Anda di halaman 1dari 3

1.

Socrates menekankan pentingnya argumentasi dan pemikiran kritis dalam berpikir;


Plato menekankan perlunya mencari “kebenaran” sekaligus mempertahankan pemikiran
kritis;
Aristoteles memandang bahwa segala sesuatu harus dapat terdefinisikan dan
terkategorikan—orang menyebutnya juga pemikiran “kategoris”
Kelemahan Pemikiran Socrates. Jika ditilik benar-benar, ia malah tidak mengajarkan
filosofi, melainkan hidup berfilosofi. Kelemahan dari tulisan Plato adalah ia memasukkan
pendapatnya ke dalam mulut Socrates, solah-olah itu adalah kata-kata Socrates. Bagi dia
filosofi bukan isi, bukan hasil, bukan ajaran yang berdasarkan dogma, melainkan fungsi
yang hidup.
Kelemahan Pemikiran Plato Perkawinan yang diadakan hanya dalam rangka suatu pesta
religius dan berlaku untuk beberapa hari saja. Golongan pertama dan kedua juga dilarang
untuk memiliki keluarga sendiri demi mencapai negara yang ideal. Hal tersebut sangat
sulit diterapkan karena yang kita pilih menjadi pemimpin juga manusia yang mempunyai
hasrat, nafsu, dan keinginan untuk menyenankan dirinya. Dengan batasan pernikahan ini
seolah-olah pemimpin hanya dijadikan sebagai sebuh “Alat” layaknya seekor kerbau
yang hanya ditugasi membajak sawah lalu diberi makan dan kawin pada musimnya saja.

Kelemahan Pemikiran Aristoteles Model komunikasi Aristoteles masih sangat sederhana


dan tidak memasukkan unsur lainnya, seperti umpan balik, saluran (media), serta
gangguan komunikasi. Komunikasi dipandang sebagai fenomena statis dan komunikasi
yang searah. Karena hanya seseorang yang berbicara, sedangkan khalayak hanya
mendengarkan pesan. Model komunikasi Aristoteles tidak menyertakan aspek nonverbal
dalam komunikasi persuasi.
2. a. Kedudukan Pancasila lebih tinggi dari Undang-Undang Dasar 1945 (“UUD 1945”)
dalam tataran teori norma. Namun bukan merupakan dasar hukum tertinggi dalam
hierarki peraturan perundang-undangan. Dapat dipahami bahwa Pancasila bukan dasar
hukum, melainkan sumber dari segala sumber hukum.
b. Omnibus law ini perlu direvisi dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan
yang memang perlu diikutsertakan dan mengedepankan nilai-nilai Pancasila serta asas-
asas seluruh aspek kehidupan bernegara agar produk hukum yang dihasilkan oleh UU
Cipta Kerja ini tidak berat sebelah sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi
dan penciptaan lapangan kerja yang sebenarnya. Namun jika ini tidak segera
diselesaikan, tentu akan muncul permasalahan baru dikemudian hari.
c. Upaya mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila merupakan tugas dan tanggung jawab
seluruh komponen masyarakat, tanpa terkecuali. Aktualisasi Pancasila dapat dilakukan
sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas masing-masing. Aktualisasi nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara ini bisa dilakukan dengan
berbagai cara. Secara garis besar, aktualisasi Pancasila dibagi menjadi: aktualisasi secara
objektif, dan aktualisasi secara subjektif. Aktualisasi Pancasila secara objektif yang
dimaksud, yakni melaksanakan Pancasila dalam setiap aspek penyelenggaraan negara,
mulai dari bidang legislatif, eksekutif, yudikatif, dan dalam bidang kehidupan kenegaraan
lainnya. Aktualisasi nilai Pancasila dapat diwujudkan dalam hukum, khususnya hukum
tertulis berupa peraturan perundang-undangan atau kebijakan lainnya yang dibuat
penyelenggara negara, mulai dari pusat hingga daerah. Nilai-nilai Pancasila harus
mendasari seluruh peraturan perundang-undangan atau kebijakan yang dibuat. Selain itu,
aktualisasi juga dapat dilakukan dalam perilaku para penyelenggara negara dan
pemerintahan yang meneladani nilai-nilai luhur Pancasila. Baca juga: Contoh
Pelaksanaan Pancasila sebagai Ideologi Terbuka Sementara itu, aktualisasi Pancasila
secara subjektif merupakan pelaksanaan Pancasila dalam setiap pribadi atau perseorangan
warga negara. Pelaksanaan Pancasila secara subjektif ini sangat bergantung pada
kesadaran, ketaatan dan kesiapan individu untuk mengamalkan Pancasila. Seluruh
masyarakat dapat ikut mengaktualisasikan Pancasila dalam perilaku dan pergaulan dalam
kehidupan sehari-hari. Misalnya, dengan saling tolong menolong, saling menghormati
dan selalu menjaga sopan dan santun. Nilai-nilai Pancasila harus selalu diterapkan dan
diamalkan sesuai dengan perkembangan zaman.

3. a. Kekuasaan keahlian (expert power)

Kekuasaan yang didasarkan pada persepsi atau keyakinan bahwa pemberi pengaruh
mempunyai keahlian relevan atau pengetahuan khusus yang tidak dimiliki oleh orang
yang dipengaruhi. (professional atau tenaga ahli)
Kekuasaan menghargai (reward power)
Kekuasaan yang didasarkan pada kemampuan seseorang pemberi pengaruh untuk
memberi penghargaan pada orang lain yang dipengaruhi untuk melaksanakan perintah.
(bonus sampai senioritas atau persahabatan)

Kekuasaan rujukan (referent power)


Kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok yang didasarkan pada inden
tifikasi pemberi pengaruh yang menjadi contoh atau panutan bagi yang dipengaruhi.
(karisma,keberanian, simpatik dan lain -lain).

b. model terbaik dan ideal bagi pejabat/aparatur pemerintahan sehingga dapat mendorong
kemajuan negara (lakukan analisis yang didukung dengan teori yang relevan) adalah
Kekuasaan menghargai (reward power)

Anda mungkin juga menyukai