PDF Hak Asasi Manusia Dalam Transisi Politik
PDF Hak Asasi Manusia Dalam Transisi Politik
Istilah Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan suatu istilah baru yang menggantikan
istilah Natural right (hak-hak alam), dan dalam frasa the Rights of
Man yang muncul kemudian dianggap tidak mencakup hak-hak wanita. Eleanor Roosevelt
kemudian terpilih menjadi Ketua Bersama dari Komisi PBB tentang HAM (United
Declaration of Human Right (UDHR) yang menemukan bahwa frasa The Right of Man
tersebut telah muncul dalam sejumlah dokumen HAM, yang di beberapa belahan dunia
Asal-usul historis konsepsi HAM dapat ditelusuri hingga ke masa Yunani dan
Roma, dimana ia memiliki kaitan yang erat dengan doktrin hukum alam pra modern dari
bahwa kekuatan kerja yang universal mencakup semua ciptaan dan tingkah laku manusia,
oleh karenanya harus dinilai berdasarkan kepada dan sejalan dengan hukum alam.
hukum Romawi memungkinkan eksistensi hukum alam, Berdasarkan ius gentium (hukum
alamlah – bukan negara yang menjamin semua manusia, baik ia merupakan warga negara atau
bukan.
Menurut J.J. Von Schmid, pemikiran tentang negara dan hukum tidak menda hului
yang menampakkan diri setelah berabad-abad lamanya ada peradaban yang tinggi. Dalam
konteks kaitan dengan teori tentang negara hukum ini, dalam masa Yunani juga terdapat
beberapa karya Plato yang sangat relevan dengan masalah kenegaraan. Ketiga karya
tersebut antara lain adalah: (1) Politea (the republic) yang ditulis karena Plato merasa
prihatin melihat keadaan negaranya yang dipimpin oleh orang-orang yang haus akan harta,
memperhatikan penderitaan rakyatnya telah menggugah Plato untuk menulis buku ini,
dimana ia mengangankan eksistensi suatu negara yang ideal sekali sesuai dengan cita-
citanya, suatu negara yang bebas dari pemimpin negara yang rakus dan jahat , tempat
keadilan dijunjung tinggi. Buku yang kedua adalah (2) Politicos (the Statesman);
rights). Namun dalam periode ini tampak kegagalan dari para penguasa untuk memunuhi
masuklah Plato dalam karyanya yang kedua, Politicos yang memasukkan perlunya
eksistensi hukum untuk mengatur kehidupan warga negara. Namun dalam karyanya yang
ketiga, Nomoi Plato telah mengubah pendiriannya dan memberikan perhatian dan arti
yang lebih tinggi pada hukum. Menurut Plato, penyelenggaraan pemerintahan yang baik
Pada periode ini ajaran Thomas Aquinas dan Hugo Grotius dan beberapa dokumen
HAM yang ada seperti Magna Charta (1215), Petition of Rights (1628), dan Bill of Rights
(1689), merupakan bukti dari perubahan. Semua bukti tersbeut telah memeberikan
kesaksian bahwa manusia telah diberkati dengan hak-hak yang kekal dan tak dapat dicabut
oleh siapapun, yang tak terlepaskan ketika manusia “terkontrak” untuk memasuki
masyarakat dari suatu negara yang primitif dan tidak pernah dikurangi oleh tuntutan yang
berkaitan dengan hak-hak ketuhanan dari raja. Bagi Aquinas, pemahamannya terhadap
Salah satu filsuf yang tulisannnya harus dicacat pada abad ke-17 salah satunya adalah
John Locke, terutama dalam tulisan yang dibuat dalam kaitan dengan Rovolusi 1688 (the
sebagai manusia, karena mereka eksis dalam “keadaan alami” sebelum manusia memasuki
masyarakat, yang mengemukan diantara hak-hak tersebut ialah hak hidup, hak
kemerdekaan (bebas dari kesewenang-wenangan), dan hak milik. Menurut teori kontrak
sosial, yang dilepaskan manusia kepada negara hanyalah hak untuk menegakkan hak-hak
18 dan awal abad ke -19, antara lain dengan munculnya Bill of Rights dan
Declaration of Independence. Selain itu dalam Declaration of the Rights of Man and Citizen,
Marquis de Lafayette menyatakan bahwa “manusia terlahir dan tetap bebas dan berkesamaan
dalam hak-haknya”.
Ide-ide HAM memainkan peranan kunci pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19,
dalam perjuangan melawan absolutisme politik. Hal tersebut dikarenakan oleh kegagalan
merupakan suatu hal yang penting dari filosofi hukum alam sejak awalnya. Oleh karena
hal tersebut maka dalam perjanjian pendirian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), semua
terpisah untuk mencapai “Universal respect for and observance of human rights and
fundamental freedoms
for all without distinction as to race, sex, language, or religion”. Selanjutnya Universal
standard of achievement for all peoples and all nations”. Dan pada tahun 1976 Kovenan Hak
Sipil dan Politik dan Kovenan Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya dinyatakan berlaku.
9. Generasi-generasi HAM
a. Generasi Pertama
Tergolong dalam hak-hak sipil dan politik, terutama yang berasal dari teori-
teori kaum reformis yang lebih menghargai ketiadaan intervensi pemerintah dalam
Human Right . b.
Generasi kedua
Generasi kedua ialah yang tergolong dalam hak ekonomi, sosial, dan
budaya yang berakar secara utama pada tradisi sosialis. Ketentuan- ketentuannya
Rights.
c. Generasi Ketiga
Rights, yang mencakup enam hak sekaligus. Diantara enam hak tersebut antara lain
adalah : (1) the right to polical, economic, social, and cultural self- determination; (2)
the right to economic and social development ; (3) the right to participate in and benefit
from “the common heritage of Mankind”; (4) the right to peace; (5) the right to a
healthy and balanced environment ; dan (5) the right to humanitarian disaster relief.
Pemikiran yang berkembang adalah sudah waktunya hak diimbnagi dengan tanggung jawab
atau kewajiban. Prinsip dasar dari Deklarasi Universal tentang Tanggung Jawab Manusia
tersebut adalah tidak hanya tercapainya kebebasan sebanyak mungkin, tetapi juga
berkembangnya rasa tanggung jawab penuh yang memungkinkan kebebasan itu semakin
bertumbuh.
Development”) yang diselenggarakan di Kairo, Mesir. Apabila ditilik dari isi pasal-pasal
yang terdapat dalam Cairo Declaration of Human Rights in Islam terdapat beberapa kesesuaian
tersebut, menarik pula untuk sidimak adanya wacana tentang universalisme versus
relativisme budaya dalam HAM, baik dalam perspektif umum maupun dalam perspektif
Islam.
Perbedaan pandangan mengenai teori mana yang berlaku di antara kedua kutub tersebut
menurut kalangan relativis budaya, tidak ada suatu HAM yang bersifat universal, dan teori
hukum alam mengabaikan dasar masyarakat dari identitas indovidu sebagai manusia,
karena seorang manusia selalu menjadi produk dari beberapa lingkungan, sosial, dan
2. Strong cultural relativisme yang menyatakan bahwa “culture is the principal source of the
3. Weak cultural relativisme, yang menyatakan bahwa “culture may be an important source
Menyikapi hal tersebut muncul gugutan yang muncul dari perspektif Islam yang
toleransi dari luar Islam sebagaimana toleransi umat Islam terdapat Barat dengan
konsepsi HAM dalam perspektif Islam pada hakekatnya merupakan bagian dari
Otoriter dan totaliter adalah suatu ideologi negara yang kekuasaan tertingginya
dipegang oleh militer sehingga muncullah diktator. Negara-negara yang tadinya otoriter,
yang ditindas. Demokrasi adalah suatu ideologi negara yang berasal, dari, dan untuk
rakyat. Merupakan pengharapan baru bagi pemimpin- pemimpin negara yang memakai
paham demokrasi, antara lain : Yunani, Spanyol, Argentina, Chile, Brazil, Uruguay,
Polandia, Jerman Timur, Hongaria, Afrika Selatan, dan lain sebagainya. Untuk memajukan
negara yang sudah demokrasi maka tidak terlepas dari rekonsiliasi dengan masa lampau
demokrasi adalah lebih dari 40 (empat puluh) negara. Adapun perubahan tersebut dengan
Menurut Anthony Giddens fungsi pemerintah dalam hal transisi, antara lain :
bersaing;
o Menciptakan dan melindungi ruang publik yang terbuka, dimana debat bebas mengenai
o Mengatur pasaar menurut kepentingan publik, dan menjaga persaingan pasar ketika
monopoli mengancam;
o Menjaga keamanan sosial melalui kontrol sarana kekerasan dan melalui penetapan
kebijakan;
sistem pendidikan;
secara luas, tetapi juga bisa membantu membentuk nilai dan norma tersebut, dalam
mempertahankan kekuasaan sebuah elit politik, juga bukan sekedar rezim seorang diktator
yang haus kuasa, tetapi juga sebuah sistem politik yang melebihi bentuk kekuasaan negara
Ada 2 (dua) rezim totaliter yang dikenal pada abad ini, yaitu : pemerintahan
kemudian menyebar ke negara lain di Eropa Timur, Cina, Korut, dan Indocina.
Bagi negara-negara yang baru menganut demokrasi maka diperlukan untuk memisahkan
ekonomi dengan menahan laju inflasi dan pengangguran, mengurangi defisit anggaran,
membatasi kejahatan dan korupsi, serta mengurangi ketegangan dan konflik antar etnis
Seperti di Indonesia setelah ORBA (Orde Baru), kekuasaan militer masih sangat
besar. Terlihat pada rangkap jabatan yang berlaku pada masa itu. Contoh : seorang TNI-
POLRI bisa menduduki kursi DPR (Dewan Perwakilan Rakyat). Maka langkah yang
harus diambil adalah recovery militer untuk kembali kepada fungsinya yang dasar yaitu
negara-negara maju seperti di Amerika Utara dan dan Eropa Barat, pemetaan
kedua fungsi militer-politik sudah bisa berjalan seimbang dan berperan sesuai dengan
fungsinya.
sebelumnya
Perubahan politik dari totaliter ke demokrasi menyebabkan transisi politik yang kemudian
adanya kebijakan-kebijakan baru. Solon sebagai salah satu filsuf Yunani mengadakan revisi
drastis terhadap sistem ekonomi, sosial, dan politik di Athena. Solom membagi populasi
rumah tangga, melarang penjualan anak- anak, melembagakan majelis rakyat, serta
baru; membuat suatu propaganda yang mengatakan bahwa salah untuk menghina pihak-
pihak yang dulu kaya dan sangat berkuasa dengan tujuan untuk menghindari proses balas
mengambil alih kekuasaan mereka kembali. Sumber daya yang ada pada penguasa yang
lama adalah sangat diperlukan untuk proses rekonstruksi sebuah negara; dan melakukan
Demiliterisasi bukan merupakan suatu masalah yang akan terkait dengan militer.
Tradisi politik dari negara-negara yang pernah diteliti menunjukkan adanya adanya proses
campur tangan antarapolitisi sipil dan pihak militer khususnya menghadapi ketidakpastian
menunjukkan bahwa pihak militer tidak akan melakukan intervensi jika tidak ada
dukungan dari pihak sipil. Melihat kenyataan tersbeut TNI dituntut untuk mengarah ke
politiknya. Berdasarkan hal tersebut kemudian diformulasikan “Paradigma Baru” atau “Lima
Langkah Reformasi TNI” yang menunjukkan dukungan terhadap demokratisasi dan secara
Pada tanggal 12 September 1977, Steven Biko, seorang pendiri dari Gerakan
Kesadaran Kaum Kulit Hitam ditemukan terbaring telanjang di atas tikar dari lantai batu
di penjara Prtoriam dengan mulut penuh bekar pukulan dan penuh busa. Pembunuhan
tersebut merupakan salah satu bentuk kejahatan dari sederatan kekejaman mengerikan
yang banyak terjadi selama diterapkannya siste apartheid. Dua puluh tahun kemudian
kepada Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Afrika Selatan. Potensi pembebasan hukuman
silakukan sebagai salah satu alternatif paling ideal untuk memotivasi kekuatan militer
untuk melindungi pelaksanaan pemilihan umum demokrasi pertama. Amnesty yang lebih
Selanjutnya, istri dari Steven Biko adalah Ntsiki Biko mengajukan tuntutan kepada
Afrika Selatan bahwa pengajuan amnesti adalah inkonstitusional dan bertentangan dengan
kewenangan komisi untuk memberikan amnesti, bahkan juga bila diberlakukan bagi
menyatakan menolak untuk memberikan amnesti terhadap para pembunuh Steven Biko
dikarenakan para pembunuh belum memberikan kesaksian dengan jujur dan pembunuhan
sendiri suatu pembatasan terhadap pilihan-pilihan yang dapat diambil oleh negara-negara
domestik, yang mendesak mereka lebih memilih penghukuman daripada amnesti, namun
kelompok yang menganut prinsip inward looking dan outward looking. Prinsip outward
mengikat (binding) dan harus dilaksanakan. Sedangkan kelompok yang bersikap inward
globalisasi ekonomi.
a. Beberapa Karakteristik Transisi Politik di Amerika Latin dan Eropa Selatan Faktor-faktor
pertentangan itu juga mendukung suatu prediksi yang lebih optimistis perihal prospek
yang lebih tinggi di Amerika Latin daripada di Eropa Selatan seperti diantaranya
Argentina, Bolivia, Brazil, Chile, Mexico, Peru, Uruguay, dan Venezuela yang
Selatan. Beberapa ahli ilmu politik menyebutkan bahwa rezim di beberapa negara
birokratis”. Tranformasi politik di Amerika Latin dibagi menjadi beberpa rezim yang
antara lain adalah rezim Somoza yang pernah memerintah di Nikaragua, rezim Batista
Sedangkan untuk transisi di Eropa Selatan ditinjau dari praktek transisi politik
di Yunani dan Spanyol. Transisi politik ditandai dengan adanya rezim militer yang
kalangan militernya berbeda dengan rezim militer yang ada di Amerika Latin. Rezim
militer yang populis di Peru berlawanan dalam beberapa aspek penting dengan rezim
birokratik otoriter.
Perbedaan penting antara kasus Peru dengan kasus rezim birokratik otoriter adalah
bahwa sebagai reaksi atas kebijakan-kebijakan yang sangat radikal yang semula
Kasus lain yang dapat ditinjau antara lain adalah mengenai kasus yang terjadi
di Chile dan Meksiko. Chile tergolong dalam tipe birokratik otoriter. Rezim Meksiko
berbeda dari rezim birokratik otoriter dalam tingkat pelembagaannya yang relatif
tinggi. Sisi khas rezim Meksiko adalah adanya suatu gerakan rakyat yang
revolusioner, yang berbeda tajam dengan kuatnya unsur dukungan kelas dominan
Kejatuhan rezim otoriter Yunani pada tanggal 23 Juli 1974 telah membuka
jalan bagi pendirian suatu pemerintahan yang demokratis dalam sejarah Yunani
modern. Pada masa itu Yunani telah dapat menerapkan sanksi yang berat terhadap
sekelompok individu, termasuk para personil militer, yang terbukti bersalah dalam
dan akses kepada arsip rezim masa lalunya. Dengan demikian resolusi-resolusi yang
tengah, yakni tidak terjadi perusakan terhadap arsip masa lalu, namun juga tidak dapat
kasus kejahatan dan pelanggaran yang terjadi Republik Federal Jerman tampak
demokratis dan budaya hukum liberal harus direkonstruksikan sendiri dari dasar,
para penyusun kebijakan jerman dapat menikamati suatu kondisi dari unifikasi
nasional untuk membimbing mereka. Salah satu hal yang memperkuat Jerman adalah
pengalaman Jerman selama lebih dari 40 tahun dengan konsepsi negara hukumnya.
Sebagai hasilnya Republik Federal Jerman telah menawarkan suatu rekaman keadilan
transisional yang tampaknya akan tetap tidak ada bandingannya dalam era pasca
komunis.
TANGGAPAN
Dalam bab mengenai Hak Asasi Manusia Dalam Transisi Politik tersebut telah dijelaskan
mengenai perkembangan Hak Asasi Manusia (HAM) dari masa pembentukan dan terciptanya HAM
sampai dengan transisi politik atau gejolak-gejolak yang terjadi pada masa perkembangannya. HAM
sudah ditemukan sejak jaman Yunani dan Romawi yang muncul dari pengaruh pemikiran-pemikiran
filsuf pada masa itu. Konsepsi HAM pada masa itu sangat dipengaruhi adanya konsepsi yang melekat
Gagasan mengenai hukum alam tersebut dikemukakan oleh Thomas Aquinas yang
menyatakan asal muasal hukum pada dasarnya bersumber dari 2 tempat yaitu wahyu dan akal budi
manusia. Hukum yang berasal dari wahyu ilahi disebut dengan ius divinum positivum, sementara yang
berasal dari akal budi manusia terdiri dari beberapa macam, yang diantaranya adalah ius naturale
(hukum alam), ius gentium (hukum bangsa-bangsa atau hukum internasional), dan ius positivism
humanum (hukum positif manusiawi). Hukum alam sendiri terbagi atas 2 golongan, yang pertama
adalah hukum alam primer yaitu semua aturan aturan hukum yang mengatur kepentingan manusia oleh
sebab itu bersifat umum, yang salah satu contohnya memberikan apa yang menjadi hak setiap orang.
Sedangkan golongan yang kedua adalah hukum alam sekunder yaitu setiap aturan hukum yang bersumber
pada hukum kodrat primer, akan tetapi mendapat pengecualian karena adanya situasi tertentu, misalnya
mengenai perintah jangan membunuh. Apabila dikaitkan dengan teori HAM dengan hukum alam
muncul dari adanya teori hukum alam primer mengenai pemberian hak dasar manusia atas sifat
alamiah manusia. Sehingga dalam hal ini alamlah yang menjamin atas hak dasar manusia tersebut
Magna Charta (1215), Petition of Rights (1628), dan Bill of Rights (1689), dapat dijadikan bukti dari
adanya sebuah perubahan. Semua bukti tersebut telah memberikan kesaksian bahwa manusia telah
diberkati dengan hak-hak yang kekal dan tak dapat dicabut oleh siapapun, yang tak terlepaskan ketika
manusia “terkontrak” untuk memasuki masyarakat dari suatu negara yang primitif dan tidak pernah
dikurangi oleh tuntutan yang berkaitan dengan hak-hak ketuhanan dari raja. Bagi Aquinas,
Setelah muncul pemikiran Thomas Aquinas mengani hukum alam, HAM mengalami
perkembangan dengan adanya tulisan dari John Locke mengenai “kontrak sosial” yang menyatakan
bahwa yang dilepaskan manusia kepada negara hanyalah hak untuk menegakkan hak-hak ini, dan
bukannya hak-hak itu sendiri. Sehingga melalui pemikiran tersebut dapat muncullah Universal
Declaration of Human Right . Universal Declaration of Human Right dapat dikatakan sebagai lahirnya
sebuah momen sejarah HAM yang sangat fantastis karena di setelah mengalami perjalanan yang
panjang masalah HAM dapat disusun dalam sebuah peraturan yang bersifat internasional yang di
dalamnya terdapat aturan-aturan yang menjamin HAM baik dalam bidang sosial-politik maupun
Universal Declaration of Human Right merupakan sebuah tonggak sejarah HAM yang baru
karena setelah terbentuknya generasi HAM terbagi menjadi 3 generasi yang dimulai dengan adanya
generasi pertama yang mengkritisi masalah hak sosial dan hak politik yang pada saat itu sedang
banyak diperbincangkan karena banyaknya perang dan penjajahan yang terjadi di masa itu. Puncak
dari generasi pertama HAM tersebut adalah dengan munculnya Konvensi Hak Sosial dan Politik.
Generasi HAM yang kedua ditandai dengan adanya tradisi sosialis yang mengatur hak ekonomi,
generasi HAM yang ketiga yang mengatur mengenai hak-hak solidaritas yang terdapat adalah
Universal Declaration of Human Right . Pengelompokkan generasi HAM tersebut dilakukan supaya
memudahkan dalam membagi perkembangan HAM dalam perkembangan hak-hak dasar apa saja yang
dilindungi terkait dengan adanya transisi politik dunia yang sedang terjadi pada masa itu.
Pada masa tersebut sempat terjadi pertentangan mengenai universalisme dan kaum relativis
Human Rights in Islam sebagai pemicu. Universalisme yang dimaksudkan adanya mengenai adanya
penyatuan faham mengenai HAM melalui Universal Declaration of Human Right sehingga pengaturan
HAM menurut ego dunia barat hanya boleh diatur dalam Universal
Declaration of Human Right tersebut. Sedangkan menurut pengamat Islam, dengan munculnya
Cairo Declaration of Human Rights in Islam sama sekali tidak menentang tiang- tiang dasar yang
terdapat dalam Universal Declaration of Human Right. Mengenai persoalan tersebut dalam membuat
kebijakan perlindungan HAM seharusnya diberikan kebebasan karena sekali lagi menurut teori
hukum alam hak dasar manusia sudah melekat dalam diri manusia sedangkan negara hanyalah
melindungi hak dasar yang melekat pada diri manusia tersebut. Oleh karena itu, apabila suatu
pengaturan tersebut tidak menentang atas adanya hak- hak dasar dalam diri manusia maka seharusnya
hal tersebut seharusnya tidak boleh dihambat. Dunia barat pun sudah sepantasnya memberikan
kesempatan kepada negara-negara lain yang ingin berkembang untuk mengembangkannya dari yang
Otoriter dan totaliter adalah suatu ideologi negara yang kekuasaan tertingginya dipegang oleh
militer sehingga muncullah diktator. Demokrasi adalah suatu ideologi negara yang berasal, dari, dan
untuk rakyat. Merupakan pengharapan baru bagi pemimpin-pemimpin negara yang memakai paham
demokrasi. Untuk memajukan negara yang sudah demokrasi maka tidak terlepas dari rekonsiliasi
pelanggaran HAM. Di negara yang menganut ideologi otoriter dan totaliter dapat dipastikan
tidak dapat terlepas dari adanya pelanggaran HAM berat yang ada pada negara tersebut. Rezim militer
yang cenderung lebih berkuasa pun menjadi suatu petunjuk adanya sebuah keotoriteran dari pemimpin
negara tersebut dimana banyak rakyat-rakyat yang tertindas dan dilanggaranya hak-hak pribadi
seseorang.
Politisasi yang dilakukan kaum sipil dan militer juga menjadi salah satu bentuk dari adanya
sebuah rezim otoriter dimana terdapat percampuran pemerintahan dalam pos-pos yang seharusnya
diduduki oleh kaum sipil dan kemudian dilakukan pendudukan oleh kaum militer. Kaum militer
mengutamakan kekuatan yang dimilikinya untuk memegang peranan yang lebih penting di suatu
pemerintahan. Dengan kekuatan yang dimiliki oleh kaum militer itulah muncul pelanggaran-
pelanggaran HAM yang selanjutnya menimbulkan gejolak dari masyarakat. Gejolak dalam masyarakat
dalam menolak rezim otoriter tersebut dilakukan sebagai bentuk protes terhadap kondisi sosial-politik
pada masa itu. Kekuatan masal digunakan sebagai boomerang untuk menghancurkan rezim tersebut.
Transisi politik HAM yang berkembang selanjutnya merangkak menuju kasus-kasus yang
sedang terjadi di dunia internasional. Kasus pembunuhan Biko merupakan sebuah titik balik mengenai
HAM pada masa. Perspektif HAM dilihat dari kaca inward looking dan outward looking pun
menjadi sebuah sorotan karena adanya permohonan amnesty dari pelaku pembunuhan tersebut.
Menurut saya, apabila melihat kasus pembunuhan tersebut dilihat dari kaca outward looking memang
sebab kedaulatan negara yang digerogoti oleh berkembangnya peran PBB dan fenomena globalisasi.
Selain dari kasus pembunuhan Biko juga ditemukan banyak kasus lain di negara lain yang
merupakan sebuah transisi politik yang dapat mengubah perspektif HAM. Munculnya berbagai
dampak yang cukup besar. Dengan munculnya rezim-rezim politik tersebut secara langsung
pasti akan muncul bentuk protes dari masyarakat. Protes dan gejolak masyarakat tersebutlah yang
digunakan sebagai momentum perkembangan HAM di Amerika karena pada dasarnya munculnya
sebuh rezim pasti menyisakan sebuah luka di masyarakat dimana hal tersebut sangat dekat dengan
adanya pelanggaran HAM. Sedangkan masa transisi potilik di negara- negara non-Amerika sudah
dimulai sejak masa bangsa Yunani dan Romawi. Transisi politik di negara Yunani dan Romawi itulah
yang kemudian memunculkan pemikiran-pemikiran para filsuf yang kemudian berkembang sehingga
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa perkembangan HAM dari masa ke masa sangat
dipengaruhi dengan adanya transisi politik di suatu waktu dan suatu tempat. Dimana dari adanya
transisi politik tersebut muncul pemikiran-pemikiran akan perlindungan HAM bagi tiap-tiap individu.