Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA

KULIAH TUGAS 2

Nama Mahasiswa : JOKO DWI ANTO

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 042480724

Kode/Nama Mata Kuliah : IPEM4424/Filsafat Pemerintahan

Kode/Nama UPBJJ : UPBJJ YOGYAKARTA

Masa Ujian : 2022/23.2(2023.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Socrates menekankan pentingnya argumentasi dan pemikiran kritis dalam berpikir;
Plato menekankan perlunya mencari “kebenaran” sekaligus mempertahankan pemikiran kritis;
Aristoteles memandang bahwa segala sesuatu harus dapat terdefinisikan dan terkategorikan—
orang menyebutnya juga pemikiran “kategoris”
Kelemahan Pemikiran Socrates. Jika ditilik benar-benar, ia malah tidak mengajarkan filosofi,
melainkan hidup berfilosofi. Kelemahan dari tulisan Plato adalah ia memasukkan pendapatnya
ke dalam mulut Socrates, solah-olah itu adalah kata-kata Socrates. Bagi dia filosofi bukan isi,
bukan hasil, bukan ajaran yang berdasarkan dogma, melainkan fungsi yang hidup.
Kelemahan Pemikiran Plato Perkawinan yang diadakan hanya dalam rangka suatu pesta
religius dan berlaku untuk beberapa hari saja. Golongan pertama dan kedua juga dilarang
untuk memiliki keluarga sendiri demi mencapai negara yang ideal. Hal tersebut sangat sulit
diterapkan karena yang kita pilih menjadi pemimpin juga manusia yang mempunyai hasrat,
nafsu, dan keinginan untuk menyenankan dirinya. Dengan batasan pernikahan ini seolah-olah
pemimpin hanya dijadikan sebagai sebuh “Alat” layaknya seekor kerbau yang hanya ditugasi
membajak sawah lalu diberi makan dan kawin pada musimnya saja.
Kelemahan Pemikiran Aristoteles Model komunikasi Aristoteles masih sangat sederhana dan
tidak memasukkan unsur lainnya, seperti umpan balik, saluran (media), serta gangguan
komunikasi. Komunikasi dipandang sebagai fenomena statis dan komunikasi yang searah.
Karena hanya seseorang yang berbicara, sedangkan khalayak hanya mendengarkan pesan.
Model komunikasi Aristoteles tidak menyertakan aspek nonverbal dalam komunikasi
persuasi.
2. a. Kedudukan Pancasila lebih tinggi dari Undang-Undang Dasar 1945 (“UUD 1945”) dalam
tataran teori norma. Namun bukan merupakan dasar hukum tertinggi dalam hierarki peraturan
perundang-undangan. Dapat dipahami bahwa Pancasila bukan dasar hukum, melainkan
sumber dari segala sumber hukum.
b. Omnibus law ini perlu direvisi dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan yang
memang perlu diikutsertakan dan mengedepankan nilai-nilai Pancasila serta asas-asas seluruh
aspek kehidupan bernegara agar produk hukum yang dihasilkan oleh UU Cipta Kerja ini tidak
berat sebelah sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan
kerja yang sebenarnya. Namun jika ini tidak segera diselesaikan, tentu akan muncul
permasalahan baru dikemudian hari.
c. Upaya mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila merupakan tugas dan tanggung jawab
seluruh komponen masyarakat, tanpa terkecuali. Aktualisasi Pancasila dapat dilakukan sesuai
dengan kapasitas dan kapabilitas masing-masing. Aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara ini bisa dilakukan dengan berbagai cara.
Secara garis besar, aktualisasi Pancasila dibagi menjadi: aktualisasi secara objektif, dan
aktualisasi secara subjektif. Aktualisasi Pancasila secara objektif yang dimaksud, yakni
melaksanakan Pancasila dalam setiap aspek penyelenggaraan negara, mulai dari bidang
legislatif, eksekutif, yudikatif, dan dalam bidang kehidupan kenegaraan lainnya. Aktualisasi
nilai Pancasila dapat diwujudkan dalam hukum, khususnya hukum tertulis berupa peraturan
perundang-undangan atau kebijakan lainnya yang dibuat penyelenggara negara, mulai dari
pusat hingga daerah. Nilai-nilai Pancasila harus mendasari seluruh peraturan perundang-
undangan atau kebijakan yang dibuat. Selain itu, aktualisasi juga dapat dilakukan dalam
perilaku para penyelenggara negara dan pemerintahan yang meneladani nilai-nilai luhur
Pancasila. Baca juga: Contoh Pelaksanaan Pancasila sebagai Ideologi Terbuka Sementara itu,
aktualisasi Pancasila secara subjektif merupakan pelaksanaan Pancasila dalam setiap pribadi
atau perseorangan warga negara. Pelaksanaan Pancasila secara subjektif ini sangat bergantung
pada kesadaran, ketaatan dan kesiapan individu untuk mengamalkan Pancasila. Seluruh
masyarakat dapat ikut mengaktualisasikan Pancasila dalam perilaku dan pergaulan dalam
kehidupan sehari-hari. Misalnya, dengan saling tolong menolong, saling menghormati dan
selalu menjaga sopan dan santun. Nilai-nilai Pancasila harus selalu diterapkan dan diamalkan
sesuai dengan perkembangan zaman.

3. a. Kekuasaan keahlian (expert power)


Kekuasaan yang didasarkan pada persepsi atau keyakinan bahwa pemberi pengaruh
mempunyai keahlian relevan atau pengetahuan khusus yang tidak dimiliki oleh orang yang
dipengaruhi. (professional atau tenaga ahli)
Kekuasaan menghargai (reward power)
Kekuasaan yang didasarkan pada kemampuan seseorang pemberi pengaruh untuk memberi
penghargaan pada orang lain yang dipengaruhi untuk melaksanakan perintah. (bonus sampai
senioritas atau persahabatan)
Kekuasaan rujukan (referent power)
Kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok yang didasarkan pada inden
tifikasi pemberi pengaruh yang menjadi contoh atau panutan bagi yang dipengaruhi.
(karisma,keberanian, simpatik dan lain -lain).
b. model terbaik dan ideal bagi pejabat/aparatur pemerintahan sehingga dapat mendorong
kemajuan negara (lakukan analisis yang didukung dengan teori yang relevan) adalah
Kekuasaan menghargai (reward power)

Anda mungkin juga menyukai