Pengaruh Variabel Iklim Terhadap Curah Hujan Studi Kasus Di Bali
Pengaruh Variabel Iklim Terhadap Curah Hujan Studi Kasus Di Bali
KARYA ILMIAH
LEMBAR PENGESAHAN
Disahkan oleh
Koordinator Program Studi Fisika FMIPA
Universitas Udayana
ABSTRAK
Telah di paparkan pada karya tulis ini sebagai suatu gambaran tentang hubungan
variabel- variabel iklim terhadap curah hujan, sebagai studi kasus curah hujan di Bali.
Paparan dalam karya tulis ini menggunakan metode kepustakaan yang selanjutnya data yang
diperoleh dari situs resmi BMKG stasiun Ngurah Rai Bali di analisa dengan metode korelasi.
Analisa atau perhitungan memperlihatkan bahwa terjafi korelasi yang benilai positi pada
variabe suhu rata – rata terhadapa curah hujan sebesar 0,462 dan korelasi kelembaban
tehadap curah hujan sebesar 0.592. dari sini diperlihatkan hubungan yang saling menguatkan.
Variabel kecepatan angin bernilai – 0,034 korelasi ini sangat lemah dan saling meniadakan.
Sedangkan nilai negatif yang tinggi seperti variabel – 0.791 yaitu curah hujan akan sangat
tergantung terhadap tekanan udara sekitar, akan tetapi korelasi kuat yang saling meniadakan.
Kata kunci : curah hujan, suhu, kelembaban, tekanan udara, kecepatan angin, korelasi
4
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah seminar yang berjudul “Pengaruh
Variabel Iklim Terhadap Curah Hujan Studi Kasus Di Bali” untuk sumbangan ilmu fisika
dalam menjawab perubahan iklim khususnya di Bali.
Dalam kesempatan ini tak lupa penulis ucapkan limpah terimakasih kepada semua
pihak yang telah berjasa dalam pembuatan makalah Seminar dan telah memberikan
bimbingan maupun masukan kepada penulis. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Drs. Anak Agung Ngurah Gunawan,M.T, selaku Koordinator Program Studi
Fisika FMIPA.
2. Teman-teman Dosen- dosen pengampu di Program studi Fisika FMIPA Universitas
Udayana yang telah memberi bantuan berupa referensi dalam penulisan makalah
ilmiah ini.
3. Mahasiswa Fisika yang beperan dalam mencari data dan down load artikel- artikel
yang mendukung.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih ada kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan, baik karena keterbatasan yang dimiliki maupun kemampuan penulis.
Oleh karena itu penulis menerima saran dan kritik untuk perbaikan makalah ini dan penulis
berharap nantinya agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
5
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL....................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR................................................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
8
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Tabel Ompong.. ............................................................................................ 12
Tabel 3.2 Interprestasi Untuk Koefisien Korelasi.. ....................................................... 13
Tabel 4.1 Data Bulanan Rata – Rata Variabel Iklim dan Curah Hujan ........................ 15
Tabel 4.2 Perhitungan Korelasi Jumlah Curah Hujan dengan Rata – Rata Suhu ......... 16
Tabel 4.3 Perhitungan Korelasi Jumlah Curah Hujan dengan Kelembaban Udara ...... 17
Tabel 4.4 Perhitungan Korelasi Jumlah Curah Hujan dengan Kecepatan Angin ........ 18
Tabel 4.5 Perhitungan Korelasi Jumlah Curah Hujan dengan Tekanan Udara ............ 19
Tabel 4.6 Hasil Korelasi ............................................................................................... 26
9
BAB I
PENDAHULUAN
Variasi cuaca dan iklim dapat membawa berbagai dampak bagi kehidupan manusia
misalnya ekstrimnya perubahan cuaca dan iklim. Curah hujan merupakan variabel iklim
yang fluktuasinya tinggi dan pengaruhnya terhadap produksi tanaman cukup signifikan.
Salah satu indikator terpenting dari sifat cuaca dan iklim adalah hujan. Peningkatan curah
hujan di suatu Stasiun Ngurah Rai, berpotensi menimbulkan banjir, sebaliknya jika terjadi
penurunan dari kondisi normalnya akan berpotensi terjadinya kekeringan (Anwar, 2015).
Cuaca dan iklim merupakan gejala alam yang terjadi sebagai akibat adanya dinamika
atmosfer. Cuaca adalah keadaan udara pada suatu saat di tempat tertentu. Kondisi cuaca
senantiasa berubah dari waktu ke waktu. Iklim adalah rata-rata kondisi cuaca tahunan dan
meliputi wilayah yang luas. Iklim dapat didefinisikan sebagai kondisi rata-rata suhu udara,
kelembaban, awan, curah hujan, evaporasi, tekanana udara dan angin dalam jangka waktu
yang panjang (Bayong, 2004). Untuk dapat menentukan tipe iklim suatu wilayah diperlukan
data cuaca antara 10–30 tahun. Apabila terjadi perubahan dari kondisi rata-rata parameter
iklim, maka hal tersebut dikatakan sebagai perubahan iklim. Perubahan iklim tidak terjadi
secara mendadak atau dalam jangka waktu yang singkat, tetapi berlangsung secara perlahan
dalam jangka waktu yang sangat panjang (Panjiwibowo dkk, 2003).
Iklim tropis yang ada di Indonesia diakibatkan karena letak Indonesia berada tepat
pada garis ekuator, yang berarti dekat dengan matahari. Pergerakan matahari termasuk
cepat, jadi jeda suhu antara waktu siang hari dan waktu malam hari tidak jauh. Suhu di
Indonesia cukup tinggi yaitu 26 C (Purwantara, 2015 ). Iklim Stasiun Ngurah Rai Bali, tropis
ditandai dengan tingginya curah hujan dan evaporasi, dimana untuk wilayah Indonesia curah
hujan lebih tinggi daripada evaporasi.
10
Pulau Bali yang merupakan bagian dari wilayah Indonesia yang terdiri dari daratan
dan lautan. Pulau Bali berada diantara pulau jawa dan pulau Lombok. Kondisi curah hujan
bulanan dan panjang musim di wilayah Bali sangat bervariasi, bagian tengah wilayah Bali
adalah Stasiun Ngurah Rai, yang memiliki nilai curah hujan bulanan yang lebih tinggi
dengan lama musim hujan lebih panjang jika dibandingkan dengan wilayah lainnya.
Penulisan dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mengolah data curah hujan,
suhu udara, kelembaban udara, dan tekanan atmosfer udara. Data diperoleh dari Website
resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dari makalah ilmiah ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana keadaan variabel iklim bulanan pada tahun 2017 di Stasiun Ngurah Rai,
Bali? Sebagai studi kasus
2. Bagaimana hubungan antara variabel iklim terhadap curah hujan pada tahun 2017
di Stasiun Ngurah Rai, Bali? Sebagai studi kasus
3. Dapatkah dipakai sebagai pedoman variabel iklim dibali tahun 2017 secara nasional ?
Untuk memperjelas studi kasus ini penulis mencoba memberi batasan dalam
pembahasan ini adalah data atau studi kasus yang digunakan adalah hasil perolehan data
dari web side Resmi BMKG wilayah Bali yaitu :
1. Variabel iklim yang dibahas terdiri dari suhu, kelembaban, kecepatan angin
11
tekanan udara, dan curah hujan pada tahun 2017 di Stasiun BMKG Ngurah Rai,
Bali.
1.4 Tujuan
1. Mengetahui keadaan variabel iklim tahun 2017 di bali berdasarkan data BMKG
Stasiun Ngurah Rai, Bali.
2. Mengetahui hubungan antara variabel iklim tersebut terhadap curah hujan di Bali
Berdasarkan data BMKG Stasiun Ngurah Rai, Bali
1.5 Manfaat
Penulis berharap makalah ilmiah ini bermanfaat bagi khalak pembaca terutama bagi
pembaca yang bergerak dalam bidang pertanian dan perikanan sehingga bisa sebagai
langkah awal untuk bercocok tanam atau ke laut, serta bagi kalangan mahasiswa khususnya
fisika bahwa secara fisika dapat dipelajari perubahan curah hujan tergantung pada variabel
iklim.
Disamping itu juga penulis berharap karya ini bermanfaat, untuk mengetahui jumlah
curah hujan, besar suhu udara, besar kecepatan angin, besar tekanan udara dan kelembaban
pada tahun 2017 di Bali melalui stasiun meteorologi Ngurah Rai Bali kedepannya.
.
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Cuaca adalah pandangan dasar atau bentuk awal dari suatu keadaan yang
dihubungkan dengan penafsiran dan atau pengertian akan keadaan fisik udara dalam kurun
waktu sisngkat atau sesaat di suatu tempat atau lokasi dan pada suatu waktu tertentu.
Sedangkan Iklim adalah kondisi terusan atau lanjutan dari cuaca, dan dapat
dikatakan sebagai sumasi atau kumpulan dari keadadan – keadaan cuaca yang secara
teoritis dijumlahkan dan disusun kemudian dihitung dalam bentuk rata-rata kondisi cuaca
dalam jangka waktu tertentu (Winarso, 2003). Ilmu cuaca yang lebih dikenal dengan
Meteorologi adalah ilmu pengetahuan yang menganalisa dan mengkaji gejala- gejala atau
fenomena dan peristiwa-peristiwa cuaca dalam jangka waktu dan wilayah tertentu dan
terbatas, sedangkan ilmu iklim atau dimasyarakat dikenal sebagai Klimatologi adalah ilmu
pengetahuan yang merupakan pengembangan dari meteorologi yang menganalisa serta
mengkaji tentang fenomena- fenomena atau gejala-gejala cuaca akan tetapi sifat-sifat dan
gejala-gejala tersebut mempunyai sifat umum dalam jangka waktu dan daerah atau wilayah
yang luas di atmosfer permukaan bumi (Aldrian, 2008).
Kesemua itu adalah variabel- variabel pengendali iklim disuatu tempat atau wilayah
atau dengan kata lain variabel yang dominan yang dapat menentukan perbedaan iklim
antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain menurut Lakitan (2002) ada lima (5)
variabel, adalah :
Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam udara atau
atmosfer. Besarnya tergantung dari masuknya uap air ke dalam atmosfer karena adanya
penguapan dari air yang ada di lautan, danau, dan sungai, maupun dari air tanah. Disamping
itu terjadi pula dari proses transpirasi, yaitu penguapan dari tumbuh-tumbuhan. Sedangkan
banyaknya air didalam udara bergantung kepada banyak faktor, antara lain adalah
ketersediaan air, sumber uap, suhu udara, tekanan udara, dan angin. Uap air dalam atmosfer
dapat berubah bentuk menjadi cair atau padat yang akhirnya dapat jatuh ke bumi antara lain
sebagai hujan. Kelembapan udara yang cukup besar memberi petunjuk langsung bahwa
udara banyak mengandung uap air atau udara dalam keadaan basah. Berbagai ukuran dapat
digunakan untuk menyatakan nilai kelembapan udara yaitu kelembapan udara
relatif (RH). Kelembapan udara relatif memiliki pengertian sebagai nilai perbandingan
antara tekanan uap air yang ada pada saat pengukuran (e) dengan nilai tekanan uap air
maksimum (𝑒𝑚 ) yang dapat dicapai pada suhu udara dan tekanan udara saat pengukuran
(Wirjohamidjojo, 2006). Persamaan untuk kelembapan udara relatif adalah seperti berikut:
𝑒
RH = 𝑒 x100 % (2.1)
𝑚
Keterangan :
dicapai pada suhu udara dan tekanan udara saat pengukuran (mb)
Matahari merupakan salah satu sumber panas bagi permukaan bumi. Pancaran sinar
matahari ke permukaan bumi menimbulkan adanya energi. Permukaan atmosfer menerima
energi yang terdiri atas sinar ultraviolet, sinar inframerah. Hal inilah yang menyebabkan
perbedaan suhu udara di permukaan bumi, yaitu banyak sedikitnya sinar matahari yang
sampai di permukaan bumi. Posisi Indonesia terletak di daerah khatulistiwa, sehingga
memperoleh sinar matahari secara maksimal dan merata sepanjang tahun. Rata-rata suhu
udara di Indonesia setiap tahunnya, untuk daratan rata-rata 28𝑜 C dan lautan sebesar 26,3𝑜 C.
Hasil pengukuran ini digunakan untuk menentukan suhu rata-rata harian. Suhu ratarata
harian digunakan untuk menentukan suhu rata-rata bulanan dan suhu rata-rata bulanan
digunakan untuk menentukan suhu rata-rata tahunan. Ketinggian suatu tempat yang ada di
permukaan bumi berpengaruh terhadap tekanan udara dan suhu udara. Semakin tinggi tempat
di permukaan bumi, semakin rendah suhu udaranya. Suhu udara dapat dirumuskan sebagai
berikut :
(0,61°C−h)
t = 26,3°C 100
(2.2)
Keterangan :
t = suhu udara.
Curah hujan adalah butir-butir air atau Kristal es yang jatuh/ keluar dari awan atau
kelompok awan. Jika curahan dimaksud dapat mencapai permukaan bumi disebut sebagai
hujan. Jika setelah keluar dari dasar awan tetapi tidak jatuh sampai ke permukaan bumi
disebut sebagai virga. Butir air yang dapat keluar dari awan dan mampu mencapai
permukaan bumi harus memiliki garis tengah paling tidak sebesar 200 mikrometer (1
mikrometer = 0,001 cm). Kurang dari ukuran diameter tersebut, butir-butir air dimaksud
akan habis menguap di atmosfer sebelum mampu mencapai permukaan bumi. Banyaknya
curah hujan yang mencapai permukaan bumi atau tanah selama selang waktu tertentu dapat
diukur dengan jalan mengukur tinggi air hujan dengan cara tertentu. Hasil dari
pengukurannya dinamakan curah hujan, yaitu tanpa mengingat macam atau bentuknya pada
saat mencapai permukaan bumi dan tidak memperhitungkan endapan yang meresap ke
dalam tanah , hilang karena penguapan, atau pun mengalir. Dari bentuk dan sifatnya, hujan
ada yang disebut dengan shower atau hujan tiba-tiba. Hujan tersebut ditandai dengan
permulaan dan akhir yang mendadak dengan variasi intensitas yang umumnya cepat, dengan
titik-titik air atau partikelpartikel yang lebih besar daripada hujan biasa dan jatuhnya dari
awan-awan Cumulus (Cu) ataupun Cumulonimbus (Cb) yang pertumbuhannya bersifat
konvektif. Hujan kontinyu yang permulaan dan akhirnya tidak secara mendadak dan tidak
tampak terjadi pengurangan perawanan sejak permulaan sampai pada akhirnya aktifitas
tersebut. Hujan ini jatuhnya dari awan-awan yang pada umumnya berbentuk merata seperti
awan- awan Stratus (St), Altostratus (As), maupun Nimbustratus (Ns) (Tjasyono, 1999).
2.2.4 Variabel Kecepatan Angin
Jika pada suatu saat terjadi perbedaan tekanan udara pada arah mendatar, maka akan
terjadi gerakan perpindahan massa udra dari tempat dengan tekanan udara yang tinggi ke
tempat dengan tekanan udsara yang rendah. Gerakan perpindahan massa udara pada arah
mendatar tersebut disebut arus angin. Perbedaan tekanan udara pada umumnya terjadi
disebabkan perbedaan temperatur udara, yang pada permukaan bumi disebabkan adanya
perbedaan pemanasan atau penerimaan panas diatas permukaan bumi. Gerakan arus angin
jarang sekali dapat berlangsung dalam keadaan rata atau halus, tetapi pada umunya terganggu
oleh adanya turbulensi dalam berbagai bentuk dan ukuran yang berkembang dan saling
mengganggu dengan arah dan gerakannnya. Dekat pada permukaan bumi turbulensi ini
terutama sebagai akibat dari gesekan antara udara yang bergerak dengan permukaan bumi
yang umumnya tidak rata yang dapat diakibatkan oleh faktor geografis atupun adanya
bangunan – bangunan yang cukup tinggi.
Tekanan udara merupakan unsur dan pengendali iklim yang sangat penting bagi
kehidupan makhluk di bumi, karena peranannya sebagai penentu dalam penyebaran curah
hujan. Perubahan tekanan udara akan menyebabkan perubahan kecepatan dan arah angin
perubahan ini akan membawa pula pada perubahan suhu dan curah hujan. Angin yang
bergerak dari arah-arah yang berlawanan mempunyai pengaruh yang besar terhadap iklim
karena perbedaan suhu yang disebabkan; dan angin laut yang berasal dari lautan atau
melewati lautan pada sebagian besar perjalanannya akan lebih banyak mendatangkan hujan
karena uap air yang dibawanya. Dengan demikian penyebaran curah hujan di seluruh
permukaan bumi berhubungan sangat erat dengan sistem tekanan udara dan angin. Tekanan
udara berkurang dengan bertambahnya ketinggian tempat. Tekanan udara dipengaruhi suhu.
Alat pengukur tekanan udara adalah barometer.
2.3 Teori Curah hujan di Indonesia
Sebagai salah satu kawasan tropis yang unik dinamika atmosfernya di mana banyak
dipengaruhi oleh kehadiran angin pasat, angin monsunal, iklim maritim, dan pengaruh
berbagai kondisi lokal, maka cuaca dan iklim di Indonesia diduga memiliki karakteristik
khusus yang hingga kini mekanisme proses pembentukannya belum diketahui banyak orang.
Curah hujan wilayah Indonesia dipengaruhi oleh keberadaan Samudera Pasifik di sebelah
timur laut dan Samudera Indonesia di sebelah barat daya. Pada siang hari proses evaporasi
dari permukaan ke dua samudera ini akan secara nyata meningkatkan kelembapan
udara di atasnya. Kedua samudera ini merupakan sumber udara lembap yang akan
mendatangkan hujan bagi wilayah Indonesia (Lakitan, 2002).
Indonesia merupakan daerah monsun yang terletak antara benua Asia dan Australia.
Periode monsun Asia ditandai dengan adanya angin paras bawah yang datang dari arah
timur laut di Belahan Bumi Utara wilayah Indonesia. Kemudian menyeberangi ekuator dan
berbelok arah menjadi dari arah barat laut di Belahan Bumi Selatan wilayah Indonesia.
Pada periode ini terjadi musim hujan yaitu pada bulan Oktober hingga Maret dengan curah
hujan tertinggi terjadi antara bulan Desember hingga Februari. Monsun Australia ditandai
dengan adanya angin paras bawah yang bertiup dari arah tenggara pada Belahan Bumi
Selatan wilayah Indonesia. Kemudian melintasi ekuator dan berubah arah menjadi dari arah
barat daya di Belahan Bumi Utara wilayah Indonesia. Pada periode ini terjadi musim
kemarau yaitu pada bulan April hingga September dengan curah hujan terendah terjadi
antara bulan Juni hingga Agustus (Purwantara. 2015).
Berdasarkan distribusi data rata-rata curah hujan bulanan, umumnya wilayah
Indonesia dibagi menjadi 3 (tiga) pola curah hujan (Tjasyono, 1999). Yaitu :
Curah hujan bulanan pola ini berhubungan dengan pergerakan zona konvergensi ke
arah Belahan Bumi Utara dan Belahan Bumi Selatan mengikuti pergeseran matahari. Pola
ekuatorial dicirikan oleh tipe curah hujan dengan bentuk bimodial (dua puncak hujan) di
mana terdapat curah hujan bulanan maksimum dua kali yang biasanya terjadi sekitar bulan
Maret dan Oktober. Pada tipe ini curah hujan rata-rata bulanannya lebih dari 150 mm. Pola
ini diperlihatkan pada Gambar 2.1.
Curah hujanan pola ini memiliki distribusi berbentuk huruf “V”atau “U”. Pola
curah hujan monsunal memiliki ciri pada saat kondisi normal, yaitu saat monsun barat akan
mendapat curah hujan yang berlimpah (musim hujan) sedangkan pada saat monsun timur
jumlah curah hujannya sangat sedikit (musim kemarau). Pada pola hujan monsunal
wilayahnya memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim hujan dan periode musim
kemarau.Pola monsunal diperlihatkan pada Gambar 2.2.
Pola curah hujan ini sangat dipengaruhi oleh keadaan dan kondisi setempat.
Meliputi pemanasan lokal yang tidak seimbang dan naiknya udara lembap secara paksa
dari aliran udara yang menuju ke dataran tinggi atau pegunungan. Wilayah dengan pola
lokal memiliki distribusi hujan bulanan yang berkebalikan dengan pola monsunal. Pada
saat wilayah monsunal mengalami banyak hujan maka di wilayah lokal mengalami
musim kemarau. Pola lokal diperlihatkan pada Gambar 2.3.
Bali adalah salah satu wilayah kecil di Indonesia kondisi bali sangat tergantung
pada demografi bali di Indonesia. Bali setiap tahun juga terpapar oleh iklim kemarau
dan hujan, yang hampir terbagi enam bulan enam bulan, pergerakan musim kemarau
dan hujan dibali sangat tergantung curah hujan dan variabel yang lainnya.
Curah hujan di pulau Bali secara umum termasuk ke dalam pola curah hujan
monsoonal. Pola curah hujan monsoonal ini ditandai dengan satu puncak musim
hujan (unimodial) yaitu antara bulan Desember, Januari dan Februari, serta
mempunyai perbedaan yang jelas antara musim hujan dan musim kemarau
(Purwantara. 2015). Curah hujan di Bali diperlihatkan pada Gambar 2.4.
BAB III
METODE PENULISAN
3.2 Alat
Alat yang digunakan untuk mengambil data pada makalah ini adalah seperangkat
alat komputer.
Dari data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan metode korelasi. korelasi
merupakan pengukuran statistik kovarian atau asosiasi antara dua variabel. Metode
korelasi dirumuskan sebagai berikut (Anwar,2015) :
20
𝑁 ∑𝑁 𝑁 𝑁
𝑖=1 𝑥𝑖 𝑦𝑖 –(∑𝑖=1 𝑥𝑖 )(∑𝑖=1 𝑦𝑖 )
R= 1 1 (3.2)
(𝑁 ∑𝑁 2 𝑁 2 2 𝑁 2 𝑁 2 2
𝑖=1 𝑥𝑖 −(∑𝑖=1 𝑥𝑖 ) ) (𝑁 ∑𝑖=1 𝑦𝑖 −(∑𝑖=1 𝑦𝑖 ) )
Keterangan:
N = Banyak data (jumlah bulan)
X = Nilai jumlah curah hujan
Y = Nilai Variabel Iklim
Besarnya koefesien korelasi berkisar antara +1 s/d -1. Koefesien korelasi
menunjukkan kekuatan hubungan linear dan arah hubungan dua variabel acak. Jika
koefesien korelasi positif, maka kedua variabel mempunyai hubungan searah. Artinya
jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan tinggi pula. Sebaliknya, jika
koefesien korelasi negatif, maka kedua variabel mempunyai hubungan terbalik. Artinya
jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan menjadi rendah dan berlaku
sebaliknya
Adapun hubungan antara curah hujan dengan variabel iklim dapat ditentukan
berdasarkan Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Interpretasi untuk koefisien korelasi (Anwar, 2015 )
MULAI
KORELASI
𝑁 ∑𝑁 𝑁 𝑁
𝑖=1 𝑥𝑖 𝑦𝑖 –(∑𝑖=1 𝑥𝑖 )(∑𝑖=1 𝑦𝑖 )
R= 1 1
2 2 2 2
(𝑁 ∑𝑁 2 𝑁 𝑁 2 𝑁
𝑖=1 𝑥𝑖 −(∑𝑖=1 𝑥𝑖 ) ) (𝑁 ∑𝑖=1 𝑦𝑖 −(∑𝑖=1 𝑦𝑖 ) )
Grafik
Analisis
SELESAI
BAB IV
CONTOH KASUS
4.1 Contoh data Curah hujan terhadap iklim di BMKG Ngurah Rai Bali
Gambaran data ddown Load dari website resmi Badan Meteorologi, Klimatologi,
dan Geofisika (BMKG) Ngurah Rai sebagai suatu gambaran pengaruh variabel curah
hujab terhadap iklim diolah dari data dalam tabel 4.1.
Tabel 4.1 Data Bulanan Rata – Rata Variabel Curah Hujan, suhu dan kelembaban serta kelembaban
Dari tabel 4.1 beberapa variabel iklim akan dihitung korelasinya menggunakan
persamaan 3.2. dari proses perhitungan akan didapat korelasi atau hubungan masing-
masing variabel tersebut.
23
Pada bagian ini akan di cari korelasi variabel variabel iklim terhadap curah hujan.
Dari hubungan curah hujan ini akan dapat diperlihatkan bagai perubahan iklim dapat
terjadi.Perhitungan korelasi ini coba di jelaskan hubungannya masing – masing terhadap
curah hujan yang nantinya menggambarkan perubahan iklim. Seperti lazimnya faktor
korelasi maka akan tergambar bagai mana pengaruh variabel tersebut terhadap perubahan
iklim yang terjadi di Bali.
4.2.1 Hubungan/ Korelasi Jumlah Rata- rata suhu terhadap Curah Hujan di Bali
Tabel 4.2 Perhitungan Korelasi Rata- rata suhu terhdap Jumlah Curah Hujan
12 (61748) − (2247,6)326,9
𝑅 =
√12(791774,36) − 2247,62 √12(8908,71) − 326,92
(740976 − 734740,44)
𝑅 =
√(9501292,32) − 5051705,76 √(106904,52) − (106863,61)
6235,56
𝑅 =
√4449586,56 √40,91
6235,56
𝑅 =
√182032586,2
6235,56
𝑅=
13491,94523
𝑅 = 0,462169086
𝑅 ≅ 0,462
Hasil ini memberikan nilai mendekati 0,465, nilai ini kurang dari 1 tetapi
mendekati 0,5. Perhitungan dilakukan selama 12 bulan jadi nilai korelasi ini
menggambarkan hubungan dalam jangka waktu setahun.
25
4.2.2 Hubungan atau Korelasi kelembaban udara terhadap Jumlah Curah Hujan
Tabel 4.3 Perhitungan Korelasi Jumlah Curah Hujan dengan Kelembaban Udara
12 (184583,3) − (2247,6)974
𝑅=
√12(791774,36) − 2247,62 √12(79092) − 9742
(2214999,6 − 2189162,4)
𝑅=
√(9501292,32) − 5051705,76 √(949104) − (948676)
25837,2
𝑅=
√4449586,56 √428
25837,2
𝑅=
√1904423048
26
25837,2
𝑅=
43639,69578
𝑅 = 0,59205729
𝑅 ≅ 0,592
4.2.3 Hubungan atau Korelasi Kecepatan angin terhadap Jumlah Curah Hujan
Tabel 4.4 Perhitungan Korelasi Jumlah Curah Hujan dengan Kecepatan Angin
Rata - Rata
Jumlah curah XY Y2
Bulan Kecepatan X2 (mm2)
hujan X (mm) (mm knot) (knot2)
Angin Y (knot)
Januari 306,6 8 2452,8 94003,56 64
Februari 318,3 8 2546,4 101314,89 64
Maret 191,0 5 955,0 36481,0 25
April 110,3 5 551,5 12166,09 25
Mei 52,0 7 364,0 2704,0 49
Juni 195,0 8 1560,0 38025,0 64
Juli 48,6 8 388,8 2361,96 64
Agustus 2,0 8 16,0 4,0 64
September 10,4 7 72,8 108,16 49
Oktober 53,1 5 265,5 2819,61 25
November 337,5 4 1350,0 113906,25 16
Desember 622,8 7 4359,6 387879,84 49
Total 2247,6 80 14882,4 791774,36 558
27
12 (14882,4) − (2247,6)80
𝑅=
√12(791774,36) − 2247,62 √12(558) − 802
(178588,8 − 179808)
𝑅=
√(9501292,32) − 5051705,76 √(6696) − (6400)
−1219,2
𝑅=
√4449586,56 √296
−1219,2
𝑅=
√1317077622
−1219,2
𝑅=
36291,56406
𝑅 = −0,033594584
𝑅 ≅ −0,034
4.2.4 Hubungan atau Korelasi Tekanan Udara terhadap Jumlah Curah Hujan
Tabel 4.5 Perhitungan Korelasi Jumlah Curah Hujan dengan Tekanan Udara
Rata - Rata
Jumlah curah XY (mm Y2
Bulan Tekanan Udara Y X2 (mm2)
hujan X (mm) millibar) (millibar2)
(millibar)
Januari 306,6 1007,7 308960,82 94003,56 1015459,29
Februari 318,3 1008,3 320941,89 101314,89 1016668,89
Maret 191,0 1008,8 192680,8 36481,0 1017677,44
April 110,3 1009,4 111336,82 12166,09 1018888,36
Mei 52,0 1010,2 52530,4 2704,0 1020504,04
Juni 195,0 1011,1 197164,5 38025,0 1022323,21
Juli 48,6 1012 49183,2 2361,96 1024144,0
Agustus 2,0 1011,7 2023,4 4,0 1023536,89
September 10,4 1011,6 10520,64 108,16 1023334,56
Oktober 53,1 1009,8 53620,38 2819,61 1019696,04
November 337,5 1007 339862,5 113906,25 1014049,0
Desember 622,8 1007,7 627595,56 387879,84 1015459,29
Total 2247,6 12115,3 2266420,91 791774,36 12231741,01
12 (2266420,91) − (2247,6)12115,3
𝑅=
√12(791774,36) − 2247,62 √12(12231741,01) − 12115,32
(27197050,92 − 27230348,28)
𝑅=
√(9501292,32) − 5051705,76 √(146780892,1) − (146780494,1)
−33297,36
𝑅=
√4449586,56 √398,0299999
−33297,36
𝑅=
√1771068938
−33297,36
𝑅=
42084,06989
𝑅 = −0,791210548
29
𝑅 ≅ −0,791
Hasil ini memperlihatkan hubungan antara tekanan udara terhadap curah hujan
di bali selam setahun sangat kecil dibandingkan variabel sebelumnya. Ini berrati
korelasi variabel iklim yang bernama tekanan udara sangat kecil bepengaruh terhadap
curah hujan di bali selama setahun dari hasil Down load Stasiun BMKG Ngurah Rai.
Untuk lebih jelasnya hubungan variabel- variabel iklim terhadap curah hujan di
Bali. Dari data yang diperoleh akan diterjemahkan dalam grafik masing- masing variabel
sehingga denga membaca gambar terlihat bagai mana curah hujan selama setahun di Bali.
Grafik hubungan curah hujan dan suhu pada tahun 2017 di Stasiun Ngurah Rai-
Bali dapat dilihat pada Gambar 4.1.
700 28,5
Curah hujan (mm)
Suhu (°C)
600 28
500 27,5
400
27
300
200 26,5
100 26
0 25,5
Januari
April
Juni
Agustus
Mei
September
Maret
Juli
Februari
November
Desember
Oktober
Bulan
Grafik tersebut menunjukkan bahwa curah hujan dan suhu rata - rata memiliki
hubungan searah, ketika curah hujan semakin tinggi maka suhu juga semakin tinggi dan
ketika curah hujan semakin rendah, maka suhu juga semakin rendah. Korelasi kedua
variabel sebesar 0,462 yang menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel cukup kuat.
30
Grafik hubungan curah hujan dan kelembaban udara pada tahun 2017 di Stasiun
Ngurah Rai-Bali dapat dilihat pada Gambar 4.2.
hujan (mm)
700 85
Curah
84
Kelembaban
600
udara (%)
83
500 82
400 81
80
300 79
200 78
77
100 76
0 75
Januari
April
Mei
Juni
Agustus
September
Maret
Juli
Februari
November
Desember
Oktober
Bulan
Grafik tersebut menunjukkan bahwa curah hujan dan kelembaban udara rata – rata
memiliki hubungan searah, ketika curah hujan semakin tinggi maka kelembaban udara
juga semakin tinggi dan ketika curah hujan semakin rendah, maka kelembaban udara juga
semakin rendah. Korelasi kedua variabel sebesar 0,592 yang menunjukkan bahwa
Grafik hubungan curah hujan dan kecepatan angin pada tahun 2017 di Stasiun
Ngurah Rai-Bali dapat dilihat pada Gambar 4.3
700 9
600
7
500
6
400 5
300 4
3
200
2
100 1
0 0
Januari
April
Juni
Agustus
Mei
September
Maret
Februari
Juli
November
Desember
Bulan Oktober
Curah Hujan Kecepatan Angin
Grafik hubungan curah hujan dan tekanan udara pada tahun 2017 di Stasiun
Ngurah Rai-Bali dapat dilihat pada Gambar 4.4
700 1013
Jumlah curah
Tekanan Udara
hujan (mm)
600 1012
(millibar)
1011
500
1010
400 1009
300 1008
1007
200
1006
100 1005
0 1004
Januari
Maret
April
Mei
Juni
Agustus
September
Juli
Februari
November
Desember
Oktober
Bulan
Grafik tersebut menunjukkan bahwa curah hujan dan kecepatan angin rata – rata
memiliki hubungan terbalik, ketika curah hujan semakin tinggi maka tekanan udara
semakin rendah dan ketika curah hujan semakin rendah, maka tekanan udara semakin
tinggi. Korelasi kedua variabel sebesar -0,791 yang menunjukkan bahwa ketidak ada
hubungan kedua variabel sangat kuat, atau hubungan berbanding terbalik
33
4.4. Pembahasan
Untuk memperjelas contoh kasus diatas, akan coba didiskripsikan kejadian atau
keadaan curah hujan berdasarkan variabel variabel diatas. Deskripsi yang penulis sajikan
langsung dalam bentuk gambar dan penjelasan singkat.
700
Curah
600
500
400
300
200
100
0
Januari
April
Juni
Mei
Agustus
September
Maret
Juli
Februari
November
Desember
Oktober
Bulan
Curah hujan
Gambar 4.5 Grafik curah hujan bulanan Stasiun Ngurah Rai 2017
Grafik curah hujan bulanan di Stasiun Ngurah Rai 2017 menunjukkan bahwa
curah hujan setiap bulannya mengalami perubahan yang cukup signifikan dapat terlihat
bahwa jumlah curah hujan tertinggi berada pada bulan Desember sebesar 622,8 mm dan
intensitas curah hujan terendah berada pada bulan Agustus sebesar 2,0 mm. Fluktuasi
curah hujan tersebut menunjukkan bahwa perubahan intensitas curah hujannya sangat
drastis tiap bulannya. Perubahan curah hujan tersebut diakibatkan oleh perubahan suhu,
kelembaban maupun kecepatan angin rata- rata. Hubungan atau korelasi dari masing–
masing variabel iklim tehadap curah hujan dapat pula dijawab atau diinterprestasikan
berdasarkan tabel korelasi sebagai berikut.
34
Sepanjang periode data yang di peroleh dari Stasiun Ngurah Rai-Bali, hubungan
suhu, kelembaban, dan tekanan udara memiliki hubungan yang cukup signifikan
terhadap curah hujan Tabel 4.6 menunjukkan bahwa curah hujan dengan suhu maupun
dengan kelembaban udara memiliki nilai korelasi yang cukup kuat, dan nilai korelasi
curah hujan dengan tekanan udara yang kuat walaupun berhubungan timbal balik,
sedangkan curah hujan dengan kecepatan angin memiliki korelasi yang sangat rendah.
35
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Studi kasus yang dipaparkan dalam karya tulis ilmiah ini jika dicarikan faktor
korelasinya tergambar dari masing- masing variabel baik secara angka maupun gambar. Oleh
karena itu dari paparan pada pembahasan dapat penulis tarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Empat variabel iklim yang dipaparkan dalam karya tulis ini terhadap curah hujan
memperlihat korelasi yang signifikan, walaupun signivikasinya berbeda satu sama lain.
2. Variabel kelembabaan bernilai positif yaitu 0, 462, korelasi variabel suhu rata- rata
berharga positif yaitu 0,592. Ini mempelihatkan hubungan yang saling menguatkan.
Variabel kecepatan angin bernilai – 0,034 korelasi ini sangat lemah jadi saling
meniadakan. Sedangkan nilai negatif yang tinggi seperti variabel – 0.791 yaitu curah
hujan akan sangat tergantung terhadap tekanan udara sekitar, akan tetapi korelasi kuat
yang saling meniadakan.
3. Empat variabel ini berpengaruh terhadap curah hujan sehingga dapat disimpukan
mempengaruhi perubahan iklim di semua darah atau secara nasional.
5.2 Saran
Karya tulis ini adalah suatu kajian putaka sudah barang tentu harus dikembangkan lebih
jauh, untuk itu disarankan dilakukan penelitian korelasi terhadap variabel iklim yang lain serta
kurun waktu yang lebih dari setahun.
36
DAFTAR PUSTAKA
Aldrian, E., 2008, seasonal variabelity of Indonesian Rainfallin ECHAM4, Simulations and in
the Reanalyses, Theorical Applied Climatology, wiley interScience, 41-59
Anwar, M.R., 2015, Climate Change impacts on Phenology and Yields of five broadcare crops
ata four climatologically distinct location in Australia, 35 – 38
Bayong, T.H.K., 2004, Klimatologi, Penerbit ITB, Bandung, 195-201 Panjiwibowo, Febrianti,
N., Trismidianto, 2003, Characteristics of Rainfall in the Continent-Maritime
Region Study of the Origin of Intense Rainfall and Drought, Global Earth
Observation of System (GEOSS) Asia- Pasific Symposium, Asia, 66
https://bali.bps.go.id/statictable/2018/04/10/55/rata-rata-keadaan-meteorologi-dan-geofisika-
di-stasiun-ngurah-rai-tuban-2017.html
Lakitan, B., 2002, Dasar-Dasar Klimatologi, Cetakan Ke-2, Raja Grafindo Persada,
Jakarta,197-203