Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PENGGOLONGAN OBAT
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu : Drs. H. Adang, M.Pd

Disusun Oleh :
Nanda Aulia Salsabillah
01022072
1C

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS YPIB
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Penggolongan Obat” ini dengan
baik dan tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas Bapak Drs. H. Adang, M.Pd pada mata kuliah Bahasa
Indonesia. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
pembaca dan penulis mengenai penggolongan obat.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. H. Adang, M.Pd selaku


dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas ini, sehingga
penulis dapat menambah wawasan menjadi lebih luas. Penulis menyadari makalah
ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Cirebon, 08 Desember 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii


DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1. 1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1. 2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1. 3 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2
1. 4 Manfaat Pembahasan ................................................................................. 2
BAB II ................................................................................................................ 3
KAJIAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN..................................................... 3
2. 1 Pengertian Obat ......................................................................................... 3
2.1.1 Tujuan Utama Pengobatan .............................................................. 4
2.1.2 Peran Obat Umum Meliputi: ........................................................... 4
2. 2 Jenis-Jenis Obat......................................................................................... 4
2.2.1 Penggolongan Obat Berdasarkan Jenisnya ...................................... 5
2.2.2 Mekanisme Terjadinya Interaksi Obat ............................................. 9
2.2.3 Penggolongan Obat Berdasarkan Mekanisme Kerja Obat .............. 10
2.2.4 Penggolongan Obat Berdasarkan Cara Pemakaian ........................ 11
2.2.5 Penggolongan Obat Berdasarkan Golongan Cara Kerja Obat ........ 12
2. 3 Klasifikasi Obat....................................................................................... 13
2.3.1 Obat Bebas ................................................................................... 13
2.3.2 Obat Generik ................................................................................ 13
2.3.3 Obat Generik Berlogo ................................................................... 13
2.3.4 Obat Bermerek ............................................................................. 14
2.3.5 Obat Paten .................................................................................... 14
2.3.6 Obat Mitu (Me-Too) ..................................................................... 14
2.3.7 Obat Tradisional ........................................................................... 15
2.3.8 Obat Baru ..................................................................................... 15
2.3.9 Obat Esensial ................................................................................ 15

iii
2. 4 Obat Standar ........................................................................................... 15
BAB 3 ............................................................................................................... 17
PENUTUP ........................................................................................................ 17
A. Kesimpulan ............................................................................................. 17
B. Saran ....................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 19

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Obat tidak dapat dipisahkan dari komponen pelayanan kesehatan. Obat-
obatan adalah salah satu komponen utama farmakologi. Obat merupakan
salah satu bagian terpenting dari pelayanan kesehatan mulai dari pencegahan
hingga diagnosis, pengobatan, dan pemulihan yang harus selalu tersedia dan
tidak dapat diganti. Akibatnya, istilah "obat" mengacu pada zat apa pun yang
digunakan dalam pengobatan, pencegahan, dan pemulihan kesehatan bagi
penggunanya. Dalam rangka penegakan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan, dan kontrasepsi bagi
manusia, obat adalah zat atau kombinasi bahan, termasuk produk biologi,
yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologis atau
kondisi patologis. Berikut adalah empat kelompok narkoba: Narkoba keras,
Narkoba, Psikotropika, Narkoba Bebas Terbatas, dan Narkoba Bebas

Obat adalah zat atau bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, hewan,
mineral, atau bahan kimia tertentu yang dapat digunakan untuk mengurangi
rasa sakit, menghentikan perkembangan suatu penyakit, atau mengobatinya.
Untuk mencapai kemanjuran atau efek terapeutik, obat harus diminum persis
seperti yang ditentukan.

Saat ini banyak orang yang masih belum familiar dengan nama obat, nama
kimia, dan merknya. Selain itu, dokter juga sering memberikan resep umum
kepada pasien untuk pilihan pengobatan.

1
1. 2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan obat?
2. Apa saja yang termasuk jenis-jenis obat?
3. Apa yang dimaksud dari obat paten, obat generic dan obat dagang?
4. Apa yang dimaksud dengan obat berstandar?

1. 3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian obat secara jelas.
2. Mengetahui jenis-jenis obat yang beredar
3. Mengetahui pengertian obat paten, obat generic dan obat dagang.
4. Memahami seberapa pentingnya obat yang berstandar tinggi.

1. 4 Manfaat Pembahasan
1. Bagi penulis
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis untuk
menjelaskan penggolongan obat

2. Bagi pembaca
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca untuk
mempelajari penggolongan obat

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN

2. 1 Pengertian Obat
Obat adalah zat atau paduan bahan, termasuk produk biologi, yang digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologis atau keadaan
patologis dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
pemulihan, peningkatan kesehatan, dan kontrasepsi untuk manusia
berdasarkan diatur dalam undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang
kesehatan.

Obat memegang peranan penting dalam pelayanan kesehatan. Obat


merupakan salah satu bagian terpenting dari pelayanan kesehatan yang harus
selalu tersedia dan tidak dapat diganti, dimulai dari pencegahan, diagnosis,
pengobatan, dan pemulihan. Di sisi lain, obat-obatan dapat berdampak buruk
bagi kesehatan jika tidak memenuhi persyaratan, jika Anda salah
menggunakannya, atau jika Anda salah menggunakannya.

Anief (1997) mendefinisikan obat sebagai “zat atau campuran zat yang
dimaksudkan untuk tujuan penetapan diagnosa, mencegah, mengurangi,
menghilangkan, atau menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka, atau
gangguan fisik atau mental pada manusia atau hewan, serta untuk
mempercantik tubuh atau bagian-bagian tubuh manusia.

Dalam arti luas, obat mencakup bahan kimia apa pun yang berpotensi
mengubah proses kehidupan. Oleh karena itu, farmakologi merupakan bidang
studi yang sangat luas. Namun, tujuan ilmu ini bagi seorang dokter terbatas
pada kemampuan menggunakan obat-obatan untuk mencegah diagnosis dan
pengobatan penyakit. demikian juga, untuk memahami bahwa penggunaan
obat dapat mengakibatkan berbagai gejala penyakit.

3
2.1.1 Tujuan Utama Pengobatan
Adalah untuk mengobati penyakit, masih banyak orang yang menderita
akibat keracunan obat. Akibatnya, dapat dikatakan bahwa obat-obatan dapat
menjadi obat dan racun. Bila digunakan dengan benar dalam pengobatan
suatu penyakit dengan dosis dan waktu yang sesuai, maka obat akan
berfungsi sebagai obat. Oleh karena itu, efek samping, atau yang biasa kita
sebut sebagai keracunan, akan terjadi jika kita menyalahgunakan obat atau
meminumnya dalam jumlah yang berlebihan.

2.1.2 Peran Obat Umum Meliputi:


1. Konfirmasi diagnosis
2. Pencegahan Penyakit
3. Menyembuhkan Penyakit
4. Pemulihan kesehatan (rehabilitasi)
5. Modifikasi fungsi tubuh normal untuk tujuan tertentu
6. Peningkatan Kesehatan
7. Pereda nyeri

2. 2 Jenis-Jenis Obat
Perlu diperhatikan bahwa obat adalah suatu bahan atau zat yang bermanfaat
untuk mengobati penyakit, meredakan/menghilangkan efek samping nyeri,
yang dapat mengubah siklus senyawa dalam tubuh.

Manfaat obat bagi kesehatan dan kesejahteraan yang telah dirasakan oleh
masyarakat sangat besar kontribusinya dalam tercapainya derajat kesehatan
yang ingin dicapai oleh pemerintah, sehingga kualitas dan kuantitas obat
dapat dirasakan secara luas oleh masyarakat. Obat juga bertujuan untuk
meringankan rasa sakit, mengurangi rasa sakit, atau mencegah penyakit pada
manusia atau hewan, disamping manfaatnya. Suatu ketentuan yang dibedakan
berdasarkan kriteria klasifikasi seperti dasar fisiologis, proses dalam tubuh
atau biokimia, suplai obat, regulasi obat, kinerja/mekanisme obat, cara

4
penggunaan obat, manfaat dan kegunaan obat, dan sebagainya membedakan
jenis obat. Namun penggolongan obat berdasarkan jenis yang tercantum
dalam Menkes RI Nomor 917/Menkes/X/1993 yang telah diperbarui oleh
Menkes RI Nomor 949/Menkes/Per/VI/2000 adalah jenis-jenis yang akan
dibahas dalam makalah ini. Keamanan dan ketepatan penggunaan, serta
keamanan distribusi, merupakan tujuan dari klasifikasi obat ini.

2.2.1 Penggolongan Obat Berdasarkan Jenisnya


Penggolongan obat ini terdiri atas obat bebas, obat bebas terbatas, obat
wajib apotek, obat keras, dan Psikotropika narkotika.
a. Obat bebas
Yakni, obat-obatan yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa
resep dokter. Obat ini tergolong obat yang paling aman, bisa dibeli di
apotik tanpa resep bahkan dijual di kios. Obat-obatan yang dijual bebas
biasanya digunakan untuk mengobati dan meringankan gejala penyakit.
Contoh: Rivanol, tablet parasetamol, bubuk asam salisilat, multivitamin
dan lain-lain. Simbol khusus untuk obat bebas adalah lingkaran hijau
dengan garis tepi hitam, seperti terlihat pada gambar di bawah ini:

b. Obat bebas terbatas


Adalah segolongan obat yang dalam jumlah tertentu aman dikonsumsi
namun jika terlalu banyak akan menimbulkan efek yang berbahaya.
Obat ini sebelumnya diklasifikasikan dalam daftar obat W. Tidak
memerlukan resep dokter untuk membeli obat bebas terbatas.
Disimbolkan dengan lingkaran biru tepi hitam. Biasanya obat bebas
terbatas memiliki peringatan pada kemasannya sebagai berikut:
P No. 1: Awas! Obat Keras. Bacalah aturan, memakainya ditelan
P No. 2: Awas! Obat Keras. Hanya untuk dikumur, jangan ditelan
P No. 3: Awas! Obat Keras. Hanya untuk bagian luar dari badan

5
P No. 5: Awas! Obat Keras. Tidak boleh ditelan
P No. 6: Awas! Obat Keras. Obat Wasir, jangan ditelan Contoh: obat
antimabuk seperti antimo, obat anti flu seperti noza, decolgen, dan lain-
lain (Nuryati, 2017).

c. Obat wajib apotek


Apakah ada obat-obatan sulit yang dapat diberikan oleh apoteker tanpa
resep dokter? Perbekalan farmasi wajib di apotek dibuat dengan tujuan
untuk meningkatkan kemampuan swadaya masyarakat guna
mewujudkan budaya swasembada yang benar, aman, dan bijaksana.
d. Obat keras
Obat berbahaya ini hanya bisa didapatkan dengan resep dokter dari
apotek, puskesmas, dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya seperti
klinik dan balai pengobatan. Penggunaannya harus di bawah
pengawasan dokter. Karena efeknya yang kuat, obat ini dapat
memperparah penyakit dan menyebabkan kematian jika dikonsumsi
secara tidak tepat. Dahulu, obat keras dikenal sebagai obat daftar G.
Obat keras ditandai dengan lingkaran merah dengan tepi hitam dimana
ada huruf "K" berwarna hitam. Contoh: antibiotik seperti amoxicylin,
obat jantung, obat hipertensi dan lain-lain.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang


pencantuman obat dalam daftar obat keras, obat keras adalah obat yang
ditetapkan sebagai berikut :
- Semua obat yang pada kemasan luarnya telah diindikasikan oleh
produsennya bahwa obat tersebut hanya dapat dikeluarkan dengan
resep dokter.
- Semua obat dikemas sedemikian rupa sehingga jelas ditujukan untuk
penggunaan parenteral.

6
- Semua obat baru, kecuali Kementerian Kesehatan telah menyatakan
secara tertulis bahwa obat baru tersebut tidak berbahaya bagi
kesehatan manusia.

e. Psikotropika dan Narkotika.


Psikotropika adalah zat atau obat, alami atau sintetik, yang secara
selektif memengaruhi sistem saraf pusat dan mengubah aktivitas mental
dan perilaku. Obat golongan psikotropika masih termasuk obat keras
sehingga disimbolkan dengan lingkaran merah bertuliskan huruf “K”
ditengahnya. Contoh : Lisergida, Amphetamin, Codein, Diazepam,
Nitrazepam, Fenobarbital. Psikotropika dibagi menjadi :
- Golongan I : Obat psikotropika, yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan ilmiah, bukan untuk penggunaan terapi, dan yang sangat
mungkin menyebabkan sindrom ketergantungan. Psikotropika
Golongan I, antara lain: Meskalina, Katinona
- Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat
digunakan dalam terapi dan/atau ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan. Psikotropika
Golongan II antara lain: Metakualon, Sekobarbital, Fenmetrazin
- Golongan III : Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Psikotropika Golongan III antara lain : Amobarbital,
Flunitrazepam, Pentobarbital, Siklobarbital, Katina
- Golongan IV : Berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan
dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Psikotropika Golongan IV antara lain: Allobarbital, Barbital,

7
Bromazepan, Diazepam, Fencamfamina, Fenobarbital, Flurazepam,
Klobazam, Klordiazepoksida, Meprobamat, Nitrazepam, Triazolam.

Narkotika adalah obat-obatan baik sintetik maupun semi sintetik yang


berasal dari tumbuhan atau hewan yang dapat mengubah kesadaran dari
penurunan menjadi hilang kesadaran, mengurangi atau menghilangkan rasa
nyeri, dan menimbulkan ketergantungan. Narkotika disimbolkan dengan
lingkaran merah yang ditengahnya terdapat simbol palang (+).

Penggunaan narkotika diawasi secara ketat, dan apotek hanya dapat


menyediakan narkotika dengan resep asli (salinan resep tidak diterima).
Obat-obatan narkotika sering digunakan sebagai analgesik dan pereda nyeri
di industri kesehatan. Contoh obat narkotika adalah : codipront (obat batuk),
MST (analgetik) dan fentanil (obat bius). Obat narkotika dibedakan kedalam
golongan I, II, dan III
- Narkotika golongan I : Narkotika golongan 1 hanya dapat digunakan
untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, bukan untuk penggunaan
terapi, dan memiliki potensi ketergantungan yang sangat tinggi. Contoh:
Heroin, Kokain, Daun Kokain, Opium, Ganja, Jicing, Katinon,
MDMDA/Ecstasy, dan lebih dari 65 macam jenis lainnya.
- Narkotika golongan II : Narkotika golongan 2, berkhasiat untuk
pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan
dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh:
Morfin, Petidin, Fentanil, Metadon, Dll.
- Narkotika golongan III : Narkotika golongan 3 berpotensi menimbulkan
kecanduan ringan, tetapi narkotika bermanfaat dan efektif untuk tujuan
terapi dan penelitian. Golongan 3 narkotika ini umumnya digunakan
untuk tujuan terapi atau penelitian dan pengembangan serta memiliki
potensi ketergantungan yang rendah. Misalnya : Ada 13 jenis, antara lain

8
kodein, buprenorfin, etilmorfin, kodeina, nikocordina, porcodina,
propyram, dan beberapa campuran lainnya.

2.2.2 Mekanisme Terjadinya Interaksi Obat


a. Interaksi farmasetik
Interaksi farmasetik langsung, juga dikenal sebagai inkompatibilitas
farmasi, mengakibatkan obat menjadi tidak aktif dan dapat bersifat fisik
atau kimiawi, seperti pengendapan, perubahan warna, atau tidak
terdeteksi (tidak terlihat). Kerja sama ini merupakan tahapan utama
yang dilalui dengan mengubah suatu jenis obat menjadi tahapan
cairan/pengaturan sehingga dapat melewati lapisan organik. Misalnya:
Inaktivasi terjadi ketika carbenicillin dan gentamicin berinteraksi;
fenitoin dalam larutan dekstrosa 5% mengendap; amfoterisin B
mengendap dalam larutan NaCl fisiologis.
b. Interaksi farmakokinetik
Tingkat obat plasma dapat ditingkatkan atau diturunkan dengan
interaksi farmakokinetik penyerapan, distribusi, metabolisme, dan
ekskresi (ADME). Karena perbedaan sifat fisikokimia, yang
mengakibatkan sifat farmakokinetik yang berbeda, maka interaksi obat
farmakokinetik yang terjadi pada satu obat tidak dapat diekstrapolasi
(tidak dapat diterapkan) ke obat lain, meskipun masih dalam kelas
terapi yang sama. Obat mencapai organ yang mengeluarkan limbah
setelah melewati interaksi ini. Tahap ini biasanya terdiri dari beberapa
fase, termasuk metabolisme, ekskresi, penyerapan, dan distribusi.
Misalnya, H2-blocker lainnya tidak berbagi interaksi farmakokinetik
dengan simetidin; Aztemizole tidak berinteraksi dengan terfenadine,
tidak seperti antihistamin nonsedasi lainnya.
c. Interaksi farmakodinamik

9
Obat yang berinteraksi dengan sistem fisiologis, sistem reseptor, atau
tempat kerja yang sama dapat memiliki efek aditif, sinergis, atau
antagonistik tanpa memengaruhi kadar plasma atau profil
farmakokinetik lainnya melalui interaksi farmakodinamik. Karena fakta
bahwa klasifikasi obat didasarkan pada efek farmakodinamiknya,
interaksi farmakodinamik biasanya dapat diekstrapolasi ke obat lain
dalam kelas yang sama dengan obat yang berinteraksi. Setelah tahap
kedua, interaksi ini merupakan tahap akhir. Pada tahap ini, kinerja obat
saat dicerna diperlihatkan, dan efek setelah meminum obat tergantung
pada konsentrasinya. Selain itu, jika mekanisme kerja obat diketahui,
interaksi farmakodinamik biasanya dapat diantisipasi dan dihindari
sebelumnya.

2.2.3 Penggolongan Obat Berdasarkan Mekanisme Kerja Obat


a. Obat yang mempengaruhi penyebab penyakit, seperti penyakit yang
disebabkan oleh bakteri atau mikroba. Contoh: antibiotik.
b. Obat-obatan yang mencegah kondisi patologis penyakit. Contoh:
vaksin, dan serum.
c. Obat yang menghilangkan simtomatik/gejala, seperti meredakan nyeri.
Contoh: analgesik.
d. Obat yang memperbaiki atau menggantikan fungsi zat yang kurang.
Contoh: vitamin dan hormon.
e. Pemberian plasebo berarti pemberian obat yang tidak mengandung zat
aktif apapun, terutama kepada pasien normal yang mengira dirinya
sakit. Contoh: aqua pro injeksi dan tablet placebo.

Saat kita menggunakan obat, kita sering meminumnya secara oral (melalui
mulut) seperti tablet antibiotik dan parasetamol. Selain itu, terkadang
menggunakan obat yang dioleskan atau topical. Contoh : Caladine, salep
belerang, dan lain-lain. Efek sistemik yaitu efek terhadap obat atau zat aktif
yang masuk ke dalam aliran darah, dan efek lokal yaitu obat atau zat aktif

10
yang hanya mempengaruhi/menyebar bagian tertentu dari area tersebut
dimana letak obat, adalah efek yang sering kita alami setelah minum obat
secara oral atau eksternal. termasuk kulit, mata, hidung, dan bagian lainnya.

Penggolongan obat menurut asal obat yang kita gunakan sehari-hari


biasanya berdasarkan bahan obat alami (nabati, hewani dan mineral), seperti
jamur (antibiotik), kina (quinine), digitalis (glikosida jantung). Tentang
hewan : Plasenta, otak menghasilkan serum rabies, kolagen. Selain itu, kami
juga menggunakan obat-obatan yang berasal dari sintetis, seperti
memproduksi obat-obatan melalui reaksi kimia, misalnya minyak
Gandapura diproduksi melalui reaksi metanol dan asam salisilat.

2.2.4 Penggolongan Obat Berdasarkan Cara Pemakaian


a. Oral, Obat oral untuk saluran cerna, contohnya tablet, kapsul, serbuk,
dll
b. Perektal, Obat rektal yang diberikan melalui rektum umumnya
digunakan pada pasien yang tidak dapat menelan, pingsan atau
menginginkan tindakan cepat dan ingin menghindari pH lambung, FFE
hati , maupun enzim-enzim di dalam tubuh
c. Sublingual, pemakaian obat dengan meletakkannya dibawah lidah.,
masuk ke pembuluh darah, efeknya lebih cepat, contoh obat hipertensi :
tablet hisap, hormon-hormon
d. Parenteral, obat yang disuntikkan melalui kulit ke aliran darah. baik
secara intravena, subkutan, intramuskular, intrakardial.
e. Langsung ke organ, contoh intrakardial
f. Melalui selaput perut, contoh intra peritoneal

11
2.2.5 Penggolongan Obat Berdasarkan Golongan Cara Kerja Obat
a. Anti Biotik
Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk mencegah pertumbuhan
bakteri penyebab infeksi. Obat ini telah digunakan untuk melawan
berbagai infeksi bakteri pada tumbuhan, hewan, dan manusia.
b. Anti Inflamasi
Pengobatan nyeri inflamasi memiliki dua tujuan utama, yaitu meredakan
nyeri yang seringkali merupakan gejala pertama yang terlihat dan
keluhan utama pasien, dan kedua, memperlambat atau membatasi
kerusakan jaringan. Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat anti inflamasi
dibagi menjadi kelompok steroid dan non steroid.
c. Anti Hipertensi
Obat anti hipertensi digunakan untuk mengurangi mortalitas dan
morbiditas dari penyakit kardiovaskular.
d. Anti Konvulasi
Anti konvulasi bekerja untuk mencegah dan mengobati serangan epilepsi
dan non-epilepsi. Contoh obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah
bromida, fenobarbital, fenitoin dan karbamazepin.
e. Anti Koagulasi
Anti koagulan digunakan untuk mencegah penggumpalan darah dengan
menghambat pembentukan atau fungsi beberapa faktor pembekuan
darah.
f. Anti Histamin
Pada manusia, histamin merupakan mediator penting dari reaksi alergi
dan peradangan yang segera terjadi.
g. Anti Psikotropika
Obat psikotropika adalah obat yang mempengaruhi perilaku, emosi, dan
fungsi berpikir dan umum digunakan dalam bidang psikiatri atau
psikiatri.

12
h. Anti Jamur atau Anti Fungsi
Jamur atau aktivitas antijamur untuk mengobati infeksi yang disebabkan
oleh jamur. Contoh: Imidiazol, diazol, dan antibiotik poliena

2. 3 Klasifikasi Obat
Klasifikasi obat biasanya terdiri dari berbagai jenis, seperti klasifikasi obat
atau klasifikasi menurut jenisnya, seperti obat bebas, obat generik, obat
generik berlogo, obat bermerek, obat paten, obat mitu (obat me-too), obat
tradisional, obat baru, obat esensial dan obat resep.

2.3.1 Obat Bebas


Yakni, obat-obatan yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep
dokter. Obat ini tergolong obat yang paling aman, bisa dibeli di apotik tanpa
resep bahkan dijual di kios. Obat-obatan yang dijual bebas biasanya
digunakan untuk mengobati dan meringankan gejala penyakit. Contoh:
Rivanol, tablet parasetamol, bubuk asam salisilat, multivitamin dan lain-
lain.

2.3.2 Obat Generik


Obat generik adalah obat dengan bahan aktif yang sama dengan obat paten
atau obat bermerek lainnya. Karena produsen obat generik dibebaskan dari
keharusan membayar royalti untuk hak paten, harga mereka mungkin lebih
rendah. sehingga harga yang dikenakan hanya menutup biaya produksi obat
generik.

2.3.3 Obat Generik Berlogo


Obat generik belogo adalah obat generik yang dijual dengan nama merek
menggunakan nama obat generik. Sebagai contoh: Amoksisilin masih dijual
sebagai amoksisilin. Yang membedakan amoksisilin yang diproduksi oleh
satu perusahaan farmasi dengan perusahaan farmasi lainnya adalah logo
produsen pada kemasannya.

13
2.3.4 Obat Bermerek
Obat bermerek adalah obat yang nama dosisnya ditentukan oleh produsen
dan terdaftar di otoritas kesehatan negara masing-masing. Obat bermerek
juga dikenal sebagai obat bermerek terdaftar. Contoh: Amoxan, Diafak,
Pehamoxil dan lainnya. Obat bermerek biasanya terdaftar atau dilisensikan
atas nama produsen dan dijual dalam kemasan asli produsen. Berdasarkan
UU No. Desember 2001, masa berlaku paten di Indonesia adalah 20 tahun.
Selama 20 tahun, perusahaan farmasi memiliki hak eksklusif untuk
memproduksi dan memasarkan obat sejenis, kecuali memiliki perjanjian
khusus dengan pemegang paten. Selama ini tidak boleh ada perusahaan lain
yang memproduksi obat dari bahan generik yang sama karena obat tersebut
relatif baru dan masih dipatenkan sehingga belum tersedia dalam bentuk
generik yang menjadi merek dagang dari pemegang paten.

2.3.5 Obat Paten


Obat paten adalah obat baru yang baru saja diproduksi dan didistribusikan
oleh perusahaan farmasi. melalui berbagai pengembangan, penelitian, dan
uji klinis. Bahkan kemasannya tampak menarik. Karena itu, harganya cukup
tinggi. Izin paten obat biasanya berlaku selama 20 tahun. Obat generik dan
obat paten memiliki perbedaan harga yang signifikan. Itu bisa setinggi 80%.
Orang-orang memiliki pendapat mereka sendiri karena ini. Mayoritas orang
percaya bahwa obat generik tidak seefektif mengobati penyakit seperti obat
bermerek.

2.3.6 Obat Mitu (Me-Too)


Obat mitu atau me-too adalah obat yang dipatenkan berlebihan yang
diproduksi dan dijual oleh produsen lain dengan nama dagang yang
ditetapkan oleh produsen lain.

14
2.3.7 Obat Tradisional
Obat tradisional adalah obat yang terbuat dari tumbuhan, hewan, dan
mineral atau sediaan galenik. Obat berdasarkan pengalaman empiris yang
diwariskan secara turun-temurun.

2.3.8 Obat Baru


Obat baru adalah obat yang terdiri dari satu atau lebih zat, termasuk zat aktif
dan tidak aktif. Kemajuan dan keamanan tidak diketahui karena merupakan
pelapis, pengisi, pelarut, bahan pembantu atau bahan lain yang tidak
diketahui.

2.3.9 Obat Esensial


Obat esensial adalah obat yang paling banyak dibutuhkan untuk
menyelenggarakan berbagai pelayanan kesehatan masyarakat, antara lain
diagnosis, pengobatan profilaksis, dan rehabilitas, misalnya di Indonesia :
obat TBC, antibiotik, vaksin, dll.

2. 4 Obat Standar
Karena intervensi obat diperlukan dalam sebagian besar upaya untuk
mengobati penyakit, pengobatan merupakan komponen penting dari
pelayanan kesehatan. Jika kita memiliki informasi yang benar, kita akan
dapat memanfaatkan obat secara maksimal dan meminimalkan efek
samping yang mungkin timbul akibat penggunaan yang tidak tepat.

Untuk memenuhi kualifikasi obat yang terstandar sesuai regulasi yang


berlaku, obat harus melalui evaluasi khasiat, keamanan dan mutu sebelum
disetujui beredar di Indonesia, sehingga siap untuk diedarkan.Obat
memenuhi ketiga kriteria tersebut.

Obat terstandar Farmakope Indonesia (FI), bukan BPOM. Farmakope


membantu memastikan bahwa konsumen menerima obat berkualitas dengan

15
menetapkan standar bagi produsen untuk memenuhi standar tersebut untuk
memasarkan produk mereka di Indonesia. Kriteria yang diatur oleh
Farmakope Indonesia meliputi kemurnian dan kadar bahan aktif, kapan dan
seberapa cepat bentuk sediaan oral dari obat bioavailabilitas (larut dan
absorpsi) diberikan ke dalam tubuh, serta label obat dan penggunaan yang
aman. Farmakope bersifat independen tetapi bekerja sama dengan NADFC
dan perusahaan farmasi.

Farmakope adalah buku resmi terbitan negara yang berisi tentang


standarisasi, pedoman dan pengujian obat, sehingga obat rujukan dapat
ditemukan di Farmakope. Farmakope sekarang menjadi standar referensi
untuk kemurnian dan pengukuran sampel farmasi yang akurat,
memungkinkan perusahaan farmasi mengkalibrasi penganalisis dan
mengukur sampel farmasi yang diproduksi untuk memastikan akurasi.

16
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Dalam konteks diagnosis, pencegahan, pengobatan, pemulihan,
peningkatan dan pencegahan kesehatan pada manusia, obat adalah zat
atau kombinasi zat, termasuk produk biologis, yang digunakan untuk
mempengaruhi atau mempelajari sistem fisiologis atau kondisi patologis.
Obat-obatan juga dapat digunakan untuk mengobati penyakit.
2. Obat yang digunakan melewati tahapan tertentu. Setelah pencairan,
mereka melewati beberapa fase
a. Fase farmasi adalah fase pertama yang berubah menjadi fase
cair/larutan dengan mengubah jenis obat yang bertujuan untuk
menembus membran biologis.
b. Fase farmakokinetik, fase kedua dimana obat masuk ke organ
ekskresi, fase ini biasanya memiliki beberapa fase yaitu absorpsi,
distribusi, metabolisme dan ekskresi.
c. Fase farmakodinamik adalah fase terakhir yang dihilangkan setelah
fase kedua, di mana fase terakhir tampaknya mencerna hasil kerja
obat, sehingga efek setelah minum obat tergantung pada konsentrasi.
3. Ada beberapa faktor yang membedakan penggolongan obat secara luas,
antara lain: penggolongan obat menurut jenisnya, penggolongan obat
menurut mekanisme kerja obat, penggolongan obat menurut tempat atau
lokasi pemakaiannya, pengklasifikasian obat menurut cara pemakaiannya,
akibat yang ditimbulkannya, penggolongan obat menurut potensi kerjanya
atau terapinya, penggolongan obat menurut asal obat dan cara
pembuatannya
4. Obat generik adalah obat dengan bahan aktif yang sama dengan obat
paten atau obat bermerek lainnya. Karena produsen obat generik
dibebaskan dari keharusan membayar royalti untuk hak paten, harga
mereka mungkin lebih rendah. sehingga harga yang dikenakan hanya

17
menutup biaya produksi obat generik. Obat paten adalah obat baru yang
baru saja diproduksi dan didistribusikan oleh perusahaan farmasi. melalui
berbagai pengembangan, penelitian, dan uji klinis. Bahkan kemasannya
tampak menarik. Karena itu, harganya cukup tinggi.
5. Produk obat harus melalui evaluasi khasiat, keamanan, dan mutu sebelum
disetujui untuk diedarkan di Indonesia. Kualifikasi obat yang terstandar
sesuai dengan ketentuan yang berlaku

B. Saran
Karena kita adalah generasi muda di Indonesia, diharapkan kita dapat
mematuhi pedoman farmasi yang kita miliki dan dapat menggunakan obat
dengan tepat. Hal ini akan memastikan industri farmasi di Indonesia semakin
berkembang, tentunya dengan peningkatan kuantitas dan kualitas. Selain itu,
apoteker dan profesional kesehatan lainnya harus mempromosikan inisiatif
kesehatan masyarakat melalui konseling, poster, selebaran, dan KIE, di antara
metode lainnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Rahayu, S. (2020). Pengenalan Obat Pada Ilmu Farmakologi. Makalah Farmasi


Pengenalan Obat Pada Ilmu Farmakologi, 4-11.

Nurhalimah, S. (2021). Obat Dan Penggolongan Obat. Makalah Obat Dan


Penggolongan Obat, 5-14.

Gitawati, R. (2008). Interaksi Obat Dan Beberapa Implikasinya. Jurnal Media


Litbang Kesehatan, 10.

Haeria. (2007). Pengantar Ilmu Farmasi. Makassar: UIN Alaudin Makssar.

19

Anda mungkin juga menyukai