Anda di halaman 1dari 76

INTERVENSI TERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT

DALAM MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA


PENDERITA HIPERTENSI DI KELUARGA TN.Y
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SIJUK TAHUN 2022

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

Shelvia Rosada
NIM:191447230

POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN PANGKALPINANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIPLOMA III KEPERAWATAN BELITUNG
MARET 2022
INTERVENSI TERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT
DALAM MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA
PENDERITA HIPERTENSI DI KELUARGA TN.Y
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SIJUK TAHUN 2022

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah Karya Tulis Ilmiah


Pada Program Studi Diploma III Keperawatan

Shelvia Rosada
NIM: 191447230

POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN PANGKALPINANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIPLOMA III KEPERAWATAN BELITUNG
MARET 2022
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : Shelvia Rosada
Nim : 191447230

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa laporan tugas akhir yang saya tulis ini
adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
pengambialihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan
atau pikiran saya sendiri

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan laporan tugas akhir ini
adalah hasil plagiat, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Tanjung pandan,16 Januari 2022


Yang membuart pernyataan

Shelvia Rosada
LEMBAR PERSETUJUAN PEBIMBING

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini disusun oleh :


Nama : Shelvia Rosada.
NIM : 191447230.
Judul : Intervensi terapi rendam kaki air hangat dalam menurunkan tekanan
darah pada penderita hipertensi di keluarga Tn.Y di Wilayah kerja Puskesmas
Sijuk.

Telah diperiksa dan disetujui untuk di ujikan pada :

Hari :
Tanggal :

Mengetahui

Pembimbing I Pembimbing II

Nazliansyah, S.Kep., Ners., MNS Astri Yulia Sari


Lubis,S.ST.,M.Kes
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini disusun oleh:


Nama : Shelvia Rosada
NIM : 191447230
Judul : Intervensi terapi rendam kaki air hangat dalam menurunkan tekanan darah
pada penderita hipertensi di keluarga Tn.Y di Wilayah kerja Puskesmas Sijuk.
Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan pada :
Hari :
Tanggal :
Tim Penguji
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih

dan Penyayang yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya, serta bimbingan

dan pengarahan dari bapak dan ibu dosen pembimbing, penulis dapat

menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Intervensi terapi

rendam kaki air hangat dalam menurunkan tekanan darah pada penderita

hipertensi di keluarga Tn.Y di Wilayah kerja Puskesmas Sijuk tahun 2022”.

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu

syarat untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan di Politeknik

Kesehatan Kementerian Kesehatan Pangkalpinang Prodi DIII Keperawatan

Belitung. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan

bantuan, bimbingan serta saran baik secara tertulis maupun secara tidak tertulis,

untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Akhiat, SKM., M.Si selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian

Kesehatan Pangkalpinang Prodi D III Keperawatan Belitung.

2. Bapak Nazliansyah, MNS selaku pembimbing I Karya Tulis Ilmiah yang telah

memberikan bimbingan dan masukan tanpa mengenal lelah kepada penulis.

3. Ibu Astri Yulia Sari Lubis S.ST., M.Kes selaku pembimbing II Karya Tulis

Ilmiah yang telah memberikan bimbingan dan banyak masukan yang sangat

berguna bagi penulis.


4. Bapak dan Ibu dosen beserta staf pendidikan Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan Pangkalpinang Prodi D III Keperawatan Belitung.

5. Kedua orang tua penulis yang tercinta, Isnardi dan Pipi Rossanti yang

senantiasa mendoakan dan mendukung secara moril dan materil terhadap

semua kegiatan perkuliahan dari awal hingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah

ini.

6. Teman seperjuangan, yang telah membantu, mendukung serta memberikan

semangat dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Teman-teman satu angkatan di Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan

Pangkalpinang Prodi D III Keperawatan Belitung.

Penulis menyadari dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak

terdapat kekurangan baik teknik penulisan serta isinya. Hal ini karena

keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki, untuk itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna perbaikan di masa

yang akan datang. Penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini berguna bagi

kita semua. Aamiin.

Tanjungpandan, 16 Februari 2022

Shelvia Rosada
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

1.1. Klasifikasi hipertensi……………………………………..


1.2. Skala menentukan prioritas masalah …………………….
DAFTAR ISTILAH
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi atau tekanan darah tinggi sering dijuluki pembunuh diam-diam karena

pada sebagian besar kasus tidak menunjukkan gejala apapun dan baru disadari jika

penderita sudah memiliki komplikasi (Nurmaulina & Hadiyanto, 2021).

Kerusakan organ merupakan target komplikasi hipertensi, kerusakan tersebut

tergantung pada besarnya peningkatan tekanan darah dan lamanya status tekanan

darah yang terdiagnosis ataupun tidak disadari dan tidak diobati (Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia, 2019).

Serangan hipertensi dapat terjadi pada organ jantung, otak, ginjal dan mata,

sehingga dapat mengakibatkan penyakit jantung, stroke, penyakit ginjal, retinopati

(kerusakan retina), penyakit pembuluh darah tepi, gangguan saraf, gangguan saraf.

Semakin tinggi tekanan darah, semakin tinggi risiko kerusakan organ (P2PTM

Kemenkes RI, 2019).

Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2019 menerangkan

bahwa jumlah hipertensi secara global mencapai 22% dari total seluruh penduduk

dunia, dengan wilayah tertinggi penderita hipertensi di Wilayah Afrika yaitu

sebesar 27% kemudian Wilayah Mediterania Timur 26%, Asia Tenggara 25 %,

Eropa 23%, Pasifik Barat 19 %, Amerika 18%. WHO juga menyebutkan 1 dari 5

orang perempuan di seluruh Dunia menyandang penyakit hipertensi, sedangkan


dengan jumlah laki-laki yang lebih sedikit yaitu 1 dari 4 orang seluruh Dunia

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2019)

Data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan menunjukkan, biaya

pelayanan pada pengobatan hipertensi mengalami perubahan biaya yang semakin

besar yakni, pada tahun 2016 sebesar Rp 2,8 triliun, pada tahun 2017 dan 2018

sebesar Rp 3 triliun. Berdasarkan data tersebut dari tahun 2016 sampai 2018

mengalami kenaikan pada biaya pelayanan kesehatan dan dapat disimpulkan

bahwa jumlah penderita hipertensi semakin meningkat seiring bertambahnya

jumlah biaya yang dibutuhkan untuk pengobatan hipertensi (Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia, 2019)

Menurut Riskesdas 2018, data hipertensi berdasarkan pengukuran pada penduduk

yang berusia 18 tahun adalah 34,1%, dengan provinsi pengidap hipertensi

terbanyak di Kalimantan Selatan yaitu sebesar (44,1%), sedangkan provinsi

terendah terdapat di Papua yaitu sebesar (22,2%). Hipertensi terjadi pada

kelompok umur 31 tahun sampai 44 tahun sebesar (31,6%), umur 45 sampai 54

tahun sebesar (45,3%), dan usia 55 tahun sampai 64 tahun sebesar (55,2%).

Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi lebih banyak

terjadi pada lanjut usia (Riskesdas, 2019)

Data Dinas Kesehatan Kabupaten Belitung tahun 2018 menunjukan jumlah 20

penyakit terbanyak berdasarkan kunjungan di Puskesmas penyakit hipertensi

menduduki peringkat kedua setelah penyakit ISPA dengan jumlah pengunjung

13,153 (22,58%). Pada tahun 2018 untuk pelayanan kesehatan penderita


hipertensi di Kabupaten Belitung sebesar 32,79% belum mencapai target 100%

(Dinas Kesehatan Kabupaten Belitung, 2019).

Sedangkan jumlah estimasi penderita hipertensi berusia ≥15 di Puskesmas Sijuk

mencapai 4.975 orang, dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 2.573 dan

perempuan sebanyak 2.402. Sementara pasien yang mendapatkan pelayanan

kesehatan hanya berjumlah 916 artinya sebesar 18,4% dari total keseluruhan

penderita hipertensi, dengan laki-laki sebanyak 183 dengan persentase 7,1%, dan

perempuan 733 orang dengan persentase 30,5 % (Dinas Kesehatan Kabupaten

Belitung, 2019).

Secara garis besar pengobatan hipertensi dibagi menjadi dua yaitu pengobatan

farmakologi dan non farmakologi. Pengobatan farmakologi banyak

menyembuhkan hipertensi namun banyak memiliki efek samping seperti sakit

kepala, pusing lemas dan mual. Tindakan non farmakologi dapat dilakukan

dengan mengubah pola hidup sehat, menurunkan asupan garam dan lemak,

meningkatkan konsumsi buah dan sayur, penurunan berat badan berlebih, latihan

fisik dan terapi alternatif komplementer seperti Hidrotherapy.

Hidrotherapy dapat menurunkan tekanan darah jika dilakukan secara rutin. Jenis

hidrotherapy antara lain yaitu mandi air hangat, mengompres, dan merendam kaki

dengan air hangat (Ferayanti et al., 2017). Terapi rendam kaki dengan air hangat

yaitu terapi non farmakologi yang mampu menurunkan tekanan darah. Manfaat

lain yang juga diberikan dari terapi rendam kaki dengan air hangat yaitu

mengatasi demam, mengurangi nyeri, memperbaiki kesuburan, mengurangi rasa


lelah, meningkatkan sistem pertahanan tubuh dan bermanfaat dalam melancarkan

peredaran darah (Astutik & Mariyam, 2021).

Terapi rendam kaki dengan air hangat adalah terapi yang mampu meningkatkan

sirkulasi darah dengan cara memperlebar pembuluh darah sehingga menyebabkan

proses suplai oksigen ke jaringan lebih efektif dan maksimal . Peneliti memilih

terapi rendam kaki dengan air hangat karena mudah dalam penerapannya dan

mempunyai sedikit efek samping serta tidak mengeluarkan banyak biaya dalam

implementasi tindakannya serta dapat memberikan dampak yang efektif untuk

penurunan tekanan darah (Astutik & Mariyam, 2021)

Berdasarkan literatur dan data tersebut maka penulis tertarik untuk membuat

karya tulis ilmiah dengan intervensi khusus yaitu merendam kaki dengan air

hangat terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di tatanan

keperawatan keluarga yang akan dilaksanakan di Wilayah kerja Puskesmas Sijuk

Kabupaten Belitung.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana teknik terapi rendam kaki dengan air hangat dalam menurunkan

tekanan darah terhadap pasien hipertensi pada keluarga Tn.Y di Wilayah kerja

Puskesmas Sijuk ?

C. Tujuan Studi Kasus


Menggambarkan tehnik terapi rendam kaki dengan air hangat dalam menurunkan

tekanan darah terhadap pasien hipertensi di keluarga Tn.Y di Wilayah kerja

Puskesmas Sijuk.

D. Manfaat

1. Bagi masyarakat

Dapat menjadi bahan informasi dan pembelajaran bagi masyarakat terutama

manfaat rendam kaki dengan air hangat untuk menurunkan tekanan darah

sehingga dapat dijadikan alternatif yang digunakan untuk mengatasi hipertensi

selain menggunakan obat-obatan.

2. Bagi perkembangan ilmu dan teknologi keperawatan

Dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu keperawatan khususnya

dalam keperawatan keluarga.

3. Bagi penulis

Dapat menerapkan teori yang telah didapatkan mengenai keperawatan keluarga

secara langsung dilapangan terhadap pasien dengan hipertensi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Tekanan Darah.

1. Tekanan darah

Tekanan darah adalah tenaga yang di upayakan oleh darah untuk melewati setiap

unit atau daerah dari dinding pembuluh darah, tekanan darah timbul karena

adanya tekanan pada dinding arteri. Tekanan arteri terdiri dari tekanan sistolik,

tekanan diastolik, tekanan pulsasi, tekanan arteri rerata.

Tekanan sistolik yaitu tekanan maksimum dari darah yang mengalir pada arteri

saat ventrikel jantung berkontraksi, besarnya sekitar 100-140 mmHg. Tekanan

diastolik yaitu tekanan darah pada dinding arteri pada saat jantung relaksasi,

besarnya sekitar 60-90 mmHg. Tekanan pulsasi merupakan refleks dari stroke

volume dan elastisitas arteri besarya sekitar 40-60 mmHg.

Sedangkan tekanan arteri rerata adalah gabungan dari tekanan pulsasi dan tekanan

diastolik yang besarnya sama dengan sepertiga tekanan pulsasi ditambah tekanan

diastolil tekanan darah sesungguhnya adalah ekspresi dari tekanan sistol dan

tekanan diastol yang normal berkisar 120/80 mmHg. Peningkatan tekanan darah

lebih dari normal disebut hipertensi dan jika kurang disebut hipotensi. Tekanan

darah sangat berkaitan dengan curah jantung, tahanan pembuluh darah perifer,

viskositas dan elastisitas pembuluh darah (Aspiani, 2015).


Tekanan darah = curah jantung x tahanan perifer

Fungsi curah jantung dan resistansi vaskular sistemik( resistansi perifer total )

merupakan kekuatan yang digunakan darah untuk melawan dinding pembuluh

darah. Tekanan darah diastolik, gelombang bertekanan tinggi, ditentukan sebagian

oleh curah jantung (Roshdal & T.Kowalski, 2014).

2. Pengaturan tekanan darah

Banyak faktor yang membantu mempertahankan atau mengatur tekanan darah.

Tekanan darah sangat ditentukan oleh arteri kecil dan arteriol. Arteriol memiliki

dinding yang sangat tebal dalam proporsi terhadap diameternya. Arteriol tersusun

atas otot polos yang memiliki tonus tersendiri yang membantu untuk mengatur

jumlah darah yang mengalir didalamnya. Arteriol dapat cepat dilatasi dan

kontraksi untuk mengatur tekanan darah. Selain itu penurunan tekanan terbesar

terjadi di dalam arteriol.

Sistem pengaturan tekanan darah meliputi sistem saraf endokrin kardiovaskuler

dan perkemihan. Faktor yang mempengaruhi tekanan darah adalah faktor yang

mempengaruhi curah jantung resistensi vaskuler sistemik atau keduanya faktor ini

dapat mencakup jumlah dan isi darah sirkulasi elastisitas dan kemampuan otot

polos pada dinding arteri untuk dilatasi dan kontriksi, pembentukan plak pada

dinding arteri, fungsi ginjal dan hormone. Reseptor sensorik khusus pada dinding

pembuluh darah yang disebut baroreseptor, distimulasi oleh perubahan tekanan

darah. Baroreseptor mengirimkan sinyal yang menyebabkan berbagai Reaksi


tubuh yang membantu mempertahankan tekanan darah normal (Roshdal &

T.Kowalski, 2014).

3. Curah Jantung.

Curah jantung (Cardiac Output) adalah jumlah darah yang dipompa oleh ventrikel

dalam 1 menit. Pada orang dewasa dalam kondisi istirahat, jumlah normal curah

jantung adalah antara 4 sampai 6 liter. Volume sekuncup ( stroke volume) adalah

volume darah yang dikeluarkan dalam setiap denyut jantung. Curah jantung

berkaitan dengan volume sekuncup dan denyut per menit. Oleh sebab itu,

perubahan jumlah darah yang dikeluarkan oleh jantung atau perubahan pada

denyut jantung, akan mempengaruhi curah jantung. Kondisi ini dapat terjadi saat

latihan fisik untuk meningkatkan volume darah keseluruh tubuh. Curah jantung

rendah dapat mengakibatkan penurunan suplai darah ke tubuh dan,

selanjutnya,menurunkan oksigen dan nutrisi ke sel (Roshdal & T.Kowalski, 2014)

4. Faktor yang mempengaruhi curah jantung.

Untuk beradaptasi dengan kebutuhan metabolisme tubuh, jantung dapat

mengubah curah jantung nya. Selain itu, sistem saraf otonom dapat

mempengaruhi denyut jantung. Misalnya, dalam situasi bahaya, denyut jantung


meningkat. Kondisi ini meningkatkan curah jantung. (Roshdal & T.Kowalski,

2014)

Faktor yang memengaruhi curah jantung yaitu preload dan afterload. Preload

adalah jumlah tekanan atau kekuatan meregang melawan dinding ventrikel pada

akhir diastole (relaksasi maksimum jantung). Ketika lebih banyak volume darah

dikembalikan ke ventrikel, serat otot dalam ventrikel meregang untuk

mengakomodasi kelebihan darah.

Hukum starling menyatakan bahwa semakin besar regangan, semakin besar

kekuatan kontraksi yang mengikuti. Semakin besar kontraksi jantung, semakin

banyak volume darah yang dikeluarkan, menyebabkan peningkatan volume

sekuncup. Daya kontraksi otot jantung juga berpengaruh terhadap curah jantung,

makin kuat kontraksi otot jantung makin banyak pula volume darah yang

dikeluarkan. Stimulasi saraf simpatis meningkatkan kontraktilasi otot jantung dan

tekanan ventrikel (Aspiani, 2015).

Afterload adalah jumlah tekanan atau resistensi yang harus diatasi oleh ventrikel

untuk mengeluarkan isinya. Penurunan resistansi ini akan membuat ventrikel lebih

mudah mengeluarkan isinya dan selanjutnya menghasilkan peningkatan volume

sekuncup. Norepinefrin dan epinefrin, yang dilepaskan oleh sistem saraf simpatik,

juga meningkatkan kemampuan ventrikel untuk mengatasi resistansi dan

mengeluarkan isinya, dengan meningkatkan kontraksi(Roshdal & T.Kowalski,

2014).
5. Tahanan perifer / Resistensi perifer

Resistensi/tahanan adalah hambatasan aliran darah terhadap suatu pembuluh yang

tidak dapat diukur secara langsung. Resistensi dipegaruhi oleh dua faktor, yaitu

diameter pembuluh darah ( terutama areriola) dan viskositas ( kekentalan) darah.

Peningkatan diameter pembuluh darah (vasodilatasi) akan menurunkan tahanan,

sedangkan penurunan diameter pembuluh darah ( vasokontriksi )dapat

meningkatkan resistensi. Viskositas sebagaian besr dipengaruhi oleh kadar

hematokit, yaitu persentasi volume darah yang ditempati oleh sel darah merah.

Semakin tinggi viskositas maka semakin tinggi pula resistensi pembuluh darah

(Aspiani, 2015).

Resistensi vaskular sistemik mempengaruhi tekanan darah diastolik. Resistensi

vaskular sistemik umumnya dianggap sebagai tonus vasomotor artinya pembuluh

darah dapat mengubah meningkat atau menurun diameternya kontraksi atau

dilatasi bergantung pada kebutuhan tubuh. (Roshdal & T.Kowalski, 2014).

B. Konsep penyakit hipertensi.

1. Definisi Hipertensi.

Hipertensi didefinisikan sebagai kondisi tubuh yang ditandai dengan tekanan

darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg,

berdasarkan pada dua kali pengukuran atau lebih (Smeltzer, 2013)


Menurut Sylvia A. Price, Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah

sitolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg.

Hipertensi tidak hanya berisiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga

menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal dan pembuluh darah dan

makin tnggi tekanan darah semangkin besar resikonya (Nurarif & Kusuma, 2015)

2. Klasifikasi Hipertensi

a. klasifikasi berdasarkan etiologi.

1) Hipertensi essensial ( primer )

Merupakan 90 % dari kasus penderita hipertensi. Dimana sampai saat ini belum

diketahui penyebabnya secara pasti. Beberapa faktor yang berpengaruh dalam

terjadinya hipertensi essensial, seperti : faktor genetik, stressdan psikologis, serta

faktor lingkungan dan diet ( peningkatan penggunaan garam dan berkurangnya

asupan kalian dan kalsium).

2) Hipertensi sekunder.

Pada hipertensi sekunder, penyebab dan patofisiologi dapat diketahui dengan jelas

sehingga lebih mudah untuk dikendalikan dengan obat-obatan. Penyebab

hipertensi sekunder di antaranya berupa kelainan ginjal seperti tumor, diabetes,

kelainan adrenal, kelainan aorta, kelainan endokrin lainnya seperti obesitas,

resistensi insulin, hipertiroidisme, dan pemakaian obat-obatanseperti kontrasepsi

oral dan kortikosteroid (Wijaya & Putri, 2013)


b. Klasifikasi berdasarkan derajat hipertensi.

1) Menurut International Society of Hypertension Global

Menurut International Society of Hypertension Global pada tahun 2020 terdapat

beberapa tingkatan pada klasifikasi hipertensi yaitu :

Kategori Tekanan Tekanan

sistolik(mmHg) diastolic(mmHg)

Normal < 130 dan < 80

Normal tinggi 130-139 Dan/atau 85-89

Hipertensi derajat 140-159 Dan/atau 90-99

Hipertensi derajat ≥160 Dan/atau > 100

II

Tabel 1.1 klasifikasi hipertensi ( sumber : (Unger et al., 2020)

3. Etiologi Hipertensi.

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi

terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung atau peningkatan perifer. Akan

tetapi, ada beberapa faktor yang memengaruhi terjadinya hipertensi:

a. Genetik : respon neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi atau

transport Na.

b. Obesitas : terkait dengan insulin yang tinggi yang mengakibatkan

tekanan darah meningkat.

c. Stress karena lingkungan.


d. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta

pelebaran pembuluh darah.

Pada orang lanjut usia, penyebab hipertensi disebabkan terjadinya perubahan pada

elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjeadi kaku,

kemampuan jantung memompa darah, kehilangan elastisitas pembuluh darah, dan

meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer. Setelah usia 20 tahun

kemampuan jantung memompa darah menurun 1% tiap tahun sehingga

menyebabkan menurunnya kontraksi dan volume. Elastisitas pembuluh darah

menghilang karena terjadi kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk

oksigenasi (Aspiani, 2015)

4. Patofisiologi

Kepastian mengenai patofisiologi hipertensi masih dipenuhi ketidakpastian.

Sejumlah kecil pasien (antara 2% dan 5%) memiliki penyakit dasar ginjal atau

adrenal yang menyebabkan peningkatan tekanan darah. Namun, masih belum ada

penyebab tunggal yang dapat diindentifikasi dan kondisi inilah yang disebut

sebagai “hipertensi esensial”. Sejumlah mekanisme fisiologis terlibat dalam

pengaturan tekanan darah normal terlibat dalam pengaturan tekanan darah normal,

yang kemudian kemudian dapat turut berperan dalam terjadinya hipertensi

esensial.
Beberapa faktor yang saling berhubungan mungkin juga turut serta menyebabkan

peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensi, dan peran mereka berbeda pada

setiap individu. Diantara faktor-faktor yang telah dipelajarari secara intensif

adalah asupan garam, obesitas dan resistensi insulin, sistem renin-angiotensin, dan

ssitem saraf simpatis. Pada beberapa tahun belakang, faktor lainnya telah

dievaluasi, termasuk genetik, disfungsi endotel (yang tampak pada perubahan

endotelin dan nitrat oksida)

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak

dipusat vasomotor, pada medula otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras

saraf simpatis yang berlanjut, kebawah ke korda spinalis dan keluar dari komula

medulla spinalis ke ganglia simpatis dithiraks dan abdomen.

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak

kebawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron

pregangglion melepaskan asetikolin, yang akan merangsang serabut saraf paska

kontriksi pembuluh darah, berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat

mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor.

Individu dengan hipertensi sangat sensitive dengan norepinefrin, meskipun tidak

diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air di tubulus ginjal, menyebabkan

peningkatan volume intravaskular. Semua faktor cenderung pencetus keadaan

hipertensi. Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah

perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut
usia. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya jaringan ikat, dan

penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya

menurunkan kemampuan distensi dan daya renggang pembuluh darah,

konsukensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam

mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),

mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer

perjalanan penyakit hipertensi ini masalah keperawatan yang mungkin terjadi

antara lain, nyeri akut, resiko gangguan perfusi jaringan dan resiko cidera (Wijaya

& Putri, 2013)

5. Manifestasi Klinis Hipertensi

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi (Nurarif & Kusuma, 2015)

a. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan

tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal

ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosis jika tekanan arteri

tidak terukur.

b. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri

kepala dan kelelahan. Dalam kenyataan ini merupakan gejala terlazim yang

mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis. Beberapa keluhan


yang menderita hipertensi yaitu sakit kepala, pusing,lemas kelelahan, sesak nafas,

gelisah, mua, muntah, epistaksis, kesadaran menurun.

6. Komplikasi Hipertensi.

a. Stroke dapat terjadi karena hemoragi akibat tekanan darah tinggi di otak,

atau akibat embolus yang telepas dari pembuluh selain otak yang terpajan

tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri

yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga

aliran darah ke area otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah

sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.

b. Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerotik tidak

dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk

thrombus yang menghambat aliran darah melewati pembuluh darah. Pada

hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium

mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang

menyebabkan infark. Demikian juga, hipertrofi ventrikel sehingga terjadi

disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan risiko pembentukan bekuan.

c. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi

pada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus, aliran darah

ke nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan

kematian. Dengan rusaknya membaran glomerulus, protein akan keluar


melalui urine sehingga tekanan osmotic koloid plasma berkurang dan

menyebabkan edema, yang sering dijumpai pada hipertensi kronis.

d. Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada hipertensi

maligna (hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan yang

sangat tinggi pada kelainan ini menyebakan peningkatan tekanan kapiler

dan mendorong cairan ke ruang interstisial di seluruh susunan saraf pusat.

Neuron disekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian.

e. Kejang dapat terjadi pada wanita preeclampsia. Bayi yang lahir mungkin

memiliki berat lahir kecil akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat,

kemudian dapat mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu mengalami kejang

selama atau sebelum proses persalinan (Aspiani, 2015)

7. Penatalaksanaan Hipertensi.

Menurut Mansjoer (2002) tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah

menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler dan mortalitas serta morbiditas yang

berkaita. Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik di

bawah 140 mmHg dan tekanan diastolic dibawah 90 mmHg dan mengontrol

factor risiko. Hal ini dapat dicapai melalui modifikasi gaya hidup saja, atau

dengan obat antihipertensi (Aspiani, 2015).

Penatalaksanaan faktor risiko dilakukan engan cara pengobatan secara non-

farmakologi, antara lain :


a. Pengaturan diet Beberapa diet yang dianjurkan :

1) Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah

pada klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat

mengurangi stimulasi sistem renin-angiostensin sehingga sangat

berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah asupan natrium yang

dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram per hari.

2) Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi

mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium secara intravena dapat

menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh oksidanitrat

pada dinding vascular.

3) Diet kaya buah dan sayur.

4) Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.

b. Penurunan berat badan.

Pada beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian

hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan adalah hal

yang sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah. Penurunan berat badan (1

kg/minggu) sangat dianjurkan. Penurunan berat badan dengan menggunakan obat-

obatan perlu menjadi perhatian khusus karena umumnya obat penurun berat badan

mengandung simpatomimetik, sehingga dapat meningkatkan tekanan darah,

memperburuk angina atau gejala jantung dan terjadinya eksaserbasi aritmia.

c. Olahraga.

Olahraga bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki keadaan

jantung. Olahraga isotonik dapat meningkatkan fungsi endotel, vasodilatasi


perifer, dan mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur dianjurkan untuk

menurunkan tekanan darah. Olahraga meningkatkan kadar HDL, yang dapat

mengurangi terbentuknya arterosklerosis akibat hipertensi.

d. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat.

Berhenti merokok dan tidak mengonsumsi alkohol, karena asap rokok diketahui

menurunkan aliran darah ke bagian organ dan dapat meningkatkan kerja jantung.

Penatalaksanaan medis yang diterapkan pada penderita hipertensi adalah sebagai

berikut:

1) Terapi oksigen.

2) Pemantauan hemadinamik.

3) Pemantauan jantung.

4) Obat-obatan:

a) Diuretik : Chlorthalidan, Hydromax, Lasix, Aldactone, Dyrenium

Diuretic bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi

curah jantung dengan mendorong ginjal meningkatkan ekskresi

garam dan airnnya.

b) Penyekat saluran kalsium menurunkan kontraksi otot polos

jantung atau arteri dengan mengintervensi influx kalsium yang

dibutuhkan untuk kontraksi.

c) Penghambat enzim mengubah angiotensin II atau inhibitor ACE

berfungsi untuk menurunkan angiostensin II dengan menghambat

enzim yang diperlukan untuk mengubah angiostensin I menjadi

angiostensin II. Antagonis (penyekat) respetor beta, terutama


penyekat selektif, bekerja pada reseptor beta dijantung untuk

menurunkan kecepatan denyut dan curah jantung.

d) Antagonis reseptor alfa menghambat reseptor alfa di oto polos

vaskuler yang secara normal berespons terhadap ransangan saraf

simpatis dengan vasokonstriksi. Hal ini akan menurunkan TPR.

e) Vasodilator arteriol langsung dapat digunakan untuk menurunkan

TPR. Misalnya, Natrium, Nitroprusida, Nikardipin, Hidralazim,

Nitrogliserin, dan lain-lain. (Bunner & Suddarth,2002) (Aspiani,

2015)

8. Pemeriksaan Diagnostik

a. Laboratorium

1) Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal.

2) Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena

parenkim ginjal dengan gagal ginjal akut.

3) Darah perifer lengkap

4) Kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa)

b. EKG

1) Hipertrofi ventrikel kiri

2) Iskemia atau infark miokard.

3) Peninggian gelombang P

4) Gangguan konduksi

c. Foto Rontgen
1) Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta

2) Pembendungan, lebarnya paru

3) Hipertrofi parenkim ginjal

4) Hipertrofi vaskuler ginjal (Aspiani, 2015)

C. Konsep Dasar Keluarga.

1. Definisi keluarga

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang satu sama lain saling terikat

secara emosional, serta bertempat tinggal yang sama dalam satu daerah yang

berdekatan ( friedman,2002).

Duval dan Miller (1986) menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang

dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk

menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik,

mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota.

Menurut BKKBN (1992), keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang

terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dengan anaknya,

atau ibu dengan anaknya.

Dari beberapa pengertian tentang keluarga maka dapat disimpulkan bahwa

karakteristik keluarga adalah

a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,

perkawinan atau adopsi.


b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap

memperhatikan satu sama lain.

c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing

mempunyai peran sosial: suami,istri,anak,kakak,adik.

d. Mempunyai tujuan: menciptakan dan mempertahankan budaya,

meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota

(Muslihin, 2012).

2. Tipe keluarga.

Menurut (Sussman, 1974) dan Maclin (1988) tipe keluarga dibedakan berdasarkan

keluarga tradisional dan non tradisional.

a. Keluaraga Tradisional

Yang termasuk keluarga tradisional adalah:

1) Keluarga inti (nuclear family) Adalah keluarga yang terdiri dari

suami, istri, dan anak-anak yang hidup dalam rumah tangga yang

sama.

2) Keluarga dengan orang tua tunggal (single parent) Yaitu keluarga

hanya dengan satu orang yang mengepalai akibat dari perceraian,

pisah atau ditinggalkan.

3) Pasangan inti (dyad family), Hanya terdiri dari suami dan istri saja,

tanpa anak atau tidak ada anak yang tinggal bersama mereka.

4) Bujang Dewasa (single adult), Yang tinggal sendirian.


5) Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari nafkah,

istri tinggal di rumah dengan aanak sudak menikah atau bekerja.

6) Jaringan keluarga besar terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau

anggota keluarga yang tidak menikah yang hidup berdekatan dalam

daerah geografis (Dion & Betan, 2013).

b. Keluarga non tradisional

1) Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi menikah

(biasanya terdiri dari ibu dan anak saja).

2) Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai anak.

3) Keluarga gay/lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin sama

yang hidup bersama sebagai pasangan yang menikah.

4) Keluarga komuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu

pasangan monogamy dengan anak-anak, secara bersama

menggunakan fasilitas , sumber dan memiliki pengalaman yang sama

(Dion & Betan, 2013).

D. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga.

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian

integral, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan yang ditujukan kepada

individu, keluarga, kelompok, masyarakat baik sehat maupun sakit yang

mencakup seluruh proses kehidupan manusia.


Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada praktik

keperawatan baik langsung atau tidak langsung atau tidak langsung diberikan

kepada sistem klien di sarana atau tatanan pelayanan kesehatan dengan

menggunakan pendekatan kode etik dan standar praktik keperawatan.

Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan

melalui praktek keperawatan kepada keluarga, untuk membantu menyelesaikan

asalah kesehatan keluarga tersebut dengan menggunakan pendekatan proses

keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan keluarga,

perencanaan, implementasi keperawaran, dan evaluasi tindakan keperawatan

(Muslihin, 2012)

1. Pengkajian.

Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil informasi

secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Sumber

informasi dari tahapan pengkajian menggunakan metode wawancara keluarga,

observasi fasilitas rumah, pemeriksaan fisik dari anggota keluarga, dan data

sekunder (hasil laboratorium, hasil X-ray, pap smear, dan sebagainya Hal-hal

yang perlu dikaji dala keluarga adalah (model Friedman):

1) Data Umum Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi

a) Nama kepala keluarga (KK).

b) Alamat dan telepon.

c) Pekerjaan kepala keluarga.

d) Pendidikan kepala keluarg.

e) Kompisi keluarga (genogram).


f) Tipe keluarga

Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang

terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.

g) Suku bangsa

Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya suku

bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.

h) Agama.

Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat

mempengaruhi kesehatan.

i) Status sosial ekonomi keluarga.

Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala

keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial ekonomi

keluarga ditentukan pula oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh

keluarga.

j) Aktivitas rekreasi keluarga.

Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan sajakeluarga pergi bersama-sama

untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun dengan menonton TV dan

mendengarkan radio juga merupakan aktifitas rekreasi.

2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga.

a) Tahap perkembangan keluarga saat ini.

Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti.

b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.


Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga

serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.

c) Riwayat keluarga inti.

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang meliputi

riwayat penyakit menular, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga,

perhatian terhadap pencegahan penyakit (status imunisasi), sumber pelayanan

kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman- pengalaman terhadap

pelayanan kesehatan.

d) Riwayat keluarga sebelumnya.

Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.

3) Pengkajian Lingkungan

a) Karakteristik rumah.

Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah

ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan perabotan rumah

tangga, jenis septic tank, jarak septic tank dengan sumber air, sumber air minum

yang digunakan serta denah rumah.

b) Karakteristik tetangga dan komunitas RW.

Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat, yang

meliputi kebiasaan, lingkunfan fisik, aturan/ kesepakatan peenduduk setempat,

budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan.

c) Mobilitas geografis keluarga.

Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah

tempat.
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta

perkumpulan keluarga yang ada dan sejauhmana keluarga interaksinya dengan

masyarakat.

e) Sistem pendukung keluarga

Yang termasuk pada sistem keluarga pendukung keluarga adalah jumlah anggota

keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang

kesehatan.

4) Struktur Keluarga.

a) Pola komunikasi keluarga

Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga.

b) Struktur kekuatan keluarga.

Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain

untuk merubah perilaku.

c) Struktur peran.

Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal

maupun informal.

d) Nilai atau norma keluarga.

Menjelaskan niali dan norma yang dianut keluarga yang berhubungan dengan

kesehatan.

5) Fungsi Keluarga.

a) Fungsi afektif.
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki

dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga

lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada naggota keluarga dan bagaiman

keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.

b) Fungsi sosialisasi.

Hal yang perlu dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga,

sejauhmana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya, dan perilaku.

c) Fungsi keperawatan kesehatan.

Menjelaskan sejauhmana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan

serta merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauhmana pengetahuan keluarga

mengenai sehat-sakit. Kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan perawatan

kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas kesehatan

keluarga yaitu mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan,

untuk melaksanakan tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota yang sakit,

menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan dan keluarga mamp

memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat dilingkungan setempat.

d) Fungsi reproduksi.

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi kelauarga adalah berapa jumlah

anak, bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga, dan metode

apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota

keluarga.

e) Fungsi ekonomi.
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah sejauhmana

keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan peran, dan sejauhmana

keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya peningkatan

status kesehatan keluarga.

6) Stres dan Koping Keluarga.

a) Stressor jangka pendek dan panjang.

Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan

penyelesaian dalam waktu kurang lebih 6 bulan. Stressor jangka panjang yaitu

stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih

dari 6 bulan.

b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor.

Hal yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga bersepon terhdapa situasi/

stressor.

c) Strategi koping yang digunakan.

Strategi koping apa yang digunakan kelaurag bila menghadapi permasalahan.

d) Strategi adaptasi disfungsional.

Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila

menghadapi permasalahan.

7) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang

digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di

klinik.

8) Harapan keluarga.
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas

kesehatan yang ada.

2. Diagnosa Keperawatan Keluarga

Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapat pada

pengkajian yang terdiri dari masalah keperawatan (problem/P) yang berkenaan

pada individu dalam keluarga yang sakit berhubungan dengan etiologi (E) yang

berasal dari pengkajian fungsi perawatan keluarga.

Diagnosa keperawatan keluarga mengacu pada P-E-S di mana untuk problem (P)

dapat digunakan tipologi dari NANDA maupun Doengoes sebagai masalah

individu yang sakit dan etiologi (E) berkenaan dengan 5 tugas keluarga dalam hal

kesehatan atau keperawatan.

Tipologi dari diagnosis keperawatan keluarga

1. Aktual terjadi defisit gangguan kesehatan

Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari gangguan

kesehatan.

2. Resiko ancaman kesehatan

Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan misalnya di

lingkungan rumah yang kurang bersih pola makan yang tidak adekuat stimulasi

tumbuh kembang yang tidak adekuat.

3. Potensial (keadaan sejahtera”wellness”)


suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga kesehatan

keluarga dapat ditingkatkan.

Etiologi dari diagnosis keperawatan keluarga berdasarkan hasil pengkajian dari

tugas perawat kesehatan keluarga. Khusus untuk diagnosis keperawatan potensial

(sejahtera”wellness”) menggunakan/boleh tidak menggunakan etimologi

(Muslihin, 2012).

Dalam satu keluarga dapat saja menemukan lebih dari 1 (satu) diagnosis

keperawatan keluarga. Untuk menentukan prioritas terhadap diagnosis

keperawatan keluarga yang ditemukan di hitung dengan menggunakan cara

sebagai berikut :

Skala untuk Menentukan Prioritas masalah

(Bailon dan Maglaya, 1978)

No KRITERIA SKOR BOBOT PEMBENARAN

1 Sifat masalah Argumen terhadap

penentuan skala
Skala : Tidak/kurang 3 1

sehat

Ancaman kesehatan 2

Keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah

dapat diubah

Skala : Mudah 2 1

Sebagian 1

Tidak dapat 0

3 Potensial masalah untuk

dicegah

Skala : Tinggi 3 1

Cukup 2

Rendah 1

4 Menonjolnya masalah

Skala : Masalah berat, 2 1

harus segera ditangani

Ada masalah tetapi tidak 1

perlu ditangani

Masalah tidak dirasakan 0

Tabel 1.2 skoring dalam menentukan masalah keperawatan keluarga ( sumber :

(Muslihin, 2012)

Skoring :

a. Tentukan skor untuk setiap kriteria

b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot


Skor

___________ x bobot

Angka Tertinggi

c. Jumlahkan skor untuk semua kriteria

1) Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas:

Dengan melihat kriteria yang pertama,yaitu sifatnya masalah, bobot yang lebih

berat diberikan pada tidak kurang sehat karena yang pertama memerlukan

tindakan segera dan biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga.

Untuk kriteria kedua, yaitu untuk kemungkinan masalah dapat diubah perawat

perlu memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut :

a) Pengetahuan yang ada sekarang teknologi dan tindakan untuk menangani

masalah

b) Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik keuangan dan tenaga

c) Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan keterampilan dan waktu

d) Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas organisasi dalam

masyarakat dalam bentuk fasilitas organisasi dalam masyarakat dan

sokongan masyarakat

Untuk kriteria ketiga, yaitu potensial masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang

perlu diperhatikan adalah :

a) Kebalikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah

b) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu masalah itu

ada
c) Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang tepat

dalam memperbaiki masalah

d) Adanya kelompok high risk atau kelompok yang sangat peka menambah

potensial untuk mencegah masalah.

Untuk kriteria keempat,yaitu menonjolnya masalah pada perawat perlu menilai

persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut. Nilai skor

yang tertinggi yang terlebih dahulu dilakukan intervensi keperawatan keluarga

(Muslihin, 2012).

3. Rencana Keperawatan

Adapun sekumpulan tindakan yang ditentukan oleh perawat untuk dilakukan guna

memecah masalah kesehatan dan masalah perawat yang telah diidentifikasi.

Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, yang mencakup

tujuan umum (untuk mengatasi problem/masalah pada individu yang sakit) dan

tujuan khusus (pemecahan masalah dengan mengacu pada 5 tugas keluarga dalam

hal kesehatan keperawatan) serta dilengkapi dengan kriteria dan standar. Kriteria

dan standar merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang diharapkan dari

setiap tindakan keperawatan berdasarkan tujuan khusus yang ditetapkan.

Ciri-ciri rencana perawat berasal dari dan berhubungan dengan konsep

perencanaan sebagai suatu proses :


a. Rencana perawat berpusat pada tindakan-tindakan yang dapat memecah

atau meringankan masalah yang sedang dihadapi. Rencana itu sendiri

adalah pedoman untuk melakukan tindakan keperawatan dan kolaboratif

yang intinya adalah pendekatan-pendekatan, strategi, kegiatan-kegiatan,

cara-cara, bahan-bahan, di mana perawat bersama dengan keluarga asuhan

mengharapkan dapat merubah masalah atau situasi.

b. Rencana perawat adalah hasil dari suatu proses yang sistematik dan telah

dipelajari tidak hanya didasarkan oleh dorongan hati tanpa proses

pemikiran. Proses perencanaan mempunyai sifat logis dimana data-data

yang berkaitan dikumpulkan guna memperoleh keputusan yang masuk

akal.

c. Rencana perawat menggunakan kejadian kejadian masa lampau maupun

yang sekarang untuk menentukan arah asuhan keperawatan karena rencana

perawat berhubungan dengan masa yang akan datang.

d. Rencana perawat berputar pada masalah kesehatan dan keperawatan yang

telah diidentifikasi, karena masalah masalah tersebut merupakan titik

pangkal untuk rencana dan dasar perumusan tujuan perawat dan tindakan

tindakan keperawatan.

e. Rencana perawat merupakan jalan untuk mencapai tujuan memberikan

perawatan yang tepat.

f. Rencana perawat adalah suatu proses yang berlangsung secara terus-

menerus(Muslihin, 2012).
4. Tindakan keperawatan keluarga

Tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga berdasarkan perencanaan

yang mengacu pada diagnosa yang telah ditegakkan dan dibuat sebelumnya.

Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup hal-hal di bawah ini:

a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah

dan kebutuhan kesehatan dengan cara :

1) Memberikan informasi

2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan

3) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat

dengan cara :

1) Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan

2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga

3) Mendiskusikan tentang konsekuensi tipe tindakan

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang

sakit dengan cara:

1) Mendemonstrasikan cara perawatan

2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah

3) Mengawasi keluarga melakukan perawatan

d. Membangun keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat

lingkungan menjadi sehat dengan cara :

1) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga


2) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin

e. Motivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada

dengan cara :

1) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga

2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

(Muslihin, 2012)

5. Evaluasi keperawatan

Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian untuk

melihat keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil perlu disusun rencana baru

yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilaksanakan

dalam satu kali kunjungan ke keluarga. Untuk itu dapat dilakukan secara bertahap

sesuai dengan waktu dan keadaan keluarga. Evaluasi disusun dengan

menggunakan SOAP sejarah operasional.

S : hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjektif setelah dilakukan

intervensi keperawatan misal keluarga mengatakan nyerinya berkurang.

O: hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah dilakukan intervensi

keperawatan misal berat badan naik 1 kg dalam 1 bulan.

A: analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu kepada tujuan terkait

dengan diagnosa keperawatan

P: perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga pada tahap

evaluasi Tahapan evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi
formatif dilakukan selama proses asuhan keperawatan, sedangkan evaluasi

sumatif adalah evaluasi akhir.

Tahapan evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi formtif

dilakukan selama proses asuhan keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah

evaluasi akhir (Muslihin, 2012).

E. Konsep Rendam Kaki Air Dengan Hangat.

1. Penelitian terkait

a. Terapi rendam kaki menggunakan air hangat efektif menurunkan

tekanan darah pada lanjut usia (Harnani & Axmalia, 2017).

Pada hipertensi biasanya terjadi peningkatan tekanan darah yang konstan sehingga

diperlukan waktu untuk mengontrolnya dimana salah satu usaha yang sering

dilakukan pasien hipertensi dengan mengonsumsi obat hipertensi secara terus-

menerus. Oleh karena itu diberikan terapi rendam kaki menggunakan air hangat

untuk terapi nonfarmakologis dalam menuruunkan tekanan darah, yang mana

terapi ini mudah untuk dilakukan dan dapat diberikan berbagi golongan usia.

Terapi ini tidak memiliki efek samping, dan efektif bila dilakukan secara rutin,

karena prinsip terapi ini untuk melancarkan peredaran darah. Pemberian terapi

rendam kaki menggunakan air hangat dapat dimanfaatkan sebagai tindakan

kemandirian untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi

disamping pengobatan farmokologi. Terapi rendam kaki ini dianjurkan untuk


pasien hipertensi atau hipertensi ringan untuk mencegah terjadinya hipertensi

berat yang berakibatkan stroke. Terapi rendam kaki menggunakan air hangat

dengan suhu 38-40°C di atas mata kaki yang dilakukan selama 25-30 menit selain

dapat menurunkan tekanan darah, meringankan nyeri sendi, menurunkan

ketegangan otot, melebarkan pembuluh darah, membunuh kuman, menghilangkan

bau dan juga dapat meningkatkan kualitas tidur untuk lansia. Dari 20 responden

yang hipertensi, setelah dilakukan terapi rendam kaki menggunakan air hangat

terdapat 16 orang yang terjadi penurunan dan 4 orang yang tidak terjadi

penurunan dengan tekanan darah 160/80 mmHg. Hasil uji statistik menunjukan p

value sistole = < 0,001dan p value dastole = < 0,001.

b. Penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi

menggunakan terapi rendam kaki dengan air hangat (Astutik &

Mariyam, 2021)

Terapi rendam kaki dengan air hangat mempunyai dampak pada pembulu darah

dimana hangatnya air membuat sirkulasi darah menjadi lancar dan membuat otot-

otot ligament berubah sehingga mempengaruhi sendi tubuh (Arafah, 2019). Efek

merendam kaki dengan air hangat mampu menghantarkan panas atau reaksi kimia

yang terjadi pada pembuluh darah yang mengakibatkan pelebaran pada pembuluh

darah, menurunkan kekentalan darah, menurunkan ketegangan otot, meningkatkan

metabolisme jaringan dan meningkatkan permeabilitas kapiler (Ferayanti et al.,

2017a).
Terapi rendam kaki menggunakan air hangat dengan suhu 40 ℃ diatas mata kaki

yang dilakukan selama 20 menit dapat menurunkan tekanan darah, meringankan

nyeri sendi, menurunkan ketegangan otot, melebarkan pembuluh darah,

membunuh kuman, menghilangkan bau dan juga dapat meningkatkan kualitas

tidur untuk lansia (Harnani & Axmalia, 2017).

Terapi nonfarmakologi rendam kaki dengan air hangat yang dilakukan sebanyak

3x pertemuan selama 3 hari, setiap sesi dilakukan 20 menit mampu menurunkan

tekanan darah pada lanjut usia yang mengalami hipertensi. Berdasarkan kedua

responden ini dapat disimpulkan bahwa terapi rendam kaki dengan air hangat

efektif untuk dilakukan menurunkan tekanan darah pada lansia. Hasil kedua kasus

diatas rata-rata tekanan darah kedua responden mengalami penurunan, tekanan

darah sistolik turun sebesar 7,21 mmHg dan diastolik turun sebesar 1,1 mmHg.

c. Hydrotherapy in influencing the changes of elderly blood pressure

(Nu’im Haiya et al., 2018)

Hidroterapi terbukti menurunkan tekanan darah. Smeltzer & Bare (2013)

menyatakan bahwa hidroterapi/merendam kaki dengan air hangat membantu

meredakan kejang otot. Panas superfisial dapat ditambahkan ke bak mandi atau

pancuran dengan air hangat dan kompres hangat. Manfaat maksimal dari

hidroterapi akan terlihat dalam 20 menit setelah melakukan terapi.

Penelitian dilakukan di Bangetayu Semarang dengan populasi lansia di desa

tersebut. Terdapat 31 responden yang diberikan hidroterapi, 17 orang (54,8%)


berusia 60-74 tahun sedangkan jenis kelamin seimbang antara pria dan wanita.

Secara statistik berdasarkan uji Wilcoxon menunjukkan bahwa P nilai 0,002 lebih

rendah dari 0,05 yang menunjukkan bahwa ada pengaruh hidroterapi terhadap

penurunan tekanan darah.

d. Foot soaking therapy with warm water decrease blood pressure of

patient with hypertension (Wantiyah et al., 2019)

Pada penelitian ini menunjukkan hasil uji-t independen tekanan darah sistolik dan

diastolik lansia dengan hipertensi pada kelompok perlakuan dan kontrol, yaitu p

nilai sistolik = 0,001 dan nilai p diastolic yang berarti p < (α = 0,05) perbedaan

yang signifikan tekanan darah sistolik dan diastolik antara kelompok perlakuan

dan kelompok kontrol. Rendam kaki Terapi dengan hangat merupakan intervensi

dengan memanfaatkan aplikasi panas ke tubuh untuk memperlancar darah

melancarkan peredaran darah, menyegarkan badan dan memberikan efek

peningkatan relaksasi (Handoyo K., 2014; Permadi,2015).

Teknik relaksasi adalah jenis non manajemen farmakologis yang dapat diberikan

kepada lansia dan telah terbukti menurunkan tekanan darah (Muttaqin, 2009).

Studi ini menyediakan rendaman kaki terapi selama lima hari dengan durasi 15

menit setiap sesi. Respon relaksasi yang dirasakan lansia dapat mempengaruhi

fisiologis tubuh. Efek kaki terapi rendam dapat merangsang kelenjar pituitari

untuk melepaskan hormon endorfin. Ini akan mengaktifkan sistem saraf

parasimpatis dan menghambat sistem saraf simpatis sehingga dapat menyebabkan


penurunan tekanan darah (Muttaqin, 2009; George, 2007). Stimulus terapi rendam

kaki juga bisa merangsang saraf baroreseptor untuk mendorong impuls ke dalam

pusat vasomotor dan menyebabkan vasodilatasi vena dan arteriol yang

mengakibatkan penurunan darah tekanan (Damayanti et al., 2014).

Penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan tekanan darah antara kedua

kelompok, sehingga dapat disimpulkan bahwa terapi rendam kaki dapat

menurunkan tekanan darah melalui stimulus pada kelenjar pituitari untuk

melepaskan hormon endorphin yang menyebabkan stress pada sistem saraf

simpatis dan memperbaiki sistem saraf parasimpatis . peningkatan aktivitas

sistem saraf parasimpatis yang menyebabkan resistensi perifer menurun. Hasil

akhirnya adalah tekanan darah juga bisa menurun.

e. Pengaruh Terapi Rendam Kaki Dengan Air Hangat Terhadap

Penurunan Tekanan Darah Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja

Puskesmas Poasia Kota Kendari (Nazaruddin et al., 2021)

Pada penelitian yang dilakukan oleh nazarudin yaitu terapi rendam kaki dengan

air hangat terhadap penurunan tekanan darah penderita hipertensi Di Wilayah

Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendar. Hasil tekanan darah sistolik sebelum

dilakukan tindakan adalah 180 mmHg dan ratarata tekanan darah diastolik

sebelum dilakukan terapi rendam kaki dengan air hangat adalah 110 mmHg.

Responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 17 responden (54.8%). Umur

responden paling banyak terdapat pada interval umur 41-50 tahun dengan 12
responden (35.5%). Responden paling banyak terdapat pada pendidikan SD yaitu

sebanyak 15 responden (48.4%).

Tekanan Darah Setelah Diberikan Terapi Rendam Kaki Dengan Air Hangat Di

Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari. Berdasarkan hasil penelitian

menunjukan menunjukan bahwa tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah

menggunakan uji wilcoxon dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05) terdapat

perbedaan yang ditunjukan dengan nilai p-value= 0,000, (p-value< 0,05). Maka

H0 di tolak dan Ha di terima yang berarti ada pengaruh tekanan darah sistolik

sebelum dan sesudah terapi rendam kaki air hangat terhadap penurunan tekanan

darah pada penderita hipertensi.

Berdasarkan Hasil uji analisis diperoleh hasil nilai p sistolik=0,000 dan hasil nilai

p diastolik = 0,000 maka dapat diartikan bahwa terapi rendam kaki air hangat

efektif dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.

F. Kerangka Teori.

1. Sakit kepala, pusing


2. Tekanan darah
meningkat diatas
normal
3. Lemas kelelahan
4. GelisahKonsep
G. Kerangka
5. Epistaksis
6. Kesadaran menurun

Hipertensi
1. Nyeri akut
2. Intoleransi aktivitas.
3. Defisit pengetahuan
4. Koping keluarga tidak
efekif
Terapi farmakologi
5. Resiko perfusi
miokard tidak efektif Terapi non farmakologi
6. Resiko cedera
1. Diet garam
2. Diet tinggi kalium
3. Olahraga
Penurunan curah jantung 4. Mengubah gaya hidup
tidak sehat
5. Terapi kompelenter
( rendam kaki air
hangat)

Rendam kaki dengan air


hangat

Tekanan darah menurun


H. Kerangka Konsep

Hipertensi Tehnik relaksasi rendam kaki


dengan air hangat

Penurunan curah antung Tekanan darah menurun


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Karya Tulis Ilmiah

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan

studi kasus. Penelitian deskriptif merupakan bagian dari jenis penelitian

obsevasional, yang dilakukan melalui pengamatan baik secara langsung maupun

tidak langsung tanpa adanya perlakukan atau intervensi. Studi kasus merupakan

penelitian dengan melakukan penyelidikan secara intensif tentang individu,dan

/atau unit sosial yang dilakukan secara mendalam dengan menemukan semua

variabel penting tentang perkembangan individu atau unit sosial yang diteliti,

dalam penelitian ini ditemukan hal–hal yang tak terduga.(Hidayat, 2018) Studi

kasus ini bertujuan untuk menganalisis intervensi keperawatan yang telah

dilakukan yaitu rendam kaki air hangat untuk menurunkan tekanan darah pada

penderita hipertensi di Puskesmas Sijuk tahun 2022.

B. Lokasi dan Waktu Studi Kasus

Pada studi kasus ini penulis melakukan penelitian di lokasi penelitian yaitu di

Wilayah Kerja UPT Puskesmas Sijuk. Studi kasus ini dilaksanakan pada bulan

Januari sampai Mei 2022, dengan pengambilan dan pelaksanaan studi kasus

lapangan pada tanggal 4 April 2022 sampai 16 April 2022.


C. Subyek Studi Kasus

Pada studi kasus ini yang akan menjadi subjek adalah keluarga Tn.Y yang

menderita penyakit hipertensi dengan masalah penurunan curah jantung

menggunakan intervensi rendam kaki air hangat, yang tinggal di Wilayah Kerja

UPT Puskesmas Sijuk akan di teliti secara rinci dan mendalam

Kriteria inklusi :

Evaluasi

1) Pasien yang bersedia menjadi responden

2) Pasien dengan rentang umur > 60 tahun

3) Pasien yang di diagnosa hipertensi di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Sijuk

4) Pasien yang termasuk hipertensi stadium awal.

5) Pasien dengan diagnosa keperawatan penurunan curah jantung.

6) Klien kooperatif dan dapat berkomunikasi dengan baik

Kriteria Eksklusi :

1) Klien Tidak bersedia menjadi responden.

2) Klien yang menderita penyakit selain hipertensi.

3) Klien yang mempunyai ulkus pada kaki.

D. Fokus Studi
Fokus studi pada penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah klien dan keluarga yang

menderita penyakit hipertensi dan berada di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Sijuk

yang akan diteliti secara rinci dan mendalam.

E. Definisi Operasional

Hipertensi didefinisikan sebagai kondisi tubuh yang ditandai dengan tekanan

darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg,

berdasarkan pada dua kali pengukuran atau lebih (Smeltzer, 2013)

Terapi rendam kaki air hangat adalah

F. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan tehnik :

1. Wawancara tak terstuktur

Dalam hal ini peneliti menggunakan format pengkajian utuk melihat aspek-aspek

yang akan diobservasi. Sumber data dapat dari klien, keluarga.

2. Observasi dan pemeriksaan fisik

Dalam hal ini peneliti menggunakan format pengkajian untuk melihat aspek-aspek

yang akan diobservasi. Observasi dilakukan secara langsung terhadap klien

dengan hipertensi, sebelum dan sesudah pemberian terapi rendam kaki dengan air

hangat.

3. Metode pengukuran
Dalam hal ini peneliti melakukan pengukuran tekanan darah pasien sebelum dan

sesudah terapi merendam kaki dengan air hangat.

4. Metode dokumentasi

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan melihat catatan rekam

medis klien.

5. Studi literature

Peneliti melakukan penelusuran literature dan referensi jurnal maupun buku terkat

dengan topik yang diteliti.

G. Instrument Studi Kasus.

Instrument pengumpulan data pada studi kasus yang digunakan peneliti pada studi

kasus ini yaitu:

2. Format pengkajian keluarga.

3. Termometer air.

4. Sphygmomanometer.

5. SOP rendam kaki air hangat.

H. Metode Analisa Data


Metode analisa data adalah membandingkan antara hasil studi kasus yang

dilakukan dengan jurnal penelitian atau sumber-sumber referensi lain sesuai

dengan topik studi kass yang diambil.

I. Etika Studi Kasus

Pada pelaksanaan studi kasus ini pengambilan data dilakukan setelah mendapat

izin dari kepala UPT Puskesmas Sijuk. Pengambilan data dilakukan dengan

observasi langsung kepada klien dan keluarga dengan memperlihatkan etika-etika

studi kasus yaitu :

1. Penjelasan, memberikan informasi, dan persetujuan responden (informed

consent) informed consent merupakan bentuk persetujuan responden

sebagai subjek studi kasus dalam penelitian berupa lembar persetujuan.

informed consent diberikan sebelum penelitian dilakukan agar subjek

mengerti dan mengetahui dampaknya dan pasrtisipan menyatakan

ketersediannya untuk berpartisipasi dalam penelitian

2. Tanpa nama (Anonim) peneliti memberikan jaminan dalam menggunakan

subjek penelitian dengan cara tidak mencantumkan nama responden pada

lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan

data atau penelitian yang akan disajikan

3. Confidentiality, kerahasiaan informasi yang telah diberikan oleh partisipan

akan dijaga oleh peneliti.


DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, R. Y. (2015). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan

Kardiovaskular Aplikasi NIC & NOC (W. Praptiani (ed.)). EGC Buku

Kedokteran.

Astutik, M. F., & Mariyam, M. (2021). Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia

Dengan Hipertensi Menggunakan Terapi Rendam Kaki Dengan Air Hangat. Ners

Muda, 2(1), 54. https://doi.org/10.26714/nm.v2i1.7347

Dinas Kesehatan Kabupaten Belitung. (2019). Profil Kesehatan Kabupaten

Belitung Tahun 2018. http://dinkes.belitungkab.go.id

Dion, Y., & Betan, Y. (2013). Asuhan Keperawatan Keluarga Dan Konsep

Praktik.

Ferayanti, N. M., Erwanto, R., & Sucipto, A. (2017). The Effectiveness Of Warm

Water Therapy And Deep Breathing Relaxation In Blood Pressure. Nurscope :

Jurnal Penelitian Dan Pemikiran Ilmiah Keperawatan, 3(5), 38–45.

https://doi.org/10.30659/nurscope.3.2.38-45

Hidayat, A. A. A. (2018). Metodologi Penelitian Keperawatan dan Kesehatan.

Salemba Medika.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2019a). Hari hipertensi Dunia

2019 : “know your number, kendalikan tekanan darahmu dengan cerdik.”.

P2PTM Kemenkes RI. http://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/pusat-/hari-

hipertensi-dunia-2019-know-your-number-kendalikan-tekanan-darahmu-dengan-

cerdik
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2019b). Hipertensi Si Pembuluh

Senyap. Kementerian Kesehatan RI Pusat Data Dan Informasi.

https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-

hipertensi-si-pembunuh-senyap.pdf

Muslihin, A. (2012). Keperawatan Keluarga. Gosyen Publishing.

Nazaruddin, *, Yati, M., Pratiwi, D. S., Keperawatan, P., Kesehatan, I.-I.,

Mandala Waluya, U., & Waluya, U. M. (2021). Pengaruh Terapi Rendam Kaki

Dengan Air Hangat Terhadap Penurunan Tekanan Darah Penderita Hipertensi Di

Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari. Jurnal Ilmiah Kesehatan

Diagnosis, 16, 2302–2531.

Nu’im Haiya, N., Ardian, I., & Luthfa, I. (2018). Hydroterapy in Influencing The

Changes of Elderly Blood Pressure. Internationalization of Islamic Higher

Education Institutions Toward Global Competitiven, 2014, 420–424.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis NANDA. MediAction Publishing.

Nurmaulina, A., & Hadiyanto, H. (2021). Terapi Rendam Kaki Menggunakan Air

Hangat pada Lansia dalam Menurunkan Tekanan Darah. Lentera, 4(1).

https://www.jurnal.ummi.ac.id/index.php/lentera/article/download/1399/768

P2PTM Kemenkes RI. (2019). Apa komplikasi dari hipertensi?

http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/hipertensi-penyakit-jantung-dan-

pembuluh-darah/page/5/apa-komplikasi-berbahaya-dari-hipertensi#:~:text=Jika

tidak terkontrol%2C Hipertensi dapat,Penyakit Ginjal

Riskesdas. (2019). Laporan Nasional Riskesdas 2018. Lembaga Penerbit Badan


Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan.

https://doi.org/10.12688/f1000research.46544.1

Roshdal, C. B., & T.Kowalski, M. (2014). Buku Ajar Keperawatan Dasar (10th

ed.). EGC Buku Kedokteran.

Smeltzer, S. C. (2013). Keperawatan Medikal Bedah (12th ed.). EGC Buku

Kedokteran.

Unger, T., Borghi, C., Charchar, F., Khan, N. A., Poulter, N. R., Prabhakaran, D.,

Ramirez, A., Schlaich, M., Stergiou, G. S., Tomaszewski, M., Wainford, R. D.,

Williams, B., & Schutte, A. E. (2020). Clinical Practice Guidelines 2020

International Society of Hypertension Global Hypertension Practice Guidelines

International Society of Hypertension. 1334–1357.

https://doi.org/10.1161/HYPERTENSIONAHA.120.15026

Wantiyah, ., Husada, B. A., & Susumaningrum, L. A. (2019). Foot Soaking

Therapy with Warm Water Decrease Blood Pressure of Patients with

Hypertension. Inc, 89–93. https://doi.org/10.5220/0008321000890093

Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). KMB 1. Nuha Medika.


Lampiran informed consent

INFORMED CONSENT

(Persetujuan Menjadi Partisipan)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa saya telah
mendapatkan penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang
akan dilakukan oleh Shelvia Rosada dengan judul “Intervensi terapi rendam kaki
air hangat dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi di keluarga
tn.y di wilayah kerja puskesmas sijuk tahun 2022”
Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini
secara sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan
mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan sewaktu-waktu tanpa sanksi
apapun.

Tanjung Pandan, 4 Maret 2022


Saksi Yang meberikan persetujuan

…………………… ………………….

Tanjung Pandan, 4 Maret 2022


Peneliti

Shelvia Rosada
Lampiran PSP

PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN


(PSP)
1. Kami adalah Peneliti berasal dari Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Pangkalpinang/Jurusan Keperawatan/Program Studi DIII
Keperawatan Belitung.
Dengan ini meminta anda untuk berpartisipasi dengan sukarela dalam penelitian
yang berjudul “Intervensi terapi rendam kaki air hangat dalam menurunkan
tekanan darah pada penderita hipertensi di keluarga Tn.Y
di Wilayah kerja Puskesmas Sijuk tahun 2022”
Tujuan dari penelitian studi kasus ini adalah untuk menggambarkan tehnik terapi
rendam kaki dengan air hangat dalam menurunkan tekanan darah terhadap pasien
hipertensi di keluarga Tn.Y di Wilayah kerja Puskesmas Sijuk.
Yang dapat memberi manfaat yaitu dapat menjadi bahan informasi dan
pembelajaran bagi masyarakat untuk menambah pengetahuan dalam menangani
penyakit hipertensi dirumah terutama manfaat rendam kaki dengan air hangat
untuk menurunkan tekanan darah sehingga dapat dijadikan alternative yang
digunakan untuk mengatasi hipertensi selain menggunakan obat-obatan.
Penelitian ini akan berlangsung selama 2 minggu yaitu dari tanggal 4 April 2022
sampai dengan 16 April 2022
2. Prosedur pengambilan bahan data dengan cara wawancara terpimpin
dengan menggunakan pedoman wawancara yang akan berlangsung lebih
kurang 15-20 menit. Cara ini mungkin menyebabkan ketidaknyamanan
tetapi anda tidak perlu khawatir karena penelitian ini untuk kepentingan
pengembangan asuhan/pelayanan keperawatan.
3. Keuntungan yang anda peroleh dalam keikutsertaan anda pada penelitian
ini adalah anda turut terlibat aktif mengikuti perkembangan asuhan /
tindakan yang diberikan.
4. Nama dan jati diri anda beserta seluruh informasi yang saudara sampaikan
akan tetap dirahasiakan
5. Jika saudara membutuhkan informasi sehubung dengan penelitian ini,
silahkan menghubungi peneliti pada nomor Hp: 085709718391

Peneliti

Shelvia Rosada

Lampiran pengkajian keluuarga


PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA

Hari/tanggal :
Oleh :

PETUNJUK PENGISIAN PENGKAJIAN KELUARGA


MODEL FRIEDMAN
A. Pengkajian Keluarga.
1. Data Umum.
a. Nama Kepala Keluarga : Diisi dengan nama kepala keluarga
(inisial)
b. Usia : Jelas
c. Jenis kelamin : jelas
d. Agama : jelas
e. Pendidikan : Pendidikan terakhir dari kepala
keluarga
f. Pekerjaan : Pekerjaan pokok kepala keluarga
g. Suku : jelas
h. Alamat dan nomor telpon : Jelas
i. Komposisi keluarga
Tempat
Jenis Hubungan
No Nama Umur Tgl lahir Pekerjaan Pendidikan Ket
Kelamin dgn KK

j. Genogram :
Keterangan :

= laki-laki = meninggal
= perempuan = tinggal serumah

= Klien = meninggal

k. Tipe Keluarga : Jelas


l. Suku Bangsa : diisi dengan latar belakang budaya dari
keluarga:
1) Latar belakang budaya keluarga atau anggota keluarga
2) Bahasa dirumah yang digunakan
3) Asal negara atau daerah sama baik kondisinya dengan
tempat tinggal sekarang, baru pindah dari negara/daerah
4) Hubungan sosial keluarga dari etnisyang sama atau tidak
5) Tempat tinggal keluarga rata-rata berasal dari etnis sama/tidak
6) Aktivitas agama, sosial, budaya, rekreasi dan pendidikan
keluarga termasuk kelompok budaya yang perhatiannya
mendalam
7) Kebiasaan diet dan berpakaian tradisional atau modern
8) Dekorasi rumah menandakan dipengaruhi budaya daerah
tertentu
9) Struktur kekuatan keluarga banyak dipengaruhi oleh budaya
tradisional atau modern
10) Etnis dikomunitas apakah mendalam pengaruhnya pada
keluarga
11) Keluarga memanfaatkan pelayanan dan praktik kesehatan
menggunakan pelayanan kesehatan tradisional atau meyakini
budaya kesehatan tradisonal penduduk asli.
m. Agama : diisi dengan :
1) Agama keluarga
Adakah perbedaan anggota keluarga dalam keyakinan keluarga dan praktiknya.
2) Keaktifkan keluarga menjalankan ibadah
3) Apakah agama dijadikan sebagai dasar keyakinan / nilai
yang mempengaruhi kehidupan keluarga
n. Status Sosial Ekonomi Keluarga : Jelas
o. Aktivitas Rekreasi Keluarga : Jelas

2. Riwayat & Tahap Perkembangan Keluarga.


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
b. keluarga dengan balita, anak sekolah dan sebagainya, sebutkan
tahapannya
c. Riwayat keluarga inti
d. Perkembangan mental, status kesehatan yang unik & pengalaman
seperti kematian, kehilangan, perceraian, penyakit-penyakit mental,
cacat fisik.
e. Riwayat keluarga sebelumnya
f. Riwayat dari kedua orang tua termasuk riwayat kesehatan

3. Lingkungan
a. Perumahan : Jelas
b. Denah rumah : Jelas
c. Pengolahan sampah : Jelas
d. Sumber Air : Jelas
e. Jamban Keluarga : Jelas
f. Pembuangan Air Limbah : Jelas
g. Fasilitas sosial dan Fasilitas Kesehatan. : Jelas
h. Karakteristik tetangga dan komunitas :
Karakterisitik fisik tetangga dan komunitas, tipe penduduk rural, urban, sub urban,
perkotaan. Tipe hunian, rumah, industri, pertanian, dsb dari tetangga. Kondisi
hunian, termasuk sanitasi jalan, rumah, pengangkutan sampah, dsb. Sumber-
sumber polusi udara, suara, air. Karakteristik demografi tetangga dan komunitas,
kelas sosial, etnis, pekerjaan, interest, kekuatan populasi. Fasilitas yang yang ada
dikomunitas seperti kesehatan, pasar, pelayanan agensi sosial, rumah ibadah,
sekolah, rekreasi, tranportasi, dan kasus kejahatan yang terjadi di komunitas.
i. Mobilitas geografis keluarga :
Berapa lama keluarga tinggal ditempat tersebut, adakah sejarah pindah, dari mana
pindahnya.
j. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat:
Anggota keluarga mengetahui perkumpulan yang ada di komunitas, apakah
keluarga itu terlibat, keluarga merasakan manfaat terhadap perkumpulan tersebut.
Frekuensi pertemuan dari perkumpulan keluarga dan komunitas. Bagaimana
pandangan keluarga terhadap perkumpulan tersebut.
k. Sistem pendukung keluarga :
1) Informal: teman tetangga, kelompok sosial, pegawai, majikan
2) Formal: hubungan keluarga dengan pelayanan kesehatan
3) Jenis bantuan yang diberian : dukungan, konseling, aktivitas
keluarga (penjaga bayi, transportasi dsb)

4. Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
1) Observasi seluruh keluarga dalam berhubungan
2) Apakah komunikasi dalam keluarga, berfungsi atau tidak
3) Seberapa baik setiap anggota keluarga menjadi pendengar,
jelas dalam penyampaian, perasaan terhadap komunikasi
dan interaksi
4) Apakah keluarga melibatkan emosi dalam penyampaian
pesan
b. Struktur kekuatan keluarga :
1) Siapa pengambil keputusan
2) Siapa yang mengambil keputusan penting seperti anggaran
keluarga, pindah kerja dan tempat tinggal, mengatur
disiplin dan aktifitas anak
3) Dalam proses pengambilan keputusan dengan konsensus,
tawar menawar dsb.
c. Struktur peran :
1) Formal : peran dan posisi formal setiap anggota
keluarga, tidak ada konflik dalam peran, bagaimana
perasaan terhadap perannya, jika dibutuhkan dapatkah
peran berlaku fleksibel. Jika ada masalah dalam peran siapa
yang mempengaruhi anggota keluarga, siapa yang
memberikan mereka penilaian tentang pertumbuhan,
pengalaman baru, peran dan teknik komunikasi.
2) Informal : peran informal dan peran yang tidak jelas apa
yang ada di keluarga. Bagaimana anggota keluarga
melaksanakan perannya, apakah anggota keluarga konsisten
dengan peran yang dilakukannya, apakah sudah sesuai
posisi keluarga dengan peran yang dilaksanakannya,
apabila peran tidak terlaksana tanyakan siapa yang biasanya
yang melaksanakan peran tersebut sebelumnya dan apa
pengaruhnya.

5. Fungsi Keluarga.
a. Fungsi Afektif :
Pola kebutuhan keluarga-respon ;
1) Apakah anggota keluarga merasakan kebutuhan individu lain
dalam keluarga
2) Apakah orang tua/pasangan mampu menggambarkan
kebutuhan persoalan lain dari anggota yag lain
3) Bagaimana sensitifnya anggota keluarga dengan melihat tanda-
tanda yang berhubungan dengan perasaan dan kebutuhan orang
lain.
4) Apakah anggota keluarga mempunyai orang yang
dipercayainya Saling memperhatikan
5) Sejauh mana anggota keluarga memberikan perhatian satu
sama lain bagaimana mereka saling mendukung satu sama lain.
6) Apakah terdapat perasaan akrab dan intim diantara lingkungan
hubungan keluarga, sebaik apa hubungan anggota keluarga
dengan anggota keluarga yang lain
7) Apakah ada menunjukkan kasih sayang anggota keluarga yang
satu dengan yang lain.
8) Apakah ada kedekatan khusus anggota keluarga dengan
anggota keluarga yang lain Keterpisahan dan keterikatan
9) Bagaimana keluarga menanamkan perasaan kebersamaan
dengan anggota keluarga
10) Apakah sudah sesuai perpisahan yang terjadi di keluarga
dengan tahap perkembangan di keluarga.
b. Fungsi sosialisasi :
1) Bagaimana keluarga membesarkan anak dari keluarga dalam
area bidang : kontrol perilaku, disiplin, penghargaan,
hukuman, otonomi dan ketergantungan, memberi dan
menerima cinta serta latihan perilaku sesuai dengan usia.
2) Siapa yang menerima tanggung jawab dan peran
membersarkan anak / fungsi anak atau fungsi sosialisasi,
apakah fungsi tersebut dipikul bersama, bagaimana cara
pengaturannya.
3) Bagaimana anak-anak dihargai dalam keluarga : kebudayaan
yang dianut dalam membesarkan anak.
4) Apakah keluarga merupakan risiko tinggi mendapat masalah
dalam membesarkan anak, faktor risiko apa yang
memungkinkan, apakah lingkungan memberikan dukungan
dalam perkembangan anak seperti tempat bermain dan istirahat
(kamar tidur sendiri)
c. Fungsi Reproduksi :
1) Berapa jumlah anak
2) Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anak
3) Metode apa yang digunakan keluarga dalam pengendalian
jumlah anak.
6. Fungsi perawatan kesehatan
a. Mengenal masalah kesehatan (pengertian, tanda/gejala, penyebab
dan persepsi keluarga terhadap masalah)
b. Mengambil Keputusan :
1) Pengertian tentang sifat dan luasnya masalah
2) Apakah masalah dirasakan oleh keluarga
3) Apakah keluarga pasrah terhadap masalah
4) Apakah keluarga takut dari akibat tindakan penyakitnya
5) Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah
kesehatan
6) Apakah keluarga kurang percaya terhadap petugas kesehatan
7) Apakah ada informasi yang salah terhadap tindakan dalam
menghadapi masalah.
c. Merawat Anggota Keluarga :
1) Sejauhmana keluarga mengetahui keadaan penyakit
2) Bagaimana sifat dan perkembangan perawatan yang
dibutuhkan
3) Bagaimana pengetahuan keluarga tentang fasilitas yang
diperlukan untuk perawatan
4) Apakah keluarga mengetahui sumber-sumber yang ada
5) Sikap keluarga terhadap sakit
d. Memelihara lingkungan
1) Sejauh mana keluarga mengetahui sumber-sumber yang
dimiliki keluarga
2) Bagaimana keluarga melihat keuntungan/manfaat
pemeliharaan lingkungan
3) Sejauhmana keluarga mengetahui pentingnya hygiene sanitasi
4) Sejauhmana keluarga mengetahui upaya pencegahan penyakit
5) Bagaimana sikap/pandangan keluarga terhadap hygiene
sanitasi
6) Sejauhmana kekompakan keluarga.
e. Pemanfaatan Fasilitas kesehatan
1) Sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas
kesehatan
2) Keuntungan-keuntungan dari fasilitas kesehatan
3) Tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas
kesehatan/fasilitas kesehatan
4) Ada pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan
5) Fasilitas kesehatan yang terjangkau oleh keluarga
7. Stresor dan Koping Keluarga
a. Stresor jangka pendek dan jangka panjang :
Stresor yang dirasakan oleh keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu
kurang lebih 6 bulan. Untuk stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami
keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah :
Sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi yang dihadapi oleh keluarga.
c. Strategi koping yang digunakan :
Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi masalah apakah
konstruktif / restruktif
d. Strategi adaptasi disfungsional :
Dijelaskan mengenai strategi yang menyimpang dari masalah yang dihadapi oleh
keluarga. (jika tidak ada tidak usah dibuat)

8. Pola Aktivitas dan Pemeriksaan fisik


Dilakukan terhadap semua anggota keluarga, metode yang digunakan pada
pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik (Head to toe).
Pola Aktivitas

Pola ADL Ayah Ibu Anak 1 Anak 2


Pola Nutrisi
Pola Eleminasi
Pola Istirahat
Pola Aktivitas

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan
No Ayah Ibu Anak 1 Anak 2
Fisik
1. Tanda-tanda vital
2. TB/BB
3. Kepala/rambut
4. Mata
5. Hidung
6 Telinga
7. Mulut
8. Leher
9. Dada
10 Abdomen
11 Ekstremitas atas
12 Ekstremitas bawah
13 Kulit
14 Lain-lain
KESIMPULAN

9. Harapan Keluarga terhadap Asuhan Keperawatan Keluarga

B. Analisa Data
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS:

DO:
DS:

DO:
DS:

DO:

C. Skoring Masalah Keperawatan


Diagnosa Keperawatan :…………….
No Kriteria Nilai Bobot Scoring Pembenaran
1 Sifat masalah
a. Actual 3 1
b. Resiko tinggi 2
c. potensial 1
2 Kemungkinan masalah
dapat diubah
a. mudah 2 2
b. sebagian 1
c. tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk
dicegah
a. tinggi 3 1
b. cukup 2
c. rendah 1
4 Menonjolnya masalah
a. segera diatasi 2 1
b. tidak segera 1
diatasi 0
c. tidak dirasakan

D. Daftar Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas

E. Format Perencanaan Keperawatan Keluarga


Diagnosa Tujuan
NO
Keperawatan Intervensi
Umum Khusus
1. ...................... .................... Setelah ..............
. .... X perte
muan keluarga
mampu:
1.1. ............... 1.1. ...............

1.2. dst. 1.2. dst.

2.
2.1. dst
2.1. dst

F. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Diagnosa
No. Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi TTD
Keperawatan
1.
1. …./...-...-2019 2. S:
3. O:
A:
P
Lampiran daftar riwayat hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Shelvia Rosada


NIM : 191447230
Tempat/Tanggal Lahir : Air Selumar, 25 Juni 2001
Alamat : Jalan Mengkeling
Desa Air Selumar Rt/Rw. 003/002
Kecamatan Sijuk
Kabupaten Belitung
Institusi : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Pangkalpinag
Prodi DIII Keperawatan Belitung
Angkatan : 2019
Biografi : SD 2007 Tahun Lulus 2013
SMP 2013 Tahun Lulus 2016
SMA 2016 Tahun Lulus 2019

Anda mungkin juga menyukai