Anda di halaman 1dari 3

1.

Unsur-Unsur yang harus diperhatikan dalam merumuskan visi di dalam suatu organisasi

 Visi harus dapat memberikan panduan/arahan dan motivasi


 Visi harus disebarkan di kalangan anggota organisasi (stakeholder)
 Visi harus digunakan untuk menyebarluaskan keputusan dan tindakan organisasi
yang penting.
 Visi berorientasi ke masa depan, untuk jangka waktu yang lama.
 Menunjukkan keyakinan masa depan yang jauh lebih baik, sesuai dengan norma
dan harapan masyarakat.
 Visi organisasi harus mencerminkan standar keunggulan dan cita-cita yang ingin
dicapai.
 Visi harus mencerminkan dorongan yang kuat akan tumbuhnya inspirasi,
semangat dan komitmen bagi stakeholder.
 Mampu menjadi dasar dan mendorong terjadinya perubahan dan pengembangan
ke arah yang lebih baik.
 Menjadi dasar perumusan misi dan tujuan organisasi.
 Dalam merumuskan visi harus disertai indikator pencapaian visi.

2. Kehadiran seorang pemimpin yang otoriter cenderung dapat menimbulkan konflik dan
perpecahan karena anak buah akan berlaku pasif, memiliki kepribadian yang kaku,
cenderung menarik diri, menghambat inisiatif anak buah untuk berkembang
Misalnya, organisasi sedang mengalami krisis dan membutuhkan bimbingan yang tegas
dari pemimpin. Di kondisi seperti itulah kepemimpinan otoriter dibutuhkan. Pemimpin
dapat mengambil keputusan yang cepat. Selain itu, mereka bisa mengarahkan orang-
orang untuk bergerak menuju apa yang mereka rencanakan untuk melewati krisis dengan
meminimalisir penyimpangan.

3. Tipe kepemimpinan Demokratis di samping memiliki kelebihan juga memiliki kendala


dalam pelaksanaan jalannya diskusi untuk mengambil keputusan akan berubah runyam
jika setiap anggota kelompoknya tidak bisa berkomunikasi dengan baik. Dalam satu grup
dengan banyak suara, bukan mustahil penyampaian ide dan pendapat akan saling
tumpang tindih gaduh. Alih-alih produktif, pemimpin jadinya harus lebih aktif berperan
sebagai “wasit” untuk menengahi setiap pihak agar semua suara dapat terdengar. Selain
itu, proses pengambilan keputusan juga mungkin terhambat jika setiap anggotanya,
termasuk pemimpin, tidak memiliki keterampilan problem solving yang baik. Bukannya
cepat mencapai solusi, debat kusir malah semakin memperumit dan memperpanjang
diskusi. Dalam beberapa kasus, anggota kelompok mungkin juga tidak memiliki
pengetahuan atau keahlian yang diperlukan untuk memberikan kontribusi berkualitas
bagi proses pengambilan keputusan.

Contoh kasusnya.

Azna adalah seorang team leader yang sedang mengerjakan sebuah proyek dengan
timnya. Suatu ketika, proyek yang dikerjakan mengalami masalah dan membutuhkan
penyelesaian. Sebagai seorang team leader demokratis, Azna akan mengajak anggota
timnya berdiskusi untuk mencari solusi terbaik dari masalah yang dihadapi. Ia akan
mendengarkan seluruh pendapat anggota timnya terlebih dahulu dan memastikan setiap
orang menyuarakan pendapatnya. Setelah itu, Azna akan mengambil keputusan dari hasil
diskusi yang dilakukan. Ia memastikan anggota timnya tahu tentang keputusan yang
diambil dan mengucapkan terima kasih atas partisipasi mereka dalam mencari solusi
untuk masalahnya. Itu dia penjelasan tentang gaya kepemimpinan demokratis yang
banyak diidolakan. Kalau ingin menjadi sosok pemimpin yang digemari orang, tentu
kamu harus banyak mengembangkan diri baik secara profesional maupun pribadi.
Untungnya, ada Glints ExpertClass yang siap membantumu mencapai hal tersebut.
Glints ExpertClass menawarkan kelas-kelas pengembangan diri yang dibawakan oleh
para profesional dari bidangnya, memungkinkan kamu untuk terus mempelajari hal baru
setiap harinya.

4. Teori pertukaran sosial (social-exchange theory). Hal yang dipertukarkan di sini adalah
kemanfaatan atau keuntungan (benefits; rewards; incentives) dan biaya atau ongkos
(cost). Secara rasional, semua orang ingin memaksimalkan kemanfaatan dan
meminimalkan biaya, yang lazim disebut strategi minimaks (minimax strategy). Teori ini
banyak diminati dalam sosiologi, kendati berawal dari bidang psikologi sosial. Strategi
minimaks ini kerap dikaitkan dengan pilihan rasional (rational choice) manusia yang
sebenarnya mendasari pula banyak teori-teori lain tentang pendekatan ekonomi terhadap
hukum (bandingkan juga dengan Kalkulus Bentham dalam teori Utilitarianisme).
Contohnya :
Kita ingin dia membantu saat kita dalam kesulitan, dan tetap ada saat kita
membutuhkannya.
Hal ini dapat terjadi karena hubungan juga membutuhkan "biaya" dan, setelah membayar
biaya, tentu saja membutuhkan imbalan atas biaya yang dibayarkan sebelumnya.
Isu-isu individualistis seperti itu adalah dasar dari teori pertukaran sosial. Seperti yang
dijelaskan Kelly dan Tibaut.
Individu akan bersedia untuk masuk dan tinggal dalam hubungan sosial hanya jika
mereka puas dari segi imbalan dan biaya.
Artinya, meski dalam kondisi apapun, dalam sebuah hubungan interpersonal seorang
individu akan tetap mengharapkan imbalan dari biaya yang telah dikeluarkan.

Anda mungkin juga menyukai