Anda di halaman 1dari 6

Nama : Marsiana Ekaputri Pabida

Nim : 2022015035007

UTS METODE & MODEL


1. Jelaskan perbedaan Model, Pendekatan, dan Metode Pembelajaran
Jawab:
 Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan
sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan
dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Contoh model pembelajaran :

 Model Pembelajaran Examples Non Example


 Model Pembelajaran JIGSAW
 Model Pembelajaran Siklus Belajar 5E
 Model Pembelajaran Problem Based Learning
 Model Pembelajaran Discovery Learning

 Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran diartikan sebagai cara umum dalam memandang permasalahan atau
obyek kajian. Pendekatan pembelajaran juga merupakan titik tolak atau cara pandang guru
terhadap proses pembelajaran yang berlangsung dan bersifat umum. Pendekatan pembelajaran
dapat menguatkan dan melatari metode pembalajaran. Contoh pendekatan pembelajaran :

 Pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme


 Pendekatan Pembelajaran Kontekstual / Contextual Teaching and Learning (CTL)
 Pendekatan Pembelajaran Pendekatan Open – Ended

 Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara yang harus dilalui di dalam mengajar. Metode juga dapat
diartikan cara yang digunakan dalam rangka mengimplemtasikan rencana kegiatan
pembelajaran yang telah disusun untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Contoh metode pembelajaran :
Metode Pembelajaran Diskusi, Metode Pembelajaran Tanya Jawab, Metode Pembelajaran
Demontrasi

2. Mengapa guru perlu menguasai Model, Pendekatan dan Metode Pembelajaran?


Jawab: Sebagai seorang guru, kita harus menempatkan siswa menjadi pusat dalam setiap aspek
pembelajaran. Untuk itu, kita harus bisa membuat siswa merasa nyaman dan aman dalam setiap
pembelajaran yang kita buat. Oleh karena itu, seorang guru sangat penting harus bisa menguasai
model, pendekatan dan metode pembelajaran yang benar agar dapat membuat ruang kelas interaksi
antar guru dan siswa terasa hangat. Sebagai seorang pendidik, tentu kita menginginkan proses
kegiatan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Kunci utama untuk merealisasikan hal
tersebut yaitu dengan menguasai materi pembelajaran. Oleh karena itu, pentingnya kita sebagai
guru menguasai materi pembelajaran dan metode-metode belajar yang sesuai dengan kondisi
belajar siswa. Selain menguasai materi pembelajaran, seorang guru juga harus menguasai metode
yang akan mereka gunakan dalam proses kegiatan belajar dan menyiapkan alat serta media
pembelajaran dengan lengkap supaya proses kegiatan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.
Di samping itu, dengan kita menguasai metode dan model pembelajaran makan pembelajaran kita
akan lebih sistematis di dalam kelas. Proses kegiatan pembelajaran yang diterapkan di dalam
kelas seperti seorang ibu yang sedang memasak di dapur. Jika mereka tidak benar-benar
memahami apa yang ingin dimasak, alat dan bahan yang digunakan, dan cara memasaknya, maka
hasil yang akan diberikan tidak maksimal. Begitu juga dengan seorang guru, mereka harus
menguasai materi pembelajaran yang akan disampaikan, menyiapkan media pembelajaran dan
metode belajar yang akan diterapkan di dalam kelas.

3. Jelaskan salah satu model dan metode pembelajaran yang dipakai dalam proses pembelajaran di
sekolah?
Jawab:
Discovery learning – dengan metode diskusi kelompok
belajar melalui penelusuran, penelitian, penemuan, dan pembuktian. Contoh dalam pembelajaran guru
menugaskan peserta didik untuk menelusuri faktor penyebab terjadinya banjir di daerah setempat.
Peserta didik bekerja secara berkelompok menelurusi informasi dengan mewawancarai penduduk
disertai pelacakan informasi di internet (bimbingan disesuaikan tingkatan usia) dan kemudian diminta
untuk membuat kesimpulan dilanjutkan presentasi.

4. Jelaskaan 7 komponen pendekatan kontekstual


Jawab:
Contextual Teaching and Learning (CTL) menyatakan bahwa pembelajaran seharusnya bersifat
kontekstual bagi si guru. Selain itu pembelajaran juga harus bersifat meaningful (bermakna) dan
relevant (relevan) dengan situasi dan kondisi guru. Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah
suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk
menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkan dengan situasi kehidupan nyata. Pembelajaran
contextual teaching and learning (CTL) bertujuan untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan
yang secara fleksibel dapat ditransfer dari satu permasalahan ke permasalahan lain dan dari satu
konteks ke konteks yang lain. Pembelajaran CTL sebagai suatu pendekatan memiliki 7 asas atau
komponen yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran, yaitu:

1. Konstruktivisme (Constructivism). Konstruktivisme adalah proses membangun atau


menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan Menurut
konstruktivisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar akan tetapi dikonstruksi dari
dalam diri seseorang. Pembelajaran yang menekankan terbangunnya pemahaman sendiri
secara aktif, kreatif dan produktif berdasarkan pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman
belajar yang bermakna.
2. Menemukan (Inquiri). Komponen kedua dalam CTL adalah inquiri. Inquiri, artinya proses
pembelajaran didasarkan pada pencairan dan penemuan melalui proses berpikir secara Secara
umum proses Inquiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu: merumuskan masalah,
mengajukan hipotesa, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan membuat kesimpulan.
Menemukan (Inquiri) merupakan proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan
penemuan. Kegiatan ini diawali dari pengamatan terhadap fenomena, dilanjutkan dengan
kegiatan-kegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperoleh sendiri oleh siswa.
Pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa tidak dari hasil mengingat seperangkat
fakta, akan tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang dihadapinya.
3. Bertanya (Questioning). Belajar pada hakekatnya adalah bertanya dan menjawab Bertanya
dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu, sedangkan menjawab
pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir. Ada 6 keterampilan
bertanya dalam kegiatan pembelajaran, yakni pertanyaan yang jelas dan singkat, memberi
acuan, memusatkan perhatian, memberi giliran dan menyebarkan pertanyaan, pemberian
kesempatan berpikir, dan pemberian tuntunan. Dalam pembelajaran melalui CTL guru tidak
menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan
sendiri.
4. Masyarakat Belajar (Learning Community). Didasarkan pada pendapat Vygotsky, bahwa
pengetahuan dan pemahaman anak banyak dibentuk oleh komunikasi dengan orang lain.
Permasalahan tidak mungkin dipecahkan sendirian, tetapi membutuhkan bantuan orang lain.
Konsep masyarakat belajar (Learning Comunity) dalam CTL hasil pembelajaran diperoleh
melalui kerja sama dengan orang lain, teman, antar kelompok, sumber lain dan bukan hanya
guru. Konsep masyarakat belajar dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh
melalui kerjasama dengan orang
5. Pemodelan (Modeling). Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan
sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap Modeling merupakan azas yang cukup
penting dalam pembelajaran CTL, sebab melalui modeling siswa dapat terhindar dari
pembelajaran yang teoritis (abstrak) yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme.
Konsep pemodelan (modeling), dalam CTL menyarankan bahwa pembelajaran ketrampilan
dan pengetahuan tertentu diikuti dengan model yang bisa ditiru siswa. Cara pembelajaran
seperti ini, akan lebih cepat dipahami siswa dari pada hanya bercerita atau memberikan
penjelasan kepada siswa tanpa ditunjukan model atau contohnya.
6. Refleksi (Reflection). Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari
dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah
dilaluinya. Dalam proses pembelajaran dengan CTL, setiap berakhir proses pembelajaran,
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk merenung atau mengingat kembali apa
yang telah dipelajarinya.
7. Penilaian Nyata (Authentic Assessment). Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan
guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan
Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak,
apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan
baik intelektual ataupun mental siswa. Pembelajaran CTL lebih menekankan pada proses
belajar bukan sekedar pada hasil belajar. Penilaian yang sebenarnya (authentic assessment)
merupakan proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran atau
informasi tentang perkembangan pengalaman belajar siswa.

5. Jelaskan kegiatan 5 M (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan


mengomunikasikan) dalam kegiatan belajar dengan menggunakan pendekatan saintifik
Jawab:
1. Mengamati
Kegiatan belajar yang dilakukan dalam proses mengamati adalah: membaca, mendengar,
menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat). Kompetensi yang dikembangkan adalah: melatih
kesungguhan, ketelitian, mencari informasi. Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan
proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan , seperti
menyajikan media objek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah
pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta
didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Dengan metode
observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara objek yang dianalisis
dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru. Kegiatan mengamati dalam
pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut ini.
a. Menentukan objek apa yang akan diobservasi
b. Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi
c. Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder
d. Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi
e. Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data
agar berjalan mudah dan lancar
f. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi , seperti menggunakan buku
catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.
Praktik observasi dalam pembelajaran hanya akan efektif jika peserta didik dan guru
melengkapi diri dengan dengan alat-alat pencatatan dan alat-alat lain, seperti (1) tape recorder,
untuk merekam pembicaraan; (1) kamera, untuk merekam objek atau kegiatan secara visual;
(2) film atau video, untuk merekam kegiatan objek atau secara audio-visual; dan (3) alat-alat
lain sesuai dengan keperluan.
2. Menanya
Proses ini bertujuan mengembangkan kreatifitas rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan
pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis dari peserta didik. Mereka dapat mengajukan
pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami apa yang diamati atau pertanyaan untuk
mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati. Kegiatan belajar menanya
dilakukan dengan cara: mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa
yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang
diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik).
Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu,
kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup
cerdas dan belajar sepanjang hayat. Adapun fungsi bertanya adalah sebagai berikut. 1)
Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau
topik pembelajaran. 2) Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta
mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri. 3) Mendiagnosis kesulitan belajar
peserta didik sekaligus menyampaikan ancangan untuk mencari solusinya. 4) Menstrukturkan
tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan sikap,
keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan. 5)
Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan
memberi jawaban secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar. 6)
Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen, mengembangkan
kemampuan berpikir, dan menarik simpulan. 7) Membangun sikap keterbukaan untuk saling
memberi dan menerima pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan
toleransi sosial dalam hidup berkelompok. 8) Membiasakan peserta didik berpikir spontan dan
cepat, serta sigap dalam merespon persoalan yang tiba-tiba muncul. 9) Melatih kesantunan
dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain.
3. Mengasosiasi atau Menalar
Dalam kegiatan mengasosiasi informasi terdapat kegiatan menalar. Istilah “menalar” dalam
kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam Kurikulum 2013
untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya
tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif dari guru. Penalaran adalah
proses berpikir logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk
memperoleh simpulan berupa pengetahuan Penalaran yang dimaksud merupakan penalaran
ilmiah. Kegiatan mengasosiasikan atau menalar dalam kegiatan pembelajaran adalah
memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan
mengumpulkan dan hasil dari kegiatan mengamati. Pengolahan informasi yang dikumpulkan
dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi
yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda
sampai kepada pendapat yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan
keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya serta menemukan pola dari keterkaitan
informasi. Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penakaran non ilmiah tidak
selalu tidak bermanfaat. Istilah menalar di sini merupakan padanan dari associating; bukan
merupakan terjemahan dari reasonsing, meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran.
Karena itu, istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan
pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif.
Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide
dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan
memori. Kegiatan belajar yang dilakukan dalam proses mengasosiasi atau menalar adalah
sebagai berikut. a. mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil
kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan
mengumpulkan informasi. b. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat
menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat
mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada
yang bertentangan. Kompetensi yang dikembangkan dalam proses mengasosiasi atau menalar
adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan
menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.
Aplikasi pengembangan aktivitas pembelajaran untuk meningkatkan daya menalar peserta
didik dapat dilakukan dengan cara berikut ini. 1) Guru menyusun bahan pembelajaran dalam
bentuk yang sudah siap sesuai dengan tuntutan kurikulum. 2) Guru tidak banyak menerapkan
metode ceramah atau. Tugas utama guru adalah memberi instruksi singkat tapi jelas dengan
disertai contoh-contoh, baik dilakukan sendiri maupun dengan cara simulasi. 3) Bahan
pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis, dimulai dari yang sederhana sampai
pada yang kompleks (persyaratan tinggi). 4) Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil
yang dapat diukur dan diamati 5) Seriap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki 6)
Perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang diinginkan dapat menjadi
kebiasaan atau pelaziman. 7) Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata atau
otentik. 8) Guru mencatat semua kemajuan peserta didik untuk kemungkinan memberikan
tindakan pembelajaran perbaikan.
4. Mencoba
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau autentik, peserta didik harus mencoba atau
melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Peserta didik pun
harus memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar,
serta mampu menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan
masalahmasalah yang dihadapinya sehari-hari. Agar pelaksanaan percobaan dapat berjalan
dengan lancar perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut. 1) Guru hendaknya
merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan peserta didik. 2) Guru bersama peserta
didik mempersiapkan perlengkapan yang akan dipergunakan. 3) Perlu memperhitungkan
tempat dan waktu. 4) Guru menyediakan kertas kerja untuk pengarahan kegiatan peserta didik.
5) Guru membicarakan masalah yanga akan dijadikan eksperimen. 6) Guru membagi kertas
kerja kepada peserta didik. 7) Peserta didik melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru.
8) Guru mengumpulkan hasil kerja peserta didik dan mengevaluasinya, bila dianggap perlu
didiskusikan secara klasikal. Kompetensi yang dibangun dalam proses eksperimen adalah
mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan
berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang
dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.
5. Mengkomunikasikan
Mengkomunikasikan dalam proses pembelajaran merupakan kegiatan menyampaikan hasil
pengamatan dan kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis. Kegiatan
mengkomunikasikan dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang
ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil
tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau
kelompok peserta didik tersebut. Dalam kegiatan ini guru dapat mengklarifikasi agar peserta
didik mengetahui secara benar apakah jawaban yang telah dikerjakan sudah benar atau ada
yang harus diperbaiki. Dalam kegiatan mengkomunikasikan dapat dilakukan pembelajaran
kolaboratif. Pembelajaran kolaboratif merupakan suatu filsafat personal, lebih dari sekadar
teknik pembelajaran di sekolah. Kolaborasi esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya
hidup manusia yang menempatkan dan memaknai kerja sama sebagai struktur interaksi yang
dirancang secara baik dan disengaja rupa untuk memudahkan usaha kolektif untuk mencapai
tujuan bersama. Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan guru dan fungsi guru lebih bersifat
direktif atau manajer belajar. Sebaliknya, peserta didiklah yang harus lebih aktif. Jika
pembelajaran kolaboratif diposisikan sebagai satu falsafah pribadi ia menyentuh tentang
identitas peserta didik terutama jika mereka berhubungan atau berinteraksi dengan yang lain
atau guru. Dalam situasi kolaboratif itu, peserta didik berinteraksi dengan empati, saling
menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing. Dengan cara
semacam ini akan tumbuh rasa aman sehingga memungkin peserta didik menghadapi aneka
perubahan dan tntutan belajar secara bersama-sama.

6. Setelah mempelajari materi tentang model project based learning, discovery learning, problem based
learning, atau lainnya silahkan identifikasi topik-topik IPA/Fisika/Kimia/Biologi yang dapat disajikan
dengan model-model pembelajaran tersebut
Jawab:
Hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu, pertama sikap: rasa ingin tahu tentang benda,
fenomena alam, mahkluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang
dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; IPA bersifat open ended; kedua, proses: prosedur
pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis ,
perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan; ketiga,
produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum; dan keempat, aplikasi: penerapan metode ilmiah dan
konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Keempat unsur itu merupakan ciri IPA yang utuh yang
sebenarnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Sejalan dengan peryataan diatas, pembelajaran IPA
tidak dapat diajarkan semata dengan model ceramah. Pembelajaran IPA sebaiknya pembelajaran
dengan studentcentered, dimana siswa terlibat aktif dalam percobaan ilmiah. Hal ini sejalan dengan
model pembelajaran Project Based Learning (PJBL) dimana model pembelajaran ini berpusat pada
peserta didik, guru sebagai fasilitator dan motivator dan dengan melibatkan kerja proyek berdasarkan
permasalahan sebagai langkah awalnya. Kemudian mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan
baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata dan merancang, memecahkan
masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, dengan hasil akhir dari kerja proyek.
Kerja proyek adalah suatu produk yang berupa laporan tertulis atau lisan, presentasi atau rekomendasi.
Contoh pada materi rantai makanan peserta didik menghasilkan proyek berupa bagan gambar rantai
makanan ekosistem di lingkungan sekolah seperti ekosistem kebun, kolam dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai