Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

DEMOKRASI INDONESIA

DISUSUN OLEH
EM-N KELOMPOK 5

Anggito Wisnumurti (141230473)


Andhika Tegar Christanto (141230478)
Faza Fauzan Adima (141230487)
Angela Kartika Puri Selviana (141230488)
Dian Meina Dwi Haryanto (141230492)
Aisra Maidina Khairunnissa (141230501)

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”


YOGYAKARTA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
2023/2024
BAB I
PEMBUKA
A. Latar Belakang
Demokrasi di Indonesia mencakup sejarah panjang perjuangan
mencapai kemerdekaan dan membangun sistem politik inklusif. Pada masa
penjajahan Belanda, Indonesia mengalami penindasan politik dan ekonomi
yang parah, dan rakyat Indonesia tidak mempunyai hak politik yang berarti.
Pada awal abad ke-20, gerakan kemerdekaan mulai tumbuh, dimana para
pemimpin nasionalis seperti Sukarno dan Mohammad Hatta memainkan peran
penting dalam melawan kolonialisme Belanda dan memperjuangkan
kemerdekaan.
Pasca Perang Dunia II, Indonesia mengalami masa penting dalam
sejarahnya. Pada tanggal 17 Agustus 1945, Sukarno dan Hatta mendeklarasikan
kemerdekaan Indonesia. UUD 1945 kemudian disahkan yang menekankan
prinsip demokrasi dan hak asasi manusia sebagai landasan negara. Meskipun
proklamasi kemerdekaan memicu perjuangan melawan tentara Belanda yang
berusaha merebut kembali kekuasaannya atas Indonesia, namun tekad dan
semangat bangsa Indonesia pada akhirnya berhasil meraih kemerdekaan.
Namun, setelah kemerdekaan, Indonesia mengalami periode awal
ketidakstabilan politik dengan eksperimen demokrasi yang menyebabkan
beberapa pergolakan dan pergantian pemerintahan. Pada tahun 1965, Soeharto
mengambil alih kepemimpinan negara dalam suasana kontroversial dan era
Orde Baru pun dimulai. Meskipun rezim Suharto berhasil menstabilkan situasi
politik dan ekonomi dalam beberapa hal, demokrasi masih terbatas dan oposisi
politik juga terbatas pada periode ini. Perubahan besar terjadi pada tahun 1998
ketika protes massa dan tekanan dari masyarakat sipil memaksa Soeharto untuk
mundur. Hal ini memicu masa reformasi yang ditandai dengan pulihnya
demokrasi di Indonesia. Pemilihan umum menjadi lebih terbuka dan berbagai
partai politik bersaing secara bebas. Selama dua dekade terakhir, Indonesia
telah menyelenggarakan pemilu yang relatif bebas dan adil serta
mengamandemen konstitusi untuk memperkuat prinsip-prinsip demokrasi,
menjamin otonomi daerah, dan melindungi hak asasi manusia. Meskipun
tantangan masih ada, demokrasi di Indonesia terus tumbuh dan menjadi bagian
integral dari identitas dan kehidupan politik negara.

B. Tujuan
Mempelajari demokrasi Indonesia memiliki beberapa tujuan utama, antara lain :
1. Memahami Sejarah dan Perkembangan
2. Mendorong Partisipasi Aktif
3. Memahami Hak Asasi Manusia
4. Pengembangan Keterampilan Kritis
5. Mengidentifikasi Tantangan dan Peluang
6. Menghargai Keragaman Budaya
7. Meningkatkan Kapasitas Kepemimpinan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Demokrasi


Istilah demokrasi (democracy) berasal dari penggalan kata bahasa Yunani
yakni demos dan kratos/cratein. Demos berarti rakyat dan cratein berarti
pemerintahan. Jadi demokrasi berarti pemerintahan rakyat. Salah satu
pendapat terkenal dikemukakan oleh Abraham Lincoln di tahun 1863 yang
mengatakan demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat.
Demokrasi sebagai konsep sesungguhnya memiliki banyak pengertian dari
berbagai sudut pandang atau perspektif. Berdasar banyak literatur yang ada,
diyakini demokrasi berasal dari pengalaman bernegara orang –orang Yunani
Kuno, tepatnya di negara kota (polis) Athena pada sekitar tahun 500 SM.
Berdasar berbagai pengertian yang berkembang dalam sejarah pemikiran
tentang demokrasi, kita dapat mengkategorikan ada 3 (tiga) makna demokrasi
yakni demokrasi sebagai bentuk pemerintahan, demokrasi sebagai sistem
politik dan demokrasi sebagai sikap hidup.
1. Demokrasi sebagai Bentuk Pemerintahan
Makna demokrasi sebagai suatu bentuk pemerintahan merupakan
pengertian awal yang dikemukakan para ahli dan tokoh sejarah, misalnya
Plato dan Aristotoles. Plato dalam tulisannya Republic menyatakan bahwa
bentuk pemerintahan yang baik itu ada tiga yakni monarki, aristokrasi, dan
demokrasi. Jadi demokrasi adalah satu satu dari tiga bentuk pemerintahan.
Menurutnya, demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan dimana
pemerintahan itu dipegang oleh rakyat dan dijalankan untuk kepentingan
rakyat banyak. Menurut International Commission for Jurist, demokrasi
adalah suatu bentuk pemerintahan di mana hak untuk membuat keputusan-
keputusan politik diselenggarakan oleh warga negara melalui wakil-wakil
yang dipilih oleh mereka dan yang bertanggung jawab kepada mereka
melalui suatu proses pemilihan yang bebas
2. Demokrasi sebagai Sistem Politik
Perkembangan berikutnya, demokrasi tidak sekedar dipahami sebagai
bentuk pemerintahan, tetapi lebih luas yakni sebagai sistem politik. Bentuk
pemerintahan, dewasa ini lebih banyak menganut pendapatnya Nicollo
Machiavelli (1467-1527). Ia menyatakan bahwa Negara dalam hal ini
merupakan hal yang pokok sedang spsesiesnya adalah Republik dan
Monarki. Jika bentuk pemerintahan adalah republik atau monarki, maka
demokrasi berkembang sebagai suatu sistem politik dalam bernegara.
Sarjana yang mendefinikan demokrasi sebagai sistem, misalnya Henry B
Mayo (Mirriam Budiardjo, 2008: 117) yang menyatakan sistem politik
demokrasi adalah sistem yang menunjukkan bahwa kebijaksanaan umum
ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif
oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip
kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya
kebebasan politik.

3. Demokrasi sebagai Sikap Hidup


Perkembangan berikutnya, demokrasi tidak hanya dimaknai sebagai
bentuk pemerintahan dan atau sistem politik, tetapi demokrasi dimaknai
sebagai sikap hidup. Demokrasi tidak cukup berjalan di tingkat kenegaraan,
tetapi demokrasi juga memerlukan sikap hidup demokratis yang tumbuh
dalam diri penyelenggara negara maupun warga negara pada umumnya. Tim
ICCE IUN (2003: 112) menyebut demokrasi sebagai pandangan hidup.
Bahwa demokrasi tidak datang dengan sendiri dalam kehidupan bernegara.
Ia memerlukan perangkat pendukungnya yakni budaya yang kondusif
sebagai mind set dan setting sosial dan bentuk konkrit dari manifestasi
tersebut adalah dijadikannya demokrasi sebagai pandangan hidup. Jadi,
demokrasi bukan sekedar suatu bentuk pemerintahan ataupun sistem politik
melainkan yang utama adalah suatu bentuk kehidupan bersama dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Bentuk kehidupan yang
demokratis akan kokoh bila di kalangan masyarakat tumbuh nilai-nilai
demokrasi. Demokrasi sebagai sikap hidup didalamnya ada nilai-nilai
demokrasi yang dipraktikkan oleh masyarakatnya yang selanjutnya
memunculkan budaya demokrasi.

B. Prinsip-Prinsip Dan Indikator Demokrasi


1. Prinsip – Prinsip Demokrasi
Pada tahun 2012, Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (MK)
mengeluarkan putusan terkait prinsip-prinsip demokrasi dalam konteks
hukum Indonesia. Prinsip-prinsip demokrasi tersebut termaktub dalam
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 60/PUU-X/2012. Berikut adalah
penjelasan mengenai prinsip-prinsip demokrasi menurut putusan tersebut:
a. Prinsip Kedaulatan Rakyat:
1) Prinsip ini mengandung makna bahwa kekuasaan tertinggi dalam
negara berada pada rakyat.
2) Segala kebijakan dan keputusan yang dibuat oleh pemerintah harus
didasarkan pada kepentingan dan aspirasi rakyat.
3) Kedaulatan rakyat diwujudkan melalui pemilihan umum, yakni hak
rakyat untuk memilih wakil-wakilnya dalam lembaga perwakilan,
seperti DPR (Dewan Perwakilan Rakyat).

b. Prinsip Keterwakilan:
1) Prinsip ini menyatakan bahwa rakyat menghakimi, memilih, dan
mengontrol pemerintahan melalui wakil-wakil yang mereka pilih
dalam pemilihan umum.
2) Wakil-wakil ini berfungsi untuk mengemban kepentingan rakyat di
dalam lembaga perwakilan seperti DPR.
3) Keterwakilan ini harus berdasarkan pada prinsip kesetaraan dan
keadilan.
c. Prinsip Akuntabilitas:
1) Prinsip ini mengamanatkan bahwa setiap pemegang kekuasaan,
termasuk pemerintah dan wakil-wakil rakyat, harus bertanggung
jawab atas tindakan dan kebijakan yang mereka lakukan.
2) Mekanisme pengawasan, transparansi, dan pertanggungjawaban
harus ada untuk memastikan bahwa pemerintah bertindak sesuai
dengan kepentingan rakyat.

d. Prinsip Kepastian Hukum:


1) Prinsip ini menekankan pentingnya hukum yang jelas dan dapat
diprediksi dalam mengatur kehidupan politik, sosial, dan ekonomi
negara.
2) Hukum harus diterapkan secara adil dan tanpa diskriminasi.

e. Prinsip Perlindungan Hak Asasi Manusia:


1) Prinsip ini menyatakan bahwa demokrasi harus melindungi dan
menghormati hak asasi manusia setiap individu, termasuk
kebebasan berbicara, hak untuk berserikat, dan hak untuk
mendapatkan perlindungan hukum.

f. Prinsip Toleransi dan Keadilan Sosial:


1) Prinsip ini menekankan pentingnya memelihara keragaman sosial
dan budaya dalam masyarakat.
2) Demokrasi harus menghormati hak setiap warga negara, tanpa
memandang ras, agama, gender, atau latar belakang lainnya.

Prinsip-prinsip ini adalah panduan dasar bagi negara Indonesia dalam


menjalankan sistem demokrasi. Mereka menggarisbawahi pentingnya
partisipasi aktif rakyat dalam proses politik, perlindungan hak asasi
manusia, keadilan sosial, dan pemenuhan prinsip-prinsip hukum yang
baik. Pemahaman dan penerapan prinsip-prinsip ini penting dalam
menjaga stabilitas dan kemajuan demokrasi di Indonesia.

2. Indikator Demokrasi
Kerangka kerja penilaian demokratisasi di antaranya dirumuskan APA
yang diinspirasi konsep yang dikembangkan oleh David Beetham dalam
membuat indikator demokrasi. Beetham menerjemahkan “kedaulatan
rakyat” (rule of the people) secara lebih spesifik menjadi faktor kontrol
popular (popular control) dan faktor kesetaraan politik (political equality).
Kerangka kerja utama dibagi menjadi 3 komponen utama :
a. Kerangka Kerja Hak-hak Warga Negara yang Kesetaraannya
Terjamin (Guaranteed Framework of Equal Citizen Rights). Akses
pada keadilan dan supremasi hokum, juga kebebasan berekspresi,
berserikat dan berkumpul, dan hak-hak dasar yang memungkinkan
masyarakat untuk memperoleh/menjalankan hak-haknya secara efektif.
Komponen pertama ini terdiri dari 2 tema, yaitu:
1) Kewarganegaraan yang Setara (Common Citizenship), dan
2) Hak-hak Sipil dan Politik (Civil and Political Rights).

b. Institusi-institusi Pemerintah yang Representatif dan Akuntabel


(Institutions of Representative and Accountable Government). Pemilu
yang bebas dan adil yang menyediakan perangkat agar pilihan dan
control populer atas pemerintah dapat dilaksanakan.
Komponen kedua terdiri dari 6 tema, yaitu:
1) Pemilu yang Bebas dan Adil (Free and Fair Elections),
2) Partai Politik yang Demokratis (Democratic Political Parties),
3) Hubungan Sipil-Militer (Civil-Military Relations),
4) Transparansi dan Akuntabiltas Pemerintahan (Governmental
Transparency and Accountability),
5) Supremasi Hukum (Rule of Law), dan
6) Desentralisasi (Decentralization).
c. Masyarakat yang Demokratis atau Sipil (Civil or Democratic
Society). Meliputi media komunikasi, asosiasi-asosiasi sipil, proses-
proses konsultatif dan forum-forum lainnya yang bebas dan pluralistik.
Komponen ketiga mencakup 2 tema, yaitu:
1) Media yang Independen dan Bebas (Independent and Free Media)
2) Partisipasi Populer (PopularParticipation).

C. Perjalanan Demokrasi di Indonesia


Perlu dipahami bahwa demokrasi yang berjalan di Indonesia telah
menghasilkan sejumlah kemajuan berarti dari segi prosedural. Pemilu legislatif,
pemilu presiden, hingga Pilkada dapat berlangsung dengan bebas, transparan,
demokratis, dan paling penting dalam suasana damai. Check and balance di
antara lembaga-lembaga eksekutif dengan legislatif juga berlangsung sangat
dinamis. Kebebasan berpendapat dan berserikat jauh lebih baik dibanding masa
Orde Baru. Hal paling mendasar adalah dibenahinya beberapa kelemahan
dalam Batang Tubuh UUD 1945 yang kemudian membuat wajah konstitusi kita
tampil berbeda dibanding Batang Tubuh UUD 1945 yang asli (As’ad Said Ali,
2009: 99).

1. Ide Demokrasi Pendiri Negara


Menurut Mohammad Hatta (1953:39-41), demokrasi telah berurat akar
dalam pergaulan hidup kita. Bangsa Indonesia sejak dahulu sesungguhnya telah
mempraktekkan ide tentang demokrasi meskipun masih sederhana dan bukan
dalam tingkat kenegaraan. Dikatakan bahwa desa-desa di Indonesia sudah
menjalankan demokrasi, misalnya dengan pemilihan kepada desa dan adanya
rembug desa. Itulah yang disebut "demokrasi asli". Demokrasi asli itu memiliki
5 unsur atau anasir yaitu; rapat, mufakat, gotong royong, hak mengadakan
protes bersama dan hak menyingkir dari kekuasaan raja.
Saat ini, ide demokrasi tersebut terungkap dalam sila keempat Pancasila
yakni kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusywaratan perwakilan dan pasal 1 ayat 2 UUD 1945 yakni kedaulatan
berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar
1945.

Oleh karena UUD 1945 merupakan derivasi dari Pancasila sebagai dasar
filsafat negara, maka secara normatif demokrasi Indonesia adalah demokrasi
yang bersumberkan nilai Pancasila khususnya sila keempat. Oleh karena itu
demokrasi Indonesia dikatakan Demokrasi Pancasila, dimana prinsip-prinsip
demokrasi yang dijalankan berdasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Demokrasi
Pancasila dapat diartikan secara luas maupun sempit, sebagai berikut:
a. Secara luas demokrasi Pancasila berarti kedaulatan rakyat yang didasarkan
pada nilai-nilai Pancasila baik sebagai pedoman penyelenggaraan maupun
sebagai
cita-cita.
b.Secara sempit demokrasi Pancasila berarti kedaulatan rakyat yang
dilaksanakan menurut hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan.

Pelaksanaan demokrasi Pancasila agar tegak dan berkembang


dipusatkan pada 10 (sepuluh) pilar demokrasi (Achmad Sanusi, 2006: 193-
205), yaitu:
a. Demokrasi yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Demokrasi yang Menjunjung Hak Asasi manusia
c. Demokrasi yang mengutamakan Kedaulatan Rakyat
d. Demokrasi yang didukung kecerdasan
e. Demokrasi yang menetapkan pembagian kekuasaan
f. Demokrasi yang menerapkan konsep Negara Hukum
g. Demokrasi yang menjamin otonomi daerah
h. Demokrasi yang berkeadilan sosial
i. Demokrasi dengan kesejahteraan rakyat
j. Demokrasi dengan pengadilan yang merdeka

Demokrasi Pancasila dalam arti sempit adalah berdasar pada sila keempat
Pancasila yaitu Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan. Dengan demikian, demokrasi Pancasila dalam
arti sempit adalah masalah pengambilan keputusan yaitu pengambilan
keputusan yang dipimpin oleh hitmat kebijaksanaan. Wujud dari pengambilan
keputusan yang dipimpin oleh hidmat kebijaksanaan adalah dengan
musyawarah mufakat.

2. Praktik Demokrasi di Indonesia


Praktik demokrasi Indonesia berhubungan dengan periodisasi demokrasi
yang pernah dan berlaku dan sejarah Indonesia.
Afan Gaffar (1999: 10) membagi alur demokrasi Indonesia terdiri atas:
a. Periode Masa Revolusi Kemerdekaan (1945-1949)
Pada masa ini interaksi politik di parlemen dan pers berfungsi hanya
sebagai pendukung revolusi kemerdekaan saja sebab situasi dan kondisi
yang tidak memungkinkan. Pemerintah masih disibukkan untuk berjuang
mempertahankan kemerdekaan yang baru saja diproklamasikan.

b. Periode Masa Demokrasi Parlementer (1950-1959)


Masa Demokrasi Parlementer disebut pula masa Demokrasi Liberal
karena sistem politik dan ekonomi yang berlaku menggunakan prinsip-
prinsip liberal. Demokrasi Parlementer adalah sistem pemerintahan di
mana parlemen negara punya peran penting. Pada sistem ini, rakyat
memiliki keleluasaan untuk ikut campur urusan politik dan boleh
membuat partai. Selain itu, para anggota kabinet juga diperbolehkan
mengkritik pemerintah jika tidak setuju terhadap sesuatu.
c. Masa Demokrasi Terpimpin (1960-1965)
Era Demokrasi terpimpin dimulai pada saat diumumkannya Dekrit
Presiden 1959. Menurut Undang-Undang Dasar 1945, demokrasi
terpimpin diartikan sebagai kekuasaan negara berada di tangan rakyat.
Hal ini sesuai dengan kata "permusyawaratan/perwakilan," yang diwakili
oleh lembaga Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Di masa
demokrasi terpimpin, dibentuk banyak lembaga seperti Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS), Dewan Pertimbangan
Agung Sementara (DPAS), Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong
(DPR-GR), Kabinet Kerja, dan Front Nasional.

D. Periode Pemerintahan Orde Baru/Demokrasi Pancasila (1966-1998).


Pemerintahan orde baru menempatkan kekuasaan Presiden sebagai
pusat dari segala kegiatan politik di Indonesia.
Lembaga kepresidenan menjadi kontrol utama bagi lembaga negara
lain, termasuk lembaga surprastruktur (DPR, MPR, DPA, BPK, dan MA)
dan lembaga infrastruktur (LSM, Parpol, dsb).

E. Periode Masa Reformasi (1998-sekarang)


Lengsernya Soeharto dari jabatan presiden di tahun 1998 adalah
pertanda Orde Baru telah berakhir dan disusul dengan lahirnya era
Reformasi.
Pada era Reformasi ini, masih ada beberapa pejabat yang beranggap
bahwa Orde Baru belum berakhir, karenanya era Reformasi disebut juga
dengan era pasca Orde Baru.
Adapun asal kata reformasi sendiri tersusun atas dua kata, yakni re
yang berarti kembali, dan formasi berarti susunan. Maka era Reformasi
dapat dikatakan sebagai era yang menyusun kembali. Perihal yang
disusun kembali dalam era ini adalah sistem pemerintahan Negara
Indonesia.
Lahirnya era Reformasi ini bertujuan untuk mengubah segala bidang
yang menyimpang pada masa Orde Baru atau sebelum tahun 1998. Era
ini lahir tepat setelah presiden Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei
1998 dan kemudian digantikan oleh wakil presidennya, yakni B.J.
Habibie.

Proses demokrasi atau demokratisasi Indonesia sekarang sedang berada


pada tahap tiga yakni tahap konsolidasi demokrasi. Tahapan demokratisasi
meliputi:
a. Tahapan pertama adalah pergantian dari penguasa non demokratis ke
penguasa demokrasi
b. Tahapan kedua adalah pembentukan lembaga-lembaga dan tertib politik
demokrasi
c. Tahapan ketiga adalah konsolidasi demokrasi
d. Tahapan keempat adalah praktik demokrasi sebagai budaya politik
bernegara.

D. Pendidikan Demokrasi
Demokrasi adalah sikap hidup yang harus tumbuh dan berkembang dalam
diri warga negara, baik yang sedang memerintah (penyelenggaran negara)
maupun yang tidak sedang memerintah (warga negara biasa). Sikap hidup
demokrasi ini pada gilirannya akan menghasilkan budaya demokrasi. Sikap
hidup dan budaya demokrasi diperlukan guna mendukung bentuk pemerintahan
maupun sistem politik demokrasi.
Pendidikan demokrasi pada hakikatnya adalah sosialisasi nilai-nilai
demokrasi supaya bisa diterima dan dijalankan oleh warganegara. Pendidikan
demokrasi secara subtantif menyangkut sosialisasi, diseminasi, aktualisasi dan
implementasi sistem, nilai, konsep dan praktik demokrasi melalui pendidikan.
Pendidikan demokrasi bertujuan mempersiapkan warga Masyarakat
berperilaku dan bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan pada
generasi muda akan pengetahuan, kesadaran dan nilai-nilai demokrasi.
Pendidikan demokrasi pada dasarnya membangun kultur demokrasi, yang
nantinya bersama dengan struktur demokrasi akan menjadi fondasi bagi negara
demokrasi. Menurut Zamroni, (2001:17) pengetahuan dan kesadaran akan nilai
demokrasi itu meliputi tiga hal.
1. Kesadaran bahwa demokrasi adalah pola kehidupan yang paling menjamin
2. hak-hak warga masyarakat itu sendiri, demokrasi adalah pilihan terbaik
diantara yang buruk tentang pola hidup bernegara.
3. Demokrasi adalah sebuah learning process yang lama dan tidak sekedar
meniru dari masyarakat lain.
Kelangsungan demokrasi tergantung pada keberhasilan mentrans-formasikan
nilai-nilai demokrasi pada masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dasar demokrasi, berakar dari pengertian pemerintahan oleh rakyat.
Konsep demokrasi mencakup bentuk pemerintahan, sistem politik, dan sikap
hidup demokratis. Prinsip-prinsip demokrasi yang diuraikan dalam makalah
melibatkan kedaulatan rakyat, keterwakilan, akuntabilitas, kepastian hukum,
perlindungan hak asasi manusia, toleransi, dan keadilan sosial. Ini adalah
panduan dasar dalam menjalankan sistem demokrasi di Indonesia.
Perjalanan demokrasi di Indonesia melalui beberapa periode, seperti masa
revolusi kemerdekaan, masa demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin, dan
era reformasi. Era reformasi, yang dimulai setelah lengsernya Soeharto pada
tahun 1998, merupakan tonggak penting dalam perjalanan demokrasi
Indonesia. Selama masa ini, Indonesia telah mengalami perkembangan
signifikan dalam mengamandemen konstitusi, mengadakan pemilu bebas, dan
membangun lembaga-lembaga demokratis.
Pentingnya pendidikan demokrasi untuk mempersiapkan warga negara
yang memiliki sikap hidup dan budaya demokrasi. Pendidikan demokrasi
bertujuan untuk menyebarkan nilai-nilai demokrasi, meningkatkan kesadaran,
dan mengajarkan keterampilan yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam
sistem demokrasi. Pendidikan demokrasi merupakan langkah penting untuk
memastikan kelangsungan demokrasi di Indonesia.
Meskipun tantangan masih ada, demokrasi di Indonesia terus tumbuh dan
menjadi bagian integral dari kehidupan politik dan sosial negara ini. Makalah
ini memberikan pemahaman yang mendalam tentang pentingnya demokrasi
dalam konteks Indonesia dan upaya-upaya untuk memperkuat sistem
demokrasi ini.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad Sanusi. 2006. “Memberdayakan Masyarakat dalam Pelaksanaan 10 Pilar


Demokrasi” dalam Pendidikan Nilai Moral dalam Dimensi Pendidikan
Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium PKn UPI.
Afan Gaffar.1999. Politik Indonesia: Transisi menuju Demokrasi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Diane Revitch & Abigail Thernstrom (ed). Demokrasi: Klasik dan Modern.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Eep Saefulloh Fatah. 1994. Demokrasi di Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Georg Sorensen. 2003. Demokrasi dan Demokratisasi. Terj. I Made Krisna.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Hendra Nurtjahyo. 2006. Filsafat Demokrasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Mohammad Hatta.1966. Demokrasi Kita. Jakarta: Pustaka Antara.
MPK, UNDIP.
Padmo Wahyono. “Demokrasi Politik Indonesia“ dalam Rusli Karim & Fausi
Rizal. 1991. Dinamika Budaya dan Politik dalam Pembangunan. Jakarta:
Tiara Wacana Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.
Cicin Yulianti. 2023.Demokrasi Terpimpin Tujuan Sistem dan Penyimpangan
Yang Pernah Terjadi. Diakses 23 September 2023
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6616481
Hanindita Basmatulhana. 2022. latar belakang lahirnya era reformasi dan
tujuannya. Diakses 23 September 2023
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6231100

Anda mungkin juga menyukai