Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

BIMBINGAN KONSELING KELUARGA


“Pendidikan dalam Keluarga”

Dosen Pengampu :

Drs. Taufik, M.Pd.,Kons.

Oleh :
KELOMPOK 5
Ega Fitria Zalma (20006136)
Eltry Pratami A lmezanda (20006137)
Fani Gunita Yasi Putri (20006139)

JURUSAN BIMB INGAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDID IKAN

UNIVERSITAS NEGERI PA DANG

2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia NYA kepada kita semua sehingga kelompok
penyaji dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik -baiknya kemampuan
kami. M akalah ini di buat untuk mmenuhi tugas salah satu mata kuliah yaitu
“Bimbingan dan Konseling Keluarga”.

Kami menyadari atas banyak kekurangan pada makalah ini.Terutama dari


segi penulisan maupun penyampaian penjelasan. Oleh sebab itu kami mohon maaf
atas kesalahan tersebut. Semoga dengan kesalahan ini kami dapat memperbaiki
untuk kedepannya.

Terima kasih kepada pembaca yang menyempatkan waktu untuk membaca


makalaj ini. Serta dukungan dan bantuan dari teman-teman semua sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis

Kelompok 5

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................1

DAFTAR ISI ...............................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................3

A. Latar Belakang ..................................................................................3


B. Rumusan M asalah .............................................................................3
C. Tujuan .............................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................5

A. Pendidikan Keluarga Anak Balita ......................................................5


B. Pendidikan Keluarga Anak SD ..........................................................7
C. Pendidikan Keluarga Remaja ............................................................9
D. Kesalahan dalam M endidik A nak ......................................................11

BAB III PENUTUP ....................................................................................15

A. Kesimpulan ......................................................................................15
B. Saran ................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................17

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi dibawah usia Lima Tahun atau biasa disebut Balita memang
sedang mengalami krisis pengenalan lingkungan. D imana bayi besar ini
sedang mencoba mengenal seperti apa yang harus dilakukan olehnya dan
bagaimana menghadapi atau memberikan respon pada lingkungan serta
teman disekitarnya. Nah, balita memang acapkali menjadi usia yang paling
membahagiakan orang tua.
Dengan sikap sangat menggemaskan seringkali anak tersebut
dimanja sehingga menyebabkan beberapa balita menjadi dewasa d engan
cara yang salah. U ntuk itulah mendidik anak balita sangatlah sulit, selain
karena balita masih meniru mereka juga masih bingung membedakan
benar dan salah.
Tempat seorang remaja tumbuh dan berkembang paling utama
adalah keluarga sekaligus tempat rem aja mendapatkan pendidikan dan
juga karakter seorang remaja selain juga dipengaruhi dengan faktor
eksternal yakni masyarakat dan sekolah sehingga akhirnya
terbentuk psikologi remaja. Peranan orang tua dan keluarga dalam tumbuh
kembang seorang remaja memiliki ebberapa fungsi seperti sosial budaya,
agama, perlindungan, reproduksi, cinta kasih, ekonomi, sosialisasi
pendidikan dan juga lingkungan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pendidikan keluarga anak bali ta?
2. Bagaimana pendidikan keluarga anak SD?
3. Bagaimana pendidikan keluarga remaja?
4. Apa saja kesalahan yang sering dilakukan dalam mendidik anak?
C. Tujuan
1. M engetahui bagaimana pendidikan keluarga anak balita
2. M engetahui bagaimana pendidikan keluarga anak SD
3. M engetahui bagaimana pendidikan keluarga remaja

3
4. M engetahui apa saja kesalahan yang sering dilakukan dalam
mendidik anak

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pendidikan Keluarga Anak Balita


Bayi dibawah usia Lima Tahun atau biasa disebut Balita mema ng
sedang mengalami krisis pengenalan lingkungan. D imana bayi besar ini
sedang mencoba mengenal seperti apa yang harus dilakukan olehnya dan
bagaimana menghadapi atau memberikan respon pada lingkungan serta
teman disekitarnya. Balita memang acapkali m enjadi usia yang paling
membahagiakan orang tua.
M endidik anak sejak balita adalah tugas orangtua yang palin g sulit.
Pasalnya, usia balita merupakan masa di mana si kecil masih ingin bebas
melakukan hal sesukanya. Cara yang ditempuh setiap orangtua pun
berbeda-beda. Ada yang lebih sabar, tapi ada pula yang cenderung marah -
marah atau bahkan melibatkan kekerasan seperti menjewer, memukul, atau
membentak.
Pendidikan keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama.
M engapa dikatakan demikian? Karena bayi atau anak per -tama kali
memhami dan mengenal orang lain setelah lahir adalah keluarga.
Pendidikan pertama ini juga dipandang sebagai media penanaman fondasi
perkembangan selanjut nya. Hal ini meng-haruskan kepada orang tua dan
keluarga untuk senantiasa hati-hati dalam mendampingi tumbuh kembang
anak pada fase pertama ini. Kalau tidak, bisa memberikan dampak yang
kurang baik pada perkembangan perkembangan anak berikutnya.
Fase perkembangan anak pada tahap awal ini inilah yang disebut
dengan upaya membentuk pendidikan yang utama. Karena kepekaan
perkembangan-perkembangan awal ini tidak hanya menyangkut psi kologi,
tetapi juga fisiologi.
Perlu diketahui juga bahwa pada pertumbuhan jasmani pada fase -
fase awal ini merupakan pertumbuhan yang sangat peka, karena
pertumbuhan jasmani dan perkembangan jiwa anak selalu berkaitan
dengan yang lain. Kalau dalam kedokteran ada dalil yang menga -takan
kualitas makanan yang diberikan kepada anak balita akan menentukan

5
kualitas kecerdasan atau kemampuan mereka kelak, maka dalam
pendidikan ada konsep yang mengatakan bagai-mana perlakuan terhadap
anak 4 tahun ke bawah seperti itulah jadinya anak itu setelah dewasa.
Pernyataan ini menegaskan bahwa keluarga harus memberi makanan
bergizi kepada anak balita agar otaknya tumbuh dengan sempurna. Begitu
pula konsep pendidikan yang harus diberikan orang tua dengan baik dalam
memperlakukan anak-anak kecil dengan penuh kasih sayang agar anak itu
menjadi orang yang berguna kelak.
Namun informasi yang diterima oleh orang tua berat sebelah.
Informasi tentang pentingnya memberikan makanan bergizi kepada balita
lebih banyak diterima dibandingkan dengan informasi tentang pentingnya
memperlakukan anak anak dengan baik. Buktinya kini semakin banyak
anak sehat dan cerdas, tetapi masih banyak sekali anak -anak nakal yang
membuat berbagai kerusuhan. Kenakalan ini sebagian besar disebabkan
oleh perlakuan lingkungan yang tidak benar, antara lain terlalu ke ras atau
disiplin kaku, kurang diper hatikan, kurang kasih sayang, terlalu diberi
kebebasan, dan sebagainya. Di sini tampak masih ada yang belum
terselesaikan sampai sekarang, di satu pihak dipandangkan pendidikan ke
keluarga adalah yang pertama dan utama namun di pihak lain macam
pendidikan ini tidak ditangani secara utama atau diterlantarkan. Oleh
karena itu, keluarga adalah institusi yang sangat berperan dalam rangka
mela kukan sosialisasi, bahkan internalisasi, nilai-nilai pendidikan.
M eskipun jumlah institusi pendidikan formal dari tingkat dasar sampai ke
jenjang yang paling tinggi semakin hari semakin banyak, namun peran
keluarga dalam transformasi nilai edukat if ini tetap tidak tergantikan.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga
merupakan wahana pertama dan utama bagi pendidik karakter anak,
pertumbuhan, dan perkembangan anak. Apabila keluarga gagal melakukan
pendidikan karakter pada anak-anaknya, maka akan sulit bagi institusi-
institusi lain di luar keluarga termasuk sekolah ataupun masyarakat untuk
memperbaikinya.

6
B. Pendidikan Keluarga Anak SD
Pendidikan keluarga anak usia sekolah dasar (6-12) tahun
merupakan pendidikan yang sangat penting diberikan kepadanya. Anak
pada fase ini yang merupakan kelanjutn usia bawah lima tahun (balita), ia
telah mengalami perkembangan yang cukup besar seperti ia telah
mulai berpikir kritis, sikap dan perbuatannya telah banyak mengalami
perubahan dari usia balita. Untuk membimbing perkembang an multi
potensi pada anak usia sekolah dasar ini perlu dibimbing dan dipimpin
secara baik dan proporsional. Saat ini tidak bisa dipungkiri bahwa
banyak bukti yang menunjukkan pengaruh pendidikan pada usia
sekolah dasar dapat dan sungguh memberikan arti penting dan
bermakna bagi pertumbuhan dan perkembangan multi-potensi anak
selanjutnya.
Pendidikan anak usia sekolah dasar (6-12) tahun merupakan
pendidikan yang esensial, fundamental dan penting diperhatikan. Anak
ketika mengalami usia ini telah mulai berpikir, melihat dan melakukan
gerakan dan tingkahlaku yang baik. Ia telah dapat berpikir dan
meneladani apa yang disampaikan dan diperbuat oleh orang tua.
Orangtua bagi anak merupakan idola dan contoh bagi sikap dan
perilakunya orangtua hendaknya senantiasa sadar dan mengerti bahwa
apa yang dilakukan di hadapan anaknya merupakan bahan kosumsi
yang akan diterima oleh anak dalam membesarkan potensinya
menjadi lebih besar.
Peran seorang guru tidak serta merta menjadi tolak ukur dalam
pendidikan namun ada juga faktor internal salah satunya keluarga.
Keluarga adalah sarana pendidikan pertama seorang anak menerima
pengetahuan sejak ia lahir ke d unia. Keluarga juga mempunyai peran atau
fungsi bagi anak baik untuk menyiapkan fisik maupun psikis guna
terciptannya tujuan pendidikan.

7
Adapun 6 fungsi keluarga bagi pendidikan anak sekolah dasar, yaitu:
1. Fungsi Agama
Agama merupakan kebutuhan setiap manusia. Keluarga merupakan
tempat pertama seorang anak mengetahui agama. M enanamkan nilai
agama guna membentuk akhlaq atau perilaku yang baik, contohnya
ketika anak terbiasa melaksanakan ibadah bersama keluarga maupun
ditem pat ibadah.
2. Fungsi Sosial Budaya
M anusia merupakan makhluk yang tidak bisa hidup sendiri dan
melalui keluarga inilah seorang anak akan diajari untuk melestarikan
budaya ditempatnya juga cara bagaimana berkomunikasi dan interaksi
dengan orang lain. Hal ini untuk menyiapkan seorang anak supaya
dapat cepat adaptasi dilingkungan sek olah.
3. Fungsi cinta dan kasih sayang
M endapatkan cinta dan kasih adalah hak anak yang harus dipenuhi
oleh keluarga. Ketika hal ini tumbuh secara baik dalam anak maka
anak akan menerapkan dalam kehidupan sosialnya, baik dalam bentuk
menghargai orang lain dan mempunyai rasa empat serta simpati yang
tinggi terhadap orang lain. Seorang anak akan menerima dan memberi
kasih sayang terhadap orang disekitarnya. Disini tergambar bahwa
M ental Health sangat berpengaruh dalam menyiapkan anak ketika
menimba ilmu disekolah.
4. Fungsi Perlindungan
Keluarga mempunyai fungsi sebagai tempat berlindung seorang anak,
karena keluarga harus memberikan rasa aman kepada setiap anggota
keluarga. Ketika seorang anak merasa aman, nyaman, dan terjaga ia
akan melakukan hal tersebut terhadap orang lain. Perlindungan yang
wajib dalam keluarga meliputi aspek fisik, mental, spritual, dan sosial.
5. Fungsi Pendidikan
Hal ini tidak jauh dari tujuan menyiapkan anak untuk dapat
menyesuaikan kehidupannya dimasa depan. Keluarga disini
bertanggung jawab membekali seorang anak melalui pendidikan dan

8
keterampilan karena keluarga adalah sekolah dan guru pertama dan
utama dalam mengantarkan anak-anaknya sukses dan berguna bagi
masyarakat dan dirinya sendiri.
6. Fungsi Lingkungan
Kesadaran dalam melestarikan lingkungan keluarga yang bersih, sehat,
dan nyaman ditanamkan melalui kebiasaan keluarga. Disini keluarga
akan mengajarkan sikap peduli lingkungan terhadap anak supaya dapat
menjaga kelestarian lingkungan untuk masa mendatang. Anak akan
menjadi sosok yang disiplin serta mempunyai pemikiran yang maju
karena ia berpikir untuk masa depan, ini juga bisa dikatakan bentuk
kepedulian seorang anak mengenai masa depannya dalam proses
pendidikan.

Dapat disimpulkan bahwa 6 fungsi keluarga ini bermaksud untuk


mendukung seorang anak dalam menyiapkan pendidikannya. Karena
dalam pendidikan tidak hanya ketika ia menuntut ilmu disekolah tetapi
juga ada peran keluarga yang menyiapkan seorang dari segi fisik dan
psikis yang siap guna mewujudkan pendidikan anak sekolah dasar yang
berkualitas.

C. Pendidikan Keluarga Remaja


Tem pat seorang remaja tumbuh dan berkembang paling utama
adalah keluarga sekaligus tempat remaja mendapatkan pendidikan dan
juga karakter seorang remaja selain juga dipengaruhi dengan faktor
eksternal yakni masyarakat dan sekolah sehingga akhirnya
terbentuk psikologi remaja. Peranan orang tua dan keluarga dalam tumbuh
kembang seorang remaja memiliki beberapa fungsi seperti sosial budaya,
agama, perlindungan, reproduksi, cinta kasih, ekonomi, sosialisa si
pendidikan dan juga lingkungan. M enurut F.J Brown mengatakan jika dari
sudut pandang sosilogi, keluarga memiliki 2 arti yakni keluarga dalam arti
luas mencakup anggota keluarga yang masih berhubungan darah atau
keturunan dan juga keluarga dalam arti sem pit yakni orang tua dan anak.

9
M asa remaja merupakan masa peralihan antara masa kehidupan
anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. M asa remaja sering dikenal
dengan masa pencarian jati diri (ego identity). M asa remaja ditandai
dengan sejumlah karakteristik penting, yaitu :
1. M encapai hubungan yang matang dengan teman sebaya
2. Dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita
dewasa yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.
3. M enerima keadaan fisik dan mampu menggunakannya secara
efektif
4. M encapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa
lainnya.
5. M emilih dan mempersiapkan karier di masa depan sesuai dengan
minat dan kemampuannya
6. M engembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup
berkeluarga dan memiliki anak
7. M engembangkan keterampilan intelektual dan konsep -konsep yang
diperlukan sebagai warga Negara
8. M encapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial
9. M emperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman
dalam bertingkah laku.
10. M engembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan
religiusitas.

Prilaku pendidikan anak remaja dalam keluarga, peranan keluarga


sangat penting dalam pembentukan kepribadian seorang anak, seorang
anak remaja cenderung berbuat dan berinteraksi dengan banyak orang dan
terkadang terpengaruh dalam pergaulan tersebut, hendaknya sebagai orang
tua tidak hanya menasehati dan menyuruh saja melainkan juga memberi
conroh kepada anknya. Seorang anak akan memperoleh konsep kehidupan
dari keluarga dia bisa merasakan kurang kasih sayang atau cukup kasih
sayang dari orangtua. Perilaku pendidikan orang tua terhadap anak dalam
keluarga memiliki arti penting dan strategis dalam pembangunan

10
komunitas masyarakat yang lebih luas. Kehadiran keluarga sebagai
komunitas masyarakat terkecil. Yang akan menjadi permasalahan adalah
bagaimana sebenarnya bentuk-bentuk perilaku pendidikan di dalam
keluarga antara ayah, ibu dan anak, interaksi antara ayah dan anak,
interaksi antara ibu dan anak dan interaksi anak dan anak ( Syaiful Bahri
:49).
Peran orang tua sebagai pendidik sangat menentukan bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Orang tua adalah pendidik yang
pertama bagi putra putrinya. Pendidikan yang di berikan oleh kel uarga dan
peran orang tua merupakan pendidikan dasar yang menentukan
perkembangan dan pertumbuhan anak selanjutnya, karena dalam keluarga
merupakan pendidikan yang utama. Dan anak usia remaja merupakan usia
anak yang masih mencari identitasnya atau lebih d isebut jati diri. Pada
masa ini mulai tumbuh dalam diri remaja dorongan untuk hidup,
kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami, mendorong, turut
merasakan suka dan. dukanya. Remaja memiliki berbagai ciri tertentu,
baik yang bersifat spiritual maupun. Badaniah (Soekanto, 2004: 51)

D. Kesalahan Dalam Mendidik Anak


M engasuh anak adalah proses seumur hidup saat Anda sudah
memuliki anak. Proses ini penuh suka duka dan tak jarang menguras
emosi. M engasuh anak juga merupakan proses belajar yang luar biasa dan
memerlukan peran serta ayah ibu dan anak. Spesialis psikolog anak dari
SOS Children's Villages International, Teresa Ngigi, menegaskan bahwa
orang tua harus membahagiakan diri sendiri terlebih dahulu sebelum
mengurus dan membahagiakan anak.
Sementara itu, dalam proses mengasuh anak sering kali ada hal tak
sesuai atau kesalahan yang dilakukan oleh orang tua, di antaranya.
1. M ember anak contoh yang buruk
Tugas pertama dan terpenting orang tua adalah menjadi teladan
yang baik. Namun, banyak orang tua yang justru melakukan hal buruk

11
dan itu menjadi contoh bagi anaknya, seperti dilansir Psychology
Today.
M isalnya, orang tua yang meledak dalam kemarahannya,
menyalahkan orang lain, mengatakan ketidakbenaran, atau bermain
sebagai korban secara tidak sadar itu justru melatih anak -anak Anda
untuk melakukan hal yang sama.
M enyalahkan anak-anak A nda atas perilaku dan kebiasaan buruk
yang Anda ajarkan kepada mereka sama seperti meny alahkan cermin
atas refleksi Anda. Berperilaku seperti yang Anda inginkan untuk anak
Anda. Jadilah orang yang Anda inginkan untuk anak Anda. Di atas
segalanya, sebelum Anda menyalahkan anak-anak Anda atas tingkah
laku mereka, pertimbangkan untuk mengubah perilaku Anda sendiri.
2. M emiliki harapan yang tidak realistis
Jika Anda memiliki ekspektasi yang tidak realistis tentang apa
yang seharusnya dilakukan anak Anda, Anda sebenarnya dapat
menciptakan masalah sendiri. Hal ini sering terjadi ketika orang tua
merasa frustrasi atau tidak sabar dengan anak berusia 1,5 tahun yang
masih tidak tertarik dengan latihan menggunakan toilet, anak berusia 5
tahun yang mengompol, atau remaja yang m urung.Sehingga, pastikan
ekspektasi Anda sesuai dengan kemampuan atau harapan anak Anda
dalam perkembangannya.
3. M enjadi tidak konsisten
Bersikap tidak konsisten dalam pengasuhan anak juga menjadi
salah satu kesalahan yang sering terjadi. Jika Anda terkadang sangat
ketat, tetapi mengalah di lain waktu atau sepertinya tidak peduli
dengan apa yang dilakukan anak-anak Anda, anak akan kesulitan
mengetahui apa yang diharapkan dari mereka dan bagaimana
seharusnya anak bertindak.
4. Tidak memiliki aturan atau menetapkan batasan
Anda mungkin berpikir bahw a Anda membantu anak-anak dengan
membiarkan mereka melakukan apa pun yang mereka inginkan, tetapi
kebanyakan anak yang lebih kecil merasa sangat sulit untuk hidup

12
tanpa batasan apa pun. M emiliki aturan, menetapkan batasan, rutinitas
yang konsisten, dan menawarkan pilihan terbatas akan membantu anak
Anda mengetahui dan mengharapkan apa yang akan terjadi sepanjang
hari.
5. Kritik berlebih dan suka membandingkan
Tidak ada yang menyukai kritik berlebihan atau perbandingan
dengan orang lain. Namun banyak orang tua secara kompulsif
mengkritik dan membandingkan anak-anak mereka setiap hari.
M isalnya, "M engapa kamu tidak bisa lebih seperti A?" atau
"Kenapa kamu begitu bodoh?" Ketahuilah bahwa hal ini justru bisa
menjadi cara jitu untuk merusak harga diri anak Anda dan merusak
ego rapuh mereka. Anak-anak yang dikritik berlebih dengan kasar
justru tumbuh dengan menganggap diri mereka sebagai orang kurang
berprestasi.
6. M elakukan penindasan
Orang tua yang mengintimidasi cenderung menjadi orang yang
suka mengontrol. Alih-alih memahami anak-anak, mereka justru
membanjiri anaknya dengan perintah, arahan, ancaman kekerasan, atau
kekerasan nyata.
M ereka mungkin bertujuan untuk membentuk dan mendefinisikan
anak-anak dengan mengintimidasi, daripada membiarkan anak -anak
menggali potensi yang dimiliki.
Sayangnya, anak-anak dari orang tua yang melakukan intimidasi
sering kali menderita masalah kepercayaan diri yang rendah dan
kecemasan. M ereka sering kali kesulitan mempercayai orang lain dan
takut akan keintiman. Orang tua yang melakuka n intimidasi mungkin
mendapatkan apa yang mereka inginkan, tetapi anak -anak mereka
sangat menderita karenanya.

13
7. M engabaikan anak-anak
Para orang tua mungkin tidak berniat mengabaikan anak -anak
mereka, tetapi banyak yang tanpa sadar telah mengabaikannya.
Orang dewasa asyik dengan pekerjaan mereka, mendelegasikan
tanggung jawab pengasuhan kepada anak-anak tertua atau kakek-
nenek, melewatkan acara-acara penting dalam kehidupan anak-anak
mereka, atau yang terburuk, mereka menjadi pendengar yang buruk -
semua bentuk pengabaian emosional bisa merusak seorang anak.
Anak-anak yang terabaikan secara emosional selalu mengalami
masalah mood dan perilaku. Tindakan sederhana mendengarkan anak
Anda memiliki efek penyembuhan yang mengatasi banyak dilema
pengasuhan. Anak-anak yang merasa dipahami oleh orang tuanya tidak
bertindak untuk mendapatkan perhatian dan cenderung tidak terlibat
dalam perilaku yang merusak. Habiskan waktu berkualitas untuk
mendengarkan, memahami, dan mengidentifikasi dengan anak Anda.
Anda tidak perlu mengeluarkan biaya apa pun, dan ini akan
menghemat banyak uang dalam tagihan terapi di masa mendatang.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bayi dibawah usia Lima Tahun atau biasa disebut Balita memang
sedang mengalami krisis pengenalan lingkungan. D imana bayi besar ini
sedang mencoba mengenal seperti apa yang harus dilakukan olehnya dan
bagaimana menghadapi atau memberikan respon pada lingkungan serta
teman disekitarnya. Nah, balita memang acapkali menjadi usia yang paling
membahagiakan orang tua.
Dengan sikap sangat menggemaskan seringkali anak tersebut
dimanja sehingga menyebabkan beberapa balita menjadi dewasa dengan
cara yang salah. U ntuk itulah mendidik anak balita sangatlah sulit, selain
karena balita masih meniru mereka juga masih bingung memb edakan
benar dan salah. Balita seringkali lebih memilih melakukan yang mereka
sukai dibandingkan aturan boleh atau tidak ataupun benar dan salah.
Kedudukan dan fungsi suatu keluarga dalam kehidupan manusia
bersifat primer dan fundamental. Keluarga pada ha kekatnya merupakan
wadah pembentukan masing-masing anggotanya, terutama anak-anak yang
masih berada dalam bimbingan tanggung jawab orangtuanya.
Tempat seorang remaja tumbuh dan berkembang paling utama
adalah keluarga sekaligus tempat remaja mendapatkan pendidikan dan
juga karakter seorang remaja selain juga dipengaruhi dengan faktor
eksternal yakni masyarakat dan sekolah sehingga akhirnya
terbentuk psikologi remaja. Peranan orang tua dan keluarga dalam tumbuh
kembang seorang remaja memiliki ebberapa fungsi seperti sosial budaya,
agama, perlindungan, reproduksi, cinta kasih, ekonomi, sosialisasi
pendidikan dan juga lingkungan.
M engasuh anak adalah proses seumur hidup saat Anda sudah
memuliki anak. Proses ini penuh suka duka dan tak jarang menguras
emosi. M engasuh anak juga merupakan proses belajar yang luar biasa dan
memerlukan peran serta ayah ibu dan anak.

15
B. Saran
Kritik dan saran sangat kami harapkan dari para pembaca,
khususnya dari dosen mata kuliah yang telah membimbing kami dan para
mahasiswa demi kesempurnaan makalah ini.Apabila ada kekurangan
dalam penyusunan makalah ini, kami mohon maaf yang sebesar -besarnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, Elizabeth B. (2002). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan


Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Kodang, Rosalia. (2015). Pola Asuh Orang Tua terhadap Anak Tunagrahita di
Nanga Bulik Kabupaten Lam andau Provinsi Kalimantan Tengah. Jurnal
Pendidikan Dasar, 6(1), 79-92.

Santrock, John W. (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Soekanto, Soerjono. (2004). Sosiologi Keluarga. Jakarta : PT Rineka Cipta.

17

Anda mungkin juga menyukai