artinya, jika ada ketentuan dalam undang-undang perpajakan domestik yang
bertentangan dengan ketentuan dalam P3B, maka yang diutamakan dan berlaku adalah
ketentuan dalam P3B.
Dengan demikian, P3B memiliki kedudukan hukum yang mengikat dan memberikan
pedoman bagi pemerintah dan wajib pajak dalam penerapan peraturan perpajakan
internasional di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai