Fika A Syawala - 191447209
Fika A Syawala - 191447209
A. LATAR BELAKANG
Atritis reumatoid (RA) Merupakan penyakit autoimun sistematis kronik yang
menyebabkan inflamasi jaringan ikat, terutama di sendi. Rangkaian dan keparahan, dan rentan
manifestasi luas. (LeMone,burke dan Bauldoff,2016). Jika disepelekan RA dapat mengakibatkan
keterbatasan dalam gerak fisik dari ekstremitas secara mandiri yang disebabkan kerusakan
intregitas struktur tulang, perubahan metabolisme, dan kekakuan sendi. (Ackly,B.J Ladwig, G.B
& Makic M.B.F, 2017) Hingga saat ini masih belum ditemukan pasti apa penyebab remathoid
atritis yang menyebabkan respon imun menyimpang pada pejamu yang rentan secara genetik.
Sebagai akibatya antibodi normal (imunoglobulin) menjadi autoantibodi dan menyerang
jarringan penjamu.antibodi yang berubah ini biasanya terdapat pada orang yang mengalami RA,
disebut Factor rematoid (rhematoid faktor,RF), antibodi yang dihasilkan sendiri berkaitan dengan
antigen target mereka dlam darah dan membran sinovial, membentuk kompleks imun
komplemen diaktivasi oleh kompleks imun,memicu respons inflamasi pada jaringan sinoval.
Menurut hasil riskedas 2018 prevalensi penyakit sendi berdasakan diagnosa nakes
diindonesia 7,3% dan untuk wilayah Jawa timur terdapat 5,2 % untuk penderita penyakit sendi
termasuk Rematouid atritis. Riskesdas (2018) mencatat bahawa ada sekitar 3.8 % pengidap
penyakit sendi terjadi di jawatimur, hal ini teradi karena kurangnya pengetahuan teradap
Rheumatoid atritis dan gaya hidup yang kurang sehat. Menurut badan kesehatan dunia WHO
(2012) menjelakan bahwa sekitar 335 juta penduduk dunia mengidap penyakit rematik, itu
artinya dari enam orang satu di antaranya merupakan penyandang rematik. Sekitar 25 %
penderita rematik akan mengalami kecacatan akibat kerusakn tulang dan persendian.
Departemen kesehatan (2012). Saat ini belum ada angka pasti tentang jumlah penderita rematik
di Indonesia, namun diperkirakan hampir 80% penduduk yang berusia 40 tahun atau lebih
menderita gangguan otot dan tulang. rematoid atritis menyebabkan terganggunya aktivitas sehari
hari klien yang di akibatkan kekakuan sendi, bahkan jika di biarkan Rematoid atritis dapat
menyebakan kecacatan yang dapat menurunkan kepecayaan diri klien. Di indonesia sendiri
pengidap reumatoid atritis sering kali di idap oleh penduduk usia produktif sehingga memberikan
dampak sosial dan ekonomi.
Kerusakan sendi terjadi dalam 2 tahun pertama perjalanan penyakit. Kerusakan dapat
dicegah dengan pemberian Obat jenis DMARD (dissease-modifying antiheumatic
Drugs)sehingga terapi dapat segera dilakukakan dan dapat mencegah kecacatan.Di sisi lain
sering didapati kendala dalam diagnosa dinipenyakit ini yaitu pada masa dini sering belum
ditemukan karakteristik Gejala RA. Gejala cenderung baru dirasakan ketika sudah mencapai di
titik keparahanya sehingga pengobatan sudah terlambat untuk memulai pengobatan yang
adekuat. Berdasarkan hal ini perlu dipikirkan untuk pembuatan kriteria diagnosa reumathoid
atritis versi indonesia berdasarkan data pola klinis atritis di indonesia di masa depan. Kerusakan
sendi dan kekakuan sendi mengakibatkan gangguan aktivitas dan Hambatan mobilitas fisik yaitu
keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu
pergerakan (aktivitas), misalnya mengalami trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai
fraktur pada ekstremitas dan faktor yang berhubungan dengan hambatan mobilitas
(Heriana,2014).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Rumusan Masalah Studi Kasus
Bagaimana gambaran Asuhan keperawatan keluarga pada rhematoid atritis dengan
masalah gangguan mobilitas fisik ?
Friedman, M. (2010). Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek. Edisi
ke-5. Jakarta: EGC.
Haryono R dan Setianingsih S. (2013). Awas Musuh-musuh Anda Setelah Usia 40 Tahun.
Yogyakarta: Goysen Publishing.
Helmi, Zairin Noor. (2014). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta :Salemba Medika.
Iqbal Mubarak, Wahit. (2012). Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsep dan Aplikasi dalam
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.