Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN HASIL PENELITIAN JURNAL

“PENELITIAN TENTANG HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI( APD)


DENGAN KESEHATAN MATA PADA PEKERJA PENGELASAN,
STUDI KASUS DI PT. X, ACEH BESAR”

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah keselamatan pasien dan keselamatan kesehatan kerja

Dosen Pengampu : Adi Nurapandi, S,Kep., Ners., M.Kep

Disusun oleh :
Sri Nurjanah 2103277044

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKes MUHAMMADIYAH CIAMIS
2023

1. Latar Belakang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah kegiatan yang menjamin terciptanya kondisi kerja
yang aman, terhindar dari gangguan fisik dan mental melalui pembinaan dan pelatihan, pengarahan,
dan control terhadap pelaksanaan tugas dari para karyawan dan pemberiaan bantuan sesuai dengan
aturan yang berlaku, baik dari lembaga pemerintah maupun perusahaan dimana mereka bekerja (Yuli,
2012). Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang dijadikan sebagai aspek perlindungan tenaga
kerja sekaligus melindungi asset perusahaan yang bertujuan sedapat mungkin memberikan jaminan
kondisi yang aman dan sehat kepada setiap karyawan dan untuk melindungi Sumber Daya Mansia
(SDM). Kesehatan dan Keselamatan Kerja bertujuan untuk mengurangi angka kecelakaan kerja
khususnya di Indonesia (Tsenawatme, 2014).
Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2014, 1 pekerja di dunia meninggal
setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja. Tahun
sebelumnya (2012) angka kematian dikarenakan kecelakaan sebanyak 2 juta kasus setiap tahun
(Depkes RI, 2014).
Pengendalian bahaya dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) muka dan mata tidak akan
maksimal jika pekerjanya sendiri tidak maksimal menggunakan walaupun dari pihak perusahaan telah
menyediakan. Oleh karena itu salah satu upaya perlindunangan dari bahayanya sinar las dalam
menimbulkan gangguan kesehatan mata yang harus dilakukan oleh pekerja las adalah penerapan dan
meningkatkan kedisiplinan dalam penggunaan kacamata pelindung saat melakukan pengelasan serta
semakin rajin pekerja las dalam penggunaan kacamata pelindung maka semakin rendah pula
prevalensi gangguan kesehatan mata (Pratiwi, dkk., 2015).
Bengkel las merupakan salah satu tempat kerja informal yang berrisiko untuk terjadinya kecelakaan
dan penyakit akibat kerja. Selama proses pengelasan akan timbul radiasi dari sinar ultra violet yang
mengakibatkan kelelahan pada mata, penglihatan kabur, foto fobia, konjungtiva kemotik, kekeruhan
pada lensa, katarak, dan mata terasa sakit. Kejadian trauma pada pekerja las juga sering terjadi seperti
trauma mekanik yang bisa melukai palpebra, sistem lakrimalis, laserasi konjungtiva, erosi kornea,
trauma kimia dan trauma fisik seperti luka bakar dan luka akibat radiasi (Dalimunthe & Mithami,
2018).
Salah satu up aya untuk mencegah timbulnya penyakit pada pekerja las listrik yaitu dengan pemakaian
alat pelindung diri. Alat pelindung diri yang digunakan harus sesuai dengan potensi bahaya yang
dihadapi serta bagian tubuh yang dilindungi (Putri & Denny, 2014). Pada pekerja las listrik, alat
pelindung diri yang sangat penting adalah kacamata las untuk melindungi mata dari pajanan langsung
sinarsinar yang bersifat radiasi (Balkhyour et al., 2019). Pekerja pengelasan mempunyai masa kerja
yang lebih dari satu tahun bahkan bisa lebih dari sepuluh tahun.
2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur hubungan penggunaan alat pelindung diri (APD) dengan
kesehatan mata pada pekerja pengelasan.
3. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik untuk mengetahui hubungan penggunaan Alat Pelindung
diri (APD) Mata dengan kesehatan mata pada pekerja pengelasan di PT. X, Kabupaten Aceh Besar
tahun 2020. Sampel dalam penelitian ini adalah para pekerja pengelasan di PT. X Kecamatan
Lhoknga Kabupaten Aceh Besar yaitu 45 orang tenaga kerja. Instrumen dalam penelitian ini terdiri
dari pengumpulan yang menggunakan Check List dan Kuesioner, menggunakan teknik wawancara
dan observasi. Pengolahan data meliputi tahapan editing, koding, tabulating dan entry. Analisis
menggunakan uji statistik Chi-Square pada tingkat kemaknaan 95%.

4. Hasil Penelitian
Hasil studi telah dilaporkan bahwa terdapat hubungan antara penggunaan APD dengan kesehatan
mata pekerja pengelasan di PT X Aceh Besar. Hasil penelitian (Tabel 1) telah memberikan gambaran
bahwa pekerja pengelasan yang tidak menggunakan APD ternyata sebesar 70.4% memiliki kesehatan
mata yang kurang baik, sedangkan yang menggunakan sebesara 66.7% memiliki kesehatan yang baik.
5. Kesimpulan
Terdapat hubungan antara penggunaan alat pelindung diri (APD) dengan kesehatan mata pekerja
pengelasan pada PT X di Kabupaten Aceh Besar tahun 2020. Saran, perusahaan atau industri untuk
dapat lebih meningkatkan dan melakukan sosialisasi penggunaan alat pelindung mata yang efektif dan
efisien pada saat bekerja. Khususnya bagi pekerja yang terpapar langsung dengan sinar las atau
percikan api pengelasan.

 PERAN PASIEN DAN KELUARGA DALAM UPAYA PENINGKATAN PATIENT


SAFETY
Menurut Permenkes No.1691 tahun 2011 Pasal 8, menyatakan bahwa setiap rumah sakitwajib
mengupayakan pemenuhan sasaran keselamatan pasien. Sasaran keselamatan pasien merupakan
syarat utama untuk diterapkan disemua rumah sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah
Sakit. Penyusunan sasaran ini mengacu kepada Nine Life-Safing Patien Safety Solution dari WHO
Patien Safety yang digunakan juga oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit Nasional PERSI
(KKPRS PERSI) dan Joint Comission International (JCI).
Peran keluarga sesuai dengan tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan salah satunya adalah
memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit dan yang tidak dapat membantu dirinya
sendiri karena cacat atau usia terlalu muda. Peran keluarga tersebut meliputi
mengingatkan/memonitor waktu minum obat, mengontrol persediaan obat, mengantarkan penderita
kontrol, memisahkan alat-alat penderita dengan anggota keluarga lain, meningkatkan kesehatan
lingkungan penderita, dan pemenuhan kebutuhan psikologis agar penderita tidak merasa terisolir
dalam lingkungannya.
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien
lebih aman dalam upaya mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Peran keluarga dalam menjaga keselamatan pasien dipelayanan kesehatan yaitu :
1. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur tentang pasien
2. Mengetahui dan melaksanakan kewajiban serta tanggung jawab pasien maupun keluarga
3. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti kepada tenaga kesehatan
4. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan kesehatan
5. Mematuhi dan menghormati peraturan rumah sakit
6. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa dalam proses bersama tim kesehatan
mengelola pasien
7. Memenuhi kewajiban finansial yang telah disepakati.
Dalam upaya meningkatkan keselamatan pasien dan mutu pelayanan kesehatan memerlukan peran
aktif pasien, keluarga atau orang lain yang menenmani-merawat pasien (carers) dan masyarakat
(untuk selanjutnya disebut pasien‐masyarakat). Pasien dapat melakukan banyak peran penting ketika
menerima pelayanan kesehatan. Pasien dapat berperan untuk membantu menemukan diagnosis
yang akurat, memutuskan pengobatan yang dipilih, menetapkan dokter/rumah sakit yang
kompeten, memastikan monitoring dan kepatuhan pengobatan, serta mengidentifikasi efek samping
dan melakukan tindakan segera yang tepat bila terjadi efek samping (Vincent & Coulter, 2002).
Peran keluarga penting untuk memantau kebutuhan pasien dari laporan perawat atau jika
perlumalakukan komunikasi langsung. Keluarga merupakan sistem pendukung pertama dan
utamabagi individu. Dukungan keluarga yang baik bisa menjadi sumber motivasi, semangat
danperlindungan terhadap resiko-resiko bahaya kepada pasien. Keluarga merupakan unit palingdekat
dengan pasien, dan merupakan perawat utama bagi pasien. Keluarga berperan dalammenentukan
cara atau perawatan yang diperlukan pasien di rumah sakit. Keberhasilan perawat di rumah
sakit akan sia sia jika tidak dibantu dengan keluarga yang berperan sebagai partner pelayanan
kesehatan. Peran serta keluarga sejak awal perawatan di rumah sakit akan berpengaruh terhadap
keadaan pasien. Maka dari itu sangat diperlukan peran keluarga sebagai partner bagi
pelayanan kesehatan.
Peran aktif pasien‐masyarakat untuk mencegah dan mengenali KTD sedini mungkin hanya dapat
dioptimalkan apabila diawali dengan edukasi yang memadai mengenai keselamatan pasien. Pasien‐
masyarakat yang memahami keselamatan pasien diharapkan dapat bekerjasama sebagai
mitra tim pelayanan kesehatan untuk mendukung proses untuk menjamin keselamatan pasien.
Bila terjadi KTD, pasien‐masyarakat diharapkan dapat lebih mudah memahami dan menerima risiko
yang terjadi, serta lebih jauh lagi, mengurangi keinginan pasien ‐keluarga untuk memproses secara
hukum. Pengalaman di MCG HealthSystem di Georgia, Amerika Serikat, menunjukkan bahwa
dengan melibatkan pasien‐masyarakat secara aktif di tingkat rumah sakit, maka pada tahun 2001 ‐
2006 terjadi penurunanklaim malpraktek dan litigasi dari > 80 pada tahun 2003 menjadi 5
pada tahun 2006 (IPFCC, 2008).

KESIMPULAN
Kacamata pelindung atau disebut juga kacamata safety adalah kacamata yang berfungsi melindungi
area mata dari pengaruh yang berbahaya bagi kesehatan indera penglihatan kita saat berada atau
bekerja di dalam area tertentu. Kamacata pelindung ini bermanfaat bagi pekerja sebagai pelindung
mata agar tidak terkena pancaran sinar UV, debu, percikan api yang berterbangan dan potongan
logam biasanya muncul dari penggiling besi.
Kacamata pelindung berguna melindungi mata dan sekitarnya dari :
1. Terkena benturan dengan material yang melayang atau melesat di udara.
2. Terkena benturan benda-benda keras.
3. Terpaan angin dan aliran udara yang kencang yang menyulitkan penglihatan.
4. Partikel-partikel kecil yang berbahaya seperti debu, asap dan gas.
5. Terkena percikan zat cair yang berbahaya bagi mata kita.
6. Terkena percikan bola api yang melesat di udara.
7. Paparan sinar yang menyilaukan mata seperti saat melakukan pekerjaan mengelas atau saat berada
di bawah terik matahari atau bahkan salju.
Produk kacamata tidak terlalu sulit didapat. Tapi alat pengaman saja tidak cukup. Hal ini harus
dibarengi dengan kehati-hatian dan kewaspadaan dalam bekerja. Kalau sampai mata luka, pekerjaan
pun bisa terhambat. Maka dari itu harus selalu berjaga dan waspada terhadap resiko cedera dan tidak
lalai dalam penggunaan APD seperti kacamata pelindung akan membantu mencegah dari cedera saat
bekerja. Kadang kala kesadaran kita yang rendah akan perlindungan keselamatan adalah faktor
terbesar dalam terjadinya kerusakan jasmani saat terjadi kecelakaan. Kadang kita enggan ditertawakan
oleh orang lain saat menggunakan kacamata pelindung saat melakukan suatu pekerjaan, baik di rumah
maupun di tempat lain. Tetapi ingat, kita sendirilah yang rugi jika kita cacat! Bukan orang lain! Kita
sendiri! Maka, mulailah membangun kesadaran akan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).
DAFTAR PUSTAKA

SYAHRIZAL. (2021). Hubungan penggunaan alat pelindung diri (APD) dengan kesehatan mata
pada pekerja pengelasan. Studi kasus di PT. X, Aceh Besar. ACEH BESAR: JURNAL SAGO gizi
dan kesehatan

Anda mungkin juga menyukai